PENDIDIKAN SENI TARI ANAK USIA DINI MELALUI STIMULUS BERKREASI TARI NUSANTARA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

KOMPETENSI DASAR SENI BUDAYA DAN PRAKARYA SEKOLAH DASAR KELAS I - VI

PEMBELAJARAN SENI TARI BERBASIS PENDIDIKAN KARAKTER MELALUI STIMULUS ALAM SEKITAR DI SDN TERSANA BARU KABUPATEN CIREBON

BAB I PENDAHULUAN. yang termasuk dalam aspek kebudayaan, sudah dapat dirasakan oleh

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Juwita Mega Ningsih, 2015 Meningkatkan Kreativitas Menari Anak D engan Menggunakan Properti Tari

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

S I L A B U S MATA KULIAH SENI ANAK USIA DINI II. Oleh : INDRA YENI, S.Pd., M.Pd. NIP

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran merupakan kunci keberhasilan sumber daya manusia untuk

2015 PEMBELAJARAN TARI TRANG-TRANG KOLENTRANG PADA KEGIATAN EKSTRAKULIKULER DI SD GRIBA 5 ANTAPANI BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan seni di sekolah umum SMA pada dasarnya diarahkan untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mata pencaharian dengan hormat dan jujur. Dalam versi yang lain seni disebut. mempunyai unsur transendental atau spiritual.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

53. Mata Pelajaran Seni Budaya dan Keterampilan untuk Sekolah Dasar Luar Biasa Tunanetra (SDLB A)

2016 MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK KASAR ANAK MELALUI PEMBELAJARAN TARI KREASI BALI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

Teknik dan Kriteria Evaluasi Pendidikan Seni Tari Dewi Karyati dan Maman Tocharman

BAB I PENDAHULUAN. pola-pola baku, sehingga siswa hanya meniru tarian dari guru, misalnya dalam

KURIKULUM 2004 STANDAR KOMPETENSI. Mata Pelajaran

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Endang Permata Sari, 2014

I. PENDAHULUAN. Tari adalah gerak-gerak dari seluruh bagian tubuh manusia yang disusun selaras

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. hidup sehingga pendidikan bertujuan menyediakan lingkungan yang memungkinkan

PENERAPAN TARI RANTAK PADA PEMEBELAJARAN SENI TARI SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN KERJASAMA SISWA DI SMPN 9 BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. gembira dapat memotivasi anak untuk belajar. Lingkungan harus diciptakan

BAB I PENDAHULUAN. Anak merupakan potensi sumber daya manusia serta penerus cita-cita perjuangan bangsa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini perkembangan teknologi dan informasi memiliki pengaruh besar terhadap

1. Mengamati tari Nasional yang ditampilkan oleh seorang penari

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu potensi yang dimiliki manusia adalah potensi kreatif. Setiap

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan

BAB I PENDAHULUAN. pengembangan kognitif saja tetapi juga tidak mengesampingkan kemampuan

MATERI 2 PENCIPTAAN DAN PENATAAN TARI

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Anak Usia Dini merupakan pendidikan yang. diselenggarakan untuk mengembangkan kepribadian, pengetahuan dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dina Febriyanti, 2013

BAB I PENDAHULUAN. berkembang secara optimal. Berikut pernyataan tentang pendidikan anak usia

Bahan Ajar BAB I KONSEP, DAN PENTINGNYA SENI MUSIK

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan kegiatan universal dalam kegiatan manusia.

BAB I PENDAHULUAN. terhadap apa yang dilihat, didengar, dan dirasakan. Anak seolah-olah tidak

PROGRAM PEMBELAJARAN SENI BUDAYA DAN KETRAMPILAN SEKOLAH DASAR KELAS III SEMESTER 2

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

ARTIKEL TENTANG SENI TARI

BAB I PENDAHULUAN. Kenyataan implementasi di lapangan, pembelajaran seni budaya khususnya

BAB I PENDAHULUAN. prasekolah yang ada di jalur pendidikan formal. Pendidikan prasekolah adalah

BAB I PENDAHULUAN. untuk berkembang. Pada masa ini anak mempunyai rasa ingin tahu yang besar

77. Mata Pelajaran Seni Budaya untuk Sekolah Menengah Atas Luar Biasa Tunanetra (SMALB A)

56. Mata Pelajaran Seni Budaya untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs)

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENELITIAN RELEVAN

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Taman Kanak- Kanak termasuk jenjang Pendidikan Anak Usia

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan sepanjang hayat (Long Life Education), merupakan kalimat yang telah

BAB I PENDAHULUAN. dan teknik yang berkaitan dengan komposisinya (analisis bentuk at au penataan

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

BAB I PENDAHULUAN. jasmani, rohani (moral atau spritual), motorik, akal pikiran, emosional, sosial dan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

TAYUB NINTHING: TARI KREASI BARU YANG BERSUMBER PADA KESENIAN TAYUB

BAB I PENDAHULUAN. Hakikat pembangunan nasional adalah pembangunan manusia Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan masalah yang cukup kompleks dalam kehidupan

58. Mata Pelajaran Seni Budaya untuk Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa Tunanetra (SMPLB-A)

BAB I PENDAHULUAN. dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Usia dini (0 6 tahun) merupakan usia peka dimana pada usia ini anak memiliki

KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN (KTSP)

59. Mata Pelajaran Seni Budaya untuk Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa Tunarungu (SMPLB B)

UPAYA PENGEMBANGAN KECERDASAN VISUAL SPASIAL ANAK MELALUI PERMAINAN BALOK DI TK RA GUPPI MANDAN SUKOHARJO

2015 MODEL PEMBELAJARAN TARI UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN RITME GERAK DAN RASA MUSIKAL BAGI GURU SENI BUDAYA DI PROVINSI JAWA BARAT

BAB 1 PENDAHULUAN. menjadi bagian terpadu dan tak terpisahkan dari peningkatan. yang digunakan dalam proses pembelajaran, kemajuan teknologi dapat

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG PEMILIHAN STUDI

belajar, belajar seraya bermain, dengan demikian anak akan memiliki kesempatan untuk bereksplorasi, menemukan, mengekspresikan perasaan dan

LAPORAN AKHIR PENELITIAN HIBAH BERSAING TEMA PENCIPTAAN TARI MANGGALA KRIDHA SEBAGAI MEDIA UNGKAP PEMBENTUKAN KARAKTER BAGI ANAK-ANAK

BAB I PENDAHULUAN. proses perkembangan dengan pesat dan sangat fundamental bagi kehidupan

78. Mata Pelajaran Seni Budaya untuk Sekolah Menengah Atas Luar Biasa Tunarungu (SMALB B)

BAB II KAJIAN TEORI. relevan dengan penelitian ini. Berikut ini akan diuraikan beberapa kajian relevan

dari pengalaman tertentu dalam karya seninya melainkan formasi pengalaman emosional yang bukan dari pikiranya semata. 2.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

76. Mata Pelajaran Seni Budaya untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/ Madrasah Aliyah (MA)

UPAYA PENINGKATAN KREATIVITAS ANAK MELALUI ALAT PERMAINAN EDUKATIF DARI KARDUS BEKAS DI TK GESI I, SRAGEN SKRIPSI

56. Mata Pelajaran Seni Budaya untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs)

BAB I PENDAHULUAN. Tubuh manusia merupakan hal yang bisa dipelajari, baik bentuk maupun

MENINGKATKAN KECERDASAN KINESTETIK DENGAN LATIHAN GERAK DASARTARI PADA ANAK KELOMPOK B DI TK PEMBINA MANNA BENGKULU SELATAN KARYA ILMIAH

Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) Mata Pelajaran Seni Musik Sumber: KTSP 2006

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Proses realisasi karya seni bersumber pada perasaan yang

BAB I PENDAHULUAN. Pentingnya penyelenggaran pendidikan diupayakan untuk membangun

Proses Penciptaan Tari. Oleh : Joko Pamungkas, M.Pd.

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Siska Novalian Kelana, 2013

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Eksistensi Proyek BAB 1 PENDAHULUAN

2015 PEMBELAJARAN TARI KREASI UNTUK MENINGKATKAN MINAT BELAJAR PADA SISWA KELAS VIII DI SMPN 45 BANDUNG

12. Mata Pelajaran Seni Budaya A. Latar Belakang Muatan seni budaya sebagaimana yang diamanatkan dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Orang tua dan guru belum memahami akan perkembangan potensi yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Nur Syarifah, 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

60. Mata Pelajaran Seni Budaya untuk Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa Tunadaksa (SMPLB D)

BAB I PENDAHULUAN. salah satu cara untuk mengubah sikap dan perilaku seseorang atau kelompok

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sehari-hari, kita ketahui terdapat beberapa jenis seni yang di

BAB I PENDAHULUAN. menghawatirkan, baik dari segi penyajian, maupun kesempatan waktu dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan anak usia dini merupakan program pendidikan yang

54. Mata Pelajaran Seni Budaya dan Keterampilan untuk Sekolah Dasar Luar Biasa Tunarungu (SDLB B) A. Latar Belakang

Transkripsi:

1 PENDIDIKAN SENI TARI ANAK USIA DINI MELALUI STIMULUS BERKREASI TARI NUSANTARA I Gusti Komang Aryaprastya Abstrak. Anak usia dini merupakan sosok insan yang masih memiliki sifat bermain yang sangat tinggi, oleh karena itu kebebasan berimajinasi menjadikan dirinya memiliki keunikan tersendiri dibandingkan orang dewasa. Kegemarannya bermain seringkali menghadirkan suara-suara maupun gerak-gerik tubuh yang indah atau ekspresif dengan gaya yang spesifik. Prilaku seperti ini bisa menjadi sumber kreatifitas dan acuan dalam memotivasi keberanian untuk berkreasi. Ketika anak bermain menirukan binatang, nampaklah sangat imaginatif, dengan polosnya ia menirukan gerak kupu-kupu terbang, katak melopat, kucing mengeong dan seterusnya, itulah orisinalitas anak-anak dalam berekspresi yang sebenarnya sangat sulit untuk dibingkai dalam suatu bentuk tatanan koreografi. Hal ini justru diperlukan metode pembelajaran khusus yang mampu memotivasi kepada anak untuk berani berbuat atau berkreasi seni tari melalui spontanitas berdasarkan imajinasinya. Ciri-ciri pendidikan seni tari untuk anak usia dini adalah tari yang sesuai dengan kemampuan dasar anak usia, apabila ditinjau dari aspek intelektual, emosional, sosial, perseptual, fisikal, estetik dan kreatif. Bermain merupakan pendekatan yang paling cocok untuk pembelajaran tari di anak usia dini. Karakteristik atau ciri-ciri tari anak usia dini adalah: tarinya bertema dan ada unsur bermain, gerak tariannya bersifat meniru (gerak imitatif), gerak tarinya lebih variatif, busana tarinya meniru busana adat orang dewasa, dan bentuk penyajian tarinya biasanya kurang dari 5 menit. Anak-anak sebagai generasi penerus dalam kesenian cenderung tidak begitu kenal dengan kesenian tradisi. Mereka lebih menyukai tarian yang berjinkrak-jinkrak dengan iringan musik dangdut, musik india dan lagu-lagu barat dengan busana yang seronok dan tidak sesuai dengan etika ketimuran. Untuk mengantisipasi hal tersebut maka dorongan minat dan bakat menari pada anak harus dibina, dipupuk dan dipelihara sejak dini dalam hal ini Taman Kanak-Kanak merupakan salah satu wadah yang tepat untuk memperkenalkan dan mengembangkan seni tari di Indonesia. Anak-anak sebagai generasi penerus bangsa, sebaiknya sejak usia dini diperkenalkan berbagai jenis kesenian tradisi di Indonesia yang sangat kaya. Salah satu solusi yang ditawarkan dengan mengangkat Tari Nusantara sebagai bahan untuk dijadikan tema pembelajaran yang menarik di TK. Keywords: tari, nusantara, Taman kanak-kanak, anak usia dini Kesenian sebagai salah satu transformasi nilai kehidupan, merupakan media pengungkapan kreatif yang sangat unik di dunia anak-anak. Di samping untuk media penuangan pengalaman hidup, juga mempunyai manfaat yang sangat besar dalam pembentukan sikap, kepribadian, tingkah laku maupun moral terhadap dirinya sendiri, maupun dalam lingkungan pergaulan. Kesenian juga merupakan salah satu upaya manusia untuk menyatu dengan lingkungannya. Olah karena itu dalam berbagai kegiatan kesenian, nampak pula bahwa kesenian sebagai wujud usaha manusia untuk memenui kebutuhan estetis dan aktualisasi diri (Tri Broto, 2001: 1). Seni tari merupakan bagian dari bentuk seni, dan seni merupakan bagian dari kebudayaan manusia. Seni tari memiliki nilai pendidikan yang dijabarkan secara praktis maupun teoritis. Secara praktis seni tari diterapkan dalam bentuk keterampilan menari, sedangkan secara teoritis diterapkan dalam bentuk pengetahuan tentang seni tari. Pendidikan seni tari memiliki tujuan mengembangkan efisiensi dan ekspresi jiwa anak yang diwujudkan melalui gerak, sebab lewat gerakan anggota badan manusia dapat mengekspresikan perasaannya. Untuk itu seni tari perlu diperkenalkan sejak dini

2 termasuk pada siswa Taman Kanak-Kanak, karena didalamnya mengandung berbagai unsur yang dapat memberikan rasa senang dan gembira bagi anak. Melalui kegiatan menari siswa dapat menuangkan ekspresi dirinya sesuai dengan tingkat perkembangan usia serta emosi, dengan demikian pembelajaran menjadi lebih menarik dan menggairahkan para siswa. Peranan pendidikan seni tari dalam pendidikan dapat menumbuhkembangkan daya apresiasi seni, kreatifitas, kognitif serta kepekaan inderawi dan emosi serta memelihara keseimbangan mental peserta didik. Lebih jauh diharapkan peserta didik yang memiliki minat dan bakat di bidang seni tari dapat mengembangkan bakatnya dan meningkatkan kecerdasaan kinestetiknya. Ketetapan gerak tari juga merangsang pertumbuhan motorik anak dalam menyelaraskan daya pikir yang sesuai dengan tingkat perkembangan motorik anak usia dini. Anak Usia Dini merupakan sosok insan yang masih memiliki sifat bermain yang sangat tinggi, oleh karena itu kebebasan berimajinasi menjadikan dirinya memiliki keunikan tersendiri dibandingkan orang dewasa. Kegemarannya bermain seringkali menghadirkan suara-suara maupun gerak-gerik tubuh yang indah atau ekspresif dengan gaya yang spesifik. Prilaku seperti ini bisa menjadi sumber kreatifitas dan acuan dalam memotivasi keberanian untuk berkreasi. Ketika anak bermain menirukan binatang, nampaklah sangat imaginatif, dengan polosnya ia menirukan gerak kupu-kupu terbang, katak melopat, kucing mengeong dan seterusnya, itulah orisinalitas anak-anak dalam berekspresi yang sebenarnya sangat sulit untuk dibingkai dalam suatu bentuk tatanan koreografi. Hal ini justru diperlukan metode pembelajaran khusus yang mampu memotivasi kepada anak untuk berani berbuat atau berkreasi seni tari melalui spontanitas berdasarkan imajinasinya. Seni untuk anak-anak berbeda dengan seni untuk orang dewasa karena karakter fisik maupun mentalnya berbeda. Hal ini penting diperhatikan khususnya dalam melakukan penilaian karya anak didik, supaya hasil kreasi anak tidak diukur menurut selera dan kriteria keindahan orang dewasa. Fungsi seni dalam pendidikan berbeda dengan fungsi seni dalam kerja profesional. Seni untuk pendidikan difungsikan sebagai media untuk memenuhi fungsi perkembangan anak, baik fisik maupun mental. Selanjutnya seni dalam kerja profesional difungsikan untuk meningkatkan kemampuan bidang keahlian seni secara professional. Dalam pelaksanaan pembelajaran seni di sekolah, pengalaman belajar mencipta seni disebut sebagai pembelajaran berkarya. Selanjutnya pengalaman persepsi, melihat, dan menghayati serta memahami seni disebut pembelajaran apresiasi. Pembelajaran berkarya seni biasanya mengandung dua aspek kompetensi yaitu, keterampilan dan kreativitas (Widia Pekerti, 2005). Di Taman Kanak-kanak kompetensi keterampilan lebih difokuskan pada pengalaman eksplorasi untuk melatih kemampuan sensorik dan motorik, bukan menjadikan anak mahir atau ahli. Sedangkan kreativitas di sini meliputi ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik yang terlihat dari produk atau hasil karya dan proses dalam berbagai kegiatan siswa secara kreatif (Semiawan, Munandar, 1990: 10). Pembelajaran apresiasi disampaikan tidak hanya sebatas pengetahuan saja, namun melibatkan pengalaman mengamati, mengalami, menghayati, menikmati dan menghargai secara langsung dalam aktivitas berolah seni. Kemampuan dasar fisik anak TK dapat dikenali dari kemampuannya melakukan gerakan keseimbangan, lokomotor, kecepatan, perubahan, ekspresi, teknik, mengendalikan tubuh, gerak yang energik dan koordinasi anggota tubuh. Kemampuan dasar estetik anak TK terlihat dari kemampuannya mengungkapkan keindahan tari baik dalam kegiatan penciptaan tari maupun dalam kegiatan menari. Kemampuan dasar kreatif anak TK dapat dikenali dari kemampuannya membuat gerak-gerak yang unik, berbeda dengan teman-temannya, bahkan kemampuannya membuat gerak baru, serta kecepatannya menyesuaikan diri dengan teman-temannya, apabila melakukan kesalahan pada waktu menari (Widia Pekerti, 2005). Tujuan dari pendidikan seni tari di Taman Kanak-Kanak secara umum untuk mengenalkan sebagian kebudayaan bangsa Indonesia pada anak didik, serta mengembangkan kecerdasan kinestetik

3 dan aspek pengembangan seni. Tujuan pendidikan seni tari di Taman Kanak-Kanak secara khusus dapat kita amati sebagai berikut : 1. Melatih perkembangan fisik motorik anak 2. Melatih perkembangan kognitif dan afektif. 3. Melatih minat, bakat, dan kreativitas anak. 4. Melatih perkembangan sosial emosi, komunikasi dan bahasa. 5. Menanamkan kepekaan estetis atau keindahan. 6. Menanamkan nilai-nilai pendidikan dan kemanusian, 7. Mengenalkan dan melestarikan Budaya Indonesia. Ciri-ciri pendidikan seni tari untuk anak usia dini adalah tari yang sesuai dengan kemampuan dasar anak usia, apabila ditinjau dari aspek intelektual, emosional, sosial, perseptual, fisikal, estetik dan kreatif. Bermain merupakan pendekatan yang paling cocok untuk pembelajaran tari di anak usia dini. Karakteristik atau ciri-ciri tari anak usia dini adalah: tarinya bertema dan ada unsur bermain, gerak tariannya bersifat meniru (gerak imitatif), gerak tarinya lebih variatif, busana tarinya meniru busana adat orang dewasa, dan bentuk penyajian tarinya biasanya kurang dari 5 menit. Menari adalah kegiatan seseorang yang sedang melakukan tari. Orang yang sedang menari disebut penari. Menari berbeda dengan bermain, berpantomim atau bersenam. Seorang anak dapat dikatakan menari apabila anak menyadari bahwa ia sedang menari, bukan sedang bermain, bukan sedang bersenam. Anak menyadari bahwa ia sedang mengungkapkan sesuatu melalui tarian yang sedang ditarikan. Sesuatu itu dapat berupa gagasan, perasaan, pengalaman atau pikiran. Anak tidak bergerak spontanitas. Ia bergerak berdasarkan gerak yang telah disusun dan ditata. Ukuran keberhasilan anak TK dalam menari apabila anak tersebut mencapai tujuan pembelajaran TK yang berbasis kompetensi melalui kegiatan menari. Di dalam proses pembelajaran tari, guru harus dapat menciptakan suasana kebebasan bergerak kepada anak didiknya. Guru diharapkan membimbing anak dapat mengungkapkan cara bergerak mereka sendiri yang unik, dan bergerak sesuai perasaannya. Bentuk kegiatan guru dalam membimbing anak didiknya belajar menari, adalah: (1) latihan mempersiapkan tubuh sebagai alat ekspresi, (2) latihan gerak kepala, tangan, badan, dan kaki untuk menumbuhkan kesadaran kepada anak didiknya bahwa seluruh anggota badan merupakan sumber gerak tari, (3) latihan bergerak dengan ritme untuk tujuan memperkenalkan dan membiasakan anak menanggapi birama, tempo dan frase dalam musik iringan tarinya, (4) latihan bergerak dengan arah untuk tujuan membiasakan anak dapat cepat menyesuaikan dengan tempat menari, (5) latihan bergerak dengan membentuk formasi untuk tujuan melatih konsentrasi, dapat cepat menyesuaikan dengan tempat menari dan melatih kemampuan bekerja sama dalam kelompok. Guru TK wajib membimbing dan melatih anak didiknya mengerti tari yang menarik. Sebuah tarian anak-anak TK akan dikatakan menarik, apabila tarian tersebut menjadi media bagi anak untuk mengungkapkan ide-ide, perasaan dan pengalamannya. Untuk dapat membimbing anak sampai pada kemampuan bisa mengungkapkan ide-idenya, perasaannya, pengalamannya dengan bahasa tari guru harus memiliki pengetahuan tentang komposisi tari. Dengan pengetahuan komposisi tari, guru membimbing anak menjadi mengerti tari sebagai seni pertunjukan, dengan pengetahuan komposisi juga, guru menyadarkan anak bahwa menari bukan hanya sekadar untuk kesenangan bergerak. Pengetahuan komposisi tari adalah pengetahuan yang berhubungan dengan bagaimana memilih dan menata gerakan menjadi sebuah karya tari, pengetahuan itu di antaranya desain lantai, desain atas, musik, dramatik, dinamika, tema, tata rias dan busana, tata pentas, tata lampu dan tata suara. Guru TK harus melibatkan anak didiknya dalam proses mencipta tari dan membimbing anak pada waktu proses mencipta tari. Sangat penting untuk diperhatikan oleh guru TK untuk mengetahui langkah kegiatan mencipta tari seperti yang dilakukan oleh penata tari dan koreografer profesional, yang

4 dapat dijadikan sebagai pedoman kerja pada saat guru mencipta tari, sehingga dapat mencapai proses mencipta tari yang benar. Proses kegiatan mencipta tari anak, koreografer dimulai dari kegiatan menemukan gagasan, mendalami gagasan, mewujudkan gagasan/ komposisi tari dan pementasan karya tari. 1. Kegiatan yang dapat dilakukan untuk menemukan sebuah gagasan, adalah mengamati benda, alam semesta, kegiatan, peristiwa dan sebagainya atau merasakan suatu gejala alam, sosial, seni, budaya, dan sebagainya. 2. Merenungkan dan menelaah melalui kegiatan berpikir, mencari jawaban dan bertanya kepada orang yang dianggap tahu tentang gagasan tari. 3. Observasi langsung ke lapangan, mengamati hal-hal yang berkaitan dengan gagasan tari: tema, media, bentuk, gaya, nilai budaya, estetika, dan sebagainya. 4. Studi pustaka (menelaah buku-buku), berkaitan dengan gagasan tari: tema, media, bentuk, gaya, nilai budaya, estetika, dan sebagainya. Selanjutnya pada tahap mendalami gagasan dapat dilakukan dengan cara melakukan eksplorasi, improvisasi dan evaluasi. Sementara dalam tahap mewujudkan ide/komposisi, guru akan melakukan penyusunan atau pembuatan komposisi gerak, desain lantai, desain atas, desain musik, dramatik dan tema tari. Kesemuanya itu dilakukan untuk mewujudkan gagasannya. Terakhir, dalam tahap pementasan tari, guru akan menyelenggarakan pertunjukan karya tari di depan penonton. Serangkaian kegiatan yang akan dilakukan dalam tahap pementasan tari adalah latihan, pergelaran, dan pembahasan/evaluasi tari. Dalam melaksanakan seluruh kegiatan penciptaan tari, dituntut kemampuankemampuan, seperti kemampuan berpikir, kepekaan keindahan, kepekaan emosi, intuisi, imajinasi, fantasi, kreativitas, dan bakat untuk mengekspresikan gagasan. Anak-anak sebagai generasi penerus dalam kesenian cenderung tidak begitu kenal dengan kesenian tradisi. Mereka lebih menyukai tarian yang berjinkrak-jinkrak dengan iringan musik dangdut, musik india dan lagu-lagu barat dengan busana yang seronok dan tidak sesuai dengan etika ketimuran. Untuk mengantisipasi hal tersebut maka dorongan minat dan bakat menari pada anak harus dibina, dipupuk dan dipelihara sejak dini dalam hal ini Taman Kanak-Kanak merupakan salah satu wadah yang tepat untuk memperkenalkan dan mengembangkan seni tari di Indonesia. Anak-anak sebagai generasi penerus bangsa, sebaiknya sejak usia dini diperkenalkan berbagai jenis kesenian tradisi di Indonesia yang sangat kaya. Salah satu solusi yang ditawarkan dengan mengangkat Tari Nuasantara sebagai bahan untuk dijadikan tema pembelajaran yang menarik di Taman Kanak-Kanak. Materi tari nusantara dari daerah Jawa Tengah, misalnya tari kuda lumping merupakan sumber inspirasi yang menarik untuk di angkat dalam pembelajaran di TK. Dalam proses pembelajaran tari di sekolah, guru bisa menggunakan pendekatan terpadu. Pembelajaran tari dengan pendekatan terpadu yang dimaksud, guru melakukan proses pembelajaran dengan memadukan seni rupa, seni musik dan seni tari. Sebagai contoh guru bisa menyusun konsep awal sebelum melakukan langkah-langkah pembelajaran yang nantinya akan diaplikasikan dan diskripsikan kedalam Satuan Kegiatan Harian di sekolah, misalnya : Judul : Tari Kuda Lumping Sinopsis : Tarian ini menceritakan tentang anak-anak Jawa yang sedang bermain dengan menggunakan kuda-kudaan yang terbuat dari kardus. Konsep Tari : 1. Gerakan pertama berjalan membentuk posisi 2 orang di depan dan 2 orang di belakang. 2. Gerakan kedua berjalan ke kanan 2 kali dan ke kiri 2 kali barisan pertama berjalan ke kanan dan barisan kedua berjalan ke kiri. 3. Gerakan ketiga diam di tempat, salah satu kaki bergerak ke depan diselingi dengan posisi diam dengan bahu diangkat naik turun sebanyak 2 kali.

5 4. Gerakan keempat posisi diam dengan tangan di angkat seperti menerawang. Konsep Musik : Menentukan Lagu Jaranan yang didapat dari download di internet. Jaranan artinya kuda lumping, kuda-kudaan yang terbuat dari pelepah pisang, kayu, bambu, biasa dimainkan oleh anak- anak di Jawa Tengah. Tempo lagunya cepat dan bersemangat. Konsep Busana / Rupa : Penari memakai busana seperti prajurit berkuda dengan memakai rompi yang terbuat dari kresek berwana hitam lalu dihias dengan kertas warna. Memakai ikat kepala yang terbuat dari kresek, bagian bawah menggunakan sarung yang dilipat. Untuk mempercantik penampilan pada bagian tangan dan kaki diberi gelang yang terbuat dari kertas warna. Tari Nusantara dari daerah Sulawesi, misalnya Tari Kipas Angin Mamiri juga merupakan sumber inspirasi yang menarik untuk di angkat dalam pembelajaran di TK. Sebagai contoh guru bisa menyusun konsep awal sebelum melakukan langkah-langkah pembelajaran yang nantinya akan diaplikasikan dan diskripsikan kedalam Satuan Kegiatan Harian di sekolah, misalnya : Judul : Tari Kipas Angin Mamiri Sinopsis : Tarian ini menceritakan tentang anak-anak gadis Sulawesi yang sedang bermain dengan menggunakan kipas yang terbuat dari bulu. Konsep Tari : 1. Gerakan pertama berjalan lambat kedepan dengan mengetarkan kedua kipas bulu. 2. Gerakan kedua berjalan cepat berputar ke kanan dan ke kiri 3. Gerakan ketiga diam di tempat dengan membentuk formasi bunga yang dihasilkan dari efek gerakan kipas bulu. Konsep Musik : Menentukan Lagu Angin Mamiri yang di dapat dari download di internet. Lagu Angin Mamiri merupakan lagu yang cukup terkenal dari daerah Makasar Sulawesi. Lagu ini mengisahkan sebuah hembusan angin yang sepoi-sepoi. Konsep Busana / Rupa : Penari menggunakan busana adat pengantin putri di Makasar Sulawesi yang dikenal dengan baju bodo. Busana tari kipas ini terbuat dari bahan kresek warna merah dan hitam yang kemudian dihias dengan kertas warna-warni. Selanjutnya untuk kipas bisa terbuat dari bahan kertas yang dihias dengan menempelkan bulu berwarna-warni. DAFTAR PUSTAKA Endang Caturwati, et. al. (2008). Tari Anak-Anak dan Permasalahannya. Bandung : Sunan Ambu STSI Press. Dinas Kebudayaan, ( 1988 ), Pedoman Pendidikan Kesenian, Jakarta. La Mery. (1965). Dance Composition: The Bacis Ellement. Lee Massachutuseets: Jakob s Pillow Dance Festival. Petro Alexy dan Dewi Hafianti. (2001). Ayo Menari. Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia. Smith. M. Jacqueline. (1994). The Art of Dance In Education. London: A&C Black. Sri Hermawati Dwi Arini, dkk. Seni Budaya Jilid 1. Jakarta : Departemen Pendidikan Nasional. Soedarsono, (2002). Seni Pertunjukan Indonesia Di Era Globalisasi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Tri Broto Wibisono, (2001). Pendidikan Seni Tari. Surabaya : Insan Cendekia.

6 Yulianti Parani, dkk. (1990). Tari Pendidikan. Jakarta: Departemen Tari, Lembaga Pendidikan Kesenian Jakarta. Widia Pekerti, dkk. (2005). Metode Pengembangan Seni TK. Jakarta : Universitas Terbuka.