1 BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESI PENELITIAN. pemerintah kepada masyarakat guna mewujudkan cita-cita bersama yaitu

dokumen-dokumen yang mirip
Kementerian Keuangan Republik Indonesia Direktorat Jenderal Pajak 2013

BAB II KAJIAN PUSTAKA. rakyat ke kas Negara berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan)

Repositori STIE Ekuitas

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pajak. Pajak adalah suatu kewajiban kenegaraan dan pengapdiaan peran aktif

BAB II LANDASAN TEORITIS. 2.1 Pengertian dan Fungsi Pajak Penghasilan. 1. Pengertian Pajak Penghasilan (PPh)

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan infrastruktur, program pendidikan, kesehatan, dan lain-lain, disusun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM ) bebas yang menyeluruh (global). Negara Indonesia berusaha segiat-giatnya

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1) Pengertian Pajak Penghasilan. 2) Subjek Pajak Penghasilan. Undang Pajak Penghasilan Nomor 36 tahun 2008, yaitu.

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan salah satu sumber pendanaan bagi negara dalam

BAB III GAMBARAN DATA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang - Undang dengan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. menurut Rochmat Soemitro, seperti yang dikutip Waluyo (2008:3)

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. adalah iuran rakyat kepada Kas Negara berdasarkan Undang-undang (yang dapat

Amir Hidayatulloh, S.E., M.Sc Prodi Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Ahmad Dahlan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dalam Siti Resmi (2009:1) pajak adalah iuran rakyat kepada kas Negara

Dalam system pemungutan pajak, dikenal beberapa system antara. lain :

BAB II LANDASAN TEORITIS

BAB I PENDAHULUAN. banyak sumber dana dalam membiayai berbagai pengeluaran negara. Pada era Orde

BAB I PENDAHULUAN. Negara pada tahun 2014, penerimaan perpajakan ditargetkan sebesar Rp

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PAJAK PENGHASILAN (PPh)

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Pengertian Pajak sesuai dengan Undang-Undang Ketentuan Umum

DASAR-DASAR PERPAJAKAN

BAB II NORMA PENGHITUNGAN DAN PAJAK PENGHASILAN FINAL

BAB II KAJIAN PUSTAKA tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan adalah. badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang dengan tidak

MATERI PENYULUHAN PAJAK DI SMKN PENGASIH KULON PROGO

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang

BAB II URAIAN TEORITIS

UU 10/1994, PERUBAHAN ATAS UNDANG UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1983 TENTANG PAJAK PENGHASILAN SEBAGAIMANA TELAH DIUBAH DENGAN UNDANG UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1991

BAB II KAJIAN PUSTAKAN DAN RUMUSAN HIPOTESIS. Rochmat Soemitro (Mardiasmo 2011:1), Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara

BAB II LANDASAN TEORI / PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Pengertian bank menurut Pasal 1 Undang-undang No.10 Tahun 1998

BAB II LANDASAN TEORI. pemungutan pajak merupakan perwujudan dari pengabdian, kewajiban dan peran serta

BAB III GAMBARAN MENGENAI PENDAFTARAN SUBJEK PAJAK ORANG PRIBADI. Subjek Pajak menurut UU No 36 Tahun 2008 Tentang Pajak Penghasilan

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Definisi Pajak menurut undang-undang No.16 tahun 2009 tentang. perubahan keempat atas undang undang No. 6 tahun 1983 tentang

Sistem/Cara Pemungutan Pajak ada 3, yaitu:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sendiri, menurut Rochmat Soemitro dalam bukunya Mardiasmo (2011 : 1) :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. a. Definisi koperasi yang terdapat dalam Peraturan Undang-Undang. Koperasi No.25Tahun 1992 yang berbunyi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan Pasal 1 ayat 1:

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

RINGKASAN PERMOHONAN Perkara Nomor 57/PUU-XII/2014 Penghitungan Pajak Penghasilan

No II. PASAL DEMI PASAL Pasal 1 Pasal 2 Ayat (1) Ayat (2) Peredaran bruto merupakan peredaran bruto dari usaha, termasuk dari usaha cabang, se

PAJAK PENGHASILAN UMUM DAN NORMA PERHITUNGAN PAJAK PENGHASILAN

BAB II LANDASAN TEORI. Pengertian Pajak menurut Resmi (2013) adalah kontribusi wajib kepada negara

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Rochmat Soemitro yang dikutip oleh Mardiasmo, (2003:1) :

Modul Perpajakan PAJAK PENGHASILAN PASAL 23/26 DEFINISI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

OLEH: Yulazri M.Ak. CPA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PPh Pasal 26. Pengantar

Bab II TINJAUAN PUSTAKA

PAJAK PENGHASILAN PASAL 23/26

BAB II KAJIAN PUSTAKA. mendapat jasa timbal (kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukkan

BAB 2 LANDASAN TEORI. 1. Joanna Junaedi (2010) dengan judul Analisis Rekonsiliasi Fiskal Atas

BAB II LANDASAN TEORI. Wajib Pajaknya adalah orang pribadi atau badan, meliputi pembayar

BAB II KAJIAN PUSTAKA. undang sehingga dapat dipaksakan dengan tiada mendapat balas jasa secara

BAB III PEMBAHASAN TENTANG PENERAPAN PENGHITUNGAN, PEYETORAN, DAN PELAPORAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 25 ATAS WAJIB PAJAK BADAN.

PAJAK PENGHASILAN. Tujuan Instruksional :

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI (PKLM)

BAB II LANDASAN TEORI Pengertian Pajak Menurut Undang Undang Pasal 1 angka 1 Ketentuan Umum

EVALUASI MEKANISME PPh PASAL 21 PADA PT AIN TAHUN PAJAK Iramaulina Damanik Rachmat Kurniawan Fharel Hutajulu

BAB II TELAAH PUSTAKA Pengertian Penghasilan menurut Akuntansi dan Pajak. Penghasilan menurut SAK No. 23 meliputi pendapatan (revenue)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Pengaruh Penerapan Peraturan Pemerintah No. 46 Tentang PPH Final Terhadap Pajak Penghasilan Dan Profit PT.X

BAB II KERANGKA TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Pajak merupakan komponen yang sangat penting dalam keberlangsungan

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. mempunyai pendapat yang berbeda, antara lain:

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 46 TAHUN 2013 TENTANG PAJAK PENGHASILAN ATAS PENGHASILAN DARI USAHA

Kementerian Keuangan RI Direktorat Jenderal Pajak Kewajiban Perpajakan bagi Dokter

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Pengertian pajak menurut Pasal 1 angka 1 UU No.28 Tahun 2007 tentang

SUSUNAN DALAM SATU NASKAH UNDANG-UNDANG PAJAK INDONESIA TENTANG PAJAK PENGHASILAN BAB I KETENTUAN UMUM

PERTEMUAN 13: PPh Pasal 25 (Umum /Perhitungan)

BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. memaksimalkan kesejahteraan mereka. Penyatuan kepentingan seperti ini,

BAB II BAHAN RUJUKAN

STIE DHARMAPUTRA SEMARANG DHARMA EKONOMI NO. 38/ TH. XX/ OKTOBER 2013

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB II LANDASAN TEORI. Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan Pasal 1 angka 1, Pajak adalah kontribusi

Bab 1. Pendahuluan. Pajak merupakan sumber penerimaan utama negara yang digunakan

BAB II TINJAUAN TEORITIS. merupakan hal yang paling penting dalam meningkatkan pembangunan nasional dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI PAJAK PENGHASILAN. II.1.1. Pengertian dan Pelaksanaan Pajak Penghasilan

ANALISIS PAJAK PENGHASILAN PASAL 25 PADA CV INDAH UTAMA 171

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2000 TENTANG PERUBAHAN KETIGA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1983 TENTANG PAJAK PENGHASILAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian pajak dalam UU Nomor 16 Tahun 2009 tentang Ketentuan. Umum dan Tata Cara Perpajakan di Pasal 1 sebagai berikut:

Kelompok 3. Karina Elminingtias Ni Putu Ayu A.W M. Syaiful Mizan

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 1994 TENTANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2008 TENTANG PERUBAHAN KEEMPAT ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1983 TENTANG PAJAK PENGHASILAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 1994 TENTANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memiliki tujuan dan inti yang sama yaitu merumuskan pengertian pajak sehingga

Transkripsi:

1 BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESI PENELITIAN 1.1 Landasan Teori dan Konsep 1.1.1 Pengertian Pajak Menurut UU KUP No. 28 Tahun 2007 pada pasal 1 angka 1 bahwa secara garis besar, pajak dapat didefinisikan sebagai pungutan yang dipaksakan oleh pemerintah kepada masyarakat guna mewujudkan cita-cita bersama yaitu kemakmuran masyarakat. Seseorang yang talah membayar kewajiban perpajakannya tidak mendapatkan imbalan secara langsung melainkan melalui perbaikan sarana dan prasarana publik.di Indonesia pajak memiliki fungsi sebagai alat pengatur dan sebagai sumber keuangan Negara (Siti Resmi, 2012:3).Adapun penjelasannya sebagai berikut. 1. Fungsi pengatur Memiliki arti bahwa dalam pelaksanaan segala kebijakan pemerintah di bidang sosial maupun ekonomi, pajak berperan sebagai pengatur untuk mencapai tujuan tersebut di luar bidang keuangan. 2. Fungsi budgetair (Sumber Keuangan Negara)

Hal ini menunjukkan bahwa segala kegiatan yang berkaitan dengan pembangunan serta pengeluaran untuk kesejahteraan rakyat dibiayai oleh pajak yang merupakan sumber penerimaan Negara. Terdapat 3 (tiga) cara pemungutan pajak penghasilan yang diterapkan di Indonesia (Lubis, 2011:134), diantaranya Asas Kebangsaan. Pada cara ini sumber penghasilan dan tempat tinggal Wajib Pajak tidak dilihat dalam pemungutan pajak, namun berdasarkan kebangsaan dan kewarganegaraan dari Wajib Pajak yang bersangkutanlah pemungutan pajak dapat dilaksanakan. Selain itu terdapat pula Asas Sumber.Dalam asas ini pemungutan pajak yang dilakukan berdasarkan pendapatan atau penghasilan yang diterima oleh Wajib Pajak dalam suatu Negara tanpa melihat dimana Wajib Pajak itu berasal. Yang terakhir adalah Asas Domisili.Dimana pemungutan pajak pada Asas Domisili didasari oleh tempat tinggal Wajib Pajak. Jika Seseorang telah bertempat tinggal lebih dari 183 hari di Indonesia dan telah memperoleh penghasilan, maka Pemerintah Indonesia berhak mengenakan pajak penghasilan pada orang tersebut. Seseorang yang mendapatkan penghasilan dari Negara lain, kemungkinan besar dapat dikenakan pajak berganda. Untuk menghindari pengenaan pajak berganda, Pemerintah mengadakan suatu perjanjian perpajakan (taxtreaty) dengan Negara lain. Sistem pemungutan pajak yang berlaku diindonesia terbagi atas 3 (tiga) sistem (Waluyo, 2011:17) yaitu:

1. Official Assessment System Artinya Pemerintah (fiskus) memiliki wewenang penuh dalam menentukan besaran pajak terutang yang dibebankan kepada Wajib Pajak. 2. Self Assessment System Pada sistem ini kewajiban perpajakan dalam hal mengitung, memperhitungkan, membayar, dan melapor, Wajib Pajak diberi keleluasan dan kepercayaan untuk melaksanakannya sendiri. 3. Withholding System Sistem ini menjelaskan bahwa pihak ketiga lah yang bertanggung jawab atas pemotongan dan pemungutan besaran pajak terutang yang dibebankan oleh Wajib Pajak. 1.1.2 Pajak Penghasilan Menurut Adi Ratno P, (2014), maksud dari Pajak Penghasilan yaitu suatu perlakuan perpajakan yang dikenakan kepada Wajib Pajak atas segala pendapatan yang diterima di suatu Negara dalam 1 (satu) periode pajak. Pendapatan yang dimaksud dapat berupa gaji, hadiah, bunga, dan penghasilan berupa laba usaha. Yang menjadi objek pajak adalah penghasilan, yaitu setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak, baik yang berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia, yang dapat dipakai untuk konsumsi atau

untuk menambah kekayaan Wajib Pajak yang bersangkutan, dengan nama dan dalam bentuk apa pun, termasuk: a. penggantian atau imbalan berkenaan dengan pekerjaan atau jasa yang diterima atau diperoleh termasuk gaji, upah, tunjangan, honorarium, komisi, bonus, gratifikasi, uang pensiun, atau imbalan dalam bentuk lainnya, kecuali ditentukan lain dalam Undang-undang ini; b. hadiah dari undian atau pekerjaan atau kegiatan, dan penghargaan; c. claba usaha; d. keuntungan karena penjualan atau karena pengalihan harta; e. penerimaan kembali pembayaran pajak yang telah dibebankan sebagai biaya dan pembayaran tambahan pengembalian pajak; f. bunga termasuk premium, diskonto, dan imbalan karena jaminan pengembalian utang; g. dividen, dengan nama dan dalam bentuk apapun, termasuk dividen dari perusahaan asuransi kepada pemegang polis, dan pembagian sisa hasil usaha koperasi; h. royalti atau imbalan atas penggunaan hak; i. sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta; j. penerimaan atau perolehan pembayaran berkala; k. keuntungan karena pembebasan utang, kecuali sampai dengan jumlah tertentu yang ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah; l. keuntungan selisih kurs mata uang asing;

m. selisih lebih karena penilaian kembali aktiva; n. premi asuransi; o. iuran yang diterima atau diperoleh perkumpulan dari anggotanya yang terdiri dari Wajib Pajak yang menjalankan usaha atau pekerjaan bebas; p. tambahan kekayaan neto yang berasal dari penghasilan yang belum dikenakan pajak; q. penghasilan dari usaha berbasis syariah; r. imbalan bunga sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang yang mengatur mengenai ketentuan umum dan tata cara perpajakan; dan s. surplus Bank Indonesia. Undang-Undang No. 36 Tahun 2008 pasal 17 ayat 1 dan 2 mengatur mengenai tarif pajak penghasilan Orang Pribadi dan Badan, yaitu sebagai berikut : 1. Tarif pajak yang diterapkan atas Penghasilan Kena Pajak bagi: a. Wajib Pajak orang pribadi dalam negeri adalah sebagai berikut: - Lapisan Penghasilan Kena Pajak Tarif Pajak sampai dengan Rp. 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) 5% (lima persen). - Lapisan Penghasilan Kena Pajak Tarif Pajak di atas Rp. 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) sampai dengan Rp. 250.000.000,00 (dua ratus lima puluh juta rupiah) 15% (lima belas persen).

- Lapisan Penghasilan Kena Pajak Tarif Pajak di atas Rp. 250.000.000,00 (dua ratus lima puluh juta rupiah) sampai dengan Rp. 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) 25% (dua puluh lima persen). - Lapisan Penghasilan Kena Pajak Tarif Pajak di atas Rp. 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) 30% (tiga puluh persen). b. Wajib Pajak badan dalam negeri dan bentuk usaha tetap adalah sebesar 28% (dua puluh delapan persen). 2. Tarif tertinggi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a dapat diturunkan menjadi paling rendah 25% (dua puluh lima persen) yang diatur dengan Peraturan Pemerintah.Tarif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b menjadi 25% (dua puluh lima persen) yang mulai berlaku sejak tahun pajak 2010. 1.1.3 Peraturan Pemerintah No. 46 Tahun 2013 1. Maksud dan Tujuan PP 46 Tahun 2013 ini adalah : Maksud dari dikeluarkannya Peraturan Perpajakan melalui PP 46 Tahun 2013 a. Memberikan kemudahan dan penyederhanaan aturan perpajakan. b. Mengedukasi masyarakat untuk tertib beradministrasi. c. Mengedukasi masyarakat untuk transparansi.

d. Memberikan kesempatan masyarakat untuk berkontribusi dalam penyelenggaraan Negara. Sedangkan tujuan dari PP 46 Tahun 2013 ini adalah : a. Memudahan bagi masyarakat dalam melaksanakan kewajiban perpajakan. b. Meningkatkan pengetahuan tentang manfaat perpajakan bagi masyarakat. c. Terciptanya kondisi kontrol sosial dalam memenuhi kewajiban perpajakan. Dari maksud dan tujuan tersebut, hasil yang diharapkan dalam pemberlakuan PP 46 Tahun 2013 ini adalah penerimaan pajak meningkat sehingga kesempatan untuk mensejahterakan masyarakat meningkat. Menurut Alm, Bahl, Murray (1990), semakin rendah tarif pajak, semakin patuh Wajib Pajak, demikian pula semakin besar penghasilan seseorang, semakin patuh. Orang dengan penghasilan tinggi perlu dikenai tarif pajak yang lebih tinggi pula (Booker, 1945). 2. Dasar Hukum Dasar hukum dari dikeluarkannya PP 46 Tahun 2013 ini adalah ada 2 landasan hukum, yaitu : a. Pasal 5 ayat (2) huruf e UU PPh Dengan menggunakan Peraturan Pemerintah (PP) dapat ditetapkan cara menghitung Pajak Penghasilan yang lebih sederhana dibandingkan dengan

menggunakan UU PPH secara umum. Penyederhanaannya yakni WP hanya menghitung dan membayar pajak berdasarkan peredaran bruto (omset). b. Pasal 17 ayat (7) UU PPh Pada intinya penerbitan PP 46 Tahun 2013 ditujukan terutama untukkesederhanaan dan pemerataan dalam melaksanakan kewajiban perpajakan. 3. Pokok-Pokok Ketentuan PP 46 Tahun 2013 Yang dikenai sebagai objek pajak berdasarkan PP 46 tahun 2013 ini adalah a. Penghasilan dari usaha yang diterima atau diperoleh wajib pajak dengan peredaran bruto (omset) yang tidak melebihi Rp. 4,8 Miliar dalam 1 tahun pajak. b. Peredaran bruto (omset) merupakan jumlah peredaran bruto (omset) semua gerai/counter/outlet atau sejenisnya baik pusat maupun cabangnya. c. Tarif pajak yang terutang dan harus dibayar adalah 1% dari jumlah peredaran bruto (omset).usaha dapat meliputi usaha dagang dan jasa, seperti toko/kios/los kelontong, pakaian, elektronik, bengkel, penjahit, warung/rumah makan, salon, dan usaha lainnya. Hal-hal yang dikecualikan, atau tidak dikenai pajak penghasilan atau non objek pajak berdasarkan PP 46 Tahun 2013 adalah :

a. Penghasilan dari jasa sehubungan dengan pekerjaan bebas, seperti misalnya dokter, advokat/pengacara, akuntan, notaris, PPAT, arsitek, pemainmusik, pembawa acara, dan sebagaimana dalam penjelasan Pasal 2 ayat (2) PP 46 Tahun 2013. b. Penghasilan dari usaha dagang dan jasa yang dikenai PPh Final (Pasal 4 ayat(2)), seperti misalnya sewa kamar kos, sewa rumah, jasa konstruksi (perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan), PPh usaha migas, dan lain sebagainya yang diatur berdasarkan Peraturan Pemerintah. Subjek pajak PP 46 Tahun 2013 ini adalah : a. Orang pribadi b. Badan, tidak termasuk Bentuk Usaha Tetap (BUT) Yang menerima penghasilan dari usaha dengan peredaran bruto (omset)yang tidak melebihi Rp. 4,8 Miliar dalam 1 (satu) tahun pajak. Tahun pajak disini adalah jangka waktu 1 (satu) tahun kalender, kecuali wajib pajak menggunakantahun buku yang tidak sama dengan tahun kalender. Non subjek pajak, atau yang tidak dikenai pajak berdasarkan PP 46 Tahun2013 ini adalah : a. Orang pribadi yang melakukan kegiatan usaha perdagangan dan/atau jasa yangmenggunakan sarana yang dapat dibongkar pasang dan menggunakansebagian atau seluruh tempat untuk kepentingan umum.

Misalnya pedagang keliling, pedagang asongan, warung tenda di area kaki-lima, dan sejenisnya. b. Badan yang belum beroperasi secara komersial atau yang dalam jangka waktu1 (satu) tahun setelah beroperasi secara komersial memperoleh peredaran bruto melebihi Rp. 4,8 Miliar. c. Orang Pribadi atau Badan yang dimaksud diatas meskipun tidak dikenai PP 46 Tahun 2013, wajib melaksanakan ketentuan perpajakan sesuai dengan UU KUP maupun UU PPh secara umum Masa penyetoran dan pelaporan pajak PP 46 Tahun 2013 adalah a. Penyetoran paling lama tanggal 15 bulan berikutnya. b. SSP berfungsi sekaligus sebagai SPT Masa PPh Pasal 4 ayat (2). Jika SSP sudah validasi NTPN tidak perlu lapor SPT Masa PPh Pasal 4 ayat (2). c. Penghasilan yang dibayar berdasarkan PP 46 Tahun 2013 dilaporkan dalamspt Tahunan PPh pada kelompok penghasilan yang dikenai pajak finaldan/atau bersifat final. 1.1.4 Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) Definisi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah menurut UU RI No. 20 Tahun 2008 sebagai berikut : 1. Usaha Mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan dan/atau badan usahaperorangan.

2. Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari Usaha Menengah atau Usaha Besar. 3. Usaha Menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dengan Usaha Kecil atau Usaha Besar dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan. 1.1.5 Penelitian Sebelumnya Penelitian terdahulu mengenai Pengenaan Peraturan Pemerintah No. 46 Tahun 2013 telah dilakukan oleh beberapa peneliti terdahulu. Berikut adalah uraian mengenai beberapa penelitian sebelumnya tersebut. Astri Corry N Ds (2013) meneliti pengaruh penerapan Peraturan Pemerintah No. 46 Tahun 2013 terhadap tingkat pertumbuhan wajib pajak UMKM dan penerimaan PPh pasal 4 ayat (2). Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat pertumbuhan wajib pajak meningkat dan dapat meningkatkan potensi penerimaan pajak UMKM dan selama kurun waktu lima bulan sejak ditetapkannya PP No. 46 Tahun 2013 selalu meningkat meskipun masih dalam kategori sangat kurang.

Sehingga hasilnya penerapan Peraturan Pemerintah No. 46 Tahun 2013 berpengaruh terhadap tingkat pertumbuhan wajib pajak UMKM dan penerimaan PPh pasal 4 ayat (2). Eunike (2013) meneliti pemahaman wajib pajak terhadap Peraturan Pemerintah Nomor 46 tahun 2013 tentang pajak UMKM. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa pemahaman wajib pajak masih minim, namun sebagian wajib pajak tidak merasa kesulitan dalam mematuhi PP 46/2013 dan upaya pengenalan Peraturan Pemerintah Nomor 46 tahun 2013 belum maksimal. Gandhys Resyniar (2013) meneliti tentang persepsi UMKM terhadap perubahan tarif dan dasar perhitungan, kemudahan penyederhanaan, maksud dikeluarkannya PP No. 46 Tahun 2013 sebagai media dalam mengedukasi masyarakat untuk transparansi dalam pembayaran pajak, serta sosialisasi PP No. 46 Tahun 2013 yang dilakukan oleh Fiskus. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) Mayoritas pelaku UMKM setuju dengan adanya perubahan tarif dan dasar perhitungan. (2) Pelaku UMKM sependapat bahwa adanya kemudahan dan penyederhanaan pajak dapat membantu masyarakat khususnya para pengusaha UMKM dalam membayar pajaknya. (3) Pelaku UMKM berpendapat bahwa maksud yang diusung dalam Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2013 tidak dapat mengedukasi masyarakat untuk transparansi dalam pembayaran pajak. (4) Menurut pelaku UMKM sosialisasi mengenai Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2013 masih kurang maksimal.

Gede Diatmika (2013) penelitian ini meneliti tentang penerapan akuntansi pajak atas PP No. 46 atas penghasilan dari usaha wajib pajak tentang PPh atas penghasilan dari usaha wajib pajak yang memiliki peredaran bruto tertentu. Hasil penelitian menunjukkan PP No. 46 Tahun 2013 lebih memihak pengusaha yang mempunyai peredaran usaha dibawah 4,8 miliar per tahun untuk menetapkan tariff 1% bersifat final dari pada menerapkan tarif umum yang berlaku sebesar 25%. Dari segi perlakuan akuntansi sebaiknya pengusaha yang tergolong mempunyai karakteristik khusus seperti UMKM menerapkan perlakuan akuntansi pajak yang bersifat final yakni sebesar 1% dari peredaran usaha mereka setiap bulannya. Adi Ratno P (2013) penelitian ini meneliti tentang faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan pemilik usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) dalam memenuhi kewajiban perpajakan (studi pada wajib pajak pemilik UMKM di KPP Pratama Malang Selatan).Hasil penelitian menunjukkan pemahaman perpajakan memiliki pengaruh signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak di KPP Pratama Malang Selatan. Yuliya (2014) penelitian ini meneliti tentang penerapan Peraturan Pemerintah Nomor 46 tahun pada usaha mikro kecil dan menengah di kabupaten batang (studi empiris pada Wajib Pajak Orang Pribadi Pelaku UMKM yang terdaftar di KPP Batang. Hasil penelitian ini menunjukkan terdapat peningkatan penerimaan pajak atas PPh terutang pada Wajib Pajak Orang Pribadi pelaku UMKM yang terdaftar di KPP Batang sebelum dan sesudah penerapan PP Nnomor 46 tahun 2013.

Dibawah ini adalah tabel rincian penelitian sebelumnya yang dapat dijadikan pembandingdan dapat dijadikan sember referensi. No. Nama Peneliti Tabel 2.1 Daftar Penelitian Terdahulu Judul Penelitian Hasil Penelitian 1. Astri Pengaruh Penerapan Peraturan Penerapan Peraturan Corry N Pemerintah No. 46 Tahun 2013 Pemerintah No. 46 Tahun Ds (2013) 2. Eunike (2013) terhadap Tingkat Pertumbuhan Wajib Pajak UMKM dan Penerimaan PPh Pasal 4 ayat (2) Pemahaman Wajib Pajak Terhadap Peraturan Pemrintah Nomor 46 tahun 2013 tentang Pajak UMKM. 2013 berpengaruh terhadap tingkat pertumbuhan wajib pajak UMKM dan penerimaan PPh pasal 4 ayat (2). pemahaman wajib pajak masih minim, namun sebagian wajib pajak tidak merasa kesulitan salam mematuhi PP 46/2013 dan upaya Peraturan pengenalan Pemerintah Nomor 46 tahun 2013 belum maksimal 3. Gandhys Persepsi Pelaku Usaha Mikro (1) Mayoritas pelaku

Resyniar( 2013) Kecil Menengah Umum (UMKM) Terhadap Penerapan PP No. 46 Tahun 2014 UMKM setuju dengan adanya perubahan tarif dan dasar perhitungan. (2) Pelaku UMKM sependapat bahwa adanya kemudahan dan penyederhanaan pajak dapat membantu masyarakat khususnya para pengusaha UMKM dalam membayar pajaknya. (3) Pelaku UMKM berpendapat bahwa maksud yang diusung dalam Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2013 tidak dapat masyarakat transparansi mengedukasi untuk dalam pembayaran pajak. (4) Menurut pelaku UMKM sosialisasi Peraturan mengenai Pemerintah

4. Gede Diatmika (2014) Penerapan akuntansi Pajak Atas PP No. 46 Atas Penghasilan Dari Usaha Wajib Pajak Tentang PPh Atas Penghasilan Dari Usaha Wajib Pajak Yang Memiliki Peredaran Bruto Tertentu Nomor 46 Tahun 2013 masih kurang maksimal. PP No. 46 \Tahun 2013 lebih memihak pengusaha yang mempunyai peredaran usaha dibawah 4,8 miliar per tahun untuk menetapkan tariff 1% bersifat final dari pada menerapkan tariff umum yang berlaku sebesar 25%. Dari segi perlakuan akuntansi sebaiknya pengusaha yang tergolong mempunyai karakteristik khusu seperti UMKM menerapkan perlakuan akuntansi pajak yang bersifat final yakni sebesar 1% dari peredaran usaha mereka setiap bulannya. 5. Adi Ratno faktor-faktor yang mempengaruhi Pemahaman perpajakan P (2013) kepatuhan pemilik usaha mikro, memiliki pengaruh

kecil, dan menengah (UMKM) signifikan terhadap dalam memenuhi kewajiban perpajakan (studi pada wajib pajak pemilik UMKM di KPP kepatuhan wajib pajak di KPP Pratama Malang Selatan. 6. Yuliya (2014) Pratama Malang Selatan). Penerapan Peraturan Pemerintah Nomor 46 tahun pada Usaha Hasil penelitian ini menunjukkan terdapat Mikro Kecil dan Menengah di peningkatan penerimaan Kabupaten Batang (studi empiris pada Wajib Pajak Orang Pribadi Pelaku UMKM yang terdaftar di KPP Batang. Hasil penelitian ini menunjukkan terdapat PPh Terutang pada Wajib Pajak Orang Pribadi Pelaku UMKM yang pajak atas PPh terutang pada Wajib Pajak Orang Pribadi pelaku UMKM yang terdaftar di KPP Batang sebelum dan sesudah penerapan PP Nnomor 46 tahun 2013. terdaftar di KPP Batang 1.2 Rumusan Hipotesis Penerapan Peraturan Pemerintah No. 46 tahun 2013 ini mulai diberlakukan di 1 Juli 2013, harapan Pemerintah adalah untuk menyederhanakan perhitungan perpajakan bagi Wajib Pajak Orang Pribadi dan Badan. Sektor UMKM yang berkontribusi masih rendah di bidang penerimaan pajak negara diharapkan dapat meningkatkan penerimaan pajak setelah diberlakukannya Peraturan Pemerintah No.

46 tahun 2013 ini. Walaupun penerapan Peraturan Pemerintah No. 46 tahun 2013 diberlakukan di pertengahan bulan tetapi melalui proses sosialisasi yang dilakukan oleh Kantor Pelayanan Pajak Pratama diharapkan para Wajib Pajak yang dalam hal ini para UMKM yang memiliki omzet dibawah 4,8 Miliar ini diharapkan dapat membantu para Wajib Pajak Orang Pribadi dan Badan yang selama ini kesulitan dalam menghitung kewajiban perpajakannya. Berdasarkan pokok masalah dan kajian pustaka yang telah diuraikan, maka dapat dirumuskan hipotesis yang akan diuji pada penelitian ini, yaitu : H1 : Terdapat perbedaan tingkat penerimaan pajak Wajib Pajak Orang Pribadi sebelum dan sesudah dapat meningkatkan penerimaan di KPP Paratama Badung Selatan.Penerapan Peraturan Pemerintah No. 46 tahun 2013. H1 : Terdapat perbedaan tingkat penerimaan pajak Wajib Pajak Badan sebelum dan sesudah dapat meningkatkan penerimaan di KPP Paratama Badung Selatan.Penerapan Peraturan Pemerintah No. 46 tahun 2013.