BAB II KAJIAN TEORITIS. Pengertian lain menurut Koswara (2003, 3) bahwa:

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Ilmu pengetahuan adalah pengetahuan yang didapat melalui proses tertentu

BAB II KAJIAN TEORITIS. Sementara itu Sulistyo-Basuki (1990:16) menyatakan bahwa:

BAB II KAJIAN TEORITIS

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Bibliometrika berasal dari kata biblio atau bibliography dan metrics, biblio

FAKULTAS SASTRA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2009

BAB II TINJAUAN LITERATUR

Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. keaslian penelitian, tujuan penelitian, dan manfaat penelitian.

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuannya, mengembangkan diri dan pemenuhan kebutuhan dalam

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

Usia Paro Hidup dan Keusangan Literatur Jurnal Skala Husada Volume 11, 12 Tahun

BAB 1 PENDAHULUAN. Pola produktivitas pengarang...,malta Nelisa, FIB Universitas UI, 2009 Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. mahasiswa untuk melakukan penelitian. Dokumen yang banyak digunakan dalam

BAB II TINJAUAN LITERATUR. Menurut ALA Glossary of Library and Information Science (1983, 43), yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB III METODE PENELITIAN

ANALISIS SITIRAN JURNAL KEDOKTERAN PERGURUAN TINGGI (Trisakti, Universitas Maranatha, UKI Atmajaya)

Analisis Bibliometrika terhadap Artikel Penelitian Penyakit Malaria di Indonesia Tahun 1970 April 2004 Menggunakan Database Online PubMed

ANALISIS HUBUNGAN ANTARA DESKRIPTOR, REFERENSI, DAN SITASI UNTUK MEMBANGUN STRUKTUR KOLEKSI DOKUMEN YANG INHEREN

ANALISIS SITIRAN JURNAL PADA SKRIPSI MAHASISWA JURUSAN MANAJEMEN TAHUN 2014 DI PERPUSTAKAAN FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS UNIVERSITAS DIPONEGORO

ANALISIS PARO HIDUP LITERATUR PADA JURNAL INFORMATION RESEARCH PERIODE

BAB II KAJIAN TEORITIS

BAB II TINJAUAN LITERATUR

LAMPIRAN BAB I PENDAHULUAN

Kajian Bibliometrika Menggunakan Analisis Sitiran terhadap Skripsi Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FBS UNP Tahun

KAJIAN KORELASI ANTARA KOLABORASI PENELITI DAN PRODUKTIVITAS PENELITI LINGKUP BADAN LITBANG PERTANIAN. Remi Sormin

Teddy Mantoro.

PRODUKTIVITAS DOSEN UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA PADA JURNAL TERINDEKS SCOPUS: SUATU KAJIAN BIBLIOMETRIK

RISET UNGGULAN TERPADU: KAJIAN BIBLIOMETRIKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI. berupa Tugas Akhir, Laporan Penelitian, jurnal maupun artikel. Karya tulis ini mengenai

PEMANFAATAN KAJIAN BIBLIOMETRIKA SEBAGAI METODE EVALUASI DAN KAJIAN DALAM ILMU PERPUSTAKAAN DAN INFORMASI

Engkos Koswara Natakusumah 1 *

INFORMASI BIDANG EKONOMI DALAM ARTIKEL MAJALAH ILMIAH INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I. Universitas Sumatera Utara

Zulmaisar. St 1, Elva Rahmah 2 Ilmu Informasi Perpustakaan dan Kearsipan FBS Universitas Negeri Padang

ANALISIS BIBLIOMETRIK PADA BULETIN PALAWIJA A Bibliometric Analysis on the Buletin Palawija

MEMAHAMI METODE ANALISIS PASANGAN BIBLIOGRAFI (BIBLIOGRAPHIC COUPLING) DAN KO-SITASI (CO-CITATION) SERTA MANFAATNYA UNTUK PENELITIAN KEPUSTAKAAN

BAB II KAJIAN TEORITIS

Sesi 1: Pengenalan e- journal dan Cara Pemanfaatannya

BAB I PENDAHULUAN. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan) merupakan

Is Citation Analysis A Legitimate Evaluation Tool.?:

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

PRODUKTIVITAS PENGARANG ARTIKEL BIDANG ILMU PERPUSTAKAAN DAN INFORMASI DI INDONESIA TAHUN : ANALISIS BIBLIOMETRIKA MENGGUNAKAN HUKUM LOTKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pada tahun 1942, Raisig menggunakan istilah bibliometrik dengan statisticial

KONTRIBUSI KARYA TULIS HASIL PENELITIAN DALAM BULETIN PENELITIAN TANAMAN REMPAH DAN OBAT. Rushendi

Analisis Bibliometrika terhadap Publikasi Hasil Penelitian AIDS di Indonesia

BABII KAJIAN TEORITIS

BAB II TINJAUAN LITERATUR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Universitas Sumatera Utara

PENGARUH JENJANG JABATAN FUNGSIONAL PENELITI TERHADAP PENGGUNAAN LITERATUR UNTUK RUJUKAN KARYA TULIS

ANALISIS BIBLIOMETRIKA MENGGUNAKAN KAIDAH LOTKA PADA PRODUKTIVITAS PENULIS ARTIKEL BIDANG PERTANIAN DI INDONESIA PEGGY ANTONETTE SOPLANTILA

PETUNJUK TEKNIS PENYUSUNAN SARI KARANGAN ILMIAH

CHARACTERISTICS OF ARTICLE AND CHARACTERISTICS OF CITATION IN THE JURNAL BAHASA DAN SENI

PERTEMUAN 6 LANDASAN TEORI DAN KERANGKA BERPIKIR

1 Universitas Indonesia

ANALISIS PUBLIKASI PROSIDING TEMU TEKNIS FUNGSIONAL NON-PENELITI

Oleh: Sri Wulan ABSTRAK

LITERATURE REVIEW PERTEMUAN KETIGA

RAGAM DAN JUMLAH KOLEKSI

Penggunaan Teknologi Informasi dalam Pelayanan Sumber Informasi di Perpustakaan

Lusi Anggraini 1, Bakhtaruddin Nst 2 Ilmu Informasi Perpustakaan dan Kearsipan FBS Universitas Negeri Padang

Koridor Umum Penulisan Artikel Ilmiah

Pemanfaatan E-journal oleh Mahasiswa: Kajian Analisis Sitasi Terhadap Tesis Mahasiswa Klaster Saintek Universitas Gadjah Mada**)

ANALISIS SITIRAN TERHADAP SKRIPSI MAHASISWA JURUSAN SASTRA INGGRIS TAHUN 2012 DI PERPUSTAKAN FAKULTAS ILMU BUDAYA UNDIP

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Kajian ini bertujuan untuk mengetahui pembelajaran matematika untuk Anak

TEKNIK PENULISAN KARYA ILMIAH

STUDI BIBLIOMETRIK DAN SEBARAN TOPIK PENELITIAN PADA JURNAL HAYATI TERBITAN

PEMETAAN KARYA TULIS ILMIAH LPNK: STUDI KASUS LIPI DAN BPPT ( ) +)

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan teknologi informasi adalah munculnya perkembangan informasi yang

Hanif Fakhrurroja, MT

Garis Panduan PENERBITAN. Institut Pengurusan Penyelidikan

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat luar biasa bagi kehidupan masyarakat banyak. Perkembangan ilmu

ABSTRACT ABSTRAK 1. PENDAHULUAN. Rochani Nani Rahayu 1*, Tupan 1*, Mardiana 2

Maryono dan Sri Junandi*

PENELUSURAN TERBITAN BERKALA PADA UNIT PELAYANAN REFERENSI, TERBITAN BERKALA, DAN NBC PERPUSTAKAAN UGM

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pada tahun 1969 (Sulistyo-Basuki 2002,2). Istilah bibliometrika berasal dari kata

UJI PARUH HIDUP ARTIKEL PADA MAJALAH ILMIAH BAWAL: WIDYA RISET PERIKANAN TANGKAP

MEMBANGUN DAYA NALAR DALAM PENULISAN ARTIKEL ILMIAH. Jongga Manullang. Abstrak

ANALISIS BIBLIOGRAFI NASIONAL INDONESIA PERIODE

Analisis Sitiran terhadap Disertasi Program Doktor (S-3) Ilmu Kedokteran Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara

Kata bibliografi berasal dari bahasa Yunani dengan. berarti menulis, maka kata bibliografi secara harfiah

STUDI BIBLIOMETRI MEDIA KOMUNIKASI ILMIAH BERKALA ILMU PERPUSTAKAAN DAN INFORMASI

Universitas Sumatera Utara

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan kategori kajian

PENELUSURAN PUSTAKA. The known is finite, the unknown infinite; intelectually we stand upon an islet in the

KOLABORASI KEPAKARAN PENELITI PADA JURNAL ILMIAH LIPI BIDANG INFORMATIKA DAN KEBUMIAN

Langkah Sebelum Menulis Artikel Judul (1)

ANALISIS KETERPAKAIAN REFERENSI : STUDI KASUS KUMPULAN ORASI ILMIAH PENGUKUHAN PUSTAKAWAN UTAMA

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

Chiftul Mawalia Anwar ( ) ABSTRAK ABSTRACT

PELAYANAN RUJUKAN /REFERENSI Oleh : Sjaifullah Muchdlor, S.Pd

RINGKASAN * Pengertian Ringkasan * Tujuan Membuat Ringkasan * Cara Membuat Ringkasan

BAB I PENDAHULUAN. informasi

BAB I PENDAHULUAN. pengambilan suatu keputusan dalam kehidupan. Mengingat majunya teknologi

PENYUSUNAN PROPOSAL PENELITIAN DIAN SIMATUPANG 1

SISTEM PELAYANAN PERPUSTAKAAN

Transkripsi:

BAB II KAJIAN TEORITIS 2.1 Jurnal Ilmiah Jurnal ilmiah sejak tahun 1665 sudah dikenal dalam lingkungan akademik. Jurnal ilmiah berisi data dan informasi yang bersifat ilmiah. Pengertian jurnal ilmiah menurut Hakim (2012) adalah majalah publikasi yang memuat KTI (karya tulis ilmiah) yang secara nyata mengandung data dan informasi yang mengajukan iptek dan ditulis sesuai dengan kaidah-kaidah penulisan ilmiah serta diterbitkan secara berkala. Pengertian lain menurut Koswara (2003, 3) bahwa: Jurnal adalah terbitan berkala yang berbentuk pamflet berseri berisi bahan ilmiah yang sangat diminati orang saat diterbitkan. Bila dikaitkan dengan kata ilmiah di belakang kata jurnal dapat terbitan berarti berkala yang berbentuk pamflet yang berisi bahan ilmiah yang sangat diminati orang saat diterbitkan. Dari pendapat di atas dapat diketahui penulis bahwa jurnal ilmiah merupakan terbitan berseri yang berisi informasi yang bersifat ilmiah dan ditulis dengan menggunakan kaidah penulisan ilmiah serta jika diterbitkan sangat diminati orang. 2.2 Bibliometrika Sejarah Bibliometrika atau dalam bahasa inggris disebut dengan bibliometrics dapat ditelusuri pada awal abad ke 20 dengan terbitnya karya Cole dan Eales tentang bibliografi statistik. Namun seiring dengan perkembangannya, pada tahun 1942, Raisig menggunakan istilah bibliometrik dengan statisticial bibliography dalam tulisannya mengenai analisis sitiran, dan istilah ini masih dipakai sampai 1960. Namun pada tahun 1969 Pritchard mengusulkan istilah baru dengan nama biblimetrics (bibliometrika).

2.2.1 Pengertian Bibliometrika Penelitian ini merupakan bidang kajian bibliometrika. Menurut Pritchard dalam Glanzel (1969, 11) bibliometrika adalah bibliometrics is the application of mathematical and statistical methods to book and other media of communication. Defenisi Pritchard tersebut dapat diartikan bahwa bibliometrika adalah aplikasi metode statistika dan matematika terhadap buku serta media komunikasi lainnya. The British Standards Institution dalam Sulistyo-Basuki (2002, 2) mendefinisikan bibliometrika sebagai kajian penggunaan dokumen dan pola publikasi dengan menerapkan metode matematika dan statistika. Menurut Sulistyo-Basuki (1990, 16) bahwa: Dalam bibliometrika yang dikaji adalah informasi terekam, khususnya dalam bentuk grafis,dengan demikian objeknya adalah mungkin buku, majalah, laporan penelitian,disertasi,dan sebagainya. Namun sampai saat ini, kajian bibliometrika lebih banyak ditujukan kepada majalah ilmiah karena dianggap menduduki peran penting dalam komunikasi ilmiah. Dari berbagai pendapat di atas dapat diketahui penulis bahwa bibliometrika adalah suatu ilmu atau kajian mengenai suatu informasi yang terekam yang besifat ilmiah dengan menggunakan metode statistika dan matematika. Informasi terekam dapat berupa media komunikasi yang telah terekam baik tercetak maupum elektronik. Tetapi media komunikasi yang sering digunakan adalah media komunikasi yang bersifat ilmiah, seperti jurnal ilmiah baik tercetak maupun elektronik. Menurut Glanzel (2003, 9-10) ada tiga komponen bibliometrika, yaitu: 1. Bibliometrics for biblimetricians (Methodology) 2. Biblimetrics for scientific disciplines (Scientific information) 3. Bibliometrics for science policy and management (science policy) Defenisi dari ke tiga komponen bibliometrika tersebut adalah (1) bibliometrika untuk pengguna bibliometrika sebagai metodologi (2) bibliometrika untuk bidang ilmiah sebagai informasi ilmiah (3) bibliometrika untuk kebijakan ilmiah dan manajemen sebagai kebijakan ilmiah.

Dalam kajian bibliometrika saat ini, bibliometrika digunakan sebagai kajian pengukuran atau penghitungan dari kualitas suatu terbitan atau publikasi yang bersifat ilmiah yang berbasiskan pada analisi publikaksi dan hasil sitiran kelompok peneliti. Dan terbitan atau publikasi yang paling banyak digunakan untuk analisis biblimetrika saat ini adalah terbitan atau publikasi jrnal imiah baik tercetak maupun elektronik. Oleh karena itu analisis bibliometrika merupakan suatau analisis tentang pengukuran atau perhitungan secara kuantitatif tentang komunikasi ilmiah hasil peneliti yaitu berupa jurnal ilmiah melalui pengukuran dan perhitungan penelaahan penggunaan bibliografi terdahulu. Menurut Sulistyo-Basuki (2003, 4-7) bibliometrika terbagi dua kelompok yaitu kelompok mengkaji distribusi publikasi dan kelompok yang membahas analisi sitiran. Kelompok pertama merupakan analisis kuantitatif terhadap literatur sehingga muncul 3 (tiga) dalil dalam bibliometrika yaitu Dalil Zipf, Dalil Lotka dan Hukum Bradford. Sedangkan kelompok kedua ditandai dengan munculnya karya Garfield yang dianggap tonggak dalam analisis sitasi, seperti pasangan bibliografi, kositasi, dan analisi sitiran. Dalam penelitian ini, analisis bibliometrika yang digunakan adalah metode pasangan bibliografi, kositasi dan kolaborasi pengarang. 2.2.2 Tujuan Bibliometrika Suatu kajian ilmiah memiliki tujuan yang jelas. Menurut Sulistyo-Basuki (2002, 3) tujuan bibliometrika ialah menjelaskan proses komunikasi tertulis dan sifat serta arah pengembangan sarana deskriptif penghitungan dan analisis berbagai faset komunikasi. Brookes dalam Sulistyo-Basuki (2002, 7-8) menyatakan bahwa tujuan umum dari bibliometrika adalah: 1. Merancang bangun sistem dan jaringan informasi yang lebih ekonomis 2. Penyempurnaan tingkat efisiensi proses pengolahan informasi. 3. Identifikasi dan pengukuran efisiensi pada jasa bibliografi yang ada dewasa ini. 4. Meramalkan kecenderungan penerbitan. 5. Penemuan dan elusidasi hukum empiris yang dapat menyediakan basis bagi pengembangan sebuah teori dalam ilmu informasi.

Dari penjelasan diatas dapat diketahui penulis bahwa tujuan bibliometrika merupakan proses pengembangan komunikasi ilmiah berupa jurnal ilmiah dengan menggunakan perhitungan dan analisis faset komunikasi ilmiah sehingga dapat merancang jaringan informasi, meningkatkan pengolahan informasi, mengidentifikasi dan mengukur jasa bibliografi serta pengembangan ilmu informasi. 2.2.3 Manfaat Bibliometrika Manfaat bibliometrika bagi perpustakaan menurut Ishak (2005, 18) adalah sebagai berikut: a. Mengidentifikasi majalah inti dalam berbagai disiplin ilmu. b. Mengidentifikasi arah gejala penelitian dan pertumbuhan pengetahuan pada berbagai disiplin ilmu. c. Menduga keluasan literatur sekunder. d. Mengenali pemakai berbagai subjek. e. Mengenali kepengarangan dan arah gejalanya pada dokumen berbagai subjek. f. Mengukur manfaat jasa SDI ad-hoc dan retrospektif. g. Meramalkan arah gejala perkembangan masa lalu, sekarang dan mendatang. h. Mengatur arus masuk informasi dan komunikasi. i. Mengkaji keusangan dan penyebaran literatur ilmiah. j. Meramalkan produktivitas penerbit, pengarang, organisasi, negara atau seluruh didsiplin ilmu. 2.3 Analisis Sitiran Kata sitiran terjemahan dari kata citation. Menurut Hasugian (2005, 3) sitiran adalah dokumen atau bahan pustaka yang dijadikan sebagai rujukan dalam rangka menghasilkan sebuah dokumen baru. Analisis sitiran menurut Diodato dalam Hasugian (2005,3) adalah suatu kajian berkisar atau mengenai area bibliometrika yang mempelajari tentang sitiran atau kutipan dari sebuah dokumen. Sedangkan menurut Strohls dalam Hasugian (2005, 3) analisis sitiran adalahsebagai suatu studi terhadap kutipan yang berupa daftra pustaka dari sebuah

buku teks, artikel jurnal, disertasi mahasiswa atau sumber lainnya dengan melakukan pemeriksaan terhadap bagian tersebut. Dari pernyataan di atas dapat diketahui penulis bahwa analisis sitiran adalah suatu kajian yang mempelajari tentang pengukuran sitiran atau kutipan dari sebuah dokumen dan sitiran merupakan daftar pustaka (bibliografi) yang terdapat pada dokumen yang mengutif atau menyitir dan yang dikutif atau disitir dalam menghasilkan suatu karya yang baru. Menurut Hartinah (2002, 2) menyatakan bahwa analisis sitiran dapat digunakan sebagai penentuan berbagai kepentingan atau kebijakan seperti: 1. Evaluasi program riset. 2. Penentuan ilmu pengetahuan. 3. Visualisasi suatu disiplin ilmu. 4. indikator iptek. 5. faktor dampak dari suatu majalah (journal impact factor). 6. Kualitas suatu majalah. 7. Pengembangan koleksi majalah, dan lain lain. Selain itu analisis sitiran digunaka untuk berbagai kepentingan dan kebijakan untuk menganalisis dan mengevaluasi suatu bidang ilmu dalam bentuk komunikasi ilmiah seperti jurnal ilmiah yang berhubungan dengan sitir dan menyitir terhadap daftar pustaka (bibliografi) yang terdapat dalam dokumen. 2.4 Pasangan Bibliografi dan Ko-sitasi Dalam proses penciptaan suatu karya, penulis pasti menyitir dokumen lain yang sesuai dengan subjek yang ditulisnya. Hal tersebut memberikan adanya hubungan antara dokumen yang disitir dengan dokumen yang menyitir. Dalam hal sitir dan menyitir dokumen merupakan konsep dari pasangan bibliografi dan kositasi.

2.4.1 Pengertian Pasangan Bibliografi Penelitian ini adalah penelitian yang membahas tentang kajian bibliometrika mengenai pasangan bibliografi. Pengertian Pasangan Bibliografi menurut (1994, 12) adalah The situation in which two documents each have citations to one on more of the same publications. The two citing documents are said to be coupled bacause if they cite the same publication(s), they may deal with similar subject matter. The strength of the coupling between the citing documents depends on the percent or number of total citations that they have in common. Defenisi di atas dapat diartikan bahwa pasangan bibliografi adalah suatu keadaan yang mana dua dokumen masing-masing memilki dua sitasi untuk satu atau lebih terbitan yang sama. Dua sitiran dokumen dikatakan berpasangan karena apabila dokumen-dokumen tersebut menyitir terbitan yang sama, maka dokumen mereka bisa saja memiliki subjek yang sama. Kekuatan dari suatu pasangan antara sitiran dokumen-dokumen tergantung dari berapa persen jumlah total sitasi-sitasi yang ada pada dokumen pada umumnya. Menurut Kessler dalam Egghe dan Rousseau (1990, 238) pasangan bibliografi memiliki sifat sebagai berikut: 1. Pasangan bibliografi adalah kata-kata dan bahasa yang berdisi sendiri. Semua proses dilakukan dengan angka dan membagi semua sitasi dengan berdasarkan teknik. 2. Tidak ada keahlian membaca atau pendapat yang dibutuhkan karena pasangan bibliografi dibagi dengan sitasi berdasarkan teknik. 3. Kelompok dari dokumen berhubungan dengan dokumen uji yang diberikan. Dokumen disitir secara berkelanjutan maka akan terpasang secara biblografi dan akan berkembang. 4. Metode pasangan bibliografi tidak menghasilkan klasifikasi statistik untuk dokumen yang diberikan. Pengelompokan akan mengalami perubahan yang menggambarkan pemakaian sekarang dan ketertarikan dari masyarakat ilmiah. Dari pernyataan di atas dapat diketahui penulis bahwa pasangan bibliografi adalah adanya dokumen yang disitir secara bersama-sama oleh dokumen yang terbit kemudian dan memiliki referensi yang sama antara kedua dokumen yang menyitir atau mengutif. Semakin banyak referensi (sumber) yang

sama yang dikutip atau disitir oleh kedua dokumen tersebut, maka akan semakin tinggi kekuatan pasangan bibliografi dari kedua dokumen tersebut. Dan kedua dokumen tersebut memiliki kedekatan subjek yang dibahas. 2.4.2 Pengertian Ko-sitasi Ko-sitasi merupakan salah satu kajian analisis dalam bibliometrika. Mustangimah (2002, 2) bahwa ko-sitasi adalah 2 (dua) dokumen yang disitir secara bersama-sama oleh paling sedikit satu dokumen yang terbit kemudian. Dengan kata lain jika 2 (dua) dokumen disitir secara bersam-sama oleh paling sedikit satu dokumen maka dikatakan bahwa kedua dokumen tersebut disebut kositasi. Menurut Diodato (1994, 46) bahwa: Kekuatan ko-sitasi adalah A measure of the cocitation link between two authors, documents, or journals by comparing their cocitations to all the citation they receive. Ideally the measure of cocitation strength should be equal to one in the unlikely situation of two items receiving only cocitation and never being cited individually. Pendapat di atas dapat diartikan, bahwa kekuatan ko-sitasi adalah ukuran hubungan ko-sitasi antara dua penulis, dokumen, atau jurnal dengan membandingkan ko-sitasi mereka untuk semua sitiran atau kutipan yang mereka terima. Idealnya ukuran kekuatan ko-sitasi harus sama dengan satu atau dua yang menerima dua item (dokumen) yang disitir atau dikutip dan tidak pernah disitir atau dikutip oleh dokumen secara individual. Dari pernyataan diatas dapat diketahui penulis bahwa ko-sitasi adalah minimal 2 (dua) dokumen yang dikutip atau disitir secara bersamaan oleh minimal satu dokumen yang terbit kemudian. Dan disebut dokumen tersebut ko-sitasi apabila dapat ditemukan paling sedikit satu dokumen yang menyitir pasangan dokumen tersebut secara bersama-sama. Sehingga apabila hanya satu dokumen yang dikutif atau disitir oleh satu dokumen yang terbit kemudian maka hal demikian tidak disebut ko-sitasi. Dan kekuatan ko-sitasi adalah mengukur hubungan penulis maupun suatu karya terhadap banyaknya kutipan atau sitiran yang diterima dan kekuatan ko-sitasi harus memiliki minimal jumlah atau banyaknya dua dokumen yang disitir atau dikutip secara bersamaan oleh dokumen yang terbit kemudian. Semakin banyak dokumen yang terbit kemudian yang

menyitir kedua dokumen tersebut maka semakn tinggi kekuatan ko-sitasi kedua dokumen tersebut. Untuk memperjelas pengertian pasangan bibliografi dan ko-sitasi dapat dilihat pada ilustrasi pada Gambar I berikut: a b c d e f 1 2 m n o p q r Gambar 1. Contoh Matriks Pemasangan Dokumen Dokumen 1 dan dokumen 2 merupakan pasangan dokumen yang menjadi objek pengamatan. Dokumen satu mempunyai referensi a, b, d, e. Sedangkan dokumen 2 memiliki referensi b, c, d, e, f. Dari referensi yang dimiliki dokumen 1 dan dokumen 2 terlihat bahwa ada 3 referensi yang sama yaitu b, d dan e. Oleh karena itu b, d, dan e merupakan pasangan bibliografi. Kekuatan pasangan yang dimiliki dokumen 1 dan dokumen 2 adalah 3 pasang, karena 3 dokumen yang disitir atau dikutif secara bersamaan oleh pasangan dokumen yaitu b, d dan e. Selanjutnya dokumen 1 disitir atau dikutip oleh dokumen m, n, o, p, q, r. Sedangkan dokumen 2 disitir atau dikutip oleh dokumen n,o,p,r. Dari sititan atau kutipan tersebut dilihat bahwa dokumen 1 dan dokumen 2 disitir secara bersamasama oleh dokumen n, o, dan r. Oleh karena itu dokumen 1 dan dokumen 2 merupakan ko-sitasi. Kekuatan ko-sitasinya adalah 3, karena ada 3 dokumen yang menyitir atau mengutip secara bersamaan terhadap kedua dokumen tersebut yang terbit kemudian yaitu n, o, dan r.

2.4.3 Manfaat Pasangan Bibliografi dan Ko-sitasi Analisis Pasangan Bibliografi dan Ko-sitasi memberikan manfaat baik secara teorits maupun secara praktis, yaitu pengindeksan, penelusuran informasi dan pemetaan. 1. Pengindeksan Menurut Mustangimah (2002, 8) Pengindeksan bertujuan untuk m empresentasikan informasi yang terkandung dalam dokumen biasanya didasarkan pada karakteristik dokumen itu sendiri. Namun ada fenomena bahwa Pasangan Bibliografi dan Ko-sitasi memberikan indikasi adanya keterhubungan antara satu dokumen dengan dokumen yang dikutif atau disitir memberikan alternatif lain dalam proses pengindeksan, yaitu pengindeksan sitasi. Menurut Garfield dalam Mustangimah (2002, 8) pengindeksan sitasi memiliki 3 (tiga) karakteristik yang khas adalah : 1. Memberikan kategorisasi dokumen secara tepat dan terperinci. 2. Dapat mengungkapkan secara ekspelisit adanya keterhubungan intelektual antara literatur yang lama dengan literatur yan baru. 3. Dapat mengungkapkan secara ekspelisit hubungan diantara kejadian-kejadian yang lama dengan kejadia-kejadian yang baru yang membangun terbentuknya disiplin atau spesialisasi. Dari penjelasan diatas dapat diketahi penulis bahwa tujuan pengindeksan adalah untuk membentuk representasi dari dokumen dalam bentuk yang sesuai dengan karateristik dokumen itu sendiri. Dan Pasangan Bibliografi dan Ko-sitasi dapat memberika pengindeksan sitasi. 2. Penelusuran Informasi Menurut Ishak (2011, 2) penelusuran informasi adalah sebagai kegiatan mencari dan menemukan informasi dengan menggunakan media hard copy (buku,jurnal, majalah) maupun soft copy (internet,media elektronik, komputer) untuk memenuhi kebutuhan informasi. Dalam melakukan penelusuran informasi terlebih dahulu yang dipersiapkan

adalah menganalisis informasi yang akan ditelusuri dan menetapkan kata kunci atau indeks penelusuran. Akan tetapi dengan disediakannya indeks sitasi memungkinkan penelusuran dilakukan menggunakan sitasi (citation searching) Penelusuran menggunakan sitasi merupaka suatu upaya untuk menemukan dokumen yang relevan sesuai dengan kebutuhan karena adanya keterhubungan subjek dokumen dengan subjek dokumen yang dikutif atau disitir dan mengutif atau menyitir. Sehingga untuk meningkatkan efektivitas penelusuran sebaiknya menggabungkan penelusuran berdasarkan deskriptor dengan sitasi. 3. Pemetaan Pasangan Bibliografi dan Ko-sitasi merupakan karakteristik dokumen yang didasarkan pada atribut yang dimiliki oleh dokumen yang disitir atau dikutif dengan menyitir atau mengutip. Karakteristik yang didasarka pada atribut dokumen seperti pengarang, kata kunci, afliasi pengarang, nama jurnal, dan tempat publikasi serta yang lainnya, pasangan bibliografi dan Kositasi dapat digunakan untuk mengukur hubungan antara satu dokumen dengan dokumen lain. Oleh karena itu pasangan bibliografi dan Ko-sitasi dapat digunakan untuk memetakan dokumen-dokumen berdasarkan ukuran kedekatan antara dokumen yang satu dengan dokumen yang lainnya. 2.5 Kolaborasi Suatu karya yang dihasilkan dengan berkolaborasi akan lebih baik jika dibandingkan dengan individual. Karena dengan berkolaborasi akan menghasilkan gagasan dan ide yang beragam. Konsep kolaborasi muncul dari anggapan bahwa ada kalanya sebuah karya tidak dapat ditangani sendiri sehingga memerlukan bantuan orang lain (Sulistyo-Basuki, 1994). 2.5.1 Pengertian Kolaborasi Kolaborasi adalah terjemahan dari kata collaboration yang artinya adalah kerjasama antara lebih dari satu orang dalam suatu kegiatan baik dari segi

pendidikan maupun penelitian ilmiah. Menurut Prihanto (2002, 1) kolaborasi adalah kerja sama antara lebih dari satu orang atau lebih dari satu lembaga dalam sebuah kegiatan, baik kegiatan penelitian maupun kegiatan pendidikan. Jadi kolaborasi dalam penelitian tersebut berlangsung bila dua peneliti atau lebih bekerja sama, dalam sebuah kegiatan, masing-masing memberikan sumbangan sumber daya dan usaha baik intelektual maupun fisik. Dari pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa kolaborasi merupakan karya sama dari dua orang atau lebih dalam suatu kegiatan baik pendidikan maupun penelitian. Dan kolaborasi terjadi jika kedua peneliti atau lebih samasama bekerja sama dan memberikan sumbangsih terhadap karya yang mereka hasilkan. Dan harus memiliki sikap yang cenderung saling melengkapi satu sama lain dari pada saling berkompetisi. Sehingga menghasilkan karya yang lebih baik dibandingkan karya sendiri. Konsep kolaborasi muncul sejak adanya anggapan bahwa suatu karya tidak dapat ditangani oleh perorangan melainkan memerlukan bantuan dari orang lain. Bantuan dapat berupa nasehat, gagasan atau kritik yang disebut kolaborasi teoritis, dan bantuan dalam kegiatan penelitian yang disebut kolaborasi teknis. Tetapi kolaborasi dalam hal ini adalah membahas tentang kolaborsi pengarang, dimana penelitian dikerjakan bersam-sama dan nama mereka dinyatakan dalam karya berstatus sama (Prihanto:2002, 2). Stack (2008: 5) menyatakan bahwa collaboration is key in the research and development of information product and service that meet scientific researchers needs. Pernyataan tersebut dapat diterjemahkan yaitu kolaborasi merupakan kunci dalam penelitian dan pengembangan produk dan layanan informasi yang mempersatukan kebutuhan para peneliti ilmiah. Dari penjelasan-penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa kolaborasi pengarang merupakan suatu kunci untuk menghasilkan karya yang lebih baik. Kolaborasi pengarang dilakukan karena adanya kecenderungan terhadap suatu penelitian tidak selamanya dapat dikerjakan secara individu atau perorangan melainkan memerlukan bantuan dari berbagai pihak yang akhirnya dapat

memberikan sumbangsih dan konstribusi yang lebih baik terhadap hasil suatu karya atau hasil penelitian. 2.5.2 Manfaat Kolaborasi Manfaat kolaborasi menurut Australian Goverment (2002, 2) menyatakan bahwa manfaat kolaborasi adalah: 1. Berbagi dan bertukar pengetahuan, keahlian dan teknik, termasuk sosial dan ahli manajemen 2. Kreasi dari kritik massa dalam kemampuan penelitian, fasilitas dan infrastruktur yang lebih besar 3. Mempertinggi kemampuan untuk berkreasi pada pengetahuan yang baru 4. Mempersingkat waktu untuk hasil penelitian dan aplikasi praktis mereka 5. Penggabungan ide yang dapat menghasilkan wawasan baru untuk memberikan hasil yang lebih baik 6. Meningkatkan kerjasama intelektual dan saling mengakui 7. Penghargaan dan pengaruh 8. Mempercepat integrasi peneliti dan industri untuk mengetahui kapasitas dari industri lokal untuk mengkomersilkan seperti hasil penelitian 9. Kesempatan untuk meningkatkan cara pandang dari informasi dan pengetahuan melalui jaringan kerja formal dan informal, publikasi dan petunjuk akhir untuk melakukan aktivitas. Kolaborasi memberikan manfaat yang sangat besar, terutama dalam hal menghasilkan suatu karya atau penelitian. Dengan adanya kolaborasi pengarang maka dapat menumbuhkan profesionalisme pengarang atau penulis, meningkatkan riset dalam berbagai ilmu pengetahuan dan memberikan kemudahan dalam mempublikasikan hasil riset atau penelitian serta adanya kegiatan pengembangan jaringan penelitian. Kolaborasi dilakukan dalam rangka memperoleh keuntungan (Togatorop,2009, 12) sebagai berikut: 1. Meningkatkan ruang lingkup kegiatan 2. Mengurangi biaya dan resiko 3. Meningkatkan kemampuan secara kompleks 4. Meningkatkan kapasitas belajar anggota 5. Dampak kesejahteraan interval (pembiayaan) 6. Fleksibilitas dan efisiensi, pada pembelian dan penggunaan peralatan

7. Mengurangi keterlambatan waktu untuk menimbulkan kesempatan atau tantangan Dari beberapa keuntungan dari kolaborasi di atas, maka dapat diketahui penulis bahwa kolaborsi pengaranga dapat meningkatkan kerjasama secara intelektual sehingga dapat memunculkan gagasan-gagasan baru sehingga menghasilkan wawasan baru serta dapat mempercepat atau mempersingkat waktu penelitian. Dan hasil penelitian yang dihasilkan lebih baik dan lebih efektif serta lebih efisien. 2.6. Pengumpulan Data Pasangan Bibliografi Ko-sitasi dan Kolaborasi Untuk melakukan pengumpulan data pasangan bibliografi, ko-sitasi dan kolaborasi terdapat beberapa prosedur yang harus dilakukan dan juga terdapat beberapa kendala-kendala dalam proses pengumpulan data. 2.6.1 Prosedur Pengumpulan Data Pasangan Bibliografi Prosedur dalam pengumpulan data pasangan bibliografi (mustangimah, 2002, 3) adalah sebagai berikut: a. Menentukan koleksi uji yaitu koleksi dokumen dalam suatu subjek atau topik tertentu yang akan diamati. b. Mengumpulan data bibliografi dokumen yang disitir yaitu data bibliografi dokumen yang terdapat dalam daftar pustaka (referensi). c. Memasangkan setiap dokumen dalam koleksi uji satu sama lain. d. Memeriksa data bibliografi dokumen yang disitir pada setiap pasangan dokumen. e. Menghitung banyaknya dokumen yang disitir secara bersamasama oleh pasangan dokumen. 2.6.2 Prosedur Pengumpulan Data Ko-sitasi Prosedur dalam pengumpulan data ko-sitasi (mustangimah, 2002, 3) adalah sebagai berikut: a. Menentukan koleksi uji yaitu koleksi dokumen dalam suatu subjek atau topik tertentu yang akan diamati. b. Mengumpulkan dokumen yang menyitir, yaitu dokumen yang terbit pada periode waktu berikutnya yang menggunakan dokumen dalam koleksi uji sebagai referensinya. c. Memasangkan setiap dokumen dalam koleksi uji satu sama lain.

d. Memeriksa daftar pustaka atau referensi pada dokumen yang menyitir. e. Menghitung banyaknya dokumen yang menyitir secara bersamasama oleh pasangan dokumen dalam koleksi uji. 2.6.3 Prosedur Pengumpulan Data Kolaborasi Prosedur pengumpulan data kolaborasi hanya menentukan koleksi uji dan melihat kepengarang atau penulis dari koleksi uji kemudian melakukan perhitungan kolaborasi pengarang. 2.7. Proses Pengukuran Pasangan Bibliografi dan Ko-sitasi Proses pengukuran pasangan bibliografi dan ko-sitasi yaitu analisis deskriptif dan analisis hubungan antara pasangan bibliografi dan ko-sitasi dengan subjek dokumen. 1. Analisis Deskriptif Analisis Deskriptif adalah mendeskripsikan data yang akan diukur dengang metode pasangan bibliografi dan dan ko-sitasi secara ringkas agar dapat memberikan informasi yang benar dan bermanfaat. Analisis diawali dengan penyajian data dan perhitungan dan analisis statistik deskriptif. a. Penyajian Data Dalam pengukuran pasangan bibliografi dan dan ko-sitasi data harus dapat disajikan dalam bentuk tabel atau grafik. Tabel atau grafik yang disajikan harus jelas memperlihatkan antara pasangan dokumen dengan kekuatan pasangan dokumen. b. Perhitungan dan Analisis Statistik Deskriptif Analisis statistik deskriptif merupakan hal yang mencakup nukuran pemusatan, kuantil dan ukuran pemencaran seperti kisaran yang digunakan untuk menggali dan mengungkapkan informasi dari pasangan bibliografi dan dan ko-sitasi. Perhitungan satistik deskriftif dapat dilakukan dengan secara manual atau menggunakan paket statistik.

2. Analisis Hubungan Pasangan Bibliografi dengan Subjek Dokumen Dokumen merupakan alat penyampai informasi dari seorang penulis ata pengarang kepada pembacanya. Informasi yang berada dalam dokumen mempunyai subjek tertentu. Kandungan informasi dokumen merupakan representasi dokumen yang berfungsi untuk memasuki subjek dokumen. Menurut Kessler dalam Mustangimah (2002, 6) bahwa: Ada hubungan yang erat (r=0,9) antara pasangan bibliografi dan dan ko-sitasi dengan indeks subjek. Jika adanya hubungan yang erat antara pasangan bibliografi dan dan ko-sitasi dengan subjek, maka apabila ada 2 (dua) dokumen yang mempunyai pasangan bibliografi dengan kekuatan yang besar, maka kedua dokumen tersebut mempunyai peluang besar untuk disitir atau dikutip oleh dokumen yang terbit berikutnya. 2.8. Proses Pengukuran Kolaborasi Proses pengukuran kolaborasi pengarang yaitu dengan menggunakan formulasi tingkat kolaborasi pengarang dan menginterpretasikan tingkat kolaborasi pengarang dengan menentukan besarnya nilai C. a. Formulasi Tingkat Kolaborasi. Untuk mengukur (menentukan) tingkat kolaborasi dalam satu bidang penelitian pada tahun tertentu, menurut Prihanto dalam Subramanyam (2002, 4-5) menggunakan formulasi yaitu, formulasi yang digunakan adalah sebagai berikut: Dengan keterangan: C = Nm Nm + Ns C : adalah tingkat kolaborasi peneliti dalam sebuah disiplin ilmu, dimana nilai C berada pada interval nol sam dengan satu atau [0,1]. Nm : adalah total hasil penelitian dari peneliti dalam sebuah disiplin ilmu pada tahun tertentu yang dilakukan secara berkolaborasi.

Ns : adalah total hasil penelitian dari peneliti dalam sebuah disiplin ilmu pada tahun tertentu yang dilakuykan secara individu. b. Interpretasi Tingkat Kolaborasi. Interpretasi tingkat kolaborasi dengan nilai (C). Adapun interpretasi yang digunakan terhadap tingkat kolaborasi (C) adalah dengan berdasarkan pendapat Prihanto dalam Subramanyam, (2002, 5) sebagai berikut: a. Apabila nilai C = 0. Maka dapat dikatakan bahwa hasil penelitian pada bidang tersebut seluruhnya dilakukan secara individual (peneliti tunggal). Berarti, tidak ada satu hasil penelitian pun yang dilakukan secara berkolaborasi di bidang tersebut pada tahun tertentu. Jadi pelaksanaan penelitian di bidang tersebut sama sekali tidak memerlukan bantuan dan atau pendekatan dari disiplin ilmu, lembaga penelitian lain dan atau ahli lain dan sebagainya. Artinya penelitian masih dapat dilakukan secara sendiri. b. Apabila nilai C > 0 dan C<0,5 atau 0<C<0,5. Maka dapat dikatakan bahwa hasil penelitian pada bidang tersebut dilakukan secara individual lebih besar dibandingkan dengan banyaknya hasil penelitian yang dilakukan secara berkolaborasi. Artinya pelaksanaan penelitian pada bidang tersebut tidak semuanya memerlukan bantuan dan atau pendekatan dari disiplin ilmu, lembaga penelitian lain dan atau ahli lain dan sebagainya. c. Apabila nilai C = 0,5. Maka dapat dikatakan bahwa banyaknya hasil penelitian pada bidang tersebut dilakukan secara individual sama jumlahnya dengan yang dilakukan secara berkolaborasi. Artinya bahwa pelaksanaan penelitian di bidang tersebut sama-sama memerlukan bantuan dan atau pendekatan dari disiplin ilmu, lembaga penelitian lain dan atau ahli lain dan sebagainya. d. Apabila nilai C > 0,5 dan C<1 atau 0,5<C<1. Maka dapat dikatakan bahwa hasil penelitian pada bidang tersebut dilakukan secara individual lebih sedikit jumlahnya dibandingkan jumlah hasil penelitian yang dilakukan secara berkolaborasi. Artinya bahwa pelaksanaan penelitian di bidang tersebut sangat memerlukan bantuan dan atau pendekatan dari disiplin ilmu, lembaga penelitian lain dan atau ahli lain dan sebagainya. e. Apabila nilai C = 1. Maka dapat dikatakan bahwa hasil penelitian pada bidang tersebut seluruhnya dilakukan secara berkolaborasi, berarti tidak ada satu hasil penelitian pun dilakukan secara individu. Artinya pelaksanaan penelitian di bidang tersebut sangat memerlukan bantuan dari displin ilmu lain atau lembaga penelitian lain dan tidak dapt dilaksanakan tanpa bantuan dari disiplin ilmu lain atau lembaga lain.