BAB I. Latar Belakang Masalah. sosial dan moral berada dalam kondisi kritis karena peran masa remaja berada

dokumen-dokumen yang mirip
HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSI DENGAN KETIDAKPUASAN SOSOK TUBUH (BODY DISSATISFACTION) PADA REMAJA PUTRI. Skripsi

BAB I PENDAHULUAN. Mahasiswa adalah status yang disandang oleh seseorang karena

HUBUNGAN ANTARA SELF BODY IMAGE DENGAN PEMBENTUKAN IDENTITAS DIRI REMAJA. Skripsi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Ketika memulai relasi pertemanan, orang lain akan menilai individu diantaranya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Aisha Nadya, 2013

BAB I PENDAHULUAN. berkesinambungan dalam kehidupan manusia. Perkembangan adalah perubahanperubahan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dalam kehidupan remaja, karena remaja tidak lagi hanya berinteraksi dengan keluarga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mencapai tujuan. Komunikasi sebagai proses interaksi di antara orang untuk

BAB I PENDAHULUAN. paling sering disorot oleh masyarakat. Peran masyarakat dan media membawa

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini memiliki tubuh langsing menjadi tren di kalangan wanita, baik

BAB I PENDAHULUAN. bentuk tubuhnya jauh dari ideal.masyarakat berpikir orang yang cantik

BAB I PENDAHULUAN. pembentukan pribadi individu untuk menjadi dewasa. Menurut Santrock (2007),

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. karena pengaruh hormonal. Perubahan fisik yang terjadi ini tentu saja

Manusia merupakan makhluk hidup yang selalu berkembang mengikuti tahaptahap. perkembangan tertentu. Manusia hams melewati satu tahap ke tahap

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pada masa remaja, seorang individu banyak mengalami perubahan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Diet merupakan hal yang tidak asing lagi bagi remaja di era moderen seperti saat ini.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menentukan arah dan tujuan dalam sebuah kehidupan. Anthony (1992)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja banyak permasalahan yang harus dihadapi, salah satunya

HUBUNGAN ANTARA CITRA RAGA DAN INTERAKSI TEMAN SEBAYA DENGAN MOTIVASI MENGIKUTI SENAM PADA REMAJA PUTRI DI SANGGAR SENAM 97 SUKOHARJO.

BAB I PENDAHULUAN. Pada zaman sekarang memiliki bentuk tubuh yang ideal memang menjadi

BAB I PENDAHULUAN. Pada masa remaja penampilan fisik merupakan hal yang paling sering

BAB I PENDAHULUAN. diawali dengan matangnya organ-organ fisik (seksual) sehingga mampu bereproduksi.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

HUBUNGAN ANTARA CITRA TUBUH IDEAL DENGAN USAHA MEMBANGUN DAYA TARIK FISIK PADA PEREMPUAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. yang muncul pada saat atau sekitar suatu periode tertentu dari kehidupan individu

BAB I PENDAHULUAN. Manusia membutuhkan kehadiran manusia lain di sekelilingnya untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sekarang ini masyarakat banyak mendatangi restauran-restauran yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. antara manusia yang satu dengan yang lainnya. perkembangan yang terjadi pada remaja laki-laki meliputi tumbuhnya rambut,kulit

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. setelah masa anak-anak dan sebelum dewasa (WHO, 2014). Masa remaja adalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia memiliki fitrah untuk saling tertarik antara laki-laki dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Makanan merupakan sesuatu hal yang tidak dapat dipisahkan dengan

BAB I PENDAHULUAN. Setiap manusia memiliki ukuran dan proporsi tubuh yang berbeda-beda satu

BAB I PENDAHULUAN. Masalah kesehatan seringkali diremehkan orang demi kesenangan sementara.

CITRA DIRI REMAJA YANG MENGALAMI OVERWEIGHT Lina Mahayati STIKes William Booth (031)

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Pada saat ini banyak sekali bermunculan pusat-pusat kebugaran yang. menawarkan berbagai produk maupun aktivitas yang bertujuan untuk memperoleh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Individu akan selalu dihadapkan dengan berbagai masalah dengan bentuk

BAB I PENDAHULUAN. mana terjadi pacu tumbuh, timbul ciri-ciri seks sekunder, tercapainya

Perkembangan Sepanjang Hayat

BAB I PENDAHULUAN. 20 tahun sampai 30 tahun, dan mulai mengalami penurunan pada usia lebih dari

BAB I. Kekerasan Dalam Rumah Tangga atau KDRT diartikan setiap perbuatan. terhadap seseorang terutama perempuan yang berakibat timbulnya kesengsaraan

BAB I PENDAHULUAN. Penampilan fisik seseorang memang dianggap sebagai suatu hal yang

BAB II. Tinjauan Pustaka

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. peserta tingkat pendidikan ini berusia 12 hingga 15 tahun. Dimana pada usia

A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mereka dalam dekade pertama kehidupan. Masa remaja merupakan jembatan

BABI PENDAHULUAN. Masa remaja adalah suatu masa dimana individu dalam proses. pertumbuhannya terutama fisik telah mencapai kematangan.

1. PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Hubungan Antara..., Gita Handayani Ermanza, F.PSI UI, 20081

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terhadap orang lain, khususnya terhadap lawan jenis. Perasaan saling mencintai,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. (Santrock,2003). Hall menyebut masa ini sebagai periode Storm and Stress atau

BAB I PENDAHULUAN A Latar Belakang Masalah Jelia Karlina Rachmawati, 2014

Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN, 2010), Indonesia termasuk negara dengan persentase pernikahan usia

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. tergantung bagaimana cara mereka mengembangkan kepercayaan. dirinya (Havighurst dalam Monks, dkk., 2002, h.22).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. teristimewa dan terbaik dibanding dengan ciptaan Tuhan yang lainnya. Manusia

erotis, sensual, sampai perasaan keibuan dan kemampuan wanita untuk menyusui. Payudara juga dikaitkan dengan kemampuan menarik perhatian pria yang

Skala Kepercayaan Diri Tryout

BAB I PENDAHULUAN. bergaul, bersosialisasi seperti masyarakat pada umumnya. Tidak ada salahnya

BAB I PENDAHULUAN. tersebut terbentang dari masa bayi, kanak-kanak, remaja, dewasa, hingga masa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. berhubungan dengan orang lain, atau dengan kata lain manusia mempunyai

Bab I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang. Remaja adalah mereka yang berusia diantara tahun dan merupakan

BABI PENDAHULUAN. Berbicara mengenai penampilan yang menarik tentu tidak akan ada habisnya.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Manusia sebagai makhluk sosial tidak terlepas dari individu lain,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keluarga menurut Lestari (2012) memiliki banyak fungsi, seperti

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. untuk memiliki. Pada masa ini, seorang remaja biasanya mulai naksir lawan

BAB I PENDAHULUAN. Seiring berkembangnya zaman, dunia kecantikan juga berkembang cukup

BAB 1 PENDAHULUAN. Sebagai makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri, manusia selalu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Body Dissatisfaction. body image sebagai suatu sikap dan penilaian individu mengenai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Body Dissatisfaction

BAB I PENDAHULUAN. sangat cepat. Perubahan dari bentuk tubuh kanak-kanak pada umumnya ke

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kepercayaan Diri. 1. Pengertian Kepercayaan diri merupakan sebagai suatu sikap atau perasaan yakin akan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kepercayaan diri yang tinggi individu tersebut lebih mudah mengaktualisasikan

2015 HUBUNGAN ANTARA BOD Y IMAGE D ENGAN PERILAKU D IET PAD A WANITA D EWASA AWAL D I UPI

HUBUNGAN ANTARA RELIGIUSITAS DAN KECENDERUNGAN BODY DISSATISFACTION

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II KAJIAN PUSTAKA. keseluruhan, termasuk karakteristik fisik dan fungsional dan sikap. terhadap karakteristik tersebut.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Davison & McCabe (2005) istilah body image mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa yang penting dalam kehidupan seseorang,

BAB I PENDAHULUAN. derajat kesehatan yang optimal melalui terciptanya masyarakat, bangsa, dan negara

BAB I PENDAHULUAN. muncul melalui proses evaluasi masing-masing individu terhadap kehidupannya

1. PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

PENERIMAAN DIRI PADA WANITA BEKERJA USIA DEWASA DINI DITINJAU DARI STATUS PERNIKAHAN

BAB I PENDAHULUAN. Manusia senantiasa membutuhkan kehadiran orang lain untuk berinteraksi

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. makhluk sosial. Pada kehidupan sosial, individu tidak bisa lepas dari individu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berdasarkan agama dan kepercayaan masing-masing untuk menjalani hidup bersama.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang datang dari dirinya maupun dari luar. Pada masa anak-anak proses

BAB I PENDAHULUAN. dimana individu mengalami perubahan dari masa kanak-kanak menuju. dewasa. Dimana pada masa ini banyak terjadi berbagai macam

Transkripsi:

BAB I Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa yang menarik untuk dipelajari karena pada masa remaja, seorang remaja dihadapkan pada berbagai tantangan dan permasalahan. Salah satu diantara permasalahan tersebut adalah masalah yang terkait dengan perkembangan dan lingkungan. Pada masa remaja sering kali individu merasa kebingungan dalam menentukan perannya, pada masa remaja akhir, keadaan pribadi, sosial dan moral berada dalam kondisi kritis karena peran masa remaja berada diantara masa kanak-kanak dan dewasa. Sebagian individu menganggap bahwa masa yang paling indah, menarik, penuh warna dan menyenangkan adalah masa SMA (Sekolah Menengah Atas). Seperti salah satu lagu almarhum Chrisye yang berjudul Kisah Kasih di Sekolah. Pada masa ini remaja lebih memperhatikan penampilan dibanding dengan hasil akademik, penampilan fisik dijadikan salah satu modal untuk menarik perhatian lingkungan ataupun perhatian lawan jenis. Selain penampilan fisik, bentuk fisik (kurus, proporsional ataupun gemuk) juga mempunyai kontribusi besar dalam menumbuhkan rasa percaya diri untuk bergaul ataupun menarik perhatian lingkungan. Ketika bentuk tubuh sesuai dengan apa yang diharapkan hal tersebut akan menumbuhkan rasa percaya diri, namun sebaiknya ketika bentuk tubuh tidak sesuai dengan harapan maka akan mempengaruhi rasa percaya diri yang dimiliki. Soleh (2010) menjelaskan bahwa percaya diri atau kepercayaan diri bukan sekedar keberanian untuk bertindak atau berbuat. Sehingga tidak dapat diartikan 1

bahwa orang yang berani bertindak atau berbuat sesuatu dapat dikatakan sebagai orang yang penuh percaya diri. Kepercayaan diri lebih tepat disebut sebagai keyakinan diri. Dengan keyakinan diri ini kita dapat menangani atau menghadapi segala sesuatu dengan tenang (http://solehamini.blogspot.com/2010/05/selfconfidance-development_12.html). Kepercayaan diri adalah salah satu aspek psikis manusia yang sangat penting untuk dipupuk dan dikembangkan. Sukses tidaknya seseorang dalam berinteraksi terhadap lingkungannya adalah tergantung bagaimana cara mereka mengembangkan kepercayaan diri. Seseorang bisa suskes dalam bergaul dengan orang lain, mudah memperoleh teman, sukses dalam pekerjaan dan sebagainya adalah karena kepercayaan diri yang dimilikinya. Tumbuhnya percaya diri menyebabkan seseorang melakukan penyesuaian diri yang baik pula terhadap lingkungannya. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Siaran (Ernawati, 2006), berkerjasama dengan Rumah Sakit ULM menunjukkan bahwa remaja yang mempunyai penampilan fisik yang kurang menarik seperti kelebihan berat badan memiliki kepercayaan diri yang rendah. Sejalan dengan pertumbuhan fisiknya, remaja putri cenderung mengembangkan kepedulian yang berlebih terhadap bentuk tubuh mereka, ketika perubahan bentuk tubuh saat masa perkembangan tersebut tidak sesuai dengan impian akan timbul rasa tidak puas. Ketidakpuasan bentuk tubuh merupakan masalah yang rumit bagi perkembangan remaja wanita, menyebabkan remaja memiliki kepercayaan diri dan harga diri yang rendah.

(http://skripsipsikologi-indonesia.blogspot.com/2010/06/hubungan-antara-rasasyukur-dengan.html). Hal ini sejalan dengan pendapat Santrock (Ernawati, 2006) yang mengatakan bahwa salah satu aspek psikologi dari perubahan fisik pada masa pubertas adalah remaja menjadi sangat memperhatikan bentuk tubuh mereka dan membangun citra sensitif mengenai bagaimana bentuk tubuh mereka. Fakta dari penelitian Jersild (Ernawati, 2006) menyatakan bahwa dari hasil penelitiannya menunjukkan sebagian remaja yang diberikan beberapa pertanyaan mengenai apa yang tidak disukai tentang diri remaja, sedikit sekali remaja yang mengungkapkan mengenai kemampuan mereka seperti halnya prestasi - prestasi yang membanggakan, namun yang banyak diungkap oleh remaja tersebut lebih dari 60 % remaja menyatakan bahwa penampilan fisiknya lebih penting dan paling banyak diungkap. Berdasarkan dari hasil penelitian tersebut tampaklah bahwa penampilan fisik yang diantaranya dapat dikatakan adalah postur tubuh, dianggap penting bagi sebagian besar remaja. Bentuk dan ukuran tubuh yang ideal merupakan impian semua remaja, dan hal ini tentu membuat remaja berusaha untuk mencapai tuntutan tersebut agar kepercayaan diri remaja meningkat. Sebagai contoh bentuk dari ketidakpercayaan diri terhadap postur tubuh, dihadapi oleh seorang artis bernama Arumi Bachin, wajarnya seseorang makan adalah 3X sehari, namun ia makan dengan porsi 6X sehari, remaja berusia 17 tahun ini menjalani program penggemukan badan, ia mengaku bahwa semua itu ia lakukan agar badannya telihat lebih indah dan berisi. Arumi pun mengaku bahwa ia ingin menaikkan berat badannya 4 kg lagi, sekarang berat

badannya 42 kg dan dia ingin 46 kg. Arumi sangat menikmati program penggemukan yang ia lakukan karena ia bisa makan apa saja yang dia inginkan. Ia mengaku bahwa tubuhnya memang susah gemuk, ia sudah meminum obat cacing dan obat penggemuk badan namun tidak berhasil juga. (http://www.rujakmanis.com/page/251). Contoh lainya yaitu yang dilakukan oleh Jennifer Aniston dikenal sebagai artis yang sangat memperhatikan penampilannya. Jen rela melakukan diet keras demi mendapatkan tubuh indah idamannya. Jenifer mengaku bahwa, memiliki tubuh ramping merupakan obsesi terbesar baginya. Jenifer ingin memastikan dirinya tetap tampil cantik dan langsing atau ramping. Kerja keras Jen tidak sia-sia. Tubuhnya mengalami penurunan yang drastis berkat rajin berlatih dan diet yang dilakukannya. Jen pun berusaha untuk tampil percaya diri di film terbarunya (http://www.zonaselebriti.com/news/jeniferaniston-terobsesi-langsing.html). Beberapa contoh kasus menunjukkan bahwa seseorang cenderung mengembangkan kepedulian yang berlebih terhadap berat badan terutama pada kaum hawa, hal tersebut mampu mengarahkan remaja kepada upaya obsesif dalam mengontrol berat badan (Papalia, 2008) Keperdulian terhadap citra tubuh tersebut dapat muncul karena para remaja menyadari bahwa dalam kehidupan masyarakat, individu yang menarik biasanya diperlakukan dengan lebih baik daripada individu yang kurang menarik (Hurlock, 2006). Selain itu sejumlah peneliti telah menemukan bahwa penampilan fisik merupakan kontributor yang sangat berpengaruh terhadap rasa percaya diri remaja, antara lain penampilan fisik berkorelasi paling kuat dengan rasa percaya diri Hurter (Hurlock 2006).

Ketidakpuasan pada bentuk tubuh berhubungan dengan kepercayaan diri seseorang, yaitu gambaran mental seseorang terhadap bentuk dan ukuran tubuhnya. Selain itu, bagaimana seseorang mempersepsikan dan memberikan penilaian atas apa yang dipikirkan serta dirasakan terhadap bentuk dan ukuran tubuhnya, serta atas bagaimana penilaian terhadap dirinya (Rini, 2005). Menurut Hurlock (2006) juga menambahkan bahwa remaja sering merasa terganggu dengan keadaan wajah dan bentuk tubuh yang kurang patut, gemuk ataupun ramping yang hampir mendekati bentuk tubuh yang kurus. Ketidakpuasan terhadap bentuk tubuh merupakan masalah yang rumit bagi remaja bahkan dapat menimbulkan frustasi, karena selain mengurangi kepercayaan diri pada remaja, menciptakan konsep diri yang kurang tepat, juga menyebabkan mereka kurang menghargai diri mereka sendiri, bahkan menyebabkan seseorang mengalami masalah kesehatan dan kematian. Individu yang mengalami ketidakpuasan terhadap bentuk tubuhnya akan merasa kurang percaya diri dan timbul rasa cemas ketika individu tersebut mengalami konflik batin serta tekanan perasaan (Anthony, 2009). Sejumlah peneliti dari University of St Andrews, Skotlandia pada pertengahan tahun 2009, menguji pertanyaan melalui penelitian. Saat sekelompok mahasiswa diundang, 84 remaja putri ditanya tentang kesehatan mereka. Setelah mereka mengukur tekanan darah, lalu mereka difoto. Kemudian, sejumlah laki - laki diperlihatkan foto foto tersebut dan diminta untuk menilainya. Hasilnya, mayoritas laki - laki muda tersebut lebih suka perempuan dengan berat badan normal. Pada

studi ini, remaja putri dengan berat badan normal sehat dinilai tertinggi untuk daya tarik laki - laki. Para peneliti ini berharap para perempuan percaya dengan hasil penelitian yang dilakukan terhadap para pria berusia antara 18 dan 26 tahun ini. Dari hasil penelitiannya, sebagian besar tertarik pada perempuan dengan berat badan normal, daripada model - model peran kurus seperti Paris Hilton atau Nicole Richie (http://kosmo.vivanews.com/news/read/114861/laki_laki_tak_suka_perempuan_kuru s dan_gemuk). Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, wajar saja jika bentuk tubuh yang kurang proporsional menjadi salah satu penyebab seorang remaja putri tidak percaya diri karena sebagian besar kaum adam lebih memilih wanita dengan postur tubuh ideal dibanding dengan postur tubuh yang gemuk ataupun kurus. Sebagian individu menilai daya tarik adalah gambaran mental seseorang terhadap bentuk tubuh dan ukuran tubuhnya, yaitu bagaimana seseorang mempersepsikan dan memberikan penilaian atas apa yang dipikirkan dan dirasakan terhadap ukuran tubuh dan bentuk tubuhnya. Sebagian individu lainnya beranggapan keadaan fisik merupakan hal yang penting dalam suksesnya pergaulan. Remaja sangat peka terhadap keadaan tubuh yang tidak sesuai dengan gambaran masyarakat tentang tubuh ideal. Remaja mempunyai perhatian yang sangat besar terhadap penampilan diri, apabila ada bagian tubuh atau seluruh tubuh dinilai tidak baik (tidak sesuai dengan gambaran ideal) maka cenderung mengurangi kepercayaan diri. Remaja mengerti bahwa apabila tubuhnya memenuhi persyaratan maka hal ini berakibat positif terhadap penilaian diri remaja (Pikiran Rakyat Cyber Media. com). Sebaliknya bila ada penyimpangan - penyimpangan maka timbul masalah - masalah yang

berhubungan dengan ketidakpercayaan diri. Remaja percaya bahwa kondisi fisik yang ideal akan membuat seseorang lebih merasa percaya diri daripada keadaan fisik yang kurang ideal (gemuk atau kurus ramping) Mathes dan Khan (Hurlock, 2006) menambahkan dengan munculnya kesadaran akan adanya reaksi sosial terhadap berbagai bentuk tubuh dan daya tarik fisik yang berperan penting dalam hubunagn sosial, dapat menyebabkan remaja prihatin akan pertumbuhan tubuhnya yang dirasa kurang sempurna, tidak sesuai dengan standar budaya yang berlaku. Setiap budaya memiliki standar citra tubuh perempuan yang ideal bervariasai dan berbeda. Citra tubuh perempuan yang ideal bervariasi antar budaya dan antar waktu, yaitu bagi negara negara non barat seperti di Afrika, tubuh gemuk adalah simbol kematangan seksual dan kesuburan, sedangkan di Mesir seorang laki - laki bangga ketika mendapatkan seorang istri yang bertubuh gemuk. Sebaliknya, di negara - nagara Barat justru mempromosikan kebencian dan ketakutan terhadap kegemukan, dan lebih terintergasi dengan bentuk tubuh ideal wanita yang kurus langsing. Citra tubuh di negara - negara Asia, termasuk Indonesia yang mengadopsi citra tubuh di negara barat. Kesenjangan antara bentuk tubuh ideal yang didasarkan budaya atau bentuk tubuh aktual dengan tubuh yang mereka miliki menyebabkan pada saat ini banyak remaja perempuan yang mengalami ketidakpuasan bentuk tubuh atau body dissatisfaction (http://koranbaru.com/negara-dan-citra-tubuh-yang-ideal-menarik/) Penampilan remaja yang dianggap kurang patut dan menimbulkan ketidakpuasan terhadap bentuk tubuh menimbulkan masalah bagi remaja.

Ketidakpuasan pada bentuk tubuh dapat menyebabkan seseorang merasa tidak percaya diri, memiliki konsep diri yang kurang baik, dan harga diri yang rendah (Hurlock, 2006). Hurlock juga menambahkan bahwa hanya sedikit remaja yang mampu mengalami kateksis (merasa puas terhadap bentuk tubuh) karena remaja memiliki pertumbuahan dan perkembangan fisik yang cepat, padahal penampilan fisik yang menarik merupakan prioritas dan modal utama remaja untuk diterima dalam kelompok serta mendapatkan hubungan sosial yang baik. Selain itu menurut Papalia (2008) ketidakpuasan anak perempuan terhadap tubuh meningkat setelah masa remaja awal, sedangkan pada saat yang sama anak laki - laki menjadi lebih berotot justru semakin puas dengan tubuhnya. Berangkat dari pemaparan di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Apakah ada perbedaan kepercayaan diri antara remaja putri yang berpostur body fat dengan body slim mengacu pada permasalahan tersebut peneliti tertarik untuk mengetahui lebih lanjut tentang perbedaan kepercayaan diri yang dimiliki oleh remaja putri yang berpostur body fat dengan body slim dengan mengadakan penelitian yang berjudul Perbedaan Kepercayaan Diri Antara Remaja Putri Berpostur Body Fat dengan Body Slim B. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini antara lain: 1. Untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan kepercayaan diri antara remaja putri berpostur body fat dengan body slim.

2. Untuk mengetahui manakah kepercayaan diri yang lebih besar antara remaja putri berpostur body fat atau body slim. 3. Untuk mengetahui seberapa besar tingkat kepercayaan diri yang dimiliki oleh remaja putri berpostur body fat. 4. Untuk mengetahui seberapa besar tingkat kepercayaan diri yang dimiliki oleh remaja putri berpostur body fat. C. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan, dapat memberikan manfaat praktis maupun teoritis bagi: 1. Subjek, untuk memberikan gambaran tentang dampak yang ditimbulkan dari kegemukan ataupun tubuh ramping, serta tambahan pengetahuan tentang penumbuhan rasa percaya diri selain dari faktor fisik. 2. Orang tua, untuk membentuk kepercayaan diri yang positif pada anak sejak dini agar nantinya tumbuh menjadi seseorang yang penuh rasa percaya diri. 3. Peneliti, untuk menambah wawasan, pengetahuan, dan ketrampian khususnya yang terkait dengan penelitian tentang percaya diri. 4. Bagi proses penelitian selanjutnya yang terarah dengan masalah yang sama, dapat digunakan sebagai perbandingan, pedoman atau refrensi melakukan analisa dalam peneitian yang akan datang agar menambah wawasan yang sudah ada sebelumnya