GERAKAN TANAH DI KABUPATEN KARANGANYAR Novie N. AFATIA Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana GeologiJl. Diponegoro No. 57 Bandung Pendahuluan Kabupaten Karanganyar merupakan daerah yang cukup banyak mengalami kejadian gerakan tanah. Selama tahun 2009 yang baru berjalan 3 bulan sudah terjadi sedikitnya 5 kejadian gerakan tanah yang tercatat. Berdasarkan Peta Zona Kerentanan Gerakan Tanah Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah, daerah yang terlanda bencana termasuk kedalam zona kerentanan gerakan tanah menengah-tinggi. Secara morfologi memiliki kemiringan lereng yang terjal, 45º sampai 60º. Kondisi geologi daerah tersebut berupa batuan lava, lahar dan aliran piroklastik sedangkan tanah pelapukannya berupa lempung pasiran yang lunak, sarang, mudah hancur dan luruh bila terkena air karena telah melewati batas kejenuhan. Intensitas curah hujan yang sangat tinggi sebelum terjadinya bencana selama satu hari menyebabkan tanah jenuh air. Kejadian Gerakan Tanah Gerakan Tanah di Desa Kaliwuluh, Kecamatan Kebakkramat Terjadinya rayapan tanah pada 30 Januari 2009 yang menyebabkan tanah retak-retak di Desa Kaliwuluh, Kecamatan Kebakkramat. Kejadian ini dipicu oleh curah hujan yang tinggi. Pada saat kejadian terdengar suara gemuruh diikuti oleh munculnya mata air (Gambar 1). Mata air ini terjadi kerena lapisan batuan yg mengandung air terbuka akibat retakan. Setelah kejadian ditemukan lubang di bawah tanah dengan kedalaman kurang lebih enam meter dan panjang 6m (Gambar 2.) dan jalan desa mengalami retak-retak (Gambar 3.). Akibat retakan tersebut 3 rumah dikosongkan. Desa ini berada pada tepi Kali Grompoi yang batuannya berupa alluvium hasil endapan sungai purba (Gambar 4.). Dilihat dari batuan penyusunnya, diperkirakan terdapat sungai bawah tanah yang masih aktif, tetapi tertutup oleh material gunungapi yang lebih muda. Curah hujan hujan yang tinggi mengakibatkan erosi serta manghanyutkan tanah dari sungai tersebut yang mengakibatkan terjadinya lubang di bawah tanah. Lubang bekas keluarnya air ketika terjadi rekatakan Gambar 1. Lubang bekas keluarnya air Bulletin Vulkanologi dan Bencana Geologi, Volume 4 Nomor 1, Januari 2009 : 39-46 Hal :39
Gambar 2. Lubang di dalam tanah dengan kedalaman lebih kurang 6m dan panjang 6m Gambar 3. Jalan yang dibeton menjadi patah-patah Gambar 4. Batuan penyusun di Desa Kaliwuluh Hal :40 Bulletin Vulkanologi dan Bencana Geologi, Volume 4 Nomor 1, Januari 2009 : 40-46
Gerakan Tanah di Kecamatan Ngargoyoso Pada tanggal 30 Januari 2009 di Desa Nglegok, Kecamatan Ngargoyoso, Kabupaten Karanganyar, Jateng, terjadi gerakan tanah yang menewaskan enam orang dan satu orang lukaluka, enam rumah penduduk rusak berat serta 35m badan jalan tertimbun longsoran. Kejadian gerakan tanah tersebut terjadi pada dua lokasi yang berbeda, pertama di Dusun Tulukan dengan korban empat orang meninggal, satu orang luka-luka, dan empat rumah penduduk rusak berat (Gambar 5 dan 6). Tidak lama kemudian disusul kejadian retakan dan longsoran bahan rombakan di Dusun Sabrang dengan korban dua orang meninggal, satu rumah penduduk rusak berat serta 35m badan jalan tertimbun longsoran (Gambar 7 dan 8). Penyebabnya adalah kemiringan lereng yang terjal (30-45 ), ketebalan tanah relatif tebal (4- >5m), permeabilitas sedang, bersifat sarang dan mudah runtuh. Hal ini menyebabkan lereng mudah goyah apabila jenuh air sehingga material pembentuk lereng mudah bergerak. Beberapa rumah masih terancam material longsoran dikarenakan masih ada retakanretakan di sekitarnya serta kemiringan gawir gerakan tanah yang terjal. Batuan penyusun di dusun tersebut berupa tuff produk vulkanik muda dari Gunung Lawu. Gambar 5. Gawir gerakan tanah di Dusun Tulukan Gambar 6. Rumah di Dusun Tulukan yang terlanda dan masih terancam Bulletin Vulkanologi dan Bencana Geologi, Volume 4 Nomor 1, Januari 2009 : 41-46 Hal :41
Gambar 7. Gawir gerakan tanah di Dusun Sabrang Gambar 8. Rumah di Dusun Sabrang yang masih terancam Gerakan tanah di Desa Koripan, Kecamatan Matesih Gerakan tanah di Desa Koripan, Kecamatan Matesih menyebabkan rumah serta jalan rusak. Terdapat dua lokasi kejadian, yaitu di Dusun Dukuh serta Dusun Semiri. Batuannya berupa lava andesit dari Lawu tua. Desa ini berada di tepi Kali Ungkal. Gerakan tanah ini sudah lama terjadi dan masih berlangsung sampai saat ini. Rekahan yang terdapat di belakang rumah penduduk di Dusun Semiri hanya ditutup menggunakan seng (Gambar 9 dan 10). Hal :42 Bulletin Vulkanologi dan Bencana Geologi, Volume 4 Nomor 1, Januari 2009 : 42-46
Gambar 9. Atap dan fondasi rumah yang miring dan melengkung di Dusun Semiri Gambar 10. Rekahan (kiri) dan nendatan (kanan) di Dusun Semiri Gambar 11. Halaman rumah yang retak dan turun di Dusun Dukuh Bulletin Vulkanologi dan Bencana Geologi, Volume 4 Nomor 1, Januari 2009 : 43-46 Hal :43
Gambar 12. Lempung di dinding Kali Ungkal Gerakan tanah Di Dusun Guyon, Desa Tengklik, Kecamatan Tawangmanggu Gerakan tanah Di Dusun Guyon, Desa Tengklik, Kecamatan Tawangmanggu, yang terjadi pada awal Februari setelah terjadi hujan deras, mengancam sedikitnya 23 rumah dan mengakibatkan retakan sepanjang 215m dengan lebar antara 10-25cm (Gambar 13). Selain itu, di beberapa bagian bahkan sudah amblas dengan kedalaman bervariasi antara 1-2m. Dari 23 rumah, empat di antaranya dalam kondisi kritis sehingga terpaksa dikosongkan. Selain tanahnya amblas sedalam 2-3m (Gambar 14), dinding rumah banyak yang retak diberbagai tempat, sembilan belas keluarga yang menghuni rumah retak-retak tersebut diminta mengungsi pada malam hari terutama apabila curah hujan tinggi. Dusun Guyon juga telah memiliki alat peringatan dini untuk mendeteksi gerakan tanah, berupa ekstensionmeter (Gambar 15). Bila bentangan kawat dari alat tersebut memanjang sirine berbunyi sebagai tanda masyarakat harus mengungsi. Batuan penyusun dari lokasi ini berupa endapan abu dan awan panas yang memiliki permeabilitas sedang, bersifat sarang dan mudah runtuh. Tanah pelapukan yang jenuh air akibat curah hujan tinggi menyebabkan lereng mudah goyah sehingga material penyusun lereng mudah bergerak. Gambar 13. Kerusakan akibat gerakan tanah di Dusun Guyon Hal :44 Bulletin Vulkanologi dan Bencana Geologi, Volume 4 Nomor 1, Januari 2009 : 44-46
Gambar 14. Gawir gerakan tanah Dusun Guyon Gambar 15. Alat peringatan dini gerakan tanah di Dusun Guyon Amblasnya Jembatan Leket di Desa Pablengan Kecamatan Matesih Amblasnya Jembatan Leket di Desa Pablengan Kecamatan Matesih, sedalam 45cm lebih membuat jalur utama yang menghubungkan Kecamatan Karangpandan- Kecamatan Matesih, Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah putus total (Gambar 16). Amblasnya jembatan ini diakibatkan oleh hujan deras yang mengguyur kawasan tersebut pada tanggal 6 Maret 2009. Jalur ini juga merupakan akses menuju kompleks pemakaman Keluarga Cendana di Astana Giri Bangun. Amblasnya jembatan penghubung sepanjang 20m ini juga mengakibatkan aktivitas warga sejumlah desa di Matesih, seperti Pablengan dan Plosorejo terganggu. Terutama bagi mereka yang bekerja atau bersekolah di Kota Karanganyar karena secara otomatis waktu perjalanannya bertambah panjang. Batuan penyusun yang menyangga jembatan ini adalah lahar dari Gunung Lawu, yang kurang kompak sehingga curah hujan tinggi dan debit air sungai besar mengerosi batuan penopang jembatan tersebut. Bulletin Vulkanologi dan Bencana Geologi, Volume 4 Nomor 1, Januari 2009 : 45-46 Hal :45
Gambar 16. Jembatan Leket di Pablengan Kecamatan Matesih yang amblas Saran Penanggulangan/Pencegahan Untuk meminimalisasi dampak yang akan ditimbulkan apabila terjadi bencana gerakan tanah, maka ada beberapa hal yang bisa di lakukan: 1. Lebih berhati-hati dalam melakukan pemotongan lereng. 2. Lahan basah seperti sawah basah dan kolam-kolam ikan pada lereng bagian atas dikeringkan. 3. Membuat bangunan jauh dari tebing yang curam, baik di atas maupun dibawahnya. 4. Membuat terasering pada lereng yang terjal apabila membangun pemukiman, diupayakan mendirikan bangunan pada lereng yang rata dengan fondasi mencapai batuan dasar. 5. Bila dijumpai retakan, segera dilakukan penutupan retakan tersebut dengan tanah lempung setempat dan dipadatkan supaya air tidak masuk serta diusahakan air permukaan tidak mengalir di daerah retakan. 6. Apabila sudah terjadi gerakantanah dilakukan pengubahan geometri lereng, pengendalian air permukaan, mengendalikan air rembesan, penambatan longsoran tanah (misalnya tembok penahan, bronjong, penambatan longsor batuan). Daftar Pustaka PVMBG, 2009, Laporan Singkat Bencana Alam Gerakan Tanah Di Kabupaten Karanganyar,Provinsi Jawa Tengah, Badan Geologi, Bandung. Abdurrahman, E.K., Suganda, O.R., Hendrasto, M., dan Irianto, 1994, Peta Geologi Gunungapi Lawu, Jawa Tengah-Jawa Timur, Direktorat Vulkanologi, Bandung. Djadja dan Usman, 2007, Peta Zona Kerentanan Gerakan Tanah Daerah Jawa Tengah dan Yogyakarta, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi, Bandung. Surono, Toha, B., and Sudarno, I., dkk, 1992, Peta Geologi Lembar Surakarta- Giritontro, Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi, Bandung. Hal :46 Bulletin Vulkanologi dan Bencana Geologi, Volume 4 Nomor 1, Januari 2009 : 46-46