BAB I PENDAHULUAN. penyakit tanpa mengabaikan upaya kuratif dan rehabilitatif. 1

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Congestive Heart Failure (CHF) atau gagal jantung merupakan salah

BAB I PENDAHULUAN. mencakup dua aspek, yakni kuratif dan rehabilitatif. Sedangkan peningkatan

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. serta ketidakpastian situasi sosial politik membuat gangguan jiwa menjadi

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. dapat dicegah dan diobati, ditandai oleh hambatan aliran udara yang tidak

BAB I PENDAHULUAN. ditularkan dari orang ke orang. Mereka memiliki durasi panjang dan umumnya

BAB 1 PENDAHULUAN. fungsi serebral yang menetap minimal 24 jam atau menyebabkan. kematian, tanpa penyebab lain selain vaskuler. 1

PROPOSAL KEGIATAN MINI PROJECT PROGRAM PENGELOLAAN PENYAKIT KRONIS (PROLANIS) Program Internship Dokter Indonesia. Disusun Oleh:

BAB I PENDAHULUAN. menanggulangi penyakit dan kesakitannya (Sukardji, 2007). Perubahan gaya

BAB 1 PENDAHULUAN. 1. Latar belakang. Penyakit tidak menular (PTM) seperti penyakit jantung, stroke, kanker,

BAB III METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah penelitian di bidang Ilmu Kedokteran Jiwa.

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penyakit tidak menular (PTM) seperti penyakit jantung, stroke, kanker,

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan pola hidup masyarakat selalu mengalami perkembangan, baik

BAB I PENDAHULUAN. hidup dan semakin tingginya penjanan faktor resiko, seperti faktor pejamu

BAB I PENDAHULUAN. sedangkan penyakit non infeksi (penyakit tidak menular) justru semakin

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. morbiditas dan mortalitas PTM semakin meningkat baik di negara maju maupun

BAB I PENDAHULUAN. Padahal deteksi dini dan penanganan yang tepat terhadap depresi dapat

BAB I PENDAHULUAN. berbagai masalah lingkungan yang bersifat alamiah maupun buatan manusia.

BAB I PENDAHULUAN. mellitus (Perkeni, 2011). Secara umum hampir 80% prevalensi. diabetes mellitus adalah diabetes mellitus tipe 2.

JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Gagal ginjal kronis (Chronic Renal Failure) adalah kerusakan ginjal progresif

BAB I PENDAHULUAN. prevalensi penyakit menular namun terjadi peningkatan prevalensi penyakit tidak

A. Latar belakang masalah

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan menuju Indonesia Sehat 2010 yang mulai dicanangkan pada tahun

BAB I PENDAHULUAN. Acquired Immunodeficiency Syndrome atau Acquired Immune. rusaknya sistem kekebalan tubuh manusia akibat infeksi virus HIV 1.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. terlupakan, padahal kasusnya cukup banyak ditemukan, hal ini terjadi karena

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. menular juga membunuh penduduk dengan usia yang lebih muda. Hal ini

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT DEPRESI DENGAN KEMANDIRIAN DALAM ACTIVITY of DAILY LIVING (ADL) PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) merupakan penyakit yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. hiperglikemi yang berkaitan dengan ketidakseimbangan metabolisme

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa transisi dari seorang anak menjadi seorang

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan terpotongnya suplai oksigen dan nutrisi yang mengakibatkan

Tugas Akhir_103 BAB I PENDAHULUAN

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Keperawatan jiwa adalah proses interpesonal yang berupaya untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kearah perilaku hidup bersih dan sehat dalam tatanan keluarga dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu penyakit tidak menular (PTM) yang meresahkan adalah penyakit

BAB I PENDAHULUAN. Detection, Evaluation and Treatment of High Blood Pressure (JNC VII) tahun

BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG. Secara global, penyakit terkait dengan gaya hidup. dikenal sebagai penyakit tidak menular (PTM).

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. berpenghasilan rendah dan menengah. Urbanisasi masyarakat

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Bp. J DENGAN GANGGUAN KONSEP DIRI: HARGA DIRI RENDAH DI RUANG SENA RUMAH SAKIT JIWA SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. dunia dan menyebabkan angka kematian yang tinggi. Penyakit ini

BAB 1 PENDAHULUAN. tahunnya. World Health Organization (WHO) memperkirakan. mendatang diperkirakan sekitar 29% warga dunia menderita

PENDAHULUAN. Pola penyakit yang ada di Indonesia saat ini telah. mengalami pergeseran atau sedang dalam masa transisi

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Seiring dengan perkembangan teknologi dan peningkatan perekonomian ke

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan meningkatnya tingkat kesejahteraan masyarakat di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Diabetes melitus (DM) adalah penyakit kronis yang mengacu pada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. masalah kesehatan masyarakat di dunia maupun di Indonesia. Di dunia, 12%

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam otak yang mengakibatkan kematian sel otak. dan ada riwayat keluarga yang menderita stroke (Lewis, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. hiperkolesterolemia, dan diabetes mellitus. angka kejadian depresi cukup tinggi sekitar 17-27%, sedangkan di dunia

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan 63% penyebab kematian di seluruh dunia dengan membunuh 36 juta jiwa

BAB 1 PENDAHULUAN. lain. Manusia akan menjalani proses kehidupan yang memiliki 5 yakni

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Penderita gagal ginjal kronik menurut estimasi World Health Organization

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan merupakan hak asasi manusia yang harus dilindungi dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. makanan, berkurangnya aktivitas fisik dan meningkatnya pencemaran / polusi

BAB I PENDAHULUAN. berupa fisik, mental dan atau spiritual (Kemp, 2009). Selain kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. Prevalensi depresi di dunia diperkirakan 5-10% per tahun dan life time prevalence

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan insulin yang diproduksi dengan efektif ditandai dengan

UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Stroke merupakan salah satu penyakit paling mematikan di dunia.

BAB I PENDAHULUAN. digambarkan sebagai perasaan yang negatif terhadap diri sendiri, merasa gagal

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN DEPRESI PADA LANSIA DI DESA MANDONG TRUCUK KLATEN

BAB I PENDAHULUAN. Statistik (2013), angka harapan hidup perempuan Indonesia dalam rentang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. penyakit kanker. Badan Kesehatan Dunia (WHO, 2012) memprediksi, akan terjadi

LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH. Diajukan sebagai syarat untuk mengikuti ujian hasil Karya Tulis Ilmiah mahasiswa program strata-1 kedokteran umum

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. penutupan rumah sakit jiwa dan cepatnya pengeluaran pasien tanpa

BAB I PENDAHULUAN. kecacatan. Kesehatan jiwa menurut undang-undang No.3 tahun 1966 adalah

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan dasar Disamping itu, pengontrolan hipertensi belum adekuat

BAB 1 PENDAHULUAN. Kanker adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh pertumbuhan sel-sel

BAB 1 PENDAHULUAN. koroner, stroke), kanker, penyakit pernafasan kronis (asma dan. penyakit paru obstruksi kronis), dan diabetes.

BAB I PENDAHULUAN. menular (PTM) yang menjadi masalah kesehatan masyarakat, baik secara

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. wanita dan penyebab kematian tertinggi pada wanita umur tahun (Bland,

BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi merupakan faktor resiko primer penyakit jantung dan stroke. Pada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Filariasis merupakan penyakit zoonosis menular yang banyak

BAB I PENDAHULUAN. dapat menyebabkan kematian. Namun pada kenyataannya, kehidupan

BAB 1 PENDAHULUAN. ekonomi masyarakat di negara maju maupun negara berkembang telah

BAB I PENDAHULUAN.

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit tidak menular (PTM) menjadi penyebab utama kematian secara

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. seseorang dapat dikatakan stres ketika seseorang tersebut mengalami suatu

BAB 1 PENDAHULUAN. kematian berasal dari PTM dengan perbandingan satu dari dua orang. dewasa mempunyai satu jenis PTM, sedangkan di Indonesia PTM

BAB I PENDAHULUAN. menyesuaikan diri yang mengakibatkan orang menjadi tidak memiliki. suatu kesanggupan (Sunaryo, 2007).Menurut data Badan Kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. berkelanjutan terhadap golongan pelajar ini dapat menyebabkan pola tidur-bangun. berdampak negatif terhadap prestasi belajarnya.

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Stroke adalah manifestasi klinik dari gangguan fungsi serebral secara

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. menjadi lemah ginjal, buta, menderita penyakit bagian kaki dan banyak

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi serta perbedaan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan adalah modal utama individu untuk berekreasi dan

BAB 1. PENDAHULUAN. mood, khususnya gangguan ansietas. 1

BAB 1 PENDAHULUAN. Tuberkulosis atau TB (singkatan yang sekarang ditinggalkan adalah TBC)

LAMPIRAN. Depresi. Teori Interpersonal Depresi

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kemajuan pembangunan nasional memberikan dampak perubahan pada sistem kesehatan Indonesia ke dalam era Jaminan Kesehatan Nasional (JKN). Layanan kesehatan tingkat primer seperti Puskesmas berperan penting dalam keberhasilan sistem ini. Fokus pemberdayaan puskesmas sebagai layanan kesehatan primer telah bergeser dengan menitikberatkan pada upaya promotif dan preventif daripada upaya kuratif dan rehabilitatif. Hal ini bertujuan untuk memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat serta mencegah penyakit tanpa mengabaikan upaya kuratif dan rehabilitatif. 1 Seiring dengan pertumbuhan penduduk dan perubahan gaya hidup yang tidak sehat akibat urbanisasi dan modernisasi akan meningkatkan prevalensi berbagai penyakit di masyarakat, erat kaitannya dengan ini adalah noncommunicable diseases atau Penyakit tidak menular. Empat jenis utama dari penyakit tidak menular adalah penyakit kardiovaskular (seperti serangan jantung dan stroke), kanker, penyakit pernapasan kronik (seperti penyakit paru obstruktif kronik dan astma) dan diabetes. 2 Puskesmas sebagai pusat layanan kesehatan primer sudah seharusnya menjadi lini pertama bagi masyarakat untuk mendapatkan pelayanan kesehatan secara komperehensif, baik untuk preventif maupun kuratif. Kategori penyakit tidak menular mempunyai sifat kronis yakni durasi dan progres yang panjang. 1

2 Oleh karena itu, memerlukan kepatuhan penderita dalam menjalani pengobatan yang lama hingga seumur hidup. Menurunnya kualitas hidup seseorang akibat penyakit kronis membatasi kegiatan sehari-hari, yang dapat memperburuk kondisi psikologis menjadi kondisi depresi. 3 Tingginya beban ekonomi, semakin lebarnya kesenjangan sosial, serta ketidakpastian situasi politik menimbulkan masalahmasalah yang lebih kompleks dalam masyarakat. Hal ini merupakan faktor pendukung bertambahnya masyarakat yang menderita depresi. Depresi adalah penyakit lazim di seluruh dunia, di negara maju maupun berkembang. 4 Definisi dari depresi adalah gangguan mental yang ditandai dengan adanya perasaan sedih, kehilangan minat atau kesenangan, penurunan energi, perasaan bersalah atau rendah diri, gangguan tidur atau nafsu makan dan kurangnya konsentrasi. Selain itu, depresi sering bersamaan dengan gejala kecemasan. 5 Menurut data WHO diperkirakan 350 juta orang menderita depresi. 6 Depresi dapat menyebabkan gangguan fungsi seseorang dalam kehidupan sosial, keluarga, pekerjaan maupun sekolah. Hal ini dapat terlihat dengan munculnya perilaku yang penuh dengan kekerasan, mulai dari tawuran, perundungan (bullying), kekerasan dalam rumah tangga, pembunuhan, hingga resiko terburuk yaitu bunuh diri. Lebih dari 800.000 orang meninggal setiap tahun karena bunuh diri. Bunuh diri adalah penyebab kedua kematian di usia 15-29 tahun. 5 Peningkatan fungsi puskesmas dan adanya JKN secara tidak langsung meningkatkan inisiatif masyarakat untuk lebih peduli dengan kesehatannya. Fungsi Puskesmas sebagai saring pertama dalam mendeteksi masalah kesehatan, termasuk deteksi masalah kesehatan mental. Data riset kesehatan dasar

3 (Riskesdas) tahun 2013, penduduk usia >15 tahun mengalami gangguan mental emosional termasuk didalamnya kecemasan dan depresi sebesar 6% (>14 juta jiwa). 7 Peningkatan penyakit medis kronis selalu dikaitkan dengan peningkatan prevalensi gejala dan gangguan depresi. Depresi juga dikaitkan dengan peningkatan morbiditas dan mortalitas. Adanya penyakit medis kronis membuat dokter dan tenaga kesehatan di pusat layanan primer kurang waspada untuk mengenali dan mengobati depresi. Sehingga, diagnosis depresi dalam pelayanan primer sering kali terlewatkan. Bahkan ketika mereka menyadari adanya gejala depresi pada pasien, mereka menunda untuk mengobati karena menganggap hal itu sebagai bagian dari perjalanan penyakit pasien. 6 Padahal depresi yang tidak tertangani dapat memperberat penyakit kronis dan sebaliknya apabila dapat di deteksi lebih dini, pemberian edukasi yang baik tentang penyakit dapat menghilangkan afeksi negatif pasien terhadap kondisi penyakitnya. Berdasarkan pemaparan uraian tersebut, peneliti ingin mengajukan masalah tentang gambaran tingkat depresi pada pasien rawat jalan Puskesmas Halmahera Semarang. 1.2. Rumusan Masalah 1) Bagaimana gambaran tingkat depresi pada pasien rawat jalan Puskesmas Halmahera Semarang? 2) Bagaimana hubungan tingkat depresi dengan faktor-faktor yang diteliti pada pasien rawat jalam Puskesmas Halmahera Semarang?

4 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Mengetahui gambaran dan hubungan tingkat depresi dengan faktor-faktor yang mempengaruhi pada pasien rawat jalan Puskesmas Halmahera Semarang. 1.3.2 Tujuan Khusus 1) Mengetahui gambaran tingkat depresi pasien rawat jalan Puskesmas Halmahera Semarang. 2) Mengetahui gambaran faktor demografi pasien rawat jalan Puskesmas Halmahera Semarang. 3) Mengetahui gambaran stressor psikososial pada pasien rawat jalan Puskesmas Halmahera Semarang. 4) Mengetahui hubungan antara tingkat depresi dengan faktor demografi pada pasien rawat jalan Puskesmas Halmahera Semarang. 5) Mengetahui hubungan antara tingkat depresi dengan stressor psikososial pada pasien rawat jalan Puskesmas Halmahera Semarang. 6) Mengetahui hubungan antara tingkat depresi dengan penyakit fisik yang diderita pasien rawat jalan Puskesmas Halmahera Semarang. 1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Untuk Ilmu Pengetahuan 1) Memberikan sumbangan pengetahuan di bidang ilmu kedokteran jiwa.

5 2) Menjadi masukan untuk dokter dan tenaga kesehatan layanan primer untuk lebih waspada terhadap gejala depresi yang menyertai penyakit fisik. 1.4.2 Untuk Peneliti Menjadi acuan untuk melakukan pengembangan penelitian ke arah yang lebih luas. 1.5 Orisinalitas Tabel 1. Keaslian Penelitian Nama Hidayat D, Ingkiriwang E, Asnawi E, Andri, Widya RS, Susanto DH. Penggunaan Metode Dua Menit ( M2M ) dalam Menentukan Prevalensi Gangguan Jiwa di Pelayanan Primer. Majalah Kedokteran Indonesia. 2010; 60(10): 448 453. Steer R a., Cavalieri T a., Leonard DM, Beck AT. Use of the beck depression inventory for primary care to screen for major Metode Penelitian Deskriptif dengan desain cross sectional. Cross sectional. Hasil Gangguan jiwa terbanyak yang didapatkan berdasarkan M2M adalah neurosis sebesar 28,5% sedangkan menurut psikiater, gangguan jiwa terbanyak adalah kecemasan sebesar 14% kemudian dan paling kecil gangguan depresif 2%. (total 28,5%) BDI-PC scores tidak signifikan berkolerasi dengan sex, usia, ras atau jumlah diagnosa medis. BDI-PC memotong score 4 menghasilkan maksimal 98%

6 depression disorders. General Hospital Psychiatry. 1999;21(2):106 111. Rost K, Zhang M, Fortney J, Smith J, Coyne J, Richard Smith G. Persistently poor outcomes of undetected major depression in primary care. General Hospital Psychiatry. 1998 Jan; 20(1) :12 20. Deskriptif. efisiensi klinik dengan sensivitas 97% dan spesifitas 99% masingmasing, untuk mengidentifikasi pasien tanpa MDD. BDI diakui sebagai instrumen efektif untuk skrining pada pasien MDD pada pelayanan primer. 32% pasien pelayanan primer dengan MDD tidak terdeteksi hingga 1 tahun. Hampir setengah dari pasien yang tak terdeteksi menjadi kasus ide bunuh diri. Ada <1/3 pasien tak terdeteksi melakukan kunjungan selama sebulan melaporkan gejala terburuk, 53% pasien tak terdeteksi melaporkan 5 atau lebih gejala dalam 1 tahun follow up. Adapun perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya terletak pada subyek penelitian, tahun penelitian, dan lokasi penelitian. Penelitian ini menggunakan subyek penelitian pasien rawat jalan yang berlokasi di Puskesmas Halmahera Semarang, dengan instrumen pengukuran menggunakan BDI-II.