LAPORAN AKHIR TAHUN 2014 ANALISIS KEBIJAKAN DAN PENYUSUNAN ROK DEDI SUGANDI

dokumen-dokumen yang mirip
ANALISIS KEBIJAKAN DAN PENYUSUNAN RENSTRA

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

UPAYA PENINGKATAN KUALITAS DAN KUANTITAS KOMODITI KOPI JAWA TIMUR GUNA MENUNJANG PASAR NASIONAL DAN INTERNASIONAL

BAB III TUJUAN, SASARAN, PROGRAM DAN KEGIATAN

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2013

I. PENDAHULUAN. Perekonomian merupakan salah satu indikator kestabilan suatu negara. Indonesia

I. PENDAHULUAN. Kopi merupakan salah satu komoditas ekspor unggulan subsektor perkebunan

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN Visi dan Misi Dinas Pertanian, Perikanan dan Kehutanan Kota Tasikmalaya

RENCANA KINERJA TAHUNAN BALAI BESAR PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PASCAPANEN PERTANIAN 2014

I. PENDAHULUAN. Untuk tingkat produktivitas rata-rata kopi Indonesia saat ini sebesar 792 kg/ha

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Peran terpenting sektor agribisnis saat ini adalah

I PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian memiliki peran yang strategis dalam perekonomian

I. PENDAHULUAN. titik berat pada sektor pertanian. Dalam struktur perekonomian nasional sektor

PENDAHULUAN Latar Belakang

Analisis Sensitivitas Produksi Kopi Sambung

I PENDAHULUAN. tersebut antara lain menyediakan pangan bagi seluruh penduduk, menyumbang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. melalui perluasan areal menghadapi tantangan besar pada masa akan datang.

[ nama lembaga ] 2012

PERANAN SEKTOR PERTANIAN KHUSUSNYA JAGUNG TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN JENEPONTO Oleh : Muhammad Anshar

Krisis ekonomi yang melanda lndonesia sejak pertengahan bulan. Sektor pertanian di lndonesia dalam masa krisis ekonomi tumbuh positif,

ANALISIS KEBIJAKSANAAN PEMBANGUNAN PERTANIAN RESPON TERHADAP ISU AKTUAL I. PENDAHULUAN

TERM OF REFERENCE (TOR) PENUNJUKAN LANGSUNG TENAGA PENDUKUNG PERENCANAAN PENGEMBANGAN PENANAMAN MODAL DI BIDANG AGRIBISNIS TAHUN ANGGARAN 2012

Gambar 3.6: Hasil simulasi model pada kondisi eksisting

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Karet di Indonesia merupakan salah satu komoditas penting perkebunan. selain kelapa sawit, kopi dan kakao. Karet ikut berperan dalam

KERAGAAN PRODUKTIFITAS BEBERAPA KLON UNGGUL KARET RAKYAT DI PROPINSI BENGKULU. Some variability Productivity Superior Rubber Clone People in Bengkulu

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

3.3. PENGEMBANGAN MODEL

Losses_kedelai LOSSES_kedelai_1. RAMP_LOSSES surplus. kebutuhan_kedelai. inisial_luas_tanam produski_kedelai Rekomendasi_pupuk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sektor pertanian khususnya subsektor perkebunan merupakan

PROPOSAL POTENSI, Tim Peneliti:

BAB II RENCANA STRATEJIK

BAB I. PENDAHULUAN. kegiatan pertanian yang mendominasi perekonomian masyarakat desa, dimana

I. PENDAHULUAN Latar Belakang. Hal ini seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk diiringi

Posisi Pertanian yang Tetap Strategis Masa Kini dan Masa Depan Jumat, 22 Agustus 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

RENCANA OPERASIONAL DISEMINASI HASIL PENELITIAN (RODHP) GUGUS TUGAS KALENDER TANAM TERPADU DI PROVINSI BENGKULU

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Subsektor perkebunan merupakan salah satu sektor pertanian yang

I. PENDAHULUAN. penyerapan tenaga kerja dengan melibatkan banyak sektor, karena

I. PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan suatu hal yang cukup penting dalam mewujudkan

I. PENDAHULUAN. dan jasa menjadi kompetitif, baik untuk memenuhi kebutuhan pasar nasional. kerja bagi rakyatnya secara adil dan berkesinambungan.

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

Renstra BKP5K Tahun

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. pembangunan ekonomi daerah dan nasional. Pertanian yang berkelanjutan

BAB I PENDAHULUAN. daya yang dimiliki daerah, baik sumber daya alam maupun sumber daya

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB VI INDIKATOR KINERJA OPD YANG MENGACU PADA TUJUAN DAN SASARAN RPJMD

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Inovasi Pertanian Sumatera Selatan Mendukung Swasembada Beras Nasional

I. PENDAHULUAN. Otonomi Daerah dengan sistem desentralisasi diimplementasikan di

DUKUNGAN SUB SEKTOR PERKEBUNAN TERHADAP PELAKSANAAN KEBIJAKAN

RENCANA OPERASIONAL DISEMINASI HASIL PENENELITIAN (RODHP) MODEL PENGEMBANGAN PERTANIAN PERDESAAN BERBASIS INOVASI (m-p3bi) INTEGRASI KOPI-SAPI POTONG

PENGANTAR. Muhrizal Sarwani

I. PENDAHULUAN. Padi merupakan bahan makanan yang menghasilkan beras. Bahan makanan

TEMU INFORMASI TEKNOLOGI LAHAN KERING MENDUKUNG INOVASI TEKNOLOGI PERTANIAN DAN DISEMINASI

BAB I PENDAHULUAN. Kewirausahaan berperan penting dalam perekonomian bangsa dan

4. ANALISIS SISTEM 4.1 Kondisi Situasional

Oni Ekalinda, Reni Astarina dan Anita Sofia Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Riau Abstrak.

RENCANA OPERASIONAL DISEMINASI HASIL PENGKAJIAN (RODHP) GELAR TEKNOLOGI PERTANIAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Tabel 1.1. Konsumsi Beras di Tingkat Rumah Tangga Tahun Tahun Konsumsi Beras*) (Kg/kap/thn)

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016

PENDAHULUAN. Dinas Perkebunan Provinsi Riau Laporan Kinerja A. Tugas Pokok dan Fungsi

I. PENDAHULUAN. pertanian. Indonesia memiliki beragam jenis tanah yang mampu. menyuburkan tanaman, sinar matahari yang konsisten sepanjang tahun,

[ ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP PRODUKSI KELAPA SAWIT RAKYAT DI PROVINSI BENGKULU ]

I. PENDAHULUAN. Pembangunan yang dilakukan di negara-negara dunia ketiga masih menitikberatkan

LAPORAN AKHIR PENYULUHAN DAN PENYEBARAN INFORMASI HASIL PENELITIAN/PENGKAJIAN TEMU INFORMASI TEKNOLOGI TERAPAN

I. PENDAHULUAN. Indonesia menjadi salah satu negara yang memiliki areal perkebunan yang luas.

POTENSI DAN PELUANG EKSPOR PRODUK PERKEBUNAN UNGGULAN DI SULAWESI SELATAN

I. PENDAHULUAN. Pertanian merupakan proses produksi yang khas didasarkan pada proses

Paket ANALISIS SOSIAL, EKONOMI DAN FINANSIAL PEMBANGUNAN HUTAN TANAMAN PENGHASIL KAYU

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor penting yang patut. diperhitungkan dalam meningkatkan perekonomian Indonesia.

peningkatan produksi dan produktifitas melalui intensifikasi, ekstensifikasi,

VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Perbanyakan In-Vitro Klon-Klon Unggul Lokal Kopi Bengkulu. Reny Fauziah Oetami 1)

PENGARUH SISTIM TANAM MENUJU IP PADI 400 TERHADAP PERKEMBANGAN HAMA PENYAKIT

SAMBUTAN GUBERNUR KALIMANTAN BARAT PADA ACARA PANEN RAYA PADI DI DESA SENAKIN KECAMATAN SENGAH TEMILA KABUPATEN LANDAK

Hermanto (1993 ; 4), menyebutkan bahwa pembangunan pertanian termasuk didalamnya tanaman pangan dan hortikultura, perkebunan, perikanan, peternakan,

ANALISIS FINANSIAL USAHA PUPUK ORGANIK KELOMPOK TANI DI KABUPATEN BANTUL I. PENDAHULUAN

4.3. PENGEMBANGAN MODEL

I. PENDAHULUAN. Arah kebijakan pembangunan pertanian yang dituangkan dalam rencana

I. PENDAHULUAN. Indonesia terkenal dengan sebutan negara agraris, yang ditunjukkan oleh luas

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Kedudukan, Tugas, Fungsi dan Kewenangan

RENCANA KINERJA TIM MANAJEMEN (RKTM) KERJASAMA DAN PELAYANAN PENGKAJIAN BPTP BENGKULU

BAB I P E N D A H U L U A N. 1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Umi Pudji Astuti, Wahyu Wibawa, dan Andi Ishak. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Bengkulu Jl. Irian km. 6,5 Kota Bengkulu ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian mempunyai peranan yang sangat penting bagi

RENCANA OPERASIONAL DISEMINASI HASIL PENGKAJIAN (RODHP) TA 2015

Tanaman pangan terutama padi/beras menjadi komoditas yang sangat strategis karena merupakan bahan makanan pokok bagi bangsa Indonesia.

Transkripsi:

LAPORAN AKHIR TAHUN 2014 ANALISIS KEBIJAKAN DAN PENYUSUNAN ROK 2015-2019 DEDI SUGANDI KEMENTERIAN PERTANIAN BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN BENGKULU BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN 2014 i

LAPORAN AKHIR TAHUN 2014 ANALISIS KEBIJAKAN DAN PENYUSUNAN ROK 2015-2019 DEDI SUGANDI EMLAN FAUZI HAMDAN YONG FARMANTA HERLENA BIDI ASTUTI WAWAN EKA PUTRA BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN BENGKULU 2014 ii

KATA PENGANTAR Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat karunia-nyalah Laporan Akhir Tahun 2014 Kegiatan Analisis Kebijakan dan Penyusunan Renstra 2015-2019 dapat diselesaikan. Laporan ini berisi mengenai hasil pelaksanaan kegiatan yang dilakukan selama bulan Januari hingga Desember 2014. Kegiatan ini bertujuan menganalisis kebijakan pengembangan usahatani kopi di Provinsi Bengkulu, menyusun alternatif rekomendasi kebijakan pengembangan kopi di Provinsi Bengkulu, menyusun rencana operasional Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Bengkulu tahun 2015-2019. Pengembangan kopi di Provinsi Bengkulu dihadapkan pada masalah produktivitas yang rendah, kualitas produk yang rendah, keterbatasan akses terhadap penetrasi pasar dan infrastruktur. Untuk mengatasi permasalah tersebut, perlu dibuat alternatif kebijakan yang di sesuaikan dengan kondisi daerah. Adapun rekomendasi kebijakan pengembangan kopi di Provinsi Bengkulu adalah peningkatan peremajaan (grafting) dari 65 % menjadi 82 % melalui penyambungan, Peningkatan kapasitas SDM petani melalui pelatihan dan intensitas penyuluhan dari 10% menjadi 48 %, peningkatan penggunaan klon unggul berkualitas dari 25% menjadi 69% melalui program bantuan bibit, peningkatan penggunaan rekomendasi pemupukan ari 35% menjadi 84% melalui penjaminan ketersediaan pupuk tepat waktu dan penegakan regulasi panen petik merah yang diiringi dengan kelayakan harga dari 0 % menjadi 14%. Demikanlah laporan ini kami buat dengan harapan laporan ini dapat bermanfaat untuk semua pihak yang berkepentingan. Kami sadari laporan ini belum sempurna untuk itu kami harapkan kritik dan saran untuk penyempurnaan laporan ini. Kepada anggota tim yang telah melaksanakan tugasnya kami sampaikan terima kasih. Bengkulu, Desember 2014 Penanggung Jawab Dr. Ir. Dedi Sugandi, MP NIP. 19590206 198603 1 002 i

LEMBAR PENGESAHAN 1. Judul RPTP : Analisis Kebijakan dan ROK 2015-2019 2. Unit Kerja : BPTP Bengkulu 3. Alamat Unit Kerja : JL. Irian KM, 6,5 Bengkulu 38119 4. Sumber Dana : DIPA BPTP TA. 2014 5. Status Penelitian (L/B) : Baru 6. Penanggung Jawab : a. Nama : Dr. Ir. Dedi Sugandi, MP b. Pangkat/Golongan : Pembina TK I /IVb c. Jabatan Fungsional : Peneliti Madya 7. Lokasi : Provinsi Bengkulu 8. Agroekosistem : - 9. Tahun Mulai : 2014 10. Tahun Selesai : 2014 11. Output Tahunan : Rekomendasi kebijakan dan ROK BPTP Bengkulu 2015-2019 12. Output Akhir : Rekomendasi alternatif kebijakan pengembangan kopi di Provinsi Bengkulu dan ROK BPTP Bengkulu 2014-2019 13. Biaya Awal : Rp.100.000.000,- (seratus juta rupiah) 14. Biaya Revisi : Rp.72.510.000,-(tujuh puluh dua juta lima ratus sepuluh ribu rupiah) Koordinator Program, Penanggung Jawab RPTP, Dr. Ir. Wahyu Wibawa, MP NIP. 19690429 199803 1 001 Mengetahui, Kepala BBP2TP, Dr. Ir Dedi Sugandi, MP NIP. 19590206 198603 1 002 Kepala BPTP Bengkulu, Dr. Ir. Abdul Basit,M.S NIP. 19610929 198603 1 003 Dr. Ir Dedi Sugandi, MP NIP. 19590206 198603 1 002 ii

DAFTAR ISI Hal HALAMAN PENGESAHAN... i RINGKASAN... ii SUMMARY... iii DAFTAR ISI... iv I. PENDAHULUAN... 8 1.1. Latar Belakang... 8 1.2. Tujuan... 10 1.3. Keluaran yang diharapkan... 10 1.4. Hasil Yang Diharapkan... 10 1.5. Perkiraan Manfaat dan Dampak... 11 II. TINJAUAN PUSTAKA... 12 III. METODOLOGI... 15 3.1. Ruang Lingkup Kegiatan... 15 3.2. Pendekatan... 15 3.3. Metode Pengkajian... 16 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN.... 18 V. KESIMPULAN.... 19 DAFTAR PUSTAKA.... 36 ANALISIS RISIKO... 37 ANGGARAN YANG DIALOKASIKAN... 37 REALISASI ANGGARAN... 38 LAMPIRAN iii

DAFTAR TABEL Halaman 1. Analisis Resiko... 37 2. Anggaran Yang di Alokasikan. 37 3. Realisasi Anggaran... 38 iv

DAFTAR GAMBAR 1. Causal loop Perkebunan Kopi 22 2. Struktur Model Perkebunan Kopi. 31 3. Model Simulasi Eksisting.. 32 4. Hasil Siulasi Eksisting. 33 v

DAFTAR LAMPIRAN Halaman 1. Dokumentasi kegiatan... 36 vi

RINGKASAN 1. Judul : Analisis Kebijakan dan Penyusunan Renstra 2015-2019 2. Unit kerja : BPTP Bengkulu 3. Tujuan : a. Menganalisis kebijakan pengembangan usahatani kopi di Provinsi Bengkulu b. Menyusun alternatif rekomendasi kebijakan pengembangan kopi di Provinsi Bengkulu c. ROK BPTP Bengkulu 2015-2019 4. Keluaran : a. Kinerja kebijakan pengembangan usahatani kopi di Provinsi Bengkulu. b. Rekomendasi alternatif kebijakan pengembangan kopi di Provinsi bengkulu c. ROK BPTP 2015-2019 5. Metodologi : Metode yang digunakan adalah survei dengan metode penarikan sampel Simple Sampling Methode. Data yang digunakan ada data sekunder dan data primer. Data primer dikumpulkan melalui kegiatan surveymelalui wawancara terhadap pemangku kebijakan dan juga petani kopi, penyuluh lapangan, pedagang kopi dan pengolah produk kopi. 6. Capaian : Rekomendasi alternatif kebijakan pengembangan kopi di Provinsi Bengkulu dan ROK BPTP Bengkulu 2014-2019 7. Prakiraan Manfaat : Menjadi acuan bagi pihak terkait dalam pembuatan kebijakan dibidang perkebunan kopi. 8. Prakiraan Dampak : Kebijakan yang dihasilkan sesuai dengan kebutuhan. 9. Jangka Waktu : 1 (satu)tahun 10. Biaya Awal : Rp.100.000.000,- (seratus juta rupiah) 11. Biaya setelah Revisi : Rp.72.510.000,- (tujuh puluh dua juta lima ratus sepuluh ribu rupiah) vii

SUMMARY 1. Title : Policy Analysis and Preparation of the Strategic Plan 2015-2019 2. Implementing Unit : Assessment Institute for Agricultural Technology of Bengkulu 3. Objectives : a. Analyzing the development policies of coffee farming in the province of Bengkulu b. Develop alternative policy recommendations coffee development in Bengkulu c. Bengkulu BPTP strategic plan 2015-2019 4. Output : a. Performance development policies coffee farm in the province of Bengkulu. b. Recommendations alternative development policies coffee in Bengkulu Province c. BPTP Strategic Plan 2015-2019 5. Procedure : The method used is a survey with a Simple Sampling method of sampling. Data used secondary data and primary data. Primary data was collected through interviews with stakeholders surveymelalui and coffee farmers, extension workers, traders and processors coffee coffee products. 6. Achievement : Recommendations alternative development policies and coffee in Bengkulu Bengkulu BPTP Strategic Plan 2014-2019 7. Benefit : A reference point for stakeholders in policymaking in the field of coffee plantations 9. Impact : Policies are produced in accordance with the requirements. 9. Duration : 1 (one) Year 10. Initial costs : Rp. 100.000.000,- 11. Cost after revision : Rp. 72.510.000,- viii

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan pertanian dipengaruhi oleh dinamika lingkungan strategis baik global maupun dalam negeri. Perubahan lingkungan strategis global yang mengarah kepada semakin kuatnya liberalisasi dan globalisasi perdagangan akan membawa berbagai konsekuensi terhadap daya saing komoditas pertanian Indonesia di pasar global. Globalisasi ekonomi dan perdagangan bebas sangat mempengaruhi seluruh sendi kehidupan di dunia termasuk sektor pertanian yang merupakan andalan bagi sebagian besar negara berkembang (Kasryno et al, 2002). Untuk mendukung arah pembangunan nasional menyongsong era globalisasi maka pembangunan sektor pertanian diarahkan kepada pembangunan agribisnis yang tangguh dan bertumpu pada potensi daerah dengan pendekatan agribisnis. Pendekatan agribisnis memberi perhatian kepada usaha-usaha peningkatan efisiensi dan kelestarian daya dukung sumberdaya pertanian. Dalam pelaksanaan pembangunan pertanian di Provinsi Bengkulu, berbagai permasalahan dan isu kebijakan dapat muncul setiap saat. Permasalahanpermasalahan seperti lapangan kerja tidak terbuka, dan bertambahnya pengangguran, bencana alam dan gempa bumi. Beberapa isu kebijakan pertanian penting lainnya yang perlu dicermati misalnya pengurangan subsidi pupuk, bantuan langsung tunai kepada masyarakat, dan peningkatan daya saing komoditas unggulan daerah. Berbagai permasalahan dan isu-isu kebijakan pembangunan pertanian tersebut memerlukan kajian untuk menyiapkan bahan kebijaksanaan secara cepat dan tepat baik yang bersifat antisipatif atau yang menjawab permasalahan yang berkembang. Untuk mengantisipasi perubahan dan dinamika dalam rentang waktu 2015-2019, Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Bengkulu memerlukan rencana strategis (renstra). Renstra berguna untuk memfokuskan program kerja dan pelaksanaan kegiatan pengkajian teknologi spesifik lokasi dan diseminasi secara efektif dan efisien. Program strategis BPTP Bengkulu diarahkan untuk terlaksananya pemanfaatan potensi sumberdaya spesifik wilayah (Provinsi Bengkulu) yang berbasis inovasi dengan produk pertanian yang lebih berkualitas dan bernilai tambah yang berdampak pada peningkatan kesejahteraan petani dan pengguna lainnya. Struktur rencana strategis secara komprehensif akan dijabarkan dalam visi, misi, strategi utama, sasaran utama, tujuan dan program serta indikator kinerja utama. 1

Salah satu tugas pokok Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Bengkulu ialah memberikan pertimbangan dan rekomendasi kebijakan pertanian kepada pemerintah daerah. Pemerintah Daerah Provinsi Bengkulu bersama dengan Fakultas Pertanian Universitas Bengkulu, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian dan Kementerian Riset dan Teknologi mencanangkan peningkatan nilai tambah kopi bagi kesejahteraan masyarakat melalui penguatan sistem inovasi daerah (SIDa). Dalam kesepakatan ini BPTP Bengkulu berkewajiban untuk menyediakan tenaga ahli bidang tanaman kopi, melakukan penelitian kopi spesifik lokasi, membuat analisa kebijakan usahatani kopi rakyat, melakukan pembinaan dan pengembangan sumberdaya manusia, dan diseminasi inovasi teknologi spesifik lokasi. Provinsi Bengkulu termasuk tiga besar produsen kopi Indonesia dengan luas areal 91.434 ha dan produksi 55.845 ton. Produsen kopi terbesar di Indonesia adalah Provinsi Lampung dengan luas areal 162.342 dan produksi 145.025 ton, disusul Sumatera Selatan dengan luas areal 256.138 dan produksi 138.385 ton. Skala regional Provinsi Bengkulu, kopi merupakan salah satu komoditas perkebunan utama setelah kelapa sawit dan karet. Luas tanam komoditas kopi mencapai 94.232 ha (21,27%) dengan jumlah keluarga yang terlibat sebanyak 75.453 kepala keluarga (19,18%). Kopi termasuk komoditas ekspor penting Provinsi Bengkulu dengan nilai US$ 7.972.061,9 atau 0,03% dari total nilai ekspor yang mencapai US$ 267.493.793,40 (BPS, 2013). Perkebunan kopi Bengkulu didominasi oleh perkebunan rakyat dengan total luas 95.016 ha atau 99,17%, sementara areal perkebunan swasta sebesar 784 ha. Jenis kopi yang umumnya dikembangkan adalah kopi robusta dengan luas tanam mencapai 90.441 ha atau 95,19% dengan produksi 54.201 ton (produktivitas 0,71 ton/ha), luas tanam kopi arabika mencapai 3.791 ha dengan produktivitas 0,77 ton/ha. Produktivitas tersebut masih jauh di bawah potensi hasil sebesar 1,5-2,0 ton/ha. Berbagai kendala yang ditemui dalam pengembangan kopi rakyat di Provinsi Bengkulu belum sepenuhnya dapat diukur dalam hubungan timbal balik yang dinamis. Beberapa masalah hanya diukur berdasarkan persentase atau kecenderungan tanpa dilihat seberapa besar pengaruh faktor tersebut dalam suatu sistem produksi yang kompleks. Dengan demikian peran pemerintah melalui berbagai instrumen kebijakan sangat diperlukan untuk menyelesaikan masalah tersebut. Di Provinsi Bengkulu kopi sebagai produk unggulan dibidang perkebunan. Kegiatan usaha tani kopi di Provinsi Bengkulu telah dilakukan secara turun temurun sejak lama dan sejauh ini telah menujukkan hasil yang baik dengan adanya peningkatan luas lahan dan output yang dihasilkan sebesar 3,67 %. Peningkatan luas 2

lahan dan jumlah produksi ini menunjukkan bahwa kegiatan usaha tani kopi di Provinsi Bengkulu makin diterima oleh masyarakat. Kegiatan usaha tani ini pada awalnya dilakukan tanpa menggunakan teknologi apapun dan tanpa pemeliharaan yang intensif. Beberapa permasalahan pengembangan kopi di Provinsi Bengkulu adalah kehidupan petani sulit dengan panen satu tahun satu kali. Produktivitas kopi rendah 0,7 ton/ha/tahun. Masyarakat hanya mengandalkan kebun-kebun kopi yang umumnya sudah tua dan kurang terawat, budidaya turun temurun, tradisional, menanam bibit asalan. Usaha untuk meningkatkan produktivitas kopi, pemerintah daerah provinsi maupun kabupaten mengeluarkan kebijakan berupa penyuluhan teknik budidaya, membangun kebun entres, peningkatan produksi kopi melalui sambung pucuk dan tunas, pembuatan lantai jemur, mendatangkan dan menguji klon/ varietas kopi unggul nasional (kopi SE) dari jember, pembagian mesin pengolah kopi, peningkatan nilai tambah melalui perbaikan mutu hasil panen dan kopi luwak serta peraturan daerah no 02 tahun 2007 tentang larangan jual biji kopi basah dan resi gudang. Sampai sejauh mana kebijakan tersebut dapat dilaksanakan ditingkat petani sehingga akan berdampak terhadap peningkatan mutu dan produktivitas perlu dilakukan pengkajian. 1.2. Tujuan a. Menganalisis kebijakan pengembangan usahatani kopi di Provinsi Bengkulu. b. Menyusun alternatif rekomendasi kebijakan pengembangan kopi di Provinsi Bengkulu. c. Menyusun rencana operasional kegiatan Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Bengkulu tahun 2015-2019 1.3. Keluaran Yang Diharapkan a. Kinerja kebijakan pengembangan usahatani kopi di Provinsi Bengkulu. b. Rekomendasi alternatif kebijakan pengembangan kopi di Provinsi Bengkulu. c. Rencana operasional kegiatan Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Bengkulu 2015-2019. 3

1.4. Hasil Yang Diharapkan Tersedianya informasi tentang kinerja kebijakan pengembangan usahatani kopi di Provinsi Bengkulu, rekomendasi alternatif kebijakan pengembangan kopi di Provinsi Bengkulu dan rencana operasional kegiatan Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Bengkulu 2015-2019. 1.5. Perkiraan Manfaat Dan Dampak 1. Hasil pengkajian diharapkan dapat menjadi bahan dalam penyusunan serta penyempurnaan kebijakan pengembangan kopi di Provinsi Bengkulu. 2. Adanya Renstra BPTP Bengkulu 2015-2019. 4

II.TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kerangka Teoritis Perubahan pola pemerintahan yang sentralistik menjadi desentralistik secara legal di wujudkan dengan lahirnya undang-undang No.22 tahun 1999 dan No. 25 tahun 1999. Hal tersebut memberikan konsekuensi kewenangan kepada Pemerintah daerah, bukan hanya terbatas pada merencanakan dan melaksanakan pembangunan namun lebih dari itu untuk mengembangkan perekonomian dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat dengan mengelola sumber daya yang ada di daerah. Pembangunan agribisnis memiliki keterkaitan yang erat dengan pembangunan daerah. Agribisnis telah dan akan terus menjadi andalan dalam pembangunan perekonomian daerah, hal ini disebabkan karena sampai saat ini hampir seluruh ekonomi daerah di Indonesia berbasiskan pada sistem agribisnis, baik dikaji dari pembentukan Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB) maupun penyerapan tenaga kerja. Untuk dapat memerankan fungsinya secara baik sebagai penyedia bahan makanan pokok, penyumbang perolehan devisa dan penampung tenaga kerja, sektor pertanian terus memperbaiki kinerja pembangunannya melalui berbagai kebijakan. Kebijakan pembangunan pertanian merupakan keputusan dan tindakan pemerintah untuk mengarahkan, mendorong, mengendalikan dan mengatur pembangunan pertanian guna mewujudkan tujuan pembangunan nasional (Mubyarto, 1989). Pada lingkungan strategis domestik, sesuai dengan arah reformasi pembangunan yang lebih mengedepankan kreatifitas rakyat dan otonomi daerah, sebagaimana diamanatkan oleh UU No. 22 dan 25 tahun 1999 dan PP No. 25 tahun 2000, pada masa yang akan datang peran Pemerintah Daerah dan pelaku ekonomi di daerah untuk pengembangan agribisnis dan mengembangkan ketahanan pangan regional akan semakin menonjol. Sejalan dengan beberapa perubahan lingkungan strategis di atas, pelaksanaan pembangunan pertanian dituntut untuk dapat meningkatkan kapasitas dan produktivitas sumberdaya manusia yang bekerja di pertanian, melalui peningkatan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK). Petani dan pengguna sumberdaya alam lainnya diharapkan mampu memilih dan menerapkan teknologi pertanian secara tepat, agar proses produksi dapat mengoptimalkan pemanfaatan sumberdaya didasarkan pada prinsip pertanian yang berkelanjutan. Selain itu, melalui penguasaan IPTEK, petani dan pelaku kegiatan pertanian lainnya diharapkan dapat bersaing secara sehat dalam pasar global yang semakin terbuka. 5

Kondisi di atas menyebabkan tuntutan terhadap lembaga penelitian akan semakin besar, terutama dalam menghasilkan teknologi dan menginformasikan secara cepat dan tepat apa yang telah dihasilkan kepada pengguna. Dalam pengembangan teknologi yang dilakukan, penekanan lebih pada pemberdayaan komunitas lokal, dengan didasarkan pada teknologi yang telah dikembangkan petani dan mengakomodasi kearifan lokal. Dengan demikian proses adopsi dan keberlanjutan penerapannya di petani dapat lebih terjamin. Pengembangan kopi, terutama kopi diperkebunan rakyat harus dilakukan terintegrasi. Beberapa aspek harus menjadi perhatian mulai dari kualitas bahan tanam, panen, pengembangan produk, penanganan pascapanen dan pemasaran. Kopi merupakan salah satu komoditas unggulan dan penting bagi Provinsi Bengkulu. Saat ini isu strategis daerah yang tertuang dalam RPJM 2010-2015 adalah peningkatan daya saing produk pertanian. Bagi Provinsi Bengkulu, kopi merupakan salah satu tanaman perkebunan yang memberikan peranan terbesar dalam pembentukan Produk Domestik Bruto, dan setiap tahun terus mengalami peningkatan produksi (BPS, 2011). Salah satu kabupaten yang menjadikan kopi sebagai komuditas unggulan yang memberikan kontribusi PDRB yang cukup besar adalah Kabupaten Rejang Lebong dan Kepahiang. Untuk Kabupaten Rejang Lebong pada kurun waktu 2005-2011 perkembangan luas dan produksi tanaman perkebunan menunjukkan kecenderungan peningkatan baik jenis maupun produksinya. Kegiatan usaha tani kopi di Provinsi Bengkulu telah dilakukan secara turun temurun sejak lama dan sejauh ini telah menujukkan hasil yang baik dengan adanya peningkatan luas lahan dan output yang dihasilkan. Peningkatan luas lahan dan jumlah produksi ini menunjukkan bahwa kegiatan usaha tani kopi terutama jenis kopi robusta di Provinsi Bengkulu makin diterima oleh masyarakat. Kegiatan usaha tani ini pada awalnya dilakukan tanpa menggunakan teknologi apapun dan tanpa pemeliharaan yang intensif. Sejak tahun 1995 kegiatan usaha tani kopi robusta di lakukan menggunakan teknologi penyambungan dan pemeliharaan yang intensif dengan pemupukan dan penyemprotan hama penyakit tanaman. Teknologi penyambungan dan pemeliharaan ini merupakan bagian dari input produksi yang digunakan dalam kegiatan usaha tani kopi robusta terutama petani kopi di Kabupaten Rejang Lebong. Produktivitas, efisiensi, produksi dan pendapatan petani sangat dipengaruhi oleh tingkat adopsi atau penggunaan inovasi teknologi. Semakin banyak inovasi teknologi yang diadopsi akan berdampak pada peningkatan efisiensi usaha tani, produktivitas, nilai tambah dan daya saing, serta pendapatan petani. Senjang 6

hasil/produktivitas (yield gap) merupakan salah satu indikator untuk mengetahui tingkat adopsi teknologi. Senjang hasil yang lebar antara hasil riel dengan potensi hasil dari suatu komoditas menunjukkan bahwa adopsi teknologi masih rendah. Permasalahan-permasalahan dalam upaya peningkatan produktivitas bersifat kompleks, menyangkut koordinasi dan tupoksi lintas institusi, sehingga seringkali sulit diselesaikan secara permanen. Untuk itu perlu dicari solusi dan akar permasalahan. Hal ini perlu dilakukan untuk menghindari permasalahan yang berulang dalam upaya peningkatan produksi yang ditekankan melalui peningkatan produktivitas. Permasalahan yang sering muncul dalam upaya peningkatan produktivitas adalah: masalah pupuk, masalah iklim dan bencana alam, pasca panen,dan masalah harga (Andi Nuhung, 2010). 7

III. METODOLOGI 3.1. Pendekatan Pengkajian ini adalah penelitian lapangan yang didukung dengan desk study. Kegiatan di lapangan adalah pengumpulan data primer yang dilakukan dengan survei. Survei dilakukan terhadap obyek pengkajian untuk mendapatkan gambaran aktual yang terjadi di lapangan, berdasarkan kenyataan yang ada di lapangan dipadukan dengan pengetahuan dan teori-teori ilmiah yang ada selanjutnya di sintesakan untuk dapat memberikan alternatif solusi uuntuk pemecahan masalah dengan tepat. Survei adalah mengukur gejala gejala yang ada yang selanjutnya digunakan untuk pemecahan masalah (Sevilla et al., 1993). Secara umum metode yang dilakukan dalam pengkajian ini adalah melalui survei pada institusi pendukung pelaksanaan pengembangan kopi dan masyarakat petani di 2 Kabupaten. Data yang diperoleh akan dianalisis secara kualitatif dan kuantitatif. 3.2. Ruang Lingkup Kegiatan Analisis Kebijakan pada tahun 2014 dimulai dari perencanaan, pelaksanaan dan pelaporan. Ruang lingkup kegiatan dibatasi untuk mengkaji pengembangan usahatani kopi di Provinsi Bengkulu. Agar tidak ketinggalan dan kehilangan relevansi, analisis kebijakan ini perlu dilakukan secara cepat sehingga diperoleh hasil kajian yang masih tetap relevan untuk perumusan kebijakan. Meskipun demikian, metode pengkajian ini akan tetap memperhatikan landasan teoritis dan mempertahankan objektivitas. Data-data yang terkumpul ditabulasi dan selanjutnya dianalisis untuk mendapatkan pola gambaran dan sintesa. Hasil analisis tersebut selanjutnya di deskripsikan yang dituangkan dalam tulisan sebagai bentuk rumusan alternatif kebijakan dan pelaporan hasil akhir penelitian 3.3. Metode Pengkajian a. Penarikan Contoh dan Pengumpulan Data Metode penarikan sampel yang digunakan dalam pengkajian ini adalah Simple Sampling Methode. Tahap pertama penarikan satuan sampling primer, yaitu memilih 2 kabupaten sentra produksi kopi robusta dan 2 kabupaten sentra kopi arabika. Tahap kedua adalah memilih satuan sampling sekunder, yaitu memilih keluarga (kepala keluarga) dari tiap kabupaten terpilih. Satuan sampling terpilih dari tahap kedua ini merupakan unit elementer yang menjadi responden pengkajian. 8

Data yang dikumpulkan adalah data primer dan data sekunder. Data primer dikumpulkan melalui kegiatan survei melalui wawancara terhadap para pemangku kebijakan tingkat provinsi (Dinas Perkebunan), tingkat kabupaten (Dinas Perkebunan), dan pelaksana di tingkat lapangan (PPL, petani, pedagang dan pengolah kopi). Wawancara terhadap pemangku kebijakan diarahkan untuk mengetahui program pengembangan kopi di tingkat provinsi dan kabupaten. Data primer yang dikumpulkan di tingkat petani adalah sebagai berikut: 1) Penerapan teknologi dan keragaan usahatani kopi, parameter input dan output, rantai pemasaran dan kelembagaan (kelompok tani, koperasi, lembaga pasar, dll) 2) Dukungan petugas dalam pemberdayaan petani kopi. Data sekunder merupakan data pendukung yang dikumpulkan dari dinas/instansi terkait yang meliputi data karakteristik lokasi/wilayah (biofisik, sosial ekonomi dan budaya), laporan akhir tahun dinas perkebunan dan publikasi-publikasi hasil penelitian sebagai referensi. b. Analisi Data Untuk menjawab tujuan pertama analisis data dilakukan secara deskriptif. Sedangkan tujuan kedua alternatif rekomendasi kebijakan pengembangan kopi rakyat di Provinsi Bengkulu dilakukan dengan pendekatan dinamika sistem (Model Dynamic System). Penyusunan model dinamik ini melalui beberapa tahapan, yaitu: 1. Identifikasi potensi dan permasalahan Mengenai kondisi existing atau gambaran umum dari sistem yang akan diamati. Tahap identifikasi masalah meliputi identifikasi dan perumusan masalah, penetapan tujuan dan manfaat penelitian, studi pustaka dan pengumpulan data awal. Dari identifikasi awal terhadap sistem perkopian di Bengkulu, telah dirumuskan permasalahan yang akan diselesaikan dalam penelitian ini yaitu diindikasikan bahwa kebijakan-kebijakan pemerintah mengenai peningkatan kuantitas dan kualitas kopi selama ini belum begitu dirasakan manfaatnya oleh pelaku perkopian di Bengkulu. Identifikasi juga digunakan untuk melihat hubungan nyata antar elemen agar mudah dilakukan diagnosa terhadap sistem. 2. Pemetaan Masalah (Black Box) Setelah mengetahui variabel-variabel yang akan berpengaruh dalam model, maka dilakukan pembuatan model awal dan diagram sebab akibat dari sistem perkopian Bengkulu dan hubungannya dengan kesejahteraan petani kopi. Pengumpulan data disini adalah data-data yang digunakan sebagai variabel input dan asumsi dalam model perkopian Bengkulu. Diagram inputoutput disusun untuk mengetahui deskripsi skematis dari sistem perkopian di Provinsi Bengkulu yang menjadi objek amatan dalam penelitian ini. 9

3. Analisis masalah dan potensi melalui metode Causal Loop Analisa causal loop diagram dilakukan untuk mengetahui keterkaitan variabel dalam sistem produksi kopi di Provinsi Bengkulu. Pendekatan sistem produksi kopi di Bengkulu juga dilakukan dengan mendefinisikan interaksi yang terjadi antar elemen dalam sistem. 4. Perumusan masalah ke dalam bentuk matematis dalam struktur model Langkah ini dilakukan dengan cara mengubah diagram sebab akibat menjadi diagram alir (flow diagram) yang dapat dimengerti oleh perangkat lunak komputer yang akan digunakan sehingga dapat mengetahui perilaku dinamis yang diakibatkan oleh asumsi-asumsi dari model yang disimulasikan. 5. Verifikasi dan validasi model Verifikasi dan validasi dilakukan untuk mengetahui kesesuaian dari model yang dibuat dengan sistem nyata. Cara yang digunakan dalam validasi model ini adalah membandingkan perilaku model dengan perilaku historisnya. Untuk mengukur tingkat kepercayaan terhadap model yang dibangun dalam mewakili perilaku nyata dapat diukur dengan kesalahan kuadran rata-rata. 6. Analisis sensitivitas Sensitivitas dilakukan untuk mengetahui tingkat kepekaan variabel-variabel yang mempengaruhinya. 7. Rencana Rekomendasi Kebijakan Pembuatan skenario Rekomendasi kebijakan dilakukan untuk pengambil/penentu kebijakan. Kegiatan ini dilakukan untuk mendapatkan masukan, sebagai bahan bagi pengambil kebijakan. Untuk menjawab tujuan yang ketiga dilakukan dengan pendekatan sebagai berikut : 1. Pembentukan tim penyusun ROK 2015-2019 2. Pembagian tugas tim penyusun ROK 2015-2019 3. Pendalaman materi yang berasal dari lingkup a. Kementerian Pertanian : RPJP, RPJM dan Renstra Badan Litbang, Puslitbangtan, dan BB Pengkajian. b. Permasalahan Daerah : RPJM, RPJP pemerintah Daerah Provinsi Bengkulu, instansi terkait ( Dinas Pertanian, Bakorluh, Dinas Peternakan, Dinas perkebunan, dan BKP), Renstra Bapeda, BPP Stada. 4. FGD, konsultasi dan pematangan konsep. 5. Sosialisasi 6. Pencetakan dan publikas renstra. 10

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Analisis Kebijakan Pengembangan Usahatani Kopi di Provinsi Bengkulu 4.1.1. Kinerja Kebijakan Pengembangan Kopi di Provinsi Bengkulu Provinsi Bengkulu merupakan salah satu wilayah di Indonesia yang sejak lama telah berusaha di bidang usaha tani kopi dan memberikan kontribusi yang cukup untuk perkopian di Indonesia. Kabupaten Rejang Lebong dan Kepahiang adalah salah satu kabupaten di Provinsi Bengkulu yang menghasilkan kopi yang cukup besar dan menjadikan kopi sebagai produk unggulan di bidang Pekebunan. Kegiatan usaha tani kopi di Kabupaten Rejang Lebong dan Kepahiang telah dilakukan secara turun temurun sejak lama dan sejauh ini telah menujukkan hasil yang baik dengan adanya peningkatan luas lahan dan output yang dihasilkan sebesar 3,67 %. Peningkatan luas lahan dan jumlah produksi ini menunjukkan bahwa kegiatan usaha tani kopi robusta di Provinsi Bengkulu makin diterima oleh masyarakat. Kegiatan usaha tani ini pada awalnya dilakukan tanpa menggunakan teknologi apapun dan tanpa pemeliharaan yang intensif. Sejak tahun 1995 kegiatan usaha tani kopi robusta di lakukan menggunakan teknologi penyambungan dan pemeliharaan yang intensif dengan pemupukan dan penyemprotan hama penyakit tanaman. Teknologi penyambungan dan pemeliharaan ini merupakan bagian dari input produksi yang digunakan dalam kegiatan usaha tani kopi robusta di Provinsi Bengkulu. Input produksi ini berupa input tradable terdiri dari pupuk dan pestisida dan input non tradable terdiri dari bibit (biaya penyambungan), lahan, dan tenaga kerja. Sejauh ini walaupun komoditas kopi menjadi salah satu komoditas unggulan bagi Kabupaten Rejang Lebong dan Kepahiang. Faktor-faktor yang mendorong petani untuk mengembangkan usaha tani kopi adalah adanya kesempatan kerja yang tersedia, adanya kemampuan kerja yang dimiliki, status lahan yang digarap, luas areal lahan yang digarap, pendapatan yang di terima dari tanaman kopi. Usaha untuk meningkatkan produktivitas kopi, pemerintah daerah terutama Dinas Perkebunan Provinsi Bengkulu, Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Kepahiang dan Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Rejang Lebong telah melaksanakan kegiatan/program yang dilakukan dalam bentuk intensifikasi usaha (pembagian pupuk), penyuluhan teknik budidaya, membangun kebun entres, peningkatan produksi kopi melalui sambung pucuk dan tunas, pembuatan lantai jemur, mendatangkan dan menguji klon/ varietas kopi unggul nasional (kopi SE) dari jember, 11

pembagian mesin pengolah kopi, peningkatan nilai tambah melalui perbaikan mutu hasil panen dan kopi luwak serta peraturan daerah no 02 tahun 2007 tentang larangan jual biji kopi, kakao, lada dan kemiri basah dan resi gudang yang dilakukan oleh pemerintah Kabupaten Kepahiang. Dari beberapa kegiatan/program pengembangan kopi di Provinsi Bengkulu masih banyak yang belum berjalan di tingkat petani seperti peraturan daerah pelarangan jual kopi basah dan resi gudang yang belum aktif di Kabupaten Kepahiang, pemupukan, teknik budidaya yang masih rendah. Program/kegiatan yang berjalan di tingkat petani seperti peremajaan kopi melalui penyambungan dengan pola sambung tunas dan pucuk. Peremajaan kopi ditingkat petani disetiap kecamatan berbeda-beda. Seperti di Kabupaten Kepahiang kecamatan ujan mas, petani kopi lebih banyak menggunakan sambung tunas sedangkan di kecamatan Bermani ilir dan Kecamatan Muara Kemumu petani menggunakan sambung pucuk. 4.1.2. Rekomendasi Kebijakan Pengembangan Kopi di Provinsi Bengkulu 4.1.2.1. Identifikasi Potensi dan Permasalahan Identifikasi dilakukan untuk menginventarisir potensi dan permasalahan dari aspek biofisik, sosial budaya, ekonomi, dan kelembagaan. Hasil identifikasi diperoleh 18 permasalan (Gambar 1). Gambar 1. Identifikasi sistem produksi kopi di Provinsi Bengkulu Kondisi sistem perkopian Bengkulu ini cenderung sangat memprihatinkan. Walaupun tiap tahunnya luas areal lahan senantiasa meningkat karena dipengaruhi harga yang terus meningkat. Kualitas yang dihasilkan dari para petani adalah kualitas yang masih rendah, beras kopi yang diperdagangkan umumnya memiliki kualitas asalan, yaitu sekitar 83% dan sisa dengan kualitas super. Hal ini yang menyebabkan 12

harga biji kopi Bengkulu dinilai masih rendah. Penilaian itu dikarenakan sebagaian besar kualitas kopi berasal dari petani. Penurunan kualitas tersebut dipicu karena penanganan proses pasca panen yang kurang memadai. Biasanya para petani hanya melakukan penjemuran biji kopi yang telah di panen, hal ini mengakibatkan kualitas yang buruk. Sistem perdagangan kopi di Provinsi Bengkulu dimulai dari produsen yaitu perkebunan rakyat (petani). Hasil panen biji kopi dari para petani kemudian dijual kepada pedagang pengumpul. Dari pedagang pengumpul ini kemudian sebagian besar akan di jual ke Lampung dan Palembang sisanya akan dijual di pasar lokal maupun industri pengolahan kopi. Harga kopi yang berlaku dipengaruhi oleh pasar ekspor yang ada di Provinsi Lampung. Pedagang besar di Kabupaten Rejang Lebong dan Kepahiang memberlakukan 2 harga beras kopi, yaitu beras kopi asalan dengan harga Rp 18.500/kg dan beras kopi super dengan harga Rp 19.000/kg. Beras kopi asalan ditandai dengan kadar air sekitar 21-25% dan beras kurang bersih, sedangkan kopi super ditandai dengan kadar air maksimal 20% dan beras kopi bersih. Padagang besar kopi di Kabupaten Rejang Lebong dan Kepahiang umumnya melakukan pengujian kadar air dengan alat pengukur yang masih sederhana namun menjadi penentu mutlak kualitas dan harga kopi. Kondisi ini menegaskan posisi tawar yang tinggi pada pedagang besar untuk menentukan harga, terutama untuk beras kopi dengan kualitas sangat rendah yang tidak akan ditampung. Margin harga kopi ditingkat pedagang kabupaten lebih tinggi Rp 500 Rp 1.000/kg dibandingkan tingkat petani. Kendala terbesar dalam perdagang kopi Provinsi Bengkulu adalah mutu beras kopi yang masih rendah, kondisi ini disebabkan penanganan pascapanen yang belum sesuai anjuran. Dari sisi lingkungan dan peluang usahatani kopi yang diusahakan oleh petani sebagian besar diusahakan secara monokultur dan belum menerapkan kultur teknis sesuai dengan anjuran, kesadaran petani akan benih unggul bermutu masih rendah, sebagian tanaman kopi sudah rusak/tua, terserang hama penyakit. Selain itu produk kopi baru diolah pada tingkat primer yaitu berbentuk biji kopi kering sedangkan pengolahan produk hilirnya belum banyak dilakukan. Padahal produk olahan tersebut memberikan nilai tambah yang cukup tinggi. 4.1.2.2. Analisis Kebutuhan Komponen Analisis kebutuhan komponen-komponen yang berpengaruh dan berperan dalam pengembangan usahatani kopi di Provinsi Bengkulu. Hasil wawancara mendalam dengan para pemangku kepentingan untuk dapat meningkatkan produksi kopi terdapat 6 (enam) pelaku yang secara sistem terkait, dan peran dari masing-masing pelaku 13

dapat dikaji berdasarkan kebutuhan kebutuhan dapat dilihat pada Tabel 1. masing-masing. Secara lengkap analisis Tabel 1. Analisis kebutuhan komponen yang berperan pada pengembangan usahatanikopi di Provinsi Bengkulu. No Pelaku Kebutuhan 1 Petani Kopi Pendapatan meningkat, harga jual kopi meningkat, produktivitas kopi meningkat, kemudahan akses modal, stabilnya harga kopi. 2 Kelompok Tani Kopi Kemudahan modal kerja, kemudahan akses teknologi, kemudahan akses pasar. 3 Pedagang Pengumpul Kontuinuitas pasokan kopi, mutu kopi stabil, harga jual ke eksportir stabil. 4 Pemerintah Daerah Pendapatan Asli Daerah (PAD) meningkat, Harga kopi stabil, Daya saing produk tinggi. 5 Lembaga penelitian/ Sosialisasi inovasi teknologi hasil pertanian. penyuluhan Sumber : data primer diolah 2014 4.1.2.3. Identifikasi Input dan Output Dalam proses peningkatan produksi kopi harus dilandasi dengan kerangka berpikir secara sistem, yang melihat hubungan antar komponen yang terlibat untuk memenuhi kebutuhan dari masing-masing komponen. Untuk melihat hal tersebut dijabarkan dalam bentuk diagram input dan output yang secara lengkap dapat dilihat pada Gambar 3. Gambar 3. diagram input dan output 14

Dalam input-output diagram ini yang pertama untuk input tak terkendali ini menunjukkan faktor-faktor yang mempengaruhi kapabilitas sistem produksi kopi, namun sistem sendiri tidak memiliki kemampuan untuk mengontrol nilai input tersebut. Pada umumnya input tak terkendali merupakan faktor eksternal sistem. Beberapa variabel yang menjadi input tak terkendali dalam sistem produksi kopi di Provinsi Bengkulu adalah Produktivitas lahan, harga pasar, bunga bank, permintaan kopi dunia. Input terkendali merupakan variabel yang dapat dikontrol oleh sistem agar dapat menghasilkan output sesuai dengan yang diharapkan. Beberapa variabel yang termasuk kelompok input terkendali yaitu usaha peningkatan mutu kopi, peran kelembagaan, klon unggul, pupuk, penyuluhan, pemeliharaan kebun, intensifikasi dan pengendalian OPT. Lingkungan merupakan faktor disekitar sistem yang dapat memberikan pengaruh terhadap sistem. Kondisi lingkungan sistem dapat dikontrol oleh sistem, tetapi tidak dapat dikontrol oleh lingkungan itu sendiri. Variabel yang termasuk dalam kelompok lingkungan yaitu kebijakan pemerintah dan iklim. Lingkungan merupakan faktor disekitar sistem yang dapat memberikan pengaruh terhadap sistem. Input tak terkendali, input terkendali, dan lingkungan akan menghasilkan output dikehendaki dan output tak dikehendaki. Output dikehendaki dapat berupa tujuan yang ingin dicapai dengan adanya sejumlah input yang mempengaruhi, misalnya stabilitas mutu kopi, stabilitas harga kopi, keuntungan optimal, PAD meningkat, produksi yang memadai serta Konsumsi Kopi meningkat. Sedangkan outuput tak dikehendaki merupakan efek samping yang tidak dapat dihindari, namun dapat menjadi informasi atau masukan untuk mengontrol nilai input dikehendaki seperti penurunan jumlah produksi dan produktivitas. 4.1.2.4. Struktur Model Analisa causal loop diagram berikut dilakukan untuk mengetahui keterkaitan variabel dalam sistem produksi kopi di Provinsi Bengkulu. Dari variabel yang telah digambarkan diatas dapat diketahui seberapa jauh pengaruh yang ditimbulkan dalam usaha peningkatan pendapatan petani kopi. Pendekatan sistem produksi kopi di Bengkulu juga dilakukan dengan mendefinisikan interaksi yang terjadi antar elemen dalam sistem yang berikutnya akan digambarkan dalam causal loop diagram pada gambar 4. 15

Emisi GRK Klon + + + + Grafting Pemangkasan + OPT + Luas Lahan Kopi Provitas Kopi + + pupuk + + + - + Naungan Populasi Penyuluhan Mutu Penanganan Pasca panen Limbah Pertanian + Produksi kopi + + Sosial-Budaya - SUB MODEL PRODUKSI + + Tenaga kerja pertanian + Jumlah penduduk + (+) + Pertambahan jumlah penduduk HARGA KOMODITI + PENDAPATAN PETANI - BIAYA USAHATANI + + HARGA SAPRODI JUMLAH PETANI - - + KEBIJAKAN HARGA - PERKEMBANGAN INDUSTRI - JUMLAH PENDUDUK SUB MODEL EKONOMI PERKEMBANGAN PARIWISATA Gambar 4. struktur model Analisa causal loop diagram merupakan gambaran yang digunakan untuk menunjukkan hubungan keterkaitan antar variabel. Causal loop diagram yang ditunjukkan dalam penelitian ini hanya menggambarkan variabel-variabel secara umum dalam bentuk yang utuh dan belum terbagi ke dalam sub sistem sebagaimana dilakukan pada saat simulasi. Untuk memperjelas hubungan sebab akibat yang terjadi, maka pada bagian analisa ini causal loop diagram akan dijelaskan dalam bentuk causal tree diagram. Harga kopi Bengkulu Harga Kopi Lampung Harga Kopi Palembang Luas Lahan Extensifikasi Produksi kopi Pendapatan Petani Biaya operasional Harga kopi nasional Kualitas petani Produktivitas lahan Produktivitas Lahan Hama PBK Intensifikasi Gambar 5. Causal Tree diagram Produksi Kopi Bengkulu 16

Dari gambar 5, dapat dilihat bahwa causal loop tree diagram produksi kopi di Bengkulu dipengaruhi oleh variable harga kopi nasional, luas lahan, dan produktivitas lahan kopi. Produktifitas dipengaruhi hama PBK sebagai pengurang produktivitas dan intensifikasi sebagai faktor yang meningkatkan produktivitas. Sedangkan pendapatan petani mempengaruhi produksi kopi, karena semakin tinggi pendapatan petani kopi maka akan memacu minat petani untuk kembali menanam kopi, sehingga produksi kopi nasional akan semakin naik. Harga kopi Bengkulu Harga kopi Lampung Harga kopi Palembang Kualitas Petani Pendapatan Petani Biaya Operasional Biaya Bibit Biaya Pasca Panen Biaya Pengendalian Hama Penyakit Biaya Pupuk Produktivitas Lahan Hama PBK Intensifikasi Gambar 6. Causal Tree diagram Pendapatan Petani Pendapatan petani kopi ini dapat dilihat dari diagram causal-tree pada gambar 6, bahwa pendapatan petani dipengaruhi oleh biaya operasional perkebunan kopi tiap hektar-nya, harga kopi nasional, kualitas kopi, dan produktivitas lahan. Perolehan petani ini merupakan perolehan yang didapatkan petani dalam satu hektar lahan kopi. Kualitas kopi berpengaruh terhadap perolehan petani karena apabila kualitas buruk maka perolehan petani akan turun karena terdapat perbedaan pada setiap level kualitas. Sehingga dari diagram tersebut faktor biaya dan kualitas kopi akan menjadi pengurang perolehan petani, sedangkan harga dan produktivitas lahan akan menambah perolehan petani. Setelah tahapan-tahapan penyusunan model dilakukan analisis dengan menggunakan perangkat komputer diperoleh model simulasi eksisting seperti gambar berikut. 17

Produksi_Kopi 4.1.2.5. Analisa Hasil Simulasi Setelah tahapan-tahapan penyusunan model dilakukan analisis dengan menggunakan perangkat komputer diperoleh model simulasi eksisting seperti gambar berikut. Total Luas Lahan (ha) 125,941.40 Produksi (ton) 480,295.87 REGULASI 3,279.00 SAPRAS 600,000 500,000 Pengendalian OPT (%) 96.76 Penyuluhan (%) 474.50 10.00 400,000 INDEKS HARGA 0.00 PANEN PASCA PANEN (%) 35.74 PEREMAJAAN (%) 300,000 200,000 100,000 KONDISI EKSISTING Time Luas_tanam Produksi_Kopi Produksi_padi 12:33:28 2012AM 12:33:29 2013AM 12:33:30 2014AM 12:33:31 2015 AM 12:33:32 2016 AM 12:33:33 2017AM 12:33:34 2018AM 137,629.46 136,105.04 134,655.44 133,277.81 131,969.41 126,502.92 125,941.40 478,323.57 488,619.77 511,700.65 516,645.76 502,277.99 482,437.32 480,295.87 KLON UNGGUL 25.00 Rekomendasi pupuk (%) 35.00 Losses panen (%) 6.44 65.00 0 12:33:28 2012AM 12:33:29 2013AM 12:33:30 2014AM 12:33:31 2015AM 12:33:32 2016AM 12:33:33 2017AM Tahun Gambar 7. Hasil Kondisi Eksisting Untuk mencapai peningkatan produksi kopi dari 700.000 kg/ha menjadi 1,5 ton/ha, perlu dilakukan simulasi model dengan pendekatan sistem dinamik. Berdasarkan hasil simulasi, diperoleh gambaran bahwa target peningkatan produksi kopi di Bengkulu dapat di capai melalui pendekatan inovasi teknologi pertanian seperti yang terlihat pada gambar 8. Gambar 8. Hasil Simulasi 18

Dari hasil simulasi data eksisting dilanjutkan dengan menguji sensitivitas setiap variabel. Variabel yang mempengaruhi produksi kopi di Provinsi Bengkulu adalah regulasi, sapras, indeks harga, panen dan pasca panen, peremajaan, pengendalian OPT, penyuluhan, klon unggul dan rekomendasi pupuk. 1. Regulasi Pelarangan Petik Hijau Regulasi pelarangan petik hijau bertujuan untuk meningkatkan kualitas biji kopi. Regulasi yang sudah ada adalah peraturan daerah tentang pelarangan jual beli biji kopi basah di kabupaten kepahiang. Tetapi regulasi ini belum diterapkan oleh petani kopi di Kabupaten Kepahiang. Untuk itu perlu perbaikan ditingkat pelaksana dan sosialisasi tingkat petani perlu di tingkatkan. 2. Sarana dan Prasarana Kebijakan yang telah dibuat oleh pemerintah daerah dalam mendukung sarana dan prasarana adalah pembagian pupuk organik dan an organik, perbaikan klon kopi yang di datangkan dari jember, bantuan mesin pengolahan kopi dan pembuatan jalan produksi. Kebijakan tersebut tidak berjalan dengan baik di tingkat petani terutama bantuan pupuk dan perbaikan varietas unggul baru (kopi SE) dari jember. Hal ini disebabkan sebagian besar petani tidak melakukan pemupukan terutama petani kopi yang didataran tinggi. Bantuan pupuk diterima tetapi dijual ke petani lain atau ke kios tani, dengan alasan kebutuhan hidup (tuntutan ekonomi). Sedangkan untuk perbaikan varietas unggul baru (Kopi SE) tidak diminati petani karena buahnya kecil, batangnya pendek, cabangnya pendek dan pertumbuhannya lambat. Kedua kebijakan tersebut perlu dilakukan perbaikan dengan cara meningkatkan penyuluhan kepada petani mengenai manfaat pemberian pupuk dan perbaikan varietas unggul lokal. Perbaikan jalan produksi dan bantuan mesin pengolah kopi sangat bermanfaat bagi petani kopi. 3. Indeks Harga Pemerintah daerah belum membuat kebijakan yang mengatur tentang harga kopi di tingkat petani. Harga kopi yang di petik merah dengan kopi yang dipetik hijau tidak ada perbedaan. Harga kopi disesuaikan dengan harga pasar. Untuk itu diperlukan upaya agar pemerintah dapat melindungi harga di tingkat petani dengan cara membuat resi gudang yang sesuai dengan standar penyimpanan kopi. 19

4. Panen dan Penanganan Pasca Panen Penangan pasca panen akan mempengaruhi kualitas produk dan harga yang akan diterima. Pada daerah pengkajian saat ini penangan pasca panen 35,75 % sedangkan hasil simulasi penangan pasca panen cukup 11 % saja. Karena banyak perlakuan yang dilakukan petani hanya menambah jumlah biaya namun tidak menambah jumlah produksi dan harga. Semua petani tidak melakukan pemanenan dengan waktu yang dianjurkan, ketika sudah ada yang tua maka semua buah akan di panen karena alasan keamanan. Setelah di panen petani mengeringkan buah dengan menjemurnya dengan matahari pada pekarangan rumah petani. 14 % petani menggunakan lantai jemur yang permanen untuk pengeringan sedangkan 86 % mengeringkan buah di atas tanah. Tetapi 30 % petani yang tidak memiliki lantai jemur menggunakan alas berupa terpal sebagai alat bantu penjemuran dan 70 % petani lainnya menjemur buah kopi di atas tanah tanpa alas. Hal ini akan mempengaruhi kualitas produk dan waktu yang dibutuhkan dalam pengeringan jadi lebih lama. 5. Graffting Peremajaan tanaman kopi sudah banyak dilakukan oleh petani kopi di Provinsi Bengkulu terutama di Kabupaten Rejang Lebong dan Kepahiang. Program/kegiatan peremajaan tanaman kopi dimulai tahun 2007 dan petani banyak yang menerapkannya. Hampir setiap tahun pemerintah daerah membuat program peningkatan produksi kopi melalui peremajaan dengan cara penyambungan. Kondisi eksisting 65% petani sudah melakukan penyambungan. Program ini sangat diminati petani di Provinsi Bengkulu. Dari hasil simulasi program peremajaan ini perlu ditingkat menjadi 82%. Peremajaan tanaman kopi dilakukan dengan cara penyambungan. Ada 2 macam penyambungan yang dilakukan oleh petani yaitu sambung tunas dan sambung batang. 6. Pengendalian (OPT) Sebagian besar petani sudah melakukan usaha penanggulangan organism pengganggu tanaman (OPT). Hasil simulasi (Gambar 5) menunjukkan 96,76 % melakukan penanggulangan OPT, hal ini sangat baik dipertahankan untuk meningkatkan produktivitas usahatani kopi. Petani melakukan penyemprotan dengan pestisida untuk penanggulangan hama penyakit adalah sebanyak 35 % sedangkan sisanya tidak melakukan penanggulangan hama penyakit dengan pestisida. Tanaman kopi sedapat mungkin dihindarkan dari serangan hama dan penyakit, karena faktor tersebut dapat menurunkan produksi dan mutu kopi yang dihasilkan. Adapun jenis 20

hama yang sering menyerang tanaman kopi adalah penggerek buah kopi, penggerek cabang coklat dan hitam, kutu dompolan, kutu lamtoro dan kutu tempurung serta kutu loncat. 7. Penyuluhan. Penyuluhan akan sangat bermanfaat bagi petani dalam menerapkan teknologi yang dianjurkan. 20 % petani kopi mengaku mendapatkan penyuluhan dari petugas ketika mendapatkan masalah atau bukan pada jadwal rutin pertemuan dengan penyuluh pertanian sedangkan 11 % petani menerima penyuluhan secara rutin. Sisanya adalah petani kopi tidak pernah mendapatkan penyuluhan tentang budidaya tanaman kopi dari petugas penyuluhan. Dari hasil simulasi penyuluhan harus di tingkatkan menjadi 48 % untuk dapat mencapai hasil yang maksimal. Penyuluh pertanian sangat dibutuhkan dalam pembangunan pertanian saat ini yang bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan sikap petani sehingga dengan penyuluhan permasalahan pertanian dapat dihadapi oleh petani. 8. Klon/bibit Unggul Pemerintah daerah Kabupaten Kepahiang telah bekerja sama engan Puslit Kopi dan Kakao untuk melepas klon kopi unggul lokal. Untuk peningkatan hasil yang maksimal harus dilakukan peningkatan pemanfaatan klon unggul. Klon anjuran kopi disesuaikan dengan lingkungan yaitu pada ketinggian 0-400 m dpl untuk iklim basah (klon BP 42, BP 234, BP 409), iklim kering (klon BP 42, BP 288, BP 409, BP 234) dan ketinggian tempat 400-800 m dpl untuk iklim basah ( klon BP 42, BP 358, SA 237), iklim kering (klon BP 234, BP 42, BP 358, BP 409),(Sulkani,2013). Jenis klon unggul lokal yang banyak ditanam petani adalah klon tipe c, kromoan, misranan, kirmanan, juremian, taminan dan erlangan. 9. Rekomendasi Pemupukan Pemupukan sangat diperlukan untuk meningkatkan hasil, pada gambar 5 hasil simulasi dapat dilihat pemupukan harus ditingkatkan menjadi 84 % dengan dosis dan waktu yang tepat. Pada saat ini petani kopi yang melakukan pemupukan adalah 35 %, dengan waktu pemupukan rata-rata pada bulan juni sampai agustus dengan dosis pemupukan yang berbeda-beda setiap petani. Bahkan ada petani yang mencampur pupuk dengan herbisida kemudian di semprotkan pada gulma hal ini menunjukkan pemahaman petani akan tata cara pemupukan belum begitu baik. Seharusnya pemupukan dilakukan dengan pupuk NPK (berupa campuran urea, TSP dan KCL) 21

masing-masing setengah dari dosis 100 gr urea, 50 gr TSP dan 50 gr KCL, pada saat tanaman berumur 2 tahun selanjutnya ditingkatkan sesuai kebutuhan tanaman. Penggunaan pupuk yang tepat (jenis, dosis, cara dan waktu) akan sangat menguntungkan baik secara ekonomis, teknis, sosial maupun kesehatan lingkungan. 4.1.2.6. Skenario Rekomendasi Kebijakan Skenario rekomendasi kebijakan dilakukan untuk memilih kebijakan yang tepat dan operasional spesifik lokasi berdasarkan hasil simulasi. Dari 9 alternatif solusi diperoleh yang disimulasikan tidak seluruhnya operasional dan dapat diimplementasikan untuk kondisi di Provinsi Bengkulu. Berdasarkan hasil simulasi dengan pendekatan sistem dinamik tersebut, ada 5 skenario yang secara signifikan dapat meningkatkan produksi kopi Bengkulu. Hasil simulasi tersebut dirumuskan dalam suatu skenario rekomendasi peningkatan produksi kopi di Provinsi Bengkulu sebagai berikut : 1. Peningkatan kapasitas SDM petani melalui pelatihan dan penyuluhan. Kondisi eksisting baru 10% petani yang menerima penyuluhan dan perlu ditngkatkan menjadi 48 %. Peningkatan penyuluhan dapat ditempuh melalui penambahan jumlah penyuluh atau peningkatan frekuensi penyuluhan. Pendekatan dengan peningkatan frekuensi penyuluhan dirasakan dipandang lebih rasional dalam jangka pendek. 2. Peningkatan penggunaan klon unggul berkualitas dari 25% menjadi 69% melalui program bantuan bibit. Produktivitas dan produksi sangat ditentukan oleh bibit. Varietas unggul lokal yang direkomendasikan yaitu Sehasence (klon tipe c), Sintaro 1, Sintaro 2, Sintaro 3, taminan dan erlangan. 3. Peningkatan peremajaan (grafting) dari 65 % menjadi 82 % melalui penyambungan. Rekomendasi peremajaan dilakukan dengan cara penyambungan yaitu sambung tunas dan sambung batang. 4. Peningkatan penggunaan rekomendasi pemupukan melalui penjaminan ketersediaan pupuk tepat waktu. Rekomenasi pemupukan harus sesuai dengan anjuran (tepat dosis dan waktu). Kondisi eksisting baru 35% yang menerapkan rekomendasi pemupukan dan akan ditingkatkan menjadi 84 %. 5. Penegakan regulasi panen petik merah yang diiringi dengan kelayakan harga dari 0 % menjadi 14%. Tindakan yang dapat dilakukan oleh pemerintah daerah terhadap petani adalah dengan memberikan pelatihan teknis terhadap upaya perbaikan mutu misalnya dengan perbaikan teknik pra panen (keseragaman tingkat kematangan) dan mendorong pedagang untuk membedakan harga kopi yang di petik merah dengan yang dipetik hijau. 22

4.2. Rencana Operasional Kegiatan BPTP 2015-2019 Tugas pokok BPTP Bengkulu adalah melaksanakan pengkajian dan perakitan teknologi tepat guna spesifik lokasi. Adapun fungsi dari BPTP Bengkulu adalah: 1) Inventarisasi dan identifikasi kebutuhan teknologi pertanian, 2) Pengkajian dan perakitan teknologi pertanian, 3) Penyiapan paket teknologi untuk penyuluhan pertanian, 4) Pelayanan teknik kegiatan pengkajian dan 5) Pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga balai. Pengkajian dilaksanakan berdasarkan identifikasi kebutuhan teknologi dan diprioritaskan pada komoditas unggulan nasional dan daerah. Pengkajian dan diseminasi hasil pengkajian dilaksanakan secara sinergis, efektif dan efisien sesuai dengan kondisi agroekosistem dan sosial budaya masyarakat Bengkulu. Tujuan dari diseminasi adalah untuk mempercepat adopsi dan difusi inovasi teknologi yang dihasilkan. Manfaat dari adopsi dan difusi teknologi adalah peningkatan produktivitas, produksi dan nilai tambah produk pertanian secara berkelanjutan, sehingga berdampak terhadap peningkatan kesejahteraan masyarakat tani. Kondisi lingkungan internal maupun ekternal selalu berubah dan dinamis seiring dengan perjalanan waktu. BPTP Bengkulu memerlukan rencana strategis untuk mengantisipasi perubahan dan dinamika lingkungan dalam kurun waktu 2015-2019. Rencana operasional balai diperlukan sebagai panduan dalam pelaksanaan seluruh program dan kegiatan BPTP Bengkulu dalam mencapai tujuan dan sasaran utama yang telah ditetapkan. Rencana operasional disusun secara rasional, ringkas, jelas, akurat, terukur, dan dapat dicapai pada kurun waktu tertentu (5 tahun). Struktur rencana operasional secara komprehensif dijabarkan dalam strategi utama, sasaran utama, tujuan dan program serta indikator kinerja utama. Dokumen rencana operasional ini merupakan acuan dan arahan bagi BPTP Bengkulu dalam merencanakan dan melaksanakan pengkajian dan diseminasi pertanian periode 2015-2019 secara menyeluruh, terintegrasi dan sinergi baik di dalam maupun antar sub sektor terkait. Rencana opersional balai 2015-2019 merupakan dokumen perencanaan yang berisikan penjelasan tentang struktur organisasi, sumberdaya penelitian (SDM, Sarana dan prasarana, anggaran), kinerja BPTP Bengkulu 2010-2014 serta menguraikan program, kegiatan pengkajian dan diseminasi yang akan dilaksanakan selama lima tahun kedepan (2015-2019). 23

Organisasi BPTP Bengkulu dibentuk berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian No. 20/Permentan/OT.140/3/2013 tanggal 11 Maret 2013. BPTP Bengkulu dikoordinir secara langsung oleh Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian (BBP2TP). BPTP Bengkulu dipimpin oleh pejabat struktural Eselon IIIa sebagai Kepala Balai dan dibantu oleh dua pejabat struktural Eselon IVa yaitu Kepala Sub Bagian Tata Usaha dan Kepala Seksi Kerjasama dan Pelayanan Pengkajian (KSPP). Wilayah kerja BPTP Bengkulu meliputi 9 kabupaten dan 1 kota, yaitu Kabupaten Mukomuko, Lebong, Bengkulu Utara, Rejang Lebong, Kepahiang, Bengkulu Tengah, Seluma, Bengkulu Selatan, Kaur dan Kota Bengkulu. Untuk mewujudkan pelaksanaan kegiatan sesuai dengan tugas pokok yang telah ditetapkan, maka sasaran dan tujuan kehadiran BPTP Bengkulu diharapkan untuk dapat memperkuat penelitian dan pengembangan di daerah berdasarkan sumberdaya yang ada dengan mengemban dan menyebarluaskan teknologi pertanian spesifik lokasi yang berorientasi pasar sesuai kebutuhan pengguna dalam mendukung pembangunan agribisnis dan agroindustri serta diarahkan untuk menggerakkan pembangunan pertanian sekaligus sebagai pusat informasi teknologi pertanian, yang mempunyai tugas/fungsi : 1. Inventarisasi dan idetifikasi kebutuhan teknologi pertanian tepat guna spesifik lokasi. 2. Penelitian, pengkajian dan perakitan teknologi pertanian tepat guna spesifik lokasi. 3. Penyiapan paket teknologi hasil pengkajian dan perakitan untuk bahan penyusunan materi penyuluhan pertanian. 4. Pelayanan teknik kegiatan pengkajian, penelitian dan perakitan teknologi pertanian. 24

Kepala Balai Koordinator Program Seksi Kerjasama dan Pelayanan Pengkajian Sub Bagian Tata Usaha Koordinator Pelayanan Pengkajian Koordinator Kerjasama Koordinator Urusan Kepegawaian Koordinator Urusan Keuangan Koordinator Urusan Rumah Tangga dan Perlengkapan - Lab. Tanah - Lab. Diseminasi - Lab. Pascapanen - Rumah Kaca - Informasi dan Perpustakaan UPBS SDM Kelompok Pengkaji Gambar.1 Organisasi BPTP Bengkulu 25

Sumberdaya 1. Sumberdaya Manusia (SDM) BPTP Bengkulu perlu didukung oleh sumberdaya manusia yang berkualitas agar mampu melaksanakan tugas dan fungsi untuk melakukan pengkajian dan diseminasi teknologi pertanian sesuai dengan tugas dan fungsi BPTP sebagai lembaga pengkajian terdepan. Berikut tabel keragaan sumberdaya manusia berdasarkan jenjang jabatan fungsional. Tabel 2. Keragaan SDM BPTP Bengkulu Berdasarkan Jenjang Fungsional 2010-2014 N o Jenis Jabatan Fungsional Tahun 2010 2011 2012 2013 2014 1 Peneliti/Perekayasa : Prof. Riset Utama Madya Muda Pertama Calon peneliti 2 Penyuluh*) Penyuluh Pertanian Madya Penyuluh Pertanian Muda Pernyuluh Pertanian pertama Calon Penyuluh 3 Teknisi Litkayasa*) Pemula Calon Teknisi Litkayasa - - - 2 2 - - - 2 2 4 Pustakawan - - - - - 5 Fungsional tertentu lainnya - - - - - 6 Staf Pendukung 45 38 38 34 35 Jumlah 68 79 79 80 82 26 1 1 3 5 7 4 1 1 - BPTP Bengkulu perlu didukung oleh sumberdaya manusia yang berkualitas agar mampu melaksanakan tugas dan fungsi untuk melakukan pengkajian dan diseminasi teknologi pertanian sesuai dengan tugas dan fungsi serta Visi dan Misi BPTP sebagai lembaga pengkajian terdepan. BPTP Bengkulu pada tahun 2014 didukung oleh 82 orang pegawai yang terdiri dari 24 orang peneliti, 8 orang penyuluh, 9 calon peneliti, 2 orang teknisi dan 36 orang staf (administrasi, kebersihan, pengemudi dan keamanan). Keragaan SDM BPTP berdasarkan pendidikan disajikan pada tabel 2 dengan sebaran terbesar tingkat pendidikan Pegawai BPTP Bengkulu didominasi pada tingkat strata 1 (S1) 34.61 % dengan komposisi sebagai tenaga fungsional penyuluh pertanian, peneliti pertama dan peneliti non kelas, selanjutnya jabatan non fungsional atau tenaga administrasi didominasi oleh tingkat SLTA (35.90 %) sebagai tenaga administrasi dan ketatausahaan, sebaran keragaan PNS BPTP seperti pada tabel 3. 1-1 4 9 18 5 1-2 - -- 1 5 10 17 5 1-2 - - 1 6 12 13 5 1 1 3 - - 1 6 15 11 5 1 2 2

Tabel 3. Keragaan Pegawai BPTP Bengkulu berdasarkan tingkat pendidikan tahun 2014 No Pendidikan Jumlah (orang) Persen (%) 1 S3 4 5.13 2 S2 10 12.82 3 S1 27 34.61 4 D4 - - 5 D3 6 7.70 6 SLTA 28 35.90 7 SLTP 3 3.84 Jumlah 78 100 Peningkatan kualitas dan pembinaan manajemen sumberdaya manusia BPTP Bengkulu dilakukan melalui kegiatan 1). Perencanaan dan pengembangan pegawai antara lain : pelatihan jangka panjang (sekolah biaya Negara dan biaya sendiri), pelatihan jangka pendek, Ujian Dinas/persamaan Ijazah, Penerimaan pegawai dan pemutakhiran database SIMPEG. 2). Mutasi Kepegawaian meliputi : Kenaikan pangkat regular maupun fungsional, pemrosesan DP3 pegawai, Penyesuaian Ijazah, impassing gaji dan proses cuti. Dalam rangka peningkatan kompetensi dan pengalaman karyawan BPTP Bengkulu pada tahun 2013 telah mengikutsertakan kepada pegawai untuk mengikuti berbagai kegiatan pendidikan dan pelatihan jangka pendek seperti kursus, seminar, lokakarya dan symposium yang diadakan oleh Badan Litbang Pertanian maupun institusi institusi lain (LIPI). Selain meningkatkan kompetensi melalui pendidikan jangka pendek, BPTP Bengkulu hingga tahun 2013 juga telah mengirimkan bebarapa pegawai untuk mengikuti pendidikan jangka panjang (tugas belajar) beasiswa program Strata 2 (S2) dan strata 3 (S3) serta pendidikan atas biaya sendiri. PNS BPTP yang sedang mengikuti program pendidikan disajikan pada tabel 4. 27

Tabel 4. PNS BPTP Bengkulu yang sedang mengikuti program pendidikan jangka panjang sampai dengan Desember 2014 No Nama / NIP Program / Universitas Tahun Keterangan jurusan Rencana 1 Andi Ishak, A.Pi, M.Si 19731121 199903 1 003 2 Shannora Yuliasari, STP, MP 197407312003122 001 3 Ir. Miswarti 196508202000032 001 Selesai S3/Sosek IPB Bogor 2016 Beasiswa Badan Litbang Pertanian S3/Ilmu Pangan S2/Ilmu Pertanian IPB Bogor 2014 Beasiswa Badan Litbang Pertanian UNPAD Bandung 2014 Beasiswa Badan Litbang Pertanian 4 Harwi Kusnadi, S.Pt 197611182008011 007 5 Rizal Efendi 197206052000031 001 6 Bastian 197404021999031 002 7 Adianto, A.Md 197201031998031 004 S1/Peternak an S1/Ekonomi S1/Ekonomi S1/Teknik Informatika UGM Yogyakart a UMB Bengkulu UMB Bengkulu UMB Bengkulu 2014 Beasiswa Badan Litbang 2014 Biaya sendiri 2014 Biaya sendiri 2014 Biaya sendiri 8 Waluyo, A.Md 197601112000031 001 S1/Teknik Informatika UMB Bengkulu 2014 Biaya sendiri 9 Sudarwati 197605192007012 001 10 Heryan Iswadi 198310102008121 002 11 Johardi 197201102007011 001 12. Robiyanto 198001032007100 01 13 Hendri Suyanto 19740101200701 1001 S1/Agribisni s S1/Agribisni s S1/Agri - Bisnis S1/Peternak an S1/Agribisnis UMB Bengkulu UMB Bengkulu UMB Bengkulu UMB Bengkulu UMB Bengkulu 2015 Biaya sendiri 2015 Biaya sendiri 2015 Biaya sendiri 2015 Biaya sendiri 2015 Biaya sendiri 28

2. Sumberdaya Sarana-Prasarana 2.1. Laboratorium Fungsi laboratorium BPTP Bengkulu adalah menghasilkan data dan informasi yang sahi (accurate, precise) tentang suatu objek pengkajian dan diseminasi. BPTP Bengkulu saat ini memiliki 3 laboratorium diantaranya laboratorium tanah, laboratorium pasca panen dan laboratorium diseminasi. Tabel 5. Jenis laboratorium dan PNBP yang di hasilkan No Jenis Laboratorium Status Akreditasi PNBP/th (Rp Jt) 2010 2011 2012 2013 2014 1. Laboratorium Tanah Belum - 2,8 2,4 6,6 12 2. Laboratorium Pasca Panen Terakreditasi - - - - - 3. Laboratorium Diseminasi 6,3 7 6,8 8 8 a. Laboratorium Tanah Laboratorium tanah merupakan salah satu sarana penelitian/pengkajian yang digunakan untuk mendukung penelitian/pengkajian dasar dan terapan, serta melayani pengguna untuk analisis tanah, tanaman, air dan pupuk. Laboratorium tanah berfungsi untuk melayani permintaan analisis dari peneliti baik dari BPTP maupun dari luar seperti: perguruan tinggi, perusahaan swasta dan instansi pemerintah serta petani. laboratorium tanah Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Bengkulu berdiri sejak tahun 2003 dan mulai operasional pada tahun 2004. Peralatan yang dimiliki laboratorium tanah BPTP Bengkulu antara lain adalah digestion system untuk distruksi unsur, alat Destilasi untuk pengukuran nitrogen, Laboratory Drying Oven, Mufle Furnance dan lain-lain. Adapun jenis layanan analisis Laboratorium Tanah BPTP Bengkulu antara lain : 1) Analisis Tanah meliputi kadar air, tekstu 3 fraksi, ph air dan KCl, bahan organik (C dan N), P dan K potensial, P dan K tersedia, nilai tukar kation (kapasitas tukar kation, Ca-dd, Mgdd, K-dd, Na-dd), dan kemasaman ditukar (Al-dd dan H-dd), 2) Analisis Tanah untuk tujuan khusus meliputi; serapan P, retensi P, fraksionasi P, fraksionasi bahan organik, Al dan Fe, ekstrak ditionit oksalat, pirofosfat, 3) Analisis Tanaman meliputi; unsur makro dan mikro (N, P, KCa, Mg, S, Fe, Al, Mn, Cu, Zn, B dan Mo), unsur logam berat (Pb, Cd, Co, Cr, Ni, Ag, As, Se, Sn, 4) Analisis Air irigasi dan 5) Analisis Pupuk dan Amelioran. Untuk analisis tanah dan analisis tanaman (unsur makro) dilakukan di laboratorium BPTP Bengkulu, sedangkan untuk jenis analisis lainnya dilakukan di Laboratorium Balai Penelitian Tanah, Bogor. 29

b. Laboratorium Diseminasi Laboratorium Diseminasi dibentuk untuk meningkatkan kapasitas kinerja Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Bengkulu dalam melaksanakan tugas dan fungsinya secara optimal. Menyadari bahwa baik dokumen maupun bahan informasi sejatinya menjadi keharusan dalam penyampaian atau penyajiannya sudah dalam bentuk dikemas dengan baik, maka diperlukan upaya dan penanganan secara baik pula dan dipandang perlu ditangani secara profesional. Tidak dipungkiri bahwa kualitas kemasan dokumen maupun produk diseminasi lainnya tidak kalah pentingnya perlu diperhatikan, selain kualitas data maupun informasi yang dikemas. Kedua aspek tersebut (isi dan kemasan) merupakan dua hal yang tidak bisa dipisahkan dan ikut menentukan citra dan tampilan BPTP Bengkulu dimata luar. Di tahun 2014, pelayanan Laboratorium Diseminasi telah cukup memberikan andil besar bagi pelaksanaan tugas dan fungsi Balai. Banyak kegiatan administrasi dan lapangan yang membutuhkan suplay bahan cetakan yang bersifat segera telah dapat dilayani dengan baik. Peran laboratorium diseminasi lainnya dalam pelaksanaan tugasnya, selain melakukan pelayanan internal balai, selama tahun 2013 juga telah dapat melayani instansi lingkup pertanian di Provinsi Bengkulu diantaranya; 1) Dinas Pertanian Provinsi Bengkulu, 2) Dinas Perkebunan Provinsi Bengkulu, 3) Balai Pengawasan dan Pengujian Mutu Benih Dinas Perkebunan Provinsi Bengkulu, dan 4) Badan Pelaksanan Penyuluhan dan Ketahanan Pangan Kabupaten Mukomuko. Dalam upaya lebih meningkatkan lagi kinerja Laboratorium Diseminasi di tahun 2014, diperlukan upaya-upaya melengkapi kebutuhan peralatan dan penyempurnaan manajemen operasional ke arah yang lebih proporsional dan profesional sehingga pelayanan dapat dilakukan dengan lebih baik lagi. c. Laboratorium Pasca Panen Laboratorium Pascapanen BPTP Bengkulu memiliki dua unit sarana bangunan, yaitu unit pengolahan hasil pertanian dan unit produksi beras. Kedua unit tersebut memiliki fungsi yang berbeda. Unit pengolahan pangan berfungsi untuk mengembangkan teknologi pengolahan hasil pertanian melalui serangkaian ujicoba. Sementara itu, unit produksi beras berfungsi untuk memproduksi beras dan melayani jasa penggilingan padi bagi masyarakat sekitar. Secara umum, sarana dan prasarana unit Laboratorium Pascapanen sudah lengkap. Unit pengolahan hasil pertanian dilengkapi dengan sarana bangunan yang cukup memadai, dengan peralatan yang lengkap. Peralatan pada unit ini terbagi 30

menjadi alat-alat pengolahan pangan, mesin pertanian, alat penyimpanan, pengemasan, alat pengukuran, dan perlengkapan pameran/ekspose. Kondisi peralatan tersebut dalam keadaan baik, namun beberapa diantaranya perlu dimodifikasi agar dapat beroperasi secara maksimal. Selain itu, beberapa alat mesin (alsin) pertanian seperti alat pengupas kopi (pulper) dan alat pencuci lendir (washer) yang dipinjamkan kepada kelompok tani di Desa Imigrasi Permu, Kabupaten Kepahiang sudah ditarik kembali. Sementara alsin pencacah tongkol jagung yang masih dimanfaatkan olah kelompok tani di Desa Air Meles, Kabupaten Rejang Lebong. Harapan ke depan, laboratorium pascapanen dilengkapi dengan instrumen analisis mutu fisik dan kimia komoditas pertanian sehingga produkproduk yang dihasilkan dapat dievaluasi mutunya agar sesuai dengan standar mutu yang ada. Selain itu, diperlukan sarana bangunan yang lebih luas untuk menyimpan peralatan yang ada. Peralatan yang sudah ada juga dioptimalkan dalam hal penggunaan dan perawatannya. Kegiatan yang dilaksanakan di Unit Laboratorium Pascapanen Bengkulu meliputi pelayanan konsultasi teknologi pasca panen, alih teknologi dalam bentuk magang, dan pengkajian di bidang pascapanen komoditas pertanian spesifik lokasi. Meliputi : a) Pelayanan Konsultasi Teknologi Pascapanen, b) Alih teknologi, c) Pengkajian Pascapanen Komoditas Pertanian Spesifik Lokasi, d) Pameran dan ekspose 2.2.Unit Pengelola Benih Sumber (UPBS) Unit Pengelola Benih Sumber (UPBS) merupakan instalasi BPTP Bengkulu yang berfungsi untuk menyiapkan logistik untuk disemniasi an pengembangan varietas unggul baru/adaptif spesifik lokasi berupa benih varietas unggul baru tanaman. Penggunaan varietas yang adaptif dan spesifik lokasi sangat diperlukan dalam mendukung peningkatan produktivitas dan produksi padi di Provinsi Bengkulu. Tabel 6. Jenis komoditas dan volume prouksi serta PNBP yang dihasil UPBS 2014 No Komoditas Status/ Kelas 1. Padi Benih Sumber 2. 3. Padi (33,15 ton); Jagung (1,95 ton); Kedelai (0,4 ton) Padi Volume Produksi 17,96 ton 35,5 ton 42 ton PNBP/th (Rp Jt) 2010 2011 2012 2013 2014 - - - - - - - - - 46,00 - - 19,56-22,00 31

Tujuan kegiatan penyediaan dan percepatan penyebaran VUB melalui UPBS di Provinsi Bengkulu adalah: 1. Menginventarisir kebutuhan benih, varietas, sebaran/distribusi varietas padi, jagung dan kedelai di Provinsi Bengkulu. 2. Menyediakan benih sumber VUB tanaman pangan strategis (padi, jagung dan kedelai) spesifik lokasi yang disesuaikan dengan kebutuhan, permintaan, preferensi, karakteristik agroekosistem dan sosial-budaya masyarakat Bengkulu. 3. Mempercepat penyebarluasan dan adopsi VUB tanaman pangan strategis (padi, jagung dan kedelai) spesifik lokasi yang dihasilkan oleh Badan Litbang Pertanian. 4. Menginventarisir aktivitas, peran dan dukungan kelembagaan perbenihan dalam penyediaan dan penyebarluasan VUB di Provinsi Bengkulu. Kebutuhan benih padi di Provinsi Bengkulu 3.443 ton dan didominasi oleh varietas Mekongga dan Cigeulis. Kebutuhan benih jagung 5,7823 ton dan didominasi oleh varietas Hibrida, sedangkan kebutuhan kedelai 9,0120 ton dan didominasi oleh varietas Anjasmoro. UPBS mampu mendukung penyediaan benih sumber VUB baru dengan produksi benih padi (28 ton), jagung (2 ton) dan kedelai (1 ton) untuk mewujudkan 6 tepat (waktu, varietas, jumlah, mutu, lokasi dan harga) perbenihan. UPBS telah berperan dalam mempercepat adopsi VUB Badan Litbang dengan menditribusikan benih padi 2.381 kg, kedelai 1.515 kg, dan jagung (425 kg belum terdistribusikan) serta sosialisasi perbenihan terhadap 246 penangkar. Provinsi Bengkulu memiliki 7 BBI/BBU dengan kondisi infrastruktur, peralatan dan laboratorium yang masih sederhana. Kinerja lembaga perbenihan belum optimal, memiliki permasalahan yang komplek dan perlu kebijakan dan pendanaan khusus. 2.3. Perspustakaan Digital dan Teknologi Informasi Hasil-hasil pengkajian yang telah diperoleh BPTP Bengkulu, perlu dikemas dan dipublikasikan kepada pengguna. Unit Sarana dan Hasil Pengkajian mempunyai tugas untuk membantu kepala Balai dalam melakukan penyiapan bahan informasi dan dokumentasi, penyebarluasan dan pendayagunaan hasil-hasil pengkajian serta penyiapan bahan laporan. Dalam melaksanakan tugasnya, BPTP Bengkulu telah dilengkapi dengan satu unit perpustakaan yang melayani buku dan publikasi di bidang ilmu pertanian dan ilmu pengetahuan umum yang terkait dengan pertanian serta hasilhasil penelitian BPTP Bengkulu. Pengguna perpustakaan terdiri dari peneliti, teknisi, dan karyawan lingkup BPTP, serta masyarakat umum dan perguruan tinggi. Pada Unit Perpustakaan masih diperlukan tenaga yang profesional untuk mengelola perpustakaan dalam rangka meningkatkan pengetahuan sumber daya manusia melalui kegiatan 32

pelatihan/kursus. Selama tahun 2013, perpustakaan BPTP Bengkulu mendapatkan penambahan beberapa koleksi buku yang berasal dari pengadaan dan hasil-hasil penelitian. Koleksi buku pustaka disajikan pada tabel 6. Tabel 7.Koleksi Buku Perpustakaan BPTP Bengkulu per 31 Nopember 2014. No Jenis Koleksi Judul Exemplar 1 Buku teks 2.150 5.311 2 Prosiding 199 207 3 Majalah/Buletin/Jurnal 161 1.102 4 Bibliografi khusus 37 37 5 Brosur 95 156 6 Liptan/leaflet/folder 278 712 7 Laporan 174 185 8 9 Lain-lain (surat kabar) CD Jumlah 3.114 8.448 2 18 720 18 Infrastruktur TIK telah dilengkapi dengan fasilitas data center menggunakan jaringan virtual private network (VPN) yang terhubung langsung dengan Balitbangtan. Fasilitasi komputasi seperti komputer (desktop dan laptop) dan LAN tersedia di BPTP Bengkulu, namun dengan jumlah, kondisi dan kapasitas beragam. Aplikasi TIK telah dibangun mulai tahun 2009. BPTP Bengkulu telah memiliki website. Website BPTP Bengkulu disajikan dalam berbentuk 2 versi bahasa yaitu bahasa Indonesia dan bahasa Inggris. Anggaran Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Bengkulu sebagai lembaga pengkajian pusat yang berada di daerah memiliki tugas dan fungsi melakukan kegiatan pengkajian serta perakitan teknologi pertanian tepat guna spesifik lokasi. Untuk menjalankan aktivitas tersebut, BPTP Bengkulu mengelola anggaran pembiayaan tahunan untuk kepentingan berbagai kegiatan selama satu tahun. Dalam melaksanakan tupoksinya sebagai unit pelaksana teknis dibidang pengkajian dan pengembangan Satker BPTP Bengkulu didukung oleh sumber dana yang berasal dari Dana APBN dalam bentuk Rupiah Murni (RM). Anggaran BPTP bengkulu menunjukkan grafik yang selalu meningkat dalam lima tahun terakhir. Perkembangan anggaran BPTP Bengkulu tahun anggaran 2010-2014 per sumber biaya dapat dilihat pada tabel 8. 33

Tabel 8. Perkembangan anggaran BPTP Bengkulu tahun anggaran 2010-2014 per sumber biaya. No Sumber Pembiayaan Anggaran (Rp. Milyar) 2010 2011 2012 2013 2014 1. Rupiah Murni (RM) 5,658 6,247 9,710 11,664 10,118 2. Pinjaman dan Hibah Luar Negeri - - - - - (PHLN) 3. Penerimaan Negara Bukan 0,006 0,003 0,007 0,012 0,012 Pajak (PNBP) T O T A L 5,664 6,250 9,717 11,676 10,130 Tata Kelola Tugas dan fungsi (tusi) BPTP Bengkulu harus dilaksanakan secara ekonomis, efektif, efisien dan tertib serta taat terhadap peraturan perundangan yang berlaku. Keberhasilan pelaksanaan tusi untuk mencapai tujuan pembangunan pertanian sangat di pengaruhi oleh pengendalian intern yang holistik dan handal. BPTP Bengkulu yang mengelola anggaran sendiri eawib melaksanakan SPI, yang meliputi lima unsur yaitu : 1) lingkungan pengendalian; 2) penilaian risiko; 3) kegiatan pengendalian; 4) informasi dan komunikasi dan 5) pemantauan. Penerapan unsur-unsur SPI harus dilaksanakan secara terus menerus, integral, dan tidak terpisahkan dari kegiatan BPTP bengkulu. oleh karena itu BPTP Bengkulu telah membentuk satuan pelaksana Pengendalian Internal (Satlak SPI) untuk membantu pemimpin ddalam mencapai tujuan dan sasaran organisasi. Kinerja BPTP Bengkulu 2010-2014 Dalam kurun lima tahun terakhir (2010 2014) BPTP Bengkulu telah melakukan berbagai kajian diantaranya kegiatan Integrasi Kopi-Kakao-Kambing. Kegiatan ini mampu meningkatkan produktivitas kopi dari 400 kg/ha/th menjadi 700 kg/ha/th, produktivitas kakao dari 550 kg/ha/th menjadi 715 kg/ha/th dan peningkatan populasi ternak kambing sebesar 25 %. Integrasi Sapi Sawit pada Perkebunan Sawit Rakyat telah menghasilkan efisiensi penggunaan tenaga kerja angkut tandan buah segar (TBS) sawit dengan ternak sapi (50 %), peningkatan berat TBS sawit sebesar 50 % dengan pemupukan kompos dan pertambahan bobot badan sapi sebesar 0,67 kg/hari, limbah sawit dalam bentuk pelepah dan solid fermentasi dapat digunakan untuk pakan ternak sapi potong, limbah kelapa sawit dengan komposisi pakan berupa rumput adlibitum ditambah solid fermentasi 2 kg/hari memberikan respon pertambahan bobot badan yang tinggi dan secara ekonomi penggunaan limbah sawit 34

lebih menguntungkan dibandingkan dengan penggunaan pakan komersial. Disamping kegiatan tersebut BPTP Bengkulu juga mencetak dan mendistribusikan informasi teknologi yang berbentuk leaflet 75 judul, poster 35 judul, buku 28 judul, film 10 judul, dan brosur 5 judul. BPTP Bengkulu dalam kurun waktu 2010-2014 juga melakukan kegiatan pendampingan dan diseminasi diantaranya Model Pengembangan Pertanian Perdesaan Melalui Inovasi (m-p3mi) Berbasis inovasi PTT pada Tanaman Padi menghasilkan : Peningkatan produktivitas padi sebesar 25% (dari 4,76 ton/ha menjadi 5,90 ton/ha), Penyebaran inovasi PTT (VUB, sistem tanam jajar legowo, dan pemupukan) di dua kecamatan, Peningkatan penggunaan prototipe caplak roda sebanyak 300 unit oleh petani untuk aplikasi tanam padi jajar legowo. Kegiatan Model Pendampingan SL-PTT Padi dapat mendorong : Peningkatan produktivitas padi antara 0,5-1,5 ton/ha (dari rata-rata Provinsi 4,3 ton/ha menjadi 5,8 ton/ha), Penyebaran VUB hampir 90 % areal pertanaman padi dan penyebar luasan sistem tanam Jajar Legowo 45 %, Varietas Unggul Baru (Inpari 6,10,13) berpotensi diadopsi secara luas untuk mengurangi dominasi varietas lama seperti Ciherang dan IR 64 dan varietas lokal yang biasa ditanam petani pada lahan sawah irigasi, Tanam padi bibit muda (15-18 hari), Efisiensi penggunaan benih (dari 60 kg/ha menjadi 25 kg/ha), Pemupukan berdasarkan kebutuhan tanaman. Kegiatan Model KRPL telah menghasilkan 12 kelompok (APBN) berkembang melalui program Ekonomi Perkotaan di 59 kelurahan, tahun 2013 : 32 kelompok (APBN) berkembang melalui Program Pemanfaatan Lahan Pekarangan Terpadu di 6 desa (50 kelompok) dengan APBD Provinsi dan 30 kelompok dengan APBD Kabupaten/Kota. penyusunan disain penataan lahan pekarangan pada beberapa institusi/kantor Pemda: Membuat pusat edukasi pemanfaatan lahan pekarangan di kebun PKK provinsi, Membuat lokasi gelar teknologi dalam kegiatan penyuluhan (PEDA KTNA), Display model dalam rangka Harteknas, Bengkulu Expo Hortikultura, LIPI EXPO, Hari Pers Nasional di Provinsi. Peningkatan perekonomian rumah tangga : tumbuhnya bisnis bibit dan tanaman sayuran di desa dan perkotaan (20 unit), pengurangan pengeluaran rumah tangga Rp. 400.000/bulan di perkotaan dan Rp. 300.000/bulan di perdesaan. Disamping itu juga ada kegiatan Model Akselerasi Pengembangan Pertanian Ramah Lingkungan Lestari (m-ap2rl2) yang menghasilkan: rekomendasi kebijakan peningkatan produksi padi dari 500.000 1.000.000 ton di Provinsi Bengkulu dan validasi model dilakukan di Kabupaten Mukomuko (kerjasama Badan Litbang dengan Pemerintah Kabupaten Mokomuko pada hamparan 120 ha). 35

Hal yang perlu mendapat perhatian dalam upaya penguatan pengkajian di BPTP Bengkulu adalah inventarisasi topik kajian untuk mencegah terjadinya duplikasi dan pengulangan, serta penentuan fokus dan prioritas kajian yang jelas. Hal ini penting agar kegiatan pengkajian lebih fokus dan diprioritaskan menurut karateristik dan kebutuhan teknologi di Provinsi Bengkulu. Program dan Kegiatan Kegiatan pengkajian dan percepatan diseminasi inovasi pertanian lebih di fokuskan pada kegiatan pengkajian teknologi dan percepatan diseminasi inovasi teknologi dalam mewujuddkan sistem pertanian bioindustri spesifik lokasi berkelanjutan. Kegiatan pengkajian spesifik lokasi dilakukan dengan memadukan hasil penelitian di tingkat balit dengan pemberdayaan potensi lokal. Percepatan diseminasi inovasi teknologi pertanian dilaksanakan melalui pengembangan spektrum diseminasi dan memanfaatkan berbagai channel (SDMC) untuk menunjang terwujudnya pertanian industrial perdesaan. Hal ini dilakukan melalui model pengembangan inovasi teknologi pertanian bioindustri. Termasuk didalamnya peningkatan kapasitas penyuluh untuk mendukung diseminasi hasil penelitian dan pengkajian. Kegiatan pendampingan yang merupakan salah satu dukungan BPTP Bengkulu terhadap program strategis kementerian pertanian, akan dilaksanakan melalui pendampingan pengembangan kawasan pertanian nasional. Adapun pendampingan kawasan tersebut meliputi : 1) Tanaman Pangan 2 Kabupaten dengan fokus pada tanaman padi, 2) pendampingan pengembangan kawasan perkebunan akan dilaksanakan di 2 Kabupaten, 3) pendampingan pengembangan kawasan peternakan akan dilaksanakan di 2 Kabupaten, 4) pendampingan pengembangan kawasan hortikultura akan dilaksanakan di 2 Kabupaten dengan fokus pada komoditas cabai dan jeruk. Penutup Adanya perubahan lingkungan strategis global, regional serta dinamika pembangunan nasional, maka peran BPTP Bengkulu kedepan akan menjadi semakin penting dan strategis. Dalam upaya tersebut BPTP Bengkulu sedang mengembangkan percepatan pembangunan pertanian berbasis inovasi teknologi untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat yang difokuskan pada : 1) percepatan pembangunan pertanian berbasis inovasi, 2) pengembangan laboratorium lapang inovasi pertanian. 36

Agar upaya-upaya yang akan dilakukan BPTP bengkulu tersebut dalam periode 2015-2019 kedepan lebih terarah, efektif dan efisien maka ROKB 2015-2019 menjadi penting dipakai sebagai acuan dalam merencanakan dan melaksanakan pengkajian dan diseminasi. Penyusunan ROKB 2015-2019 mengacu kepada renja kementerian pertanian dan Badan Litbang Pertanian 2015-2019. ROKB BPTP Bengkulu merupakan dokumen perencanaan yang berisikan penjelesan tentang struktur organisasi, sumberdaya penelitian (SDM, sarana dan prasarana, anggaran), kinerja BPTP Bengkulu pada periode sebelumnya. Dokumen ROKB ini ilengkapi dengan indikator kinerja utama sehingga akuntabilitas pelaksana kegiatan beserta organisasinya dapat di evaluasi selama periode 2015-2019. 37

V. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan 1. Kebijakan pemerintah daerah untuk peningkatan mutu dan produktivitas kopi belum sepenuhnya dapat dilaksanakan petani. 2. Beberapa upaya penyempurnaan kebijakan dapat dilakukan antara lain : Peningkatan kapasitas SDM petani melalui pelatihan dan intensitas penyuluhan. Peningkatan penggunaan klon unggul berkualitas melalui program bantuan bibit. Peningkatan peremajaan (grafting) melalui penyambungan. Peningkatan penggunaan rekomendasi pemupukan melalui penjaminan ketersediaan pupuk tepat waktu. Penegakan regulasi panen petik merah yang diiringi dengan kelayakan harga. 3. Adanya rencana operasional kegiatan BPTP Bengkulu 2015-2019 5.2. Saran Upaya pengembangan kopi di Provinsi Bengkulu dapat ditingkatkan melalui penggunaan inovasi teknologi. 38

ANGGARAN YANG DIALOKASIKAN No. Jenis Pengeluaran Volume Harga Satuan (Rp. 000) 1. Belanja Bahan ATK dan komputer supplies Bahan pengkajian dan pendukung lainnya, penggandaan dan laminasi 2. Honor Output Kegiatan Honor petani sampel/responden Honor petugas lapang 3. Belanja Perjalanan Biasa Perjalanan dalam rangka pelaksanaan kegiatan (berkisar antara Rp. 365.000 s/d Rp. 5.000.000 4. Belanja Perjalanan Dinas Paket Meeting Luar Kota Pertemuan dalam rangka persiapan sosialisasi, FGD, pertemuan dengan petani dan stakeholder Perjalanan luar propinsi/pusat dalam rangka pelaksanaan kegiatan 1 paket 1 paket 160 OH 25 OH 6.190 7.160 35 100 6 OP 5.000 73 OH Jumlah (Rp.000) 13.350 6.190 7.160 8.100 5.600 2.500 30.000 30.000 1 OH 5.000 5.000 Total 72.510 220 21.060 16.060 REALISASI ANGGARAN No 1 Belanja Bahan Jenis Pengeluaran Realisasi Anggaran (Rp) Persentase Keuangan (%) Persentase Fisik (%) ATK dan komputer supplies 6.190.000 100.00 100,00 Bahan pengkajian dan pendukung lainnya, penggandaan dan laminasi 7.160.000 99,93 100,00 2 Honor Output Kegiatan Honor petani sampel/responden 5.600.000 100.00 100,00 Honor petugas lapang 2.500.000 96.00 100,00 3 Belanja Perjalanan Biasa Perjalanan dalam rangka pelaksanaan kegiatan (berkisar antara Rp. 365.000 s/d Rp. 5.000.000 4 Belanja Perjalanan Dinas Paket Meeting Luar Kota Pertemuan dalam rangka persiapan sosialisasi, FGD, pertemuan dengan petani dan stakeholder 30.000.000 97.95 100,00 16.060.000 99,50 100,00 Perjalanan luar propinsi/pusat dalam rangka pelaksanaan kegiatan 5.000.000 86,41 100,00 39

ANALISIS RISIKO Analisis resiko dalam pengkajian sangat diperlukan, agar dapat mengantisipasi berbagai risiko yang mungkin dihadapi dalam pelaksanaan kegiatan pengkajian, kemudian apa penyebab dan dampaknya perlu disusun daftar risiko dan penangannya seperti tabel berikut. Tabel 1 Risiko, penyebab, dan dampaknya terhadap pelaksanaan pengkajian analisis kebijakan dan penyusunan renstra 2014-2019 Tahun 2014. No. Risiko Penyebab Dampak 1. Petani Kurang Koperatif 2. Alat dan bahan pengkajian tidak tersedia Kelompok yang kurang aktif atau belum mantap - Tingkat pemahaman responden yang kurang dalam mencerna pertanyaan dan memberikan jawaban kuisioner - Ada keraguan dari responden untuk menjawab dengan jujur karena takut bermasalah di kemudian hari Informasi tidak sampai (terputus), data tidak tersedia dengan valid Validitas data kurang Tabel 2 Risiko, penyebab, dan Penanganannya dalam pelaksanaan pengkajian analisis kebijakan dan penyusunan renstra 2014-2019 Tahun 2014. No. Risiko Penyebab Penanganan risiko 1. Petani Kurang Koperatif 2. Alat dan bahan pengkajian tidak tersedia Kelompok yang kurang aktif atau belum mantap - Tingkat pemahaman responden yang kurang dalam mencerna pertanyaan dan memberikan jawaban kuisioner - Ada keraguan dari responden untuk menjawab dengan jujur karena takut bermasalah di kemudian hari Koordinasi denga dinas dan meingkatakan intensitas pembinaan - Daftar pertanyaan dalam kuisioner harus mudah di mengerti oleh responden - Perlu penjelasan secara rinci maksud dari penyebaran kuisioner tersebut 40

DAFTAR PUSTAKA Abdullah.S. 2013. Pengelolaan Nutrisi Tanaman Terpadu Di Perkebunan Kopi. Review Penelitian Kopi dan Kakao Vol 1 hal. 24-39. Adnyana IM. 2011. Aplikasi Anjuran Pemupukan Tanaman Kopi Berbasis Uji Tanah Di Desa Bongancina Kabupaten Buleleng. Udayana Mengabdi. Volume 10 no.2 hal 64-66 Andi Nuhung, 2010. Pertanian, kemiskinan dan kawasan timur indonesia. Edisi sotf cover. Jakarta. Anonim. 2008. Penerapan Pengendalian Hama Terpadu Pada Kopi di Jawa Timur. Warta Penelitian dan Pengembangan Pertanian Vol.30.No.6 hal 10-12. Badan Litbang Pertanian. 2003. Panduan Metodologi dan Analisis Data Pengkajian Teknologi Pertanian. Badan Litbang Pertanian. Jakarta. 21 halaman. Badan Litbang Pertanian. 2011 a. Pedoman Umum Spectrum Diseminasi Multi Channel. Badan Litbang Pertanian. Jakarta. Badan Pusat Statistik. 2013. Bengkulu Dalam Angka Tahun 2012. BPS Provinsi Bengkulu. Rangkuti, F. 2008. Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis. Cetakan kelimabelas. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Riduwan. 2007. Skala Pengukuran Variabel-variabel Penelitian. Cetakan ketujuh. CV. Alfabeta. Jakarta. Sarantakos, 1993. Social Research. Macmillan, 1993. University of Virginia Singarimbun, M. 1989. Metode dan Proses Penelitian. Dalam Singarimbun, M. dan S. Effendi (pnyt) Metode Penelitian Survai. Cetakan Kedua. LP3ES. Jakarta. Soekartawi. 2005. Prinsip Dasar Komunikasi Pertanian. Universitas Indonesia Press. Jakarta. Sulkani.2013. Rehabilitasi tanaman dengan metode sambung pucuk. Wahyuningsih,MY. 2012. Potensi Tenaga Kerja Dalam Keluarga Terhadap Pendapatan Usahatani Tomat (Lycopersicon esculentium L) Di Desa Rantau Keminting Kecamatan Labuan Amas Utara Kabupaten Hulu Sungai Tengah Provinsi Kalimantan Selatan. Media Sains.volume 4 Nomor 1. 41

LAMPIRAN FOTO Koordinasi dengan BP3K Kec. Muara Kemumu Survei di Kelompok Tani Mekar Jaya Kec. Bermani Ilir Tim Anjak sedang melakukan Wawancara dengan petani kopi di Kab. Kepahiang Tim Anjak sedang melakukan Wawancara dengan petani kopi di Kab. Rejang Lebong Contoh Tanaman kopi dengan Peremajaan Sambung Batang (Tag N) Contoh Tanaman kopi dengan Peremajaan Sambung Tunas 42