Lampiran 1. Penghasilan termasuk Objek Pajak. Menurut Undang-Undang Pajak Penghasilan No. 36 Tahun 2008 Pasal 4(1):

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN TEORITIS. merupakan hal yang paling penting dalam meningkatkan pembangunan nasional dan

MATERI PENYULUHAN PAJAK DI SMKN PENGASIH KULON PROGO

BAB II KAJIAN PUSTAKA tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan adalah. badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang dengan tidak

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang

BAB II KAJIAN PUSTAKA. atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang - Undang dengan

PAJAK PENGHASILAN UMUM DAN NORMA PERHITUNGAN PAJAK PENGHASILAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA. adalah iuran rakyat kepada Kas Negara berdasarkan Undang-undang (yang dapat

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pajak. Pajak adalah suatu kewajiban kenegaraan dan pengapdiaan peran aktif

BAB II LANDASAN TEORI. pemungutan pajak merupakan perwujudan dari pengabdian, kewajiban dan peran serta

UU 10/1994, PERUBAHAN ATAS UNDANG UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1983 TENTANG PAJAK PENGHASILAN SEBAGAIMANA TELAH DIUBAH DENGAN UNDANG UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1991

RUGI LABA BIAYA FISKAL

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PAJAK PENGHASILAN (PPh)

Amir Hidayatulloh, S.E., M.Sc Prodi Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Ahmad Dahlan

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2008 TENTANG PERUBAHAN KEEMPAT ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1983 TENTANG PAJAK PENGHASILAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2008 TENTANG PERUBAHAN KEEMPAT ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1983 TENTANG PAJAK PENGHASILAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2008 TENTANG PERUBAHAN KEEMPAT ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1983 TENTANG PAJAK PENGHASILAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2008 TENTANG PERUBAHAN KEEMPAT ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1983 TENTANG PAJAK PENGHASILAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2000 TENTANG PERUBAHAN KETIGA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1983 TENTANG PAJAK PENGHASILAN

BAB II LANDASAN TEORI. Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan Pasal 1 angka 1, Pajak adalah kontribusi

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2008 TENTANG PERUBAHAN KEEMPAT ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1983 TENTANG PAJAK PENGHASILAN

PAJAK PENGHASILAN UMUM. Amanita Novi Yushita, M.Si

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PERUBAHAN KEEMPAT ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1983 TENTANG PAJAK PENGHASILAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2000 TENTANG PERUBAHAN KETIGA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1983 TENTANG PAJAK PENGHASILAN

RINGKASAN PERMOHONAN Perkara Nomor 57/PUU-XII/2014 Penghitungan Pajak Penghasilan

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2000 TENTANG PERUBAHAN KETIGA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1983 TENTANG PAJAK PENGHASILAN

HAKIKAT REKONSILIASI. Perbedaan timbul terkait pengakuan pendapatan dan beban di laporan laba rugi.

BIAYA YG TIDAK BOLEH DIKURANGKAN DARI PENGHASILAN BRUTO WP DALAM NEGERI WP BUT PASAL 9

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Laporan Keuangan

BAB II LANDASAN TEORI. diterima atau diperolehnya dalam tahun pajak. Yang dimaksud dengan tahun

BAB III PENYEBAB BEDA AKUNTANSI PAJAK DAN KOMERSIAL

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 1994 TENTANG

Rekonsiliasi LK Komersial ke LK Fiskal

Konsep Dasar Pajak Penghasilan Wajib Pajak Badan dan BUT

BAB II LANDASAN TEORI

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TELAAH PUSTAKA Pengertian Penghasilan menurut Akuntansi dan Pajak. Penghasilan menurut SAK No. 23 meliputi pendapatan (revenue)

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2000 TENTANG PERUBAHAN KETIGA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1983 TENTANG PAJAK PENGHASILAN.

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 1994 TENTANG

BAB II KAJIAN PUSTAKA. rakyat ke kas Negara berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan)

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2000 TENTANG PERUBAHAN KETIGA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1983 TENTANG PAJAK PENGHASILAN

BAB II LANDASAN TEORI. Pemahaman akan pengertian pajak merupakan hal penting untuk dapat

PAJAK PENGHASILAN. Pembagian Subjek Pajak. Subjek Pajak Dalam Negeri Subjek Pajak Luar Negeri SIAPA SUBJEK PAJAK?

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI. Pajak dapat diartikan sebagai iuran wajib yang dipungut oleh Negara dari wajib pajak

1. Pengertian Penghasilan Menurut Undang-Undang Pajak Penghasilan. Pengertian penghasilan menurut Undang-Undang Pajak Penghasilan

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2000 TENTANG PERUBAHAN KETIGA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1983 TENTANG PAJAK PENGHASILAN

Buku Panduan Perpajakan Bendahara Pemerintah BAB I BENDAHARA DAN KEWAJIBAN PAJAKNYA

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1) Pengertian Pajak Penghasilan. 2) Subjek Pajak Penghasilan. Undang Pajak Penghasilan Nomor 36 tahun 2008, yaitu.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI

SUSUNAN DALAM SATU NASKAH DARI UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 1983 TENTANG PAJAK PENGHASILAN SEBAGAIMANA TELAH DIUBAH TERAKHIR DENGAN

BAB II LANDASAN TEORITIS. 2.1 Pengertian dan Fungsi Pajak Penghasilan. 1. Pengertian Pajak Penghasilan (PPh)

BAB II LANDASAN TEORITIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian pajak yang dikemukakan oleh Mardiasmo (2011). Pajak

BAB II KAJIAN PUSTAKAN DAN RUMUSAN HIPOTESIS. Rochmat Soemitro (Mardiasmo 2011:1), Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Pengertian Pajak sesuai dengan Undang-Undang Ketentuan Umum

BAB II LANDASAN TEORI

Kelompok 3. Karina Elminingtias Ni Putu Ayu A.W M. Syaiful Mizan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. a. Definisi koperasi yang terdapat dalam Peraturan Undang-Undang. Koperasi No.25Tahun 1992 yang berbunyi:

BAB II LANDASAN TEORI. pembangunan adalah penerimaan yang berasal dari dalam negeri yaitu dari sektor pajak.

BAB II LANDASAN TEORI. adalah sebagai berikut, iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan Undang-undang

Undang-Undang PPh dan Peraturan Pelaksanaannya

BAB II LANDASAN TEORI. (2006), Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Pengertian pajak menurut Pasal 1 angka 1 UU No.28 Tahun 2007 tentang

BAB II LANDASAN TEORI. Terdapat bermacam-macam batasan atau definisi tentang "Pajak" yang dikemukakan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. menurut Rochmat Soemitro, seperti yang dikutip Waluyo (2008:3)

KOMPILASI RANCANGAN UNDANG-UNDANG PAJAK PENGHASILAN (PPh)

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Mardiasmo ( 2006 ) mendefinisikan, Pajak adalah iuran rakyat

lebih lanjut dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan;

SUSUNAN DALAM SATU NASKAH UNDANG-UNDANG PAJAK INDONESIA TENTANG PAJAK PENGHASILAN BAB I KETENTUAN UMUM

BAB II LANDASAN TEORI

PAJAK PENGHASILAN. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 Tentang Perubahan Keempat Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 Tentang Pajak Penghasilan

BAB II LANDASAN TEORI

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2000 TENTANG PERUBAHAN KETIGA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1983 TENTANG PAJAK PENGHASILAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Definisi Pajak menurut undang-undang No.16 tahun 2009 tentang. perubahan keempat atas undang undang No. 6 tahun 1983 tentang

BAB II LANDASAN TEORI. dipaksakan) dengan tiada mendapat jasa timbal (kontraprestasi) yang langsung dapat

PAJAK PENGHASILAN. Saiful Rahman Yuniarto, S.Sos, MAB

Penghasilan yang tidak termasuk sebagai objek pajak dan tidak dikenakan Pajak penghasilan, diatur dalam Psl 4 ayat (3) UU No. 36 Tahun 2008, yaitu :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dalam Siti Resmi (2009:1) pajak adalah iuran rakyat kepada kas Negara

Perpajakan Bagi Koperasi

BAB II LANDASAN TEORI / PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Pengertian bank menurut Pasal 1 Undang-undang No.10 Tahun 1998

BAB II LANDASAN TEORI

ANALISIS PERHITUNGAN PPh BADAN DALAM RANGKA PENYESUAIAN UNDANG- UNDANG DAN PERATURAN PAJAK YANG BERLAKU. Hartanti

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Ketentuan Umum dan Perpajakan, pajak merupakan suatu konstribusi wajib

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

KONSEP PENDAPATAN DALAM PAJAK

Pajak Penghasilan (PPh) Umum

BAB 2 LANDASAN TEORI

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK LAMPIRAN I PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER-26/PJ/2013 TENTANG

BAB II LANDASAN TEORI. Soemitro, SH (Mardiasmo, 2006) adalah iuran rakyat kepada negara yang dapat

Transkripsi:

Lampiran 1 Penghasilan termasuk Objek Pajak Menurut Undang-Undang Pajak Penghasilan No. 36 Tahun 2008 Pasal 4(1): Yang menjadi Objek Pajak adalah penghasilan, yaitu setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak, baik yang berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia, yang dapat dipakai untuk konsumsi atau untuk menambah kekayaan Wajib Pajak yang bersangkutan, dengan nama dan dalam bentuk apapun, termasuk : a. penggantian atau imbalan berkenaan dengan pekerjaan atau jasa yang diterima atau diperoleh termasuk gaji, upah, tunjangan, honorarium, komisi, bonus, gratifikasi, uang pensiun, atau imbalan dalam bentuk lainnya, kecuali ditentukan lain dalam Undang-undang ini; b. hadiah dari undian atau pekerjaan atau kegiatan, dan penghargaan; c. laba usaha; d. keuntungan karena penjualan atau karena pengalihan harta termasuk: 1) keuntungan karena pengalihan harta kepada perseroan, persekutuan, dan badan lainnya sebagai pengganti saham atau penyertaan modal; 2) keuntungan karena pengalihan harta kepada pemegang saham, sekutu, atau anggota yang diperoleh perseroan, persekutuan, dan badan lainnya; L.1

3) keuntungan karena likuidasi, penggabungan, peleburan, L.2 pemekaran, pemecahan, pengambilalihan usaha, atau reorganisasi dengan nama dan dalam bentuk apa pun; 4) keuntungan karena pengalihan harta berupa hibah, bantuan, atau sumbangan, kecuali yang diberikan kepada keluarga sedarah dalam garis keturunan lurus satu derajat dan badan keagamaan, badan pendidikan, badan sosial termasuk yayasan, koperasi, atau orang pribadi yang menjalankan usaha mikro dan kecil, yang ketentuannya diatur lebih lanjut dengan Peraturan Menteri Keuangan, sepanjang tidak ada hubungan dengan usaha, pekerjaan, kepemilikan, atau penguasaan di antara pihak-pihak yang bersangkutan; dan 5) keuntungan karena penjualan atau pengalihan sebagian atau seluruh hak penambangan, tanda turut serta dalam pembiayaan, atau permodalan dalam perusahaan pertambangan. e. penerimaan kembali pembayaran pajak yang telah dibebankan sebagai biaya dan pembayaran tambahan pengembalian pajak; f. bunga termasuk premium, diskonto, dan imbalan karena jaminan pengembalian utang; g. dividen, dengan nama dan dalam bentuk apapun, termasuk dividen dari perusahaan asuransi kepada pemegang polis, dan pembagian sisa hasil usaha koperasi; h. royalti atau imbalan atas penggunaan hak; i. sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta;

j. penerimaan atau perolehan pembayaran berkala; L.3 k. keuntungan karena pembebasan utang, kecuali sampai dengan jumlah tertentu yang ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah; l. keuntungan selisih kurs mata uang asing; m. selisih lebih karena penilaian kembali aktiva; n. premi asuransi; o. Iuran yang diterima atau diperoleh perkumpulan dari anggotanya yang terdiri dari Wajib Pajak yang menjalankan usaha atau pekerjaan bebas; p. tambahan kekayaan neto yang berasal dari penghasilan yang belum dikenaikan pajak; q. penghasilan dari usaha yang berbasis syariah; r. imbalan bunga sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang yang mengatur mengenai ketentuan umum dan tata cara perpajakan; dan s. surplus Bank Indonesia.

Lampiran 2 Penghasilan yang dikenai pajak bersifat Final / Pajak Penghasilan Final Menurut Undang-Undang Pajak Penghasilan No. 36 Tahun 2008 Pasal 4(2): Penghasilan di bawah ini dapat dikenai pajak bersifat final: a. penghasilan berupa bunga deposito dan tabungan lainnya, bunga obligasi dan surat utang negara, dan bunga simpanan yang dibayarkan oleh koperasi kepada anggota koperasi orang pribadi; b. penghasilan berupa hadiah undian; c. penghasilan dari transaksi saham dan sekuritas lainnya, transaksi derivatif yang diperdagangkan di bursa, dan transaksi penjualan saham atau pengalihan penyertaan modal pada perusahaan pasangannya yang diterima oleh perusahaan modal ventura; d. penghasilan dari transaksi pengalihan harta berupa tanah dan/atau bangunan, usaha jasa konstruksi, usaha real estate, dan persewaan tanah dan/atau bangunan; dan e. penghasilan tertentu lainnya; yang diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Pemerintah. L.4

Lampiran 3 Penghasilan tidak termasuk Objek Pajak Menurut Undang-Undang Pajak Penghasilan No. 36 tahun 2008 pada pasal 4(3): Yang dikecualikan dari objek pajak adalah: a. 1) bantuan atau sumbangan, termasuk zakat yang diterima oleh badan amil zakat atau lembaga amil zakat yang dibentuk atau disahkan oleh pemerintah dan yang diterima oleh penerima zakat yang berhak atau sumbangan keagamaan yang sifatnya wajib bagi pemeluk agama yang diakui di Indonesia, yang diterima oleh lembaga keagamaan yang dibentuk atau disahkan oleh pemerintah dan yang diterima oleh penerima sumbangan yang berhak, yang ketentuannya diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Pemerintah; dan 2) harta hibahan yang diterima oleh keluarga sedarah dalam garis keturunan lurus satu derajat, badan keagamaan, badan pendidikan, badan sosial termasuk yayasan, koperasi, atau orang pribadi yang menjalankan usaha mikro dan kecil, yang ketentuannya diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan, sepanjang tidak ada hubungan dengan usaha, pekerjaan, kepemilikan, atau penguasaan di antara pihak-pihak yang bersangkutan; b. warisan; c. harta termasuk setoran tunai yang diterima oleh badan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) huruf b sebagai pengganti saham atau sebagai pengganti penyertaan modal; L.5

L.6 d. penggantian atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa yang diterima atau diperoleh dalam bentuk natura dan/atau kenikmatan dari Wajib Pajak atau Pemerintah, kecuali yang diberikan oleh bukan Wajib Pajak, Wajib Pajak yang dikenakan pajak secara final atau Wajib Pajak yang menggunakan norma penghitungan khusus (deemed profit) sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15; e. pembayaran dari perusahaan asuransi kepada orang pribadi sehubungan dengan asuransi kesehatan, asuransi kecelakaan, asuransi jiwa, asuransi dwiguna, dan asuransi bea siswa; f. dividen atau bagian laba yang diterima atau diperoleh perseroan terbatas sebagai Wajib Pajak dalam negeri, koperasi, badan usaha milik negara, atau badan usaha milik daerah, dari penyertaan modal pada badan usaha yang didirikan dan bertempat kedudukan di Indonesia dengan syarat: 1.) dividen berasal dari cadangan laba yang ditahan; dan 2.) bagi perseroan terbatas, badan usaha milik negara dan badan usaha milik daerah yang menerima dividen, kepemilikan saham pada badan yang memberikan dividen paling rendah 25% (dua puluh lima persen) dari jumlah modal yang disetor; g. iuran yang diterima atau diperoleh dana pensiun yang pendiriannya telah disahkan oleh Menteri Keuangan, baik yang dibayar oleh pemberi kerja maupun pegawai; h. penghasilan dari modal yang ditanamkan oleh dana pensiun sebagaimana dimaksud pada huruf g, dalam bidang-bidang tertentu yang ditetapkan dengan Keputusan Menteri Keuangan

L.7 i. bagian laba yang diterima atau diperoleh anggota dari perseroan komanditer yang modalnya tidak terbagi atas saham-saham, persekutuan, perkumpulan, firma, dan kongsi, termasuk pemegang unit penyertaan kontrak investasi kolektif; j. dihapus; k. penghasilan yang diterima atau diperoleh perusahaan modal ventura berupa bagian laba dari badan pasangan usaha yang didirikan dan menjalankan usaha atau kegiatan di Indonesia, dengan syarat badan pasangan usaha tersebut: 1.) merupakan perusahaan mikro, kecil, menengah, atau yang menjalankan kegiatan dalam sektor-sektor usaha yang diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan; dan 2.) sahamnya tidak diperdagangkan di bursa efek di Indonesia l. Beasiswa yang memenuhi persyaratan tertentu yang ketentuannya diatur lebih lanjut dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan; m. Sisa lebih yang diterima atau diperoleh yayasan atau badan nirlaba yang bergerak dalam bidang pendidikan formal, yang ditanamkan kembali paling lama dalam jangka waktu 4 (empat) tahun yang ketentuannya diatur lebih lanjut dengan Keputusan Menteri Keuangan. n. bantuan atau santunan yang dibayarkan oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial kepada Wajib Pajak tertentu, yang ketentuannya diatur lebih lanjut dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan.

Lampiran 4 Daftar biaya Deductible Expense Menurut Undang-Undang Pajak Penghasilan No. 36 Pasal 6(1): Besarnya Penghasilan Kena Pajak bagi Wajib Pajak dalam negeri dan bentuk usaha tetap, ditentukan berdasarkan penghasilan bruto dikurangi biaya untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan, termasuk: a. biaya yang secara langsung atau tidak langsung berkaitan dengan kegiatan usaha, antara lain: 1. biaya pembelian bahan; 2. biaya berkenaan dengan pekerjaan atau jasa termasuk upah, gaji, honorarium, bonus, gratifikasi, dan tunjangan yang diberikan dalam bentuk uang; 3. bunga, sewa, dan royalti; 4. biaya perjalanan; 5. biaya pengolahan limbah; 6. premi asuransi; 7. biaya promosi dan penjualan yang diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan; 8. biaya administrasi; dan 9. pajak kecuali Pajak Penghasilan; b. penyusutan atas pengeluaran untuk memperoleh harta berwujud dan amortisasi atas pengeluaran untuk memperoleh hak dan atas biaya lain yang mempunyai masa manfaat lebih dari 1 (satu) tahun sebagaimana dimaksud dalam L.8

L.9 Pasal 11 dan Pasal 11A; c. iuran kepada dana pensiun yang pendiriannya telah disahkan oleh Menteri Keuangan; d. kerugian karena penjualan atau pengalihan harta yang dimiliki dan digunakan dalam perusahaan atau yang dimiliki untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan; e. kerugian selisih kurs mata uang asing; f. biaya penelitian dan pengembangan perusahaan yang dilakukan di Indonesia; g. biaya beasiswa, magang, dan pelatihan; h. piutang yang nyata-nyata tidak dapat ditagih dengan syarat: 1. telah dibebankan sebagai biaya dalam laporan laba rugi komersial; 2. Wajib Pajak harus menyerahkan daftar piutang yang tidak dapat ditagih kepada Direktorat Jenderal Pajak; dan 3. telah diserahkan perkara penagihannya kepada Pengadilan Negeri atau instansi pemerintah yang menangani piutang negara; atau adanya perjanjian tertulis mengenai penghapusan piutang/ pembebasan utang antara kreditur dan debitur yang bersangkutan; atau telah dipublikasikan dalam penerbitan umum atau khusus; atau adanya pengakuan dari debitur bahwa utangnya telah dihapuskan untuk jumlah utang tertentu; 4. syarat sebagaimana dimaksud pada angka 3 tidak berlaku untuk penghapusan piutang tak tertagih debitur kecil sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) huruf k;

L.10 yang pelaksanaannya diatur lebih lanjut dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan; i. sumbangan dalam rangka penanggulangan bencana nasional yang ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah; j. sumbangan dalam rangka penelitian dan pengembangan yang dilakukan di Indonesia yang ketentuannya diatur dengan Peraturan Pemerintah; k. biaya pembangunan infrastruktur sosial yang ketentuannya diatur dengan Peraturan Pemerintah; l. sumbangan fasilitas pendidikan yang ketentuannya diatur dengan Peraturan Pemerintah; dan m. sumbangan dalam rangka pembinaan olahraga yang ketentuannya diatur dalam Peraturan Pemerintah.

Lampiran 5 Daftar biaya Non-Deductible Expense Menurut Undang-Undang Pajak Penghasilan No. 36 Pasal 9(1): Untuk menentukan besarnya Penghasilan Kena Pajak bagi Wajib Pajak dalam negeri dan bentuk usaha tetap tidak boleh dikurangkan: a. pembagian laba dengan nama dan dalam bentuk apapun seperti dividen, termasuk dividen yang dibayarkan oleh perusahaan asuransi kepada pemegang polis, dan pembagian sisa hasil usaha koperasi; b. biaya yang dibebankan atau dikeluarkan untuk kepentingan pribadi pemegang saham, sekutu, atau anggota; c. Pembentukan atau pemupukan dana cadangan, kecuali: 1. cadangan piutang tak tertagih untuk usaha bank dan badan usaha lain yang menyalurkan kredit, sewa guna usaha denga hak opsi, perusahaan pembiayaan konsumen, dan perusahaan anjak piutang; 2. cadangan untuk usaha asuransi termasuk cadangan bantuan sosial yang dibentuk oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial; 3. cadangan penjaminan untuk Lembaga Penjamin Simpanan; 4. cadangan biaya reklamasi untuk usaha pertambangan; 5. cadangan biaya penanaman kembali untuk usaha kehutanan; dan 6. cadangan biaya penutupan da pemeliharaan tempat pembuangan limbah industri untuk usaha pengolahan limbah industri, yang ketentuan dan syarat-syaratnya diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan; L.11

L.12 d. premi asuransi kesehatan, asuransi kecelakaan, asuransi jiwa, asuransi dwiguna, dan asuransi bea siswa, yang dibayar oleh Wajib Pajak orang pribadi, kecuali jika dibayar oleh pemberi kerja dan premi tersebut dihitung sebagai penghasilan bagi Wajib Pajak yang bersangkutan; e. penggantian atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa yang diberikan dalam bentuk natura dan kenikmatan, kecuali penyediaan makanan dan minuman bagi seluruh pegawai serta penggantian atau imbalan dalam bentuk natura dan kenikmatan di daerah tertentu dan yang berkaitan dengan pelaksanaan pekerjaan yang diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan; f. jumlah yang melebihi kewajaran yang dibayarkan kepada pemegang saham atau kepada pihak yang mempunyai hubungan istimewa sebagai imbalan sehubungan dengan pekerjaan yang dilakukan; g. harta yang dihibahkan, bantuan atau sumbangan, dan warisan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (3) huruf a dan huruf b, kecuali sumbangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (1) huruf i, huruf j, huruf k, huruf l, dan huruf m serta zakat yang diterima oleh badan amil zakat atau lembaga amil zakat yang dibentuk atau disahkan oleh pemerintah atau sumbangan keagamaan yang sifatnya wajib bagi pemeluk agama yang diakui di Indonesia, yang diterima oleh lembaga keagamaan yang dibentuk atau disahkan oleh pemerintah, yang ketentuannya diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Pemerintah; h. Pajak Penghasilan;

L.13 i. biaya yang dibebankan atau dikeluarkan untuk kepentingan pribadi Wajib Pajak atau orang yang menjadi tanggungannya; j. gaji yang dibayarkan kepada anggota persekutuan, firma, atau perseroan komanditer yang modalnya tidak terbagi atas saham; k. sanksi administrasi berupa bunga, denda, dan kenaikan serta sanksi pidana berupa denda yang berkenaan dengan pelaksanaan perundangundangan di bidang perpajakan.

Lampiran 6 Hasil FGD (Forum Group Discussion) Q : Layanan apa yang sebaiknya diberikan oleh Tax Centre? A1 : Melayani pengisian SPT. A2 : Membantu Wajib Pajak jika mengalami kesulitan mengenai Pajak. A3 : Membantu masyarakat umum serta mahasiswa yang membutuhkan informasi mengenai perpajakan serta membantu dalam pengisian SPT. A4 : Sebaiknya sebagai perpanjangan tangan dari DJP, jadi apa saja sosialisasi yang ingin dilakukan DJP kalau bisa kita membantu sosialisasi tersebut A5 : Layanan yang berfungsi sebagai Tax Consulant dan juga membantu dalam penghitungan Tax Return (pengisian SPT). Lalu sebagai bantuan hukum dalam bidang perpajakan bagi Wajib Pajak. Q : Kesulitan apa yang dihadapi Tax Centre sejauh ini dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat? A1 : Sumber Daya yang masih sangat terbatas membuat pelayanan yang akan diberikan kurang maksimal A2 : Selain sumber daya yang terbatas, keterbatasan waktu yang dimiliki Tax Centre dalam melayani juga terbatas hanya di jam kerja Tax Centre A3 : Biasanya terkait dengan Sumber Daya yang dimiliki A4 : Sumber Daya Manusia pengajar yang terbatas dan juga SDM sebagai Tax Volunteer yang juga masih dibekali dengan ilmu-ilmu Perpajakan. L.14

L.15 A5 : Adanya sebagian tenaga pengajar yang kurang memuaskan dalam menyampaikan materi. Serta ketersediaan materi yang kurang dipersiapkan. Q : Fitur apa saja yang sebaiknya disediakan dalam sebuah Web Tax Centre A1 : Database peraturan yang dapat dengan mudah diakses, forum, jenis formulir kalo ada bentuk barunya, event, news, A2 : Pembelajaran untuk jenis Pajak yang sering digunakan dalam kehidupan sehari-hari, discussion forum, updatean segala peraturan dan formulir A3 : Peraturan-peraturan terbaru mengenai perpajakan, informasi-informasi terbaru mengenai perpajakan. A4 : Pembelajaran, Peraturan Pajak, Fitur Pengajar, About A5 : Peraturan pajak, forum, jurnal-jurnal perpajakan, contoh soal pembahasan. Q : Apakah diperlukan sebuah Learning Management System yang mensupport pelatihan di kelas bagi peserta Brevet A1 : Saya rasa perlu dibuat LMS, tapi harus diperhatikan silabusnya. Selain itu peserta pelatihannya siap atau tidak menggunakan LMS tersebut. A2 : LMS bisa mensupport pelatihan di kelas, bila pihak Tax Centre benarbenar memperhatikan silabusnya, kesiapan instruktur serta untuk

L.16 menggunakan LMS tersebut, serta dapat membuat peserta pelatihan dapat belajar di mana saja dan kapan saja. A3 : Perlu, tetapi harus dipertimbangkan kesiapan dari Tax Centre dalam pemeliharaan serta penggunaan LMS tersebut. A4 : Ide yang bagus untuk mebuat sebuah LMS untuk pelatihan pajak, apalagi Tax Centre Binus University, didukung oleh Binus University yang memiliki fasilitas untuk mendukung pembangunan sebuah LMS. A5 : Ya, sangat perlu. Tetapi diliat dulu cost benefitnya bagaimana, kalau tidak menghasilkan profit buat apa dibangun karena untuk membangun itu semua membutuhkan dan yang lumayan, minimal untuk pemeliharaan system. Q : Fitur-fitur apa saja yang perlu ada dalam bagian pembelajaran yang ingin kita sediakan? A1 : Materi, Soal dan simulasi perhitungan A2 : Materi serta soal pembelajaran A3 : Selain 3 hal diatas yaitu Materi, soal berbentuk teori maupun kasus juga pengisian SPT juga ditambahkan Learning Outcomes diawalnya A4 : Materi dan Soal serta pengisian SPTnya A5 : Materi, soal-soal, simulasi pengisian SPT, forum.

L.17 Q : Dalam bagian materi, materi/informasi seperti apa yang perlu diberikan untuk Pajak Penghasilan Orang Pribadi? A1 : definisi dasar mengenai subjek Pajak Penghasilan Orang Pribadi, tanggaltanggal penting untuk pelaporan Wajib Pajak Orang Pribadi, jenis biaya, PTKP A2 : Definisi, subjek, PTKP, Tarif PPh OP, tanggungan, status istri, simulasi perhitungan yang dilihat dari UU yang di Pajak Penghasilan, juga soal latihan dari sumber lain yang sering bermasalah (Biaya, Tunjangan) A3 : Objek Penghasilan yang dikenalan Pajak dan yang tidak, Subjek Pajaknya, Koreksi Fiskal A4 : Definisi awalnya, Subjek Pajak, Objek Pajak, PTKP, Norma untuk Penghasilan Neto, Penghasilan Kena Pajak, Tarif Pajak dan PPh Terutang, Pelunasan dalam Tahun Berjalan, Pemotongan Pajak sehubungan dengan Pekerjaan, Pemungutan pajak Penghasilan, Pemotongan Pajak atas Penghasilan tertentu, Penghasilan dari Luar Negeri, Pemotongan Penghasilan Wajib Pajak Luar Negeri, PenghitunganPPh pada akhir tahun. A5 : PTKP, tarif, tanggungan, sangsi, bunga, tanggal-tanggal penting.

L.18 Q : Dalam bagian materi, materi/informasi seperti apa yang perlu diberikan untuk Pajak Penghasilan Badan? A1 : Definisi, obyek pajak, subyek pajak. A2 : Norma, deductable expense, undeductable expense. A3 : Biaya-biaya yang tidak termasuk pengurang dalam penghasilan bruto. A4 : Tarif, norma, pembukuan, jenis biaya. A5 : Pembukuan, tarif, tanggal-tanggal penting. Q : Dalam bagian materi, materi/informasi seperti apa yang perlu diberikan untuk Pajak Pertambahan Nilai? A1 : Definisi, subjek-subjek PPN & PPnBM, objek-objek PPN & PPnBM, tarif yang dikenakan, dasar pengenaan pajak. A2 : Definisi-definisi, subjek PPN & PPnBM, objek PPN & PPnBM (yang dikenakan & dikecualikan), tarif PPN serta PPnBM, dasar pengenaan pajak. A3 : Subjek PPN & PPnBM, objek PPN & PPnBM, tarif PPN & PPnBM, dasar pengenaan pajak. A4 : Pengantar, subjek pajak, objek pajak, Pajak Penjualan atas Barang Mewah, tarif pajak, dasar pengenaan pajak, faktur pajak. A5 : Subjek pajak, objek pajak, tarif (dasar pengenaan pajak), pengecualianpengecualian, sanksi-sanksi.

L.19 Q : Dalam aplikasi yang tersedia di web Tax Centre ini, siapa saja yang sebaiknya bisa mengakses? A1 : Siapa saja boleh mungkin dengan daftar sebagai member aja dulu. A2 : Boleh untuk siapa saja A3 : Kalangan umum serta mahasiswa dan juga dosen dalam membantu pembelajaran. A4 : Masyarakat umum, mahasiswa serta dosen. A5 : Masyarakat umum, serta mahasiswa. Q : Kesalahan apa yang sering dilakukan oleh Wajib Pajak dalam melakukan penghitungan Pajaknya dalam hal PPh OP, PPh Badan, dan PPN A1 : Kalau PPh OP dan Badan koreksi fiskal. Untuk PPN bingung dalam melakukan penghitungan karena tidak terbiasa bagi orang awam dan juga penerbitan faktur pajak. A2 : Kalau PPh OP tarif-tarifnya, tanggungan anak sebagai PTKP, juga koreksi fiskal karena jenis biaya yang terlalu banyak. Untuk PPN, pajak masukan & pajak keluaran, permasalahan PKP atau bukan PKPnya, penerbitan faktur pajak. A3 : Untuk PPh OP ksalahan yang paling sering terjadi adalah saat perhitungan PTKP, sedangkan untuk PPh Badan adalah kesalahan koreksi fiskal, untuk PPN kesalah banyak terjadi pada pajak masukan dan pajak keluaran.

L.20 A4 : Kesalahan yang biasanya timbul pada kasus perhitungan PPh OP adalah mengenai PTKP, sedangkan pada PPh badan adalah masalah biaya yang boleh menjadi pengurang maupun yang tidak. Sedangkan PPN masalah yang biasanya terjadi adalah mengenai pengelompokan barang yang kena PPN dan yang dibebaskan dari PPN A5 : Kalau PPh OP koreksi fiskal untuk wajib pajak orang pribadi yang mempunyai usaha. Untuk PPh badan pemotongan pemungutan dari biaya produksi. Untuk PPN lupa dalam melaporkan objek pajaknya, masalah interpretasi, serta perubahan-perubahan peraturan. Sumber: A1 : Martin Surya Mulyadi, S.E.,M.M.,BKP A2 : Yunita Anwar, SE.,MM. A3 : Gatot Soepriyanto, S.E.,Ak.,M.Buss (Acc) A4 : Maya Safira Dewi, SE.,Ak.,M.Si. A5 : Fany Inasius, SE.,MM.,MBA

Lampiran 7 Tampi lan Web Tax Learning Halaman Awal Pengisian Aplikasi SPT PPh OP Halaman Konfirmasi Jumlah Penghasilan L.21

L.22 Halaman Konfirmasi Kepemilikan Usaha Halaman Data WP

L.23 Halaman Data Tanggungan Halaman Penghasilan dari Pekerjaan

Halaman Penghasilan dari Pekerjaan istri L.24

L.25 Halaman Konfirmasi dari Penghasilan Bunga Halaman Konfirmasi dari Penghasilan Penyewaan

L.26 Halam an Konfirm asi dar i Pen ghasilan Hadiah Halaman Konfirmasi dari Penghasilan Tidak Final Lainnya

L.27 Halaman Konfirmasi dari Penghasilan Final Lainnya Halaman Penghasilan Final Lainnya

L.28 Halaman Konfirmasi dari Penghasilan Bukan Objek Halaman Penghasilan Bukan Objek

L.29 Halaman Konfirmasi dari Penghasilan Luar Negeri Halaman Konfirmasi Kepemilikan Harta

L.30 Halaman Kepemilikan Harta Halaman Konfirmasi Kepemilikan Harta Kewajiban

L.31 Halaman Kepemilikan Kewajiban Halaman Konfirmasi Melakukan Zakat

L.32 Halaman Zakat Halaman Konfirmasi Melak ukan Angsur an Pajak

L.33 Halaman Lampiran Halaman Tampilan Form SPT 1770 S Induk

L.34 Halaman Tampilan Form SPT 1770 S Lampiran 1 Halaman Tampilan Form SPT 1770 S Lampiran 2

L.35 Halaman Awal Pengisian Aplikasi SPT PPh OP Halaman Konfirmasi Jumlah Penghasilan

L.36 Konfirmasi Keterangan Menggunakan Formulir1770SS Halaman Data WP

L.37 Halaman Data Kewajiban dan Data Harta Halaman Tampilan Form SPT 1770 SS

L.38 Halam an Login Adm in Halaman Home Admin Materi

L.39 Halaman Add Materi Halaman Edit Materi

L.40 Halaman Add Kasus Halaman Home Admin Kasus

L.41 Halaman Edit Kasus Halam an Add Un dan g-un dan g

L.42 Halam an Edit Un dan g-un dan g Halaman Home Admin Kasus

L.43 Halam an Add Formulir Halaman Home Admin Formulir

L.44 Halaman Edit Formulir Halaman Change Password