PENETAPAN TARIF PARKIR SEBAGAI INSTRUMEN PENGENDALI PENGGUNA JASA PARKIR DI KAWASAN SIMPANGLIMA SEMARANG TUGAS AKHIR

dokumen-dokumen yang mirip
ANALISIS KARAKTERISTIK PARKIR KHUSUS TERHADAP INTENSITAS PARKIR DI KAWASAN SIMPANG LIMA TUGAS AKHIR

IDENTIFIKASI KARAKTERISTIK PARKIR PADA SISI JALAN DAN PENGARUHNYA TERHADAP KAPASITAS JALAN (STUDI KASUS: DI JALAN MATARAM YOGYAKARTA) TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk dan meningkatnya. kepemilikan kendaraan di perkotaan akan mempengaruhi pertumbuhan dan

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. Kota Sorong merupakan salah satu kota di Provinsi Papua Barat yang

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan perekonomian dan jumlah penduduk di suatu daerah. fasilitas transportasi yang cukup memadai untuk membantu kelancaran

KAJIAN KEBUTUHAN RUANG PARKIR PADA MALL GALAXY DI KOTA SURABAYA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kendaraan itu harus berhenti, baik itu bersifat sementara maupun bersifat lama atau

EVALUASI KINERJA PARKIR DI RSU HAJI SURABAYA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Yogyakarta terletak di Propinsi D. I. Yogyakrta mempunyai lokasi yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. menjadi daerah yang memiliki daya tarik tersendiri yang mampu menarik minat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI

BAB 1 PENDAHULUAN. daerah maka akan bertambah pula taraf hidup masyarakat di daerah tersebut. Hal

Studi Pemindahan Lokasi Parkir dari On-street parking menjadi Off-street parking (Studi Kasus Jalan Dhoho Kediri)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ARAHAN PENGATURAN LALU LINTAS PADA PERSIMPANGAN SETYABUDI RAYA POTROSARI SEBAGAI DAMPAK MUNCULNYA PUSAT PERBELANJAAN ADA, BANYUMANIK SEMARANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERHITUNGAN DAYA TAMPUNG KAWASAN PARKIR BANK SUMSEL BABEL JAKABARING DI KOTA PALEMBANG

ANALISIS KARAKTERISTIK DAN KEBUTUHAN PARKIR DI KABUPATEN JEMBRANA (Studi Kasus Parkir Tepi Jalan Pasar Umum Negara) TUGAS AKHIR BAB II

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Surakarta (Solo) ini, tentunya berusaha untuk memenuhi kebutuhan - kebutuhan di

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. sangat penting, antara lain sebagai sarana pemindahan barang dan jasa.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN I - 1

ANALISIS KAPASITAS PARKIR KENDARAAN PADA RUMAH SAKIT UMUM MUHAMMADIYAH METRO

BAB I PENDAHULUAN. yang murah untuk mencari oleh oleh dan menjadi tujuan utama bagi pengunjung

BAB II LANDASAN TEORI. 1. Parkir adalah menghentikan mobil beberapa saat lamanya (Departemen

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODOLOGI I-1 BAB III METODOLOGI

STUDI PEMANFAATAN PARKIR UMUM DAN PARKIR KHUSUS TERHADAP PENINGKATAN PENDAPATAN ASLI DAERAH DARI SEKTOR PERPARKIRAN DI KOTA SEMARANG TUGAS AKHIR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Semakin berkembangya suatu kota, tentu saja semakin meningkatnya kebutuhan akan

ANALISIS KAPASITAS DAN KARAKTERISTIK PARKIR KENDARAAN DI PUSAT PERBELANJAAN (Studi Kasus Solo Grand mall Surakarta)

Analisis Kebutuhan Parkir dan Kajian Dampak Lalu Lintas Gedung Pusat Perbelanjaan Ramayana Makassar

Analisis Parkir Kendaraan Mobil Di Ruas Jalan Walikota Mustajab Surabaya

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Umum

BAB I PENDAHULUAN. dan merupakan suatu kebutuhan bagi pemilik kendaraan dan menginginkan

BAB I PENDAHULUAN. angkutan. Terminal mempunyai peranan yang sangat penting dalam suatu

BAB V PENUTUP. Kesimpulan Evaluasi dibuat berdasarkan pada tujuan Evaluasi, pertanyaan

SURVEY WAWANCARA PENGGUNA PARKIR Nama : Hari/Tanggal : Cuaca : Cerah/Mendung/Hujan Alamat :...

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. penting, mengingat bahwa fasilitas ruang parkir merupakan bagian dari sistem

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tempat parkir (Warpani,2002). Menurut Pedoman Perencanaan dan Pengoperesian

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan lalu lintas, khususnya di kawasan perkotaan Kabupaten

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Jendral Perhubungan Darat (1996), ada beberapa pengertian tentang perparkiran.

BAB III LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Tabel I.1 Jumlah Kendaraan di Kota Bandung pada Tahun

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Model Antrian Mobil pada Area Parkir di Pusat Perbelanjaan Panakkukang

Studi Pemindahan Lokasi Parkir dari On-street Parking Menjadi Offstreet. (Studi Kasus Jalan Dhoho Kediri)

BAB 2 STUDI PUSTAKA. 2.1 Landasan Teori

ANALISIS KINERJA PARKIR SEPANJANG JALAN WALIKOTA MUSTAJAB SURABAYA

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya,

BAB III LANDASAN TEORI. memperkirakan kebutuhan parkir di masa yang akan datang.

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI


JURNAL TUGAS AKHIR ANALISIS PERENCANAAN GEDUNG PARKIR PADA KAWASAN PERDAGANGAN SOMBA OPU DI JALAN PATTIMURA KOTA MAKASSAR DISUSUN OLEH :

BAB III LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAAN PUSTAKA. A. Pengertian Parkir

EVALUASI PARKIR DI MAL PONDOK INDAH TUGAS AKHIR. oleh PEMBIMBING IR. TITI LILIANI SOEDIRDJO, M.SC. IR. ADE SJAFRUDDIN, M.SC. PH.D.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

yaitu apabila bangkitan parkir tidak dapat tertampung oleh fasilitas parkir di luar

TUGAS AKHIR. Oleh: RICO CANDRA L2D

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang. B. Rumusan Masalah.

BAB I PENDAHULUAN. Kota Semarang yang merupakan Ibukota Jawa Tengah adalah salah satu

BAB III LANDASAN TEORI

Mata Kuliah Manajemen Lalu Lintas Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan, FT UGM

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. karakteristik masing-masing kendaraan dengan disain dan lokasi parkir. (Direktorat Jendral Perhubungan Darat, 1998).

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

PENGARUH PERUBAHAN ARUS LALU LINTAS SATU ARAH TERHADAP KINERJA JARINGAN JALAN DI KAWASAN PUSAT KOTA SAMARINDA

BAB III LANDASAN TEORI. Menurut Departemen Jendral Perhubungan Darat (1998), Satuan ruang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III METODE KAJIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB 1 PENDAHULUAN. Aktifitas keseharian penduduk perkotaan makin tinggi sejalan dengan makin

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENATAAN JALUR PEJALAN KAKI PADA KORIDOR JALAN MALIOBORO BERDASARKAN PERSEPSI DAN PREFERENSI PENGUNJUNG LAPORAN TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Rumah Sakit St. Antonius merupakan salah satu Rumah Sakit Swasta yang

ANALISA KAPASITAS RUANG PARKIR PASAR MODERN KOTA PASIR PENGARAIAN. Khairul Fahmi

KEBUTUHAN KAPASITAS LAHAN PARKIR ANGKUTAN PUPUK PT.PUPUK SRIWIJAYA PALEMBANG

3.1 Karakteristik Pusat Perbelanjaan Paris Van Java

BAB I PENDAHULUAN. Transportasi memainkan peranan penting dalam membantu perkembangan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Kota Dili sebagai Ibukota Negara Timor Leste yang terus mengalami

BAB V KESIMPULAN. Pada bab ini akan diuraikan kesimpulan dari hasil studi, rekomendasi, kelemahan studi dan saran studi lanjutan.

BAB I PENDAHULUAN. ke tempat kerja, tempat belanja, dan tempat hiburan (Shatnawi, 2010:42).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANALISIS TINGKAT PELAYANAN ANGKUTAN UMUM BERDASARKAN KARAKTERISTIK PERGERAKAN PENDUDUK KECAMATAN KALIWUNGU DI KOTA KUDUS TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN. Dalam wilayah suatu negara akan ada kota yang sangat besar, ada kota

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

IDENTIFIKASI AKTIVITAS PEDAGANG KAKI LIMA DI TAMAN SERIBU LAMPU KOTA CEPU TUGAS AKHIR. Oleh: IKA PRASETYANINGRUM L2D

Transkripsi:

PENETAPAN TARIF PARKIR SEBAGAI INSTRUMEN PENGENDALI PENGGUNA JASA PARKIR DI KAWASAN SIMPANGLIMA SEMARANG TUGAS AKHIR Oleh: Ramadan Sabran L2D 300 374 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG 2003

ABSTRAK Kawasan Simpanglima dengan fungsi utama perdagangan dan jasa, menjadikan kawasan ini sebagai salah satu kawasan yang memiliki intensitas kegiatan tinggi di Kota Semarang. Kompleksitas kegiatan dalam suatu kawasan serta kehadiran pusat-pusat keramaian seperti Mall Ciputra, Plasa Gajahmada, Plasa Simpanglima, Ramayana Depstore dan pertokoan Simpanglima ini seolah menjadi magnet penarik bagi penduduk baik dari Kota Semarang maupun dari kota-kota sekitarnya. Tingginya intensitas pengunjung secara otomatis meningkatkan pula permintaan pakir di Kawasan Simpanglima sedangkan areal parkir tidak bertambah sehingga menimbulkan permasalahan lalu-lintas seperti kemacetan, penumpukan kendaraan, antrian kendaraan yang mencari tempat parkir. Terbatasnya lahan dan mahalnya harga lahan tidak memungkinkan penambahan ruang parkir. Oleh karena itu di perlukan pengelolaan perparkiran yang dapat mengendalikan lalu-lintas, salah satu pengelolaan perparkiran adalah dengan memberlakukan tarif yang lebih tinggi pada kawasan yang berintensitas tinggi (Direktorat Jendral Perhubungan Darat;1998),dalam penentuan tarif parkir ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, dimana tarif ini dapat mengurangi jumlah kendaran parkir tetapi besaran tarif tersebut harus sesuai dengan ATP dan WTP pengguna. Studi penetapan tarif ini memfokuskan pada pengguna jasa parkir khusus di Kawasan Simpanglima dengan tarif umum dan langsung dibayarkan pada saat mempergunakan jasa parkir. Survei lapangan yang dilakukan menggunakan pendekatan penyebaran kuesioner langsung ke pengguna, mengindetifikasi jumlah kendaraan parkir. Data yang didapat kemudian diolah dengan cara penghitungan manual dengan pendekatan ATP, WTP, akumulasi kendaraan parkir pada jam puncak, dan rata-rata pertumbuhan kendaran parkir dari hasil pengolahan data ini kemudian dijelaskan dengan metode analisis kualitatif deskreptif Dari analisis perhitungan ATP dan WTP pengguna jasa parkir diperoleh ATP pengguna parkir mobil antara 1000 sampai 3500 rupiah dan ATP pengguna parkir motor antara 500 sampai 2500 rupiah, sedangkan WTP pengguna parkir mobil antara 1000-2500 rupiah dan WTP pengguna parkir motor antara 500-2000 rupiah. Pada analisis akumulasi parkir mobil maupun parkir motor diperoleh bahwa rata-rata terjadi kelebihan kendaraan parkir dengan kapasitas parkir yang ada, jam puncak parkir pada parkir mobil antara pukul 19.40-21.00 dan kelebihan rata-rata mobil parkir 23 mobil sedangkan untuk parkir motor jam puncak antara pukul 19.50-20.20 dan rata-rata kelebihan kapasitas sebanyak 195 motor perlokasi. Analisis rata-rata pertumbuhan parkir setelah kenaikan tarif didapat bahwa setiap kenaikan tarif, terjadi pengurangan kendaraan parkir walaupun hanya sedikit, rata-rata pengurangan mobil parkir sebanyak 51 mobil/hari /perlokasi, sedangkan untuk parkir motor terjadi pengurangan rata-rata 163 motor/hari /perlokasi, pada analisis penentuan tarif ditentukan bahwa tarif parkir di Kawasan Simpanglima bisa dinaikan, untuk tarif parkir mobil antara Rp.2.000-Rp.3.500 dan untuk tarif parkir motor antara Rp.1.000-Rp2.500, kemudian analisis terakhir yaitu analisis skenario pentarifan dimana pada analisis ini ditetapkan bahwa tarif di Kawasan Simpanglima untuk mobil sebesar Rp.3.000/sekali parkir dan dapat mengurangi mobil parkir sebanyak 25 mobil, sedangkan untuk tarif parkir motor Rp.2.000/sekali pakir dan dapat mengurangi motor parkir sebanyak 163 motor, tarif ini masih dibawah ATP pengguna, sehingga tarif ini bisa diberlakukan.

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk dan meningkatnya kepemilikan kendaraan di perkotaan akan mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan kegiatan manusia didalamnya terutama pada kawasan yang memiliki prosentase yang tinggi atas kegiatan perdagangan dan komersial. Tarikan pergerakan kendaraan yang terjadi sudah pasti diawali dan diakhiri di tempat parkir. Kondisi yang semacam ini tentunya akan membutuhkan ruang parkir yang memadai, namun persediaan ruang parkir di kawasan pusat kota biasanya sangat terbatas, terutama areal parkir di luar badan jalan (off Street parking). Masalah utama dari parkir adalah terbatasnya ruang parkir yang tersedia dibandingkan dengan jumlah kendaraan yang membutuhkan tempat areal parkir sehingga untuk pemecahannya perlu di tambah areal parkir yang luas sedangkan di pusat kota terutama pada kawasan yang kegiatan perdagangan dan jasa tinggi lahan yang ada sangat terbatas dan mahal. Menurut Santoso, 1997, masalah parkir juga merupakan masalah yang dialami oleh kota-kota besar di dunia. Masalah parkir ini jika tidak ditangani dengan baik akan memperparah masalah kemacetan lalu-lintas, maka untuk menanganinya di perlukan kebijakan dan pengelolaan perparkiran. Pada dasarnya kebijakan pengelolaan perparkiran dalam rangka pengendalian parkir memiliki dua fungsi sebagai pengontrol aktivitas pergerakan dan lalu-lintas, serta pertumbuhan ekonomi suatu kawasan (Hendrawan, 1998). Hal ini disebabkan perparkiran merupakan bagian yang penting dalam manajemen lalu-lintas. Hal ini telah diterapkan oleh peraturan-peraturan sebelumnya, yaitu penjelasan Peraturan Pemerintah No.20 Tahun 1997 tentang retribusi yang menyebutkan bahwa tarif parkir di kawasan rawan kemacetan dengan tujuan mengendalikan tingkat penggunaan parkir, dapat ditetapkan lebih tinggi dari kawasan kurang rawan kemacetan Istilah kawasan dalam kamus tata ruang merupakan suatu wilayah dengan fungsi utama lindung atau budidaya yang merupakan kesatuan geografis beserta segenap unsur terkait padanya yang batas dan sistemnya di tentukan berdasarkan aspek fungsional serta memiliki ciri-ciri tertentu spesifik atau khusus. Simpanglima merupakan salah satu wilayah

2 yang disebut kawasan karena memiliki aspek fungsional dan ciri-ciri utama perdagangan dan jasa. Kawasan Simpanglima dengan fungsi utama perdagangan dan jasa, menjadikan kawasan ini sebagai salah satu kawasan yang memiliki intensitas kegiatan tinggi di Kota Semarang. Kawasan Simpanglima sangat berperan dalam perkembangan perekonomian Kota Semarang, sebab kawasan Simpanglima ini terkonsentrasi berbagai kegiatan potensial yang menjadi tulang punggung kehidupan kota seperti perdagangan dan jasa, pusat perbelanjaan, hiburan dan rekreasi hingga kegiatan informal seperti pedagang kaki lima. Terkonsentrasinya beberapa kegiatan ekonomi dalam kota satu kawasan serta kehadiran pusat-pusat keramaian seperti Mal Ciputra, Plasa Simpanglima, Pertokoan Simpanglima, Ramayana Depstore, Gajahmada Plasa ini seolah menjadi magnet penarik bagi penduduk baik dari Kota Semarang maupun dari kota-kota sekitarnya, hingga otomatis meningkatkan pula volume lalu-lintas dijaringan jalan sekitar kawasan tersebut. Intensitas kegiatan di Kawasan Simpanglima tersebut diperkirakan akan semakin pesat, karena adanya rencana pengaturan bangunan yang mengijinkan tinggi bangunan sampai 10 lantai, KDB 60% dan KLB 5% (RTDRK Kotamadya Semarang 1996-2005). Dengan pesatnya perkembangan di kawasan ini dikhawatirkan akan menyebabkan berbagai masalah, terutama berkaitan dengan lalu-lintas dan transportasi, serta permasalahan penyediaan parkir, sebab dengan makin tingginya volume kendaraan tersebut, secara otomatis permintaan parkir dikawasan tersebut juga meningkat. Jika permintaan tersebut tidak segera dipenuhi, maka terjadi kemacetan lalu-lintas. Kemacetan ini salah satunya disebabkan oleh kendaraan yang antri untuk medapatkan tempat parkir, sehingga terjadi penumpukan dikarenakan area parkir yang ada tidak dapat menampung lagi, akhirnya ada pengguna pengunjung memanfaatkan jalan sebagai tempat parkir kendaraan, mengakibatkan turunnya kapasitas jalan sehingga penggunaan jalan tidak efektif dan akhirnya berimplikasi terhambatnya arus lalu-lintas. Kondisi seperti ini kita jumpai di kawasan Simpanglima tidak hanya pada hari libur atau malam minggu, pada hari-hari biasa saja untuk mendapatkan tempat parkir dirasakan sudah cukup sulit ditambah lagi ketidaknyamanan karena terlalu berdesakan. Penambahan fasilitas parkir sebagai upaya penyelesaian masalah di Kawasan Simpanglima ini sudah tidak memungkinkan, mengingat keterbatasan dan mahalnya harga lahan di Kawasan Simpanglima. Oleh karena itu, untuk mengatasinya dilakukan kebijakan

3 pembinaan dan pengelolaan perpakiran dalam rangka pengendalian parkir di Kawasan berintensitas perdagangan dan jasa tinggi salah satu bentuk pengelolaan tersebut dengan penetapan tarif lebih tinggi (Direktorat jendral Perhubungan Darat;1998),. Dengan memperhatikan pengguna parkir tersebut, berapa besar pengguna mau membayar (willingness to pay ) parkir tersebut dengan pelayanan dan fasilitas yang ada di kawasan kegiatan tinggi perdagangan dan jasa Simpanglima. Sesuai dengan Perda No.10 Tahun 2001, pihak pengelola parkir diberi kebebasan menentukan tarif parkir masing-masing sesuai dengan mekanisme pasar. Kondisi ini akhirnya di manfaatkan oleh pengelola parkir untuk menaikan tarif parkir. Seperti diberitakan, mulai 1 Pebruari 2003 pengelola parkir di sejumlah pusat perbelanjaan yang ada di Semarang sudah mulai menaikkan retribusi parkirnya. Biasanya tarif untuk kendaraan roda dua hanya Rp 500, sekarang naik 100% menjadi Rp 1.000. Hal yang sama terjadi pada kendaraan roda empat, naik dari Rp 1.000 menjadi Rp 2.000 (Suara Merdeka,3 februari 2003). Pengenaan tarif parkir yang tinggi dengan melihat kemampuan dan kemauan untuk membayar (ATP dan WTP) pada kawasan intensitas aktivitas tinggi seperti kawasan Simpanglima Semarang akan mengurangi volume perparkiran, maka tidak akan terjadi penumpukan parkir dan antrian kendaraan untuk mendapatkan tempat parkir, pada gilirannya akan mengendalikan arus lalu lintas pada kawasan tersebut, namun dalam penetapan tarif parkir ini dipengaruhi oleh beberapa kepentingan seperti kepentingan pemerintah sebagai pengambil kebijakan, pengelola /penyedia parkir sebagai penyedia tempat yang parkir yang berkepentingan mencari keuntungan, dan pengguna sebagai pemakai jasa yang berkepentingan mendapatkan tempat parkir yang nyaman dan aman dengan tarif yang sesuai. Sehingga pengguna tidak merasa keberatan dengan tarif yang diberlakukan karena sesuai dengan kemauan pengguna itu sendiri (willingnes to pay) dan dapat dijangkau dengan kemampuan (ATP), tapi juga dapat mengurangi tarikan kendaraan ke kawasan Simpanglima. Oleh karena itu studi ini mencari tahu besaran tarif ideal yang baik bila dipandang dari sisi pengguna jasa parkir khusus dan dapat mengurangi kedatangan kendaraan. Besarnya tarif yang baik yang dapat mengurangi kedatangan kendaraan ke Kawasan Simpanglima serta masih di bawah willingness to pay (WTP) dari pengguna yang erat hubungannya dengan penilaian seberapa penting tempat parkir bagi mereka tanpa