BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Indonesia terletak di antara tiga lempeng aktif dunia, yaitu Lempeng

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pantai selatan Pulau Jawa merupakan wilayah yang paling besar berpotensi gempa bumi sampai kekuatan 9 skala

BAB 1 PENDAHULUAN. mengenai bencana alam, bencana non alam, dan bencana sosial.

BAB 1 : PENDAHULUAN. Samudera Pasifik yang bergerak kearah barat-barat laut dengan kecepatan sekitar 10

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 : PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pada tahun 2004 yang melanda Aceh dan sekitarnya. Menurut U.S. Geological

BAB 1 PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. Kepulauan Indonesia secara geografis terletak di 6 LU - 11 LS dan

BAB I PENDAHULUAN. lempeng raksasa, yaitu Lempeng Eurasia, Lempeng Indo-Australia, dan

BAB I PENDAHULUAN. dan dikepung oleh tiga lempeng utama (Eurasia, Indo-Australia dan Pasifik),

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. bumi dan dapat menimbulkan tsunami. Ring of fire ini yang menjelaskan adanya

BAB I PENDAHULUAN. Gempa bumi, tsunami dan letusan gunung api merupakan refleksi fenomena

BAB I PENDAHULUAN. Kondisi geologi Indonesia yang merupakan pertemuan lempeng tektonik

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Peta Indeks Rawan Bencana Indonesia Tahun Sumber: bnpb.go.id,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. bencana disebabkan oleh faktor alam, non alam, dan manusia. Undang- bencana alam, bencana nonalam, dan bencana sosial.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. bencana, baik melalui pembangunan fisik maupun penyadaran dan peningkatan

I. PENDAHULUAN. Geografis Indonesia merupakan negara kepulauan yang terletak pada

BAB I PENDAHULUAN Posisi Indonesia dalam Kawasan Bencana

BAB I PENDAHULUAN. empat lempeng raksasa, yaitu lempeng Eurasia, lempeng Hindia-Australia,

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. yaitu Lempeng Euro-Asia dibagian Utara, Lempeng Indo-Australia. dibagian Selatan dan Lempeng Samudera Pasifik dibagian Timur.

BAB I PENDAHULUAN. hidrologis dan demografis, merupakan wilayah yang tergolong rawan bencana,

GEMPA BUMI DAN AKTIVITASNYA DI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. dan 10 Kelurahan, dengan luas ha. Kabupaten Klaten merupakan BT dan LS LS.

BAB I PENDAHULUAN. Geografi merupakan ilmu yang mempelajari gejala-gejala alamiah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. pulau yang secara geografis terletak antara 6º LU 11º LS dan 95º BT 140º BT

BAB I PENDAHULUAN. baik oleh faktor alam, atau faktor non-alam maupun faktor manusia sehingga

TINGKAT KERAWANAN BENCANA TSUNAMI KAWASAN PANTAI SELATAN KABUPATEN CILACAP

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Australia dan Lempeng Pasifik (gambar 1.1). Pertemuan dan pergerakan 3

BAB I PENDAHULUAN. pada episentrum LU BT (

BAB I PENDAHULUAN. pada 6`LU- 11` LS dan antara 95` BT - 141` BT1. Sementara secara geografis

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan Negara kepulauan yang terletak pada pertemuan tiga

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. strategis secara geografis dimana letaknya berada diantara Australia dan benua Asia

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. lempeng Indo-Australia, lempeng Eurasia dan Lempeng Pasifik. Gerakan ketiga

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Kata kunci : Tsunami, Tsunami Travel Time (TTT), waktu tiba, Tide Gauge

ANCAMAN GEMPABUMI DI SUMATERA TIDAK HANYA BERSUMBER DARI MENTAWAI MEGATHRUST

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan tempat dimana tiga lempeng besar dunia

KETENTUAN PERANCANGAN KAWASAN PESISIR SEBAGAI MITIGASI TSUNAMI (Studi Kasus: Kelurahan Weri-Kota Larantuka-Kab. Flotim-NTT) TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN. Modul tinjauan umum manajemen bencana, UNDRO

PENJELASAN ATAS RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG PENANGANAN BENCANA

BAB I PENDAHULUAN. Sabuk Gempa Pasifik, atau dikenal juga dengan Cincin Api (Ring

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan Negara kepulauan yang secara geografis terletak di daerah

BAB 1 PENDAHULUAN. Bencana alam selama ini selalu dipandang sebagai forcemajore yaitu

Masyarakat perlu diberikan pelatihan mengenai caracara menyelamatkan diri saat bencana terjadi. Sebenarnya di Indonesia banyak perusahaan tambang dan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia menempati wilayah zona tektonik tempat pertemuan tiga

Gempa atau gempa bumi didefinisikan sebagai getaran yang terjadi pada lokasi tertentu pada permukaan bumi, dan sifatnya tidak berkelanjutan.

BAB I PENDAHULUAN. bencana. Dalam Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Jenis Bencana Jumlah Kejadian Jumlah

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia dilintasi lempeng Eurasia, lempeng Indo-Australia dan

BAB I PENDAHULUAN. karena itu Indonesia memiliki potensi bencana gempa bumi dan dapat menimbulkan ancaman bencana yang sangat besar.

BAB I PENDAHULUAN. digaris khatulistiwa pada posisi silang antara dua benua dan dua samudra dengan

ANALISIS PROBABILITAS GEMPABUMI DAERAH BALI DENGAN DISTRIBUSI POISSON

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

POTENSI KERUSAKAN GEMPA BUMI AKIBAT PERGERAKAN PATAHAN SUMATERA DI SUMATERA BARAT DAN SEKITARNYA. Oleh : Hendro Murtianto*)

menyiratkan secara jelas tentang perubahan paradigma penanggulangan bencana dari

BAB I PENGANTAR. Wilayah Indonesia terletak pada jalur gempa bumi dan gunung berapi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I P E N D A H U L U A N

BAB I PENDAHULUAN pulau besar dan kecil dan diantaranya tidak berpenghuni.

BAB I PENDAHULUAN. letaknya berada pada pertemuan lempeng Indo Australia dan Euro Asia di

BAB I PENDAHULUAN. sehingga masyarakat yang terkena harus menanggapinya dengan tindakan. aktivitas bila meningkat menjadi bencana.

Penyebab Tsunami BAB I PENDAHULUAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Gempa bumi merupakan bencana alam yang relatif sering terjadi di

KARAKTERISTIK GEMPABUMI DI SUMATERA DAN JAWA PERIODE TAHUN

Gambar 1.1. Indonesia terletak pada zona subduksi (

BAB I PENDAHULUAN. dalam lingkaran gunung api (ring of fire). Posisi tersebut menyebabkan Indonesia

BAB I PENGANTAR Latar Belakang. tektonik aktif yaitu Lempeng Indo-Australia di bagian selatan, Lempeng Eurasia

BAB I PENDAHULUAN. pertemuan 3 (tiga) lempeng tektonik dunia, yaitu lempeng Euro-Asia di. tsunami, banjir, tanah longsor, dan lain sebagainya.

di wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil semakin jelas dengan disahkannya peraturan pelaksanaan UU No. 27 Tahun 2007 berupa PP No 64 Tahun 2010 tentan

Gb 2.5. Mekanisme Tsunami

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan daerah pertemuan 3 lempeng tektonik besar, yaitu

BAB 1 PENDAHULUAN. pembangunan nasional (UU RI No 24 Tahun 2007). penduduk yang besar. Bencana yang datang dapat disebabkan oleh faktor alam

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, terutama Pulau Jawa. Karena Pulau Jawa merupakan bagian dari

batuan pada kulit bumi secara tiba-tiba akibat pergerakaan lempeng tektonik.

BAB I PENDAHULUAN. mengakibatkan korban jiwa, kerugian harta benda kerusakan lingkungan,

BAB 1 PENDAHULUAN. Gempa bumi merupakan bencana alam yang relatif sering terjadi di

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. bahaya gempabumi cukup tinggi. Tingginya ancaman gempabumi di Kabupaten

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Pengertian Dan Proses Terjadi Tsunami

Faktor penyebab banjir oleh Sutopo (1999) dalam Ramdan (2004) dibedakan menjadi persoalan banjir yang ditimbulkan oleh kondisi dan peristiwa alam

Oleh: Dr. Darsiharjo, M.S.

BAB I PENDAHULUAN. terletakm pada 3 pertemuan lempeng tektonik dunia, yaitu lempeng Euro-Asia

2015 PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENGURANGAN RESIKO BENCANA GEMPA BUMI DI KOTA BUKITTINGGI

Transkripsi:

1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan wilayah yang memiliki kekayaan sumber daya alam yang melimpah. Kekayaan Indonesia tersebar sepanjang nusantara mulai ujung barat Pulau Sumatera sampai ujung timur Pulau Papua, yang berupa kekayaan barang tambang, potensi pertanian, kekayaan bawah laut, dan masih banyak lagi. Menurut Sukara dan Tobing (2008: 1): Indonesia adalah negara maritim, ditaburi dengan lebih dari 17.500 pulau besar dan kecil. Negeri ini tepat berada di daerah khatulistiwa mempunyai lebih dari 42 tipe ekosistem daratan dan 5 (lima) tipe ekosistem laut yang sangat unik mulai dari hamparan es abadi di puncak gunung Jaya Wijaya Papua hingga ke palung laut paling dalam. Kekayaan alam Indonesia ditunjang oleh kondisi geologi Indonesia yang merupakan pertemuan lempeng-lempeng tektonik menjadikan kawasan Indonesia ini memiliki kondisi geologi yang sangat kompleks. Selain menjadikan wilayah Indonesia ini kaya akan sumberdaya alam, salah satu konsekuensi logis kekompleksan kondisi geologi ini menjadikan banyak daerah-daerah di Indonesia memiliki tingkat kerawanan yang tinggi terhadap bencana alam. Beberapa diantaranya adalah rawan gempa bumi, tsunami serta rawan letusan gunung api. Menurut Ambarjaya (2006 : 30): Indonesia berada pada pertemuan 3 lempeng aktif dunia, yaitu Lempeng Eurasia, Lempeng Indo-Australia, dan Lempeng Pasifik. Kondisi ini yang menjadikan Indonesia sebagai daerah yang tingkat kegempaannya sangat tinggi.. Bencana alam yang paling mematikan di Indonesia salah-satuna adalah tsunami. Tsunami merupakan salah satu bencana yang paling mematikan bagi umat manusia. Menurut Pasaribu (2005: 1) tsunami adalah gelombang laut yang terjadi secara mendadak yang disebabkan karena terganggunya kestabilan air laut yang diakibatkan oleh gempa bumi dan adanya gangguan implusif terhadap air laut akibat terjadinya perubahan bentuk dasar laut.

2 Tsunami sering memakan korban jiwa yang sangat besar dan merupakan bencana yang paling menakutkan bagi masyarakat pesisir. Dengan adanya kenyataan ini maka studi potensi tsunami dalam rangka upaya mitigasi jelas penting sekali untuk dilakukan di Indonesia. Seperti peta yang dikeluarkan oleh Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menggambarkan betapa rawannya Indonesia terkena bencana tsunami, petanya sebagai berikut: (Sumber: www.geospasial.bnpb.go.id) Gambar 1.1 Peta Indeks Ancaman Bencana Tsunami Di Indonesia Pada gambar 1.1 yang berwarna hijau adalah daerah dengan tingkat ancaman bencana tsunami rendah, warna kuning dengan tingkat ancaman bencana tsunami sedang, dan yang berwarna merah merupakan daerah yang mempunyai tingkat ancaman bencana tsunami tinggi, dan Kabupaten Ciamis dalam gambar ini

3 termasuk kedalam yang berwarna merah yang berarti tingkat ancaman bencana tsunaminya tinggi. Pesisir yang sangat rawan diterjang tsunami diantaranya adalah pesisir Pangandaran di Kabupaten Ciamis. Ciamis merupakan salah-satu kabupaten yang berada di bagian tenggara Provinsi Jawa Barat. Ciamis memiliki morfologi yang beragam, sebelah utara merupakan dataran tinggi dengan adanya Gunung Syawal, dan bagian selatan merupakan dataran rendah yang berbatasan langsung dengan Samudera Indonesia. Ciamis melimpah akan sumberdaya alamnya, dibuktikan dengan melimpahnya lahan pertanian di wilayah Ciamis, baik itu pertanian lahan kering maupun lahan basah, oleh karena itu banyak dimanfaatkan dengan mengembangkan sektor pariwisata, yang sangat menyejahterakan masyarakat yang ada didalamnya. Salah satu Kecamatan yang terkenal dengan laut dan pariwisatanya adalah Kecamatan Pangandaran yang posisinya berada paling selatan di Kabupaten Ciamis. Kecamatan Pangandaran sangat rawan terkena bencana tsunami, bahkan pada tahun 2006 Kecamatan Pangandaran pernah dilanda bencana gempa dan tsunami, berdasarkan data dari Badan Geologi (2006) bahwa: Pangandaran pernah diguncang gempa bumi dan kemudian disusul dengan gelombang tsunami seperti data yang tercatatat sebagai berikut: Kejadian Gempa: 17 Juli 2006, jam 15.19.73 WIB petang, Pusat Gempa: 9.295 LS - 107.347 BT, Kekuatan: 7.1 Mw atau 7.2 Mb (USGS) atau 6.8 SR (BMG), Kedalaman: 8 km, Tsunami: Melanda pantai selatan Jawa pada pukul 15.39.45 WIB dengan ketinggian bervariasi dari 1-3.5 m dan rambahan 75-500 m, Korban: 500 jiwa yang tersebar disepanjang pantai selatan jawa. Kerugian yang ditimbulkan bencana gempa bumi dan tsunami tersebut sangat banyak, baik itu korban jiwa maupun harta benda, dan tentunya meninggalkan duka dan trauma bagi kebanyakan masyarakat yang bertempat tinggal di sepanjang pesisir selatan Pulau Jawa, yang tentunya akan sangat sulit buat masyarakat tersebut untuk kembali bangkit menata kembali kehidupannya setelah terjadinya bencana. Kerugian harta benda materi dan korban jiwa yang ditimbulkan oleh gempa bumi dan tsunami yang terjadi di Pesisir Selatan Pulau Jawa secara keseluruhan

4 untuk secara lebih terperincinya dipaparkan oleh Ambarjaya (2006: 54) sebagai berikut : Bencana Tsunami yang secara keseluruhan melanda sepanjang pantai selatan Jawa Barat, dan Cilacap, dan Yogyakarta tersebut, menelan korban jiwa lebih dari 378 orang meninggal, 272 orang luka-luka, 77 orang menghilang. Kerugian material yang dialami berupa hancurnya 842 rumah, 92 rumah rusak, 62 bangunan hotel dan penginapan hancur, dan 5 kantor hancur. Selain itu, sarana transportasi 56 mobil hancur, 97 motor hancur, 190 kapal boat rusak, dan 29 becak tradisional hancur. Total kerugian akibat bencana tsunami ini berkisar lebih dari 70 milyar rupiah. Kerugian akibat bencana tsunami di Pantai Pangandaran Kabupaten Ciamis pada Gambar 1.2 diabadikan dalam sebuah foto yang diambil oleh salah satu wartawan BBC United Kingdom sesaat setelah kejadian tsunami. (Sumber : news.bbc.co.uk) Gambar 1.2 Puing-Puing Akibat Bencana Tsunami di Pantai Pangandaran Kemudian dijelaskan oleh Ambarjaya (2006: 30) bahwa penyebab terjadinya tsunami di Pangandaran adalah : Gempa dan tsunami yang terjadi di laut Selatan Pulau Jawa ini, merupakan akibat dari tumbukan antara Lempeng Oseanik Indo-Australia dan Lempeng Benua Eurasia.

5 Pernyataan tersebut juga diperkuat dengan penjelasan tentang jenis gempa yang terjadi dan bagaimana bisa menyebabkan gelombang tsunami di Pangandaran, menurut Ambarjaya (2006: 30): Penunjaman yang terjadi menghasilkan gempa dengan kekuatan 6,8 SR (BMG), selanjutnya terjadi deformasi dasar laut yang akan menghasilkan tsunami eartquakegenic. Berdasarkan hasil mekanisme gempa, gempa di laut Selatan Pulau Jawa merupakan tipe reverse fault. Tipe gempa reverse fault pada umumnya akan menyebabkan terjadi deformasi dasar laut sehingga dapat menimbulkan terjadinya gelombang tsunami. Kecamatan Pangandaran yang pernah dilanda bencana gempa dan tsunami tentunya harus mempunyai penanganan dalam bentuk mitigasi bencana. Penanganan dalam bentuk mitigasi bencana salah-satunya dalam sektor Pendidikan mengenai mitigasi bencana kiranya sangat dibutuhkan untuk diterapkan, terutama untuk menanamkan pemahaman pentingnya memahami bencana, dan bagaimana cara menanggulangi ataupun meminimalisir dampak yang dihasilkan oleh bencana tersebut. Komposisi penduduk Pangandaran yang padat tentunya harus didukung pula oleh penunjang sumberdaya manusia yang baik, sumberdaya manusia dalam bidang Pendidikan salah-satunya. Tentunya setiap tempat dengan karakteristik masing-masing akan berbeda pula dengan potensi bencana di tempat tersebut, oleh karena itu materi yang disampaikan di sekolah pada setiap tempat yang berbeda akan berbeda sesuai dengan potensi bencana pada tempat tersebut. Di Kecamatan Pangandaran tentunya sangat rawan dilanda bencana tsunami, apabila kejadian tsunami datang pada saat jam sekolah, dan warga sekolah tidak mengetahui mitigasi yang seharusnya dilakukan, tidak menutup kemungkinan akan jatuh korban yang sangat banyak, karena warga sekolah jumlahnya sangat besar berada di lingkungan sekolah pada saat jam sekolah, dan semua itu dapat dihindari apabila semua komponen dari warga sekolah dapat memahami pentingnya mitigasi yang harus dilaksanakan apabila sewaktu-waktu kondisi darurat berlangsung. Pemberian materi mitigasi bencana di sekolah pada setiap tingkatan pendidikan tentunya akan berpengaruh juga kepada sejauh mana pemahaman

6 mereka akan bencana dan bagaimana menjalankan mitigasi bencana di daerah lingkungannya. Peran serta guru dalam setiap tingkatan pendidikan baik itu SD, SMP, dan SMA sederajat sangat penting dalam menanamkan pemahaman mengenai mitigasi bencana sesuai dengan karakteristik daerah masing-masing, dan tentunya penerapan materi setiap tingkatan pendidikan akan berbeda menyesuiakan dengan tingkat perkembangan setiap tingkatan tersebut. Jarak Sekolah yang sangat dekat dengan bibir pantai, kemudian dengan banyaknya warga sekolah yang setiap harinya melakukan aktifitas di lingkunan sekolah pada waktu yang bersamaan, maka permasalahan muncul apabila sewaktu-waktu terjadi tsunami yang melanda pantai selatan Ciamis, dan akan menimbulkan kerugian yang sangat besar dari segi materi ataupun korban jiwa apabila mitigasi bencana yang dilakukan tidak sesuai dengan standar yang seharusnya dilakukan untuk meminimalisir dampak yang ditimbulkan dari bencana tsunami tersebut. Berdasarkan fakta-fakta diatas yang menjadi perhatian adalah dengan potensi bencana tsunami yang terdapat di sekolah-sekolah di Kecamatan Pangandaran Kabupaten Ciamis, maka yang tersirat adalah seberapa besarkah pengetahuan Peserta Didik mengenai bencana tsunami?, Bagaimanakah tingkat kesiapsiagaan Peserta Didik dalam mengantisipasi bencana tsunami? dan bagaimakah perbandingan tingkat kesiapsiagaan Peserta Didik SD, SMP dan SMA dalam menghadapi bencana tsunami? Dari pertanyaan-pertanyaan tersebut maka Penulis Mengambil Judul PERBANDINGAN TINGKAT KESIAPSIAGAAN PESERTA DIDIK SD, SMP, DAN SMA DALAM MENGHADAPI BENCANA TSUNAMI DI KECAMATAN PANGANDARAN KABUPATEN CIAMIS. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya, maka muncul rumusan masalah sebagai berikut: 1.2.1 Bagaimana perbedaan tingkat kesiapsiagaan Peserta Didik SD, SMP, dan SMA dalam menghadapi bencana tsunami?

7 1.2.2 Apa saja faktor yang menyebabkan perbedaan tingkat kesiapsiagaan Peserta Didik SD, SMP, dan SMA dalam menghadapi bencana tsunami? 1.2.3 Bagaimana peran guru dalam meningkatkan tingkat kesiapsiagaan Peserta Didik SD, SMP, dan SMA dalam menghadapi bencana tsunami? 1.3 Tujuan Penelitian Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah : 1.3.1 Mengidentifikasi perbedaan tingkat kesiapsiagaan Peserta Didik SD, SMP, dan SMA dalam menghadapi bencana tsunami. 1.3.2 Mengidentifikasi faktor apa saja yang menyebabkan perbedaan tingkat kesiapsiagaan Peserta Didik SD, SMP, dan SMA dalam menghadapi bencana tsunami. 1.3.3 Mengidentifikasi peran guru dalam meningkatkan tingkat kesiapsiagaan Peserta Didik SD, SMP, dan SMA dalam menghadapi bencana tsunami. 1.4 Manfaat Penelitian Adapun manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini adalah : 1.4.1 Sebagai bahan masukan kepada pihak sekolah agar dapat melakukan upayaupaya yang dapat mengurangi dampak yang ditimbulkan dari bencana tsunami yang terjadi. 1.4.2 Sebagai bahan pertimbangan bagi pihak Sekolah dalam penetapan kebijakan mengenai penetapan standar keselamatan bagi Komunitas Sekolah apabila terjadi bencana Tsunami. 1.4.3 Sebagai data acuan untuk kepentingan penelitian lanjutan terutama yang berkaitan dengan tingkat kesiapsiagaan menghadapi bencana. 1.4.4 Sebagai bahan pengayaan pada pembelajaran, khususnya pada materi pembahasan tentang mitigasi bencana.