TANGGUNG JAWAB MURTAHIN (PENERIMA GADAI SYARIAH) TERHADAP MARHUN (BARANG JAMINAN) DI PT. PEGADAIAN (PERSERO) CABANG SYARIAH UJUNG GURUN PADANG

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan perekonomian, seperti perkembangan dalam sistim perbankan. Bank

Elis Mediawati, S.Pd.,S.E.,M.Si.

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkan pembiayaan jangka pendek dengan margin yang rendah. Salah. satunya pegadaian syariah yang saat ini semakin berkembang.

Rahn - Lanjutan. Landasan Hukum Al Qur an. Al Hadits

BAB I PENDAHULUAN. bentuk penyaluran dana kemasyarakat baik bersifat produktif maupun konsumtif atas dasar

BAB I PENDAHULUAN. dengan istilah pembiayaan yang dilakukan oleh Lembaga Keuangan Syari ah baik

BAB I PENDAHULUAN. memenuhi terjaminnya barang dan jasa dan memanfaatkan nikmat-nikmat yang Allah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Nadhifatul Kholifah, Topowijono & Devi Farah Azizah (2013) Bank BNI Syariah. Hasil Penelitian dari penelitian ini, yaitu:

Rahn /Gadai Akad penyerahan barang / harta (marhun) dari nasabah (rahin) kepada bank (murtahin) sebagai jaminan sebagian atau seluruh hutang

BAB I PENDAHULUAN. usahanya berdasarkan prinsip syariah, yaitu aturan perjanjian (akad) antara

BAB I PENDAHULUAN. melalui Rasulullah saw yang bersifat Rahmatan lil alamin dan berlaku

BAB IV ANALISIS TERHADAP MEKANISME PEMBIAYAAN EMAS DENGAN AKAD RAHN DI BNI SYARIAH BUKIT DARMO BOULEVARD CABANG SURABAYA

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai makhluk sosial membutuhkan manusia lainnya untuk dapat

BAB V PEMBAHASAN. dipaparkan pada bab sebelumnya. Sebagaimana yang ditegaskan dalam teknik analisa data

BAB I PENDAHULUAN. Manusia diciptakan Allah S.W.T. sebagai khalifah untuk memakmurkan

BAB II GAMBARAN UMUM GADAI EMAS (AR-RAHN) DALAM FATWA DEWAN SYARIAH NASIONAL-MAJLIS UALAMA INDONESI (DSN-MUI) TENTANG RAHN DAN RAHN EMAS

BAB I PENDAHULUAN. Beberapa tahun terakhir, perekonomian yang berdasarkan prinsip-prinsip syariah Islam

BAB I PENDAHULUAN. dapat dilepaskan dari sejarah pertumbuhan bank syariah. 1 Bank secara. kegiatan usahanya berdasarkan prinsip syariah.

BAB IV IMPLEMENTASI FATWA DSN NO.25/DSN-MUI/III/2002 TENTANG RAHN PADA PRODUK AR-RAHN. A. Aplikasi Pelaksanaan Pembiayaan Rahn Di Pegadaian Syariah

BAB I PENDAHULUAN. Penggunaan lembaga jaminan sudah sangat populer dan sudah tidak asing

membutuhkan pembiayaan jangka pendek dengan margin yang rendah. Salah satunya pegadaian syariah yang saat ini semakin berkembang.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. KUHPerdata Buku II mengenal adanya hak kebendaan yang bersifat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI. peneliti menemukan beberapa hal penting yang bisa dicermati dan dijadikan acuan penelitian ini.

BAB 1 PENDAHULUAN. Seiring dengan kegiatan ekonomi saat ini, kebutuhan akan pendanaan pun

BAB IV ANALISIS FATWA DSN-MUI NOMOR 25/III/2002 TERHADAP PENETAPAN UJRAH DALAM AKAD RAHN DI BMT UGT SIDOGIRI CABANG WARU SIDOARJO

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP IMPLEMENTASI IJĀRAH JASA SIMPAN DI PEGADAIAN SYARIAH CABANG BLAURAN SURABAYA

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya setiap orang yang hidup di dunia dalam memenuhi

TINJAUAN YURIDIS HAK-HAK NASABAH PEGADAIAN DALAM HAL TERJADI PELELANGAN TERHADAP BARANG JAMINAN (Studi Kasus Di Perum Pegadaian Cabang Klaten)

BAB I PENDAHULUAN. Islam merupakan agama yang sempurna dengan Al-Qur an sebagai sumber

BAB I PENDAHULUAN. keduanya diperlukan intermediary yang akan bertindak selaku kreditur yang

BAB I PENDAHULUAN. nilai-nilai syariah dalam operasional kegiatan usahanya. Hal ini terutama didorong

TANGGUNG JAWAB PERUM PEGADAIAN TERHADAP PENJUALAN (LELANG) BARANG GADAI

BAB I PENDAHULUAN. hukum membutuhkan modal untuk memulai usahanya. Modal yang diperlukan

BAB I PENDAHULUAN. barang yang digadaikan tersebut masih sayang untuk dijual. Pengertian gadai

BAB I PENDAHULUAN. sehingga pinjam meminjam menjadi salah satu cara terbaik untuk

BAB III PERBANDINGAN HUKUM JAMINAN FIDUSIA MENURUT UNDANG- UNDANG NOMOR 42 TAHUN 1999 DENGAN HUKUM RAHN TASJÎLÎ

BAB I PENDAHULUAN. dengan pelaku usaha yang bergerak di keuangan. Usaha keuangan dilaksanakan oleh perusahaan yang bergerak di bidang

ABSTRAKSI. Kata Kunci : Akuntansi Pendapatan, Pegadaian Konvensional, Pegadaian Syariah

BAB I PENDAHULUAN. di dalamnya juga mencakup berbagai aspek kehidupan, bahkan cakupannya

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Islam adalah agama yang amat damai dan sempurna telah diketahui dan dijamin

BAB I PENDAHULUAN. melalui kegiatan pinjam-meminjam. Kegiatan pinjam-meminjam terdapat produk yang dapat

1. Analisis Praktek Gadai Emas di Bank Syariah Mandiri Cabang Karangayu. akad rahn sebagai produk pelengkap yang berarti sebagi akad tambahan

BAB I PENDAHULUAN. Pelembagaan Bisnis gadai pertama kali di Indonesia sejak Gubernur

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional, salah satu usaha untuk mewujudkan masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. aspek kehidupan masyarakat, baik dalam aspek politik, ekonomi, sosial,

BAB I PENDAHULUAN. Suatu kegiatan usaha atau bisnis diperlukan sejumlah dana sebagai modal

PELAKSANAAN GADAI SYARIAH PADA PERUM PEGADAIAN SYARIAH (Studi Kasus: Pegadaian Syariah Cabang Ujung Gurun Padang) SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. barter merupakan suatu sistem pertukaran antara barang dengan barang atau

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Pemilihan Judul

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi. Oleh karena itu, Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkan dana untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dalam segala aspek

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini, perkembangan Lembaga Keuangan Syariah (LKS) mengalami peningkatan yang cukup pesat tidak hanya pada negaranegara

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan hidupnya. Dalam memenuhi segala kebutuhan hidup, akal dan pikiran. Ia memerlukan tangan ataupun bantuan dari pihak lain.

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat tidak sesuai dengan kondisi keuangan yang dimiliki.

BAB IV PENERAPAN AKTA JAMINAN FIDUSIA DALAM PERJANJIAN PEMBIAYAAN AL QARDH. A. Analisis Penerapan Akta Jaminan Fidusia dalam Perjanjian Pembiayaan Al

BAB I PENDAHULUAN. dapat memenuhi kebutuhannya sebagaimana tersebut di atas, harus. mempertimbangkan antara penghasilan dan pengeluaran.

PENYELESAIAN KREDIT MACET DI KOPERASI BANK PERKREDITAN RAKYAT (KBPR) VII KOTO PARIAMAN

BAB IV PENUTUP. maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Substansi dari jaminan fidusia menurut Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat pesat. Banyak sektor usaha berlomba-lomba untuk menarik

BAB I PENDAHULUAN. sendiri dalam memenuhi kebutuhan untuk mempertahankan hidupnya. Oleh sebab

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pertumbuhan ekonomi saat ini memiliki dampak yang positif, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. Para ahli hukum Islam memberikan pengertian harta ( al-maal ) adalah. disimpan lama dan dapat dipergunakan waktu diperlukan.

BAB I PENDAHULUAN. rangkaian dari kegiatan pembangunan yang terdahulu, bahwa pembangunan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Pelaksanaan Gadai Emas Syariah Pada PT Bank Syariah Mandiri

BAB II KAJIAN TEORI. Pelaksanaan Gadai dengan Sistem Syariah di Perum Pegadaian. penjagaan dan penaksiran serta dilakukan hanya sekali pembayaran.

BAB I PENDAHULUAN. suatu usaha/bisnis. Tanpa dana maka seseorang tidak mampu untuk. memulai suatu usaha atau mengembangkan usaha yang sudah ada.

A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan perekonomian masyarakat berdampak terhadap

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan ekonomi yang berbasis pada ekonomi kerakyatan. Hal ini

BAB IV ANALISIS BESARAN UJRAH DI PEGADAIAN SYARIAH KARANGPILANG SURABAYA DALAM PERSPEKTIF FATWA DSN-MUI NOMOR 25/III/2002

KAJIAN PELAKSANAAN PERJANJIAN PINJAM MEMINJAM UANG DI PEGADAIAN KABUPATEN WONOGIRI

BAB I PENDAHULUAN. tugas yang diemban perbankan nasional tidaklah ringan. 1. perbankan menyatakan bahwa bank adalah : badan usaha yang menghimpun

BAB I PENDAHULUAN. bangsa sepanjang masa dalam mencapai sebesar-besar kemakmuran rakyat yang

BAB I PENDAHULUAN Kitab Undang-Undang Hukum Perdata. Definisi gadai sendiri. terdapat dalam Pasal 1150 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Dalam rangka

BAB I PENDAHULUAN. pengangguran, masalah kekurangan modal. globalisasi saat ini masyarakat mudah memperoleh modal untuk memulai

BAB I PENDAHULUAN. bisnis baik dalam bentuk perorangan ( natural person ) ataupun dalam bentuk badan

PERAN NOTARIS DAN PPAT DALAM PELAKSANAAN PERALIHAN JAMINAN HAK TANGGUNGAN DARI KREDITUR LAMAA KEPADA KREDITUR BARU PADA PERBANKAN KOTA PADANG

BAB IV ANALISIS DATA. Pegadaian Syariah Cabang Raden Intan Bandar Lampung. mendeskripsikan dan mengilustrasikan rangkaian pelaksaan gadai dari awal

BAB IV ANALISA DATA A. Praktek Gadai Sawah di Kelurahan Ujung Gunung Kecamatan Menggala Kabupaten Tulang Bawang

BAB I PENDAHULUAN. terpenting dan suatu sistem yang dibutuhkan dalam suatu negara modern, tak luput

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. Istilah kredit berasal dari bahasa Yunani yaitu credere yang berarti

BAB I PENDAHULUAN. menolong, orang yang kaya harus menolong orang yang miskin, orang yang. itu bisa berupa pemberian maupun pinjaman dan lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. Manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari, baik kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. akan berkaitan dengan istri atau suami maupun anak-anak yang masih memiliki

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PENAHANAN SAWAH SEBAGAI JAMINAN PADA HUTANG PIUTANG DI DESA KEBALAN PELANG KECAMATAN BABAT KABUPATEN LAMONGAN

BAB IV PEMBAHASAN. A. Implementasi Akad pada produk Gadai Emas di bank Syariah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan di bidang ekonomi merupakan bagian dari

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembiayaan murabahan..., Claudia, FH UI, 2010.

BAB I PENDAHULUAN. untuk berlomba-lomba untuk terus berusaha dalam memajukan ekonomi masingmasing.

A. Latar Belakang Masalah

Sistem Pembukuan Dan, Erida Ayu Asmarani, Fakultas Ekonomi Dan Bisnis UMP, 2017

BAB I PENDAHULUAN. Melakukan kegiatan ekonomi dan bermuamalah merupakan tabi at. manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Dalam melakukan kegiatan

I. PENDAHULUAN. Seiring meningkatnya perekonomian Indonesia, maka semakin tinggi pula

TINJAUAN YURIDIS PERJANJIAN SEWA MENYEWA RUMAH DINAS ANTARA KARYAWAN PT

BAB I PENDAHULUAN. Sebelum melangkah pada pembahasan selanjutnya, terlebih dahulu akan

Sistem Pembukuan Dan, Erida Ayu Asmarani, Fakultas Ekonomi Dan Bisnis UMP, 2017

BAB I PENDAHULUAN. layak dan berkecukupan. Guna mencukupi kebutuhan hidup serta guna

BAB IV ANALISIS DATA

Transkripsi:

TANGGUNG JAWAB MURTAHIN (PENERIMA GADAI SYARIAH) TERHADAP MARHUN (BARANG JAMINAN) DI PT. PEGADAIAN (PERSERO) CABANG SYARIAH UJUNG GURUN PADANG SKRIPSI Diajukan guna memenuhi sebagian persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Hukum PROGRAM KEKHUSUSAN : HUKUM PERDATA (PK I) No. Reg. 3622/PK.I/07/2012 OLEH : DANNY BAHAR 08 10112 065 FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS ANDALAS PADANG 2012

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL LEMBAR PENGESAHAN ABSTRAK... i KATA PENGANTAR... ii DAFTAR ISI... v DAFTAR TABEL... vii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang... 1 B. Rumusan Masalah... 7 C. Tujuan Penelitian... 7 D. Manfaat Penelitian... 7 E. Metode Penelitian... 8 F.. Sistematika Penulisan... 14 BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN A. Tinjauan Umum tentang Perjanjian 1. Pengertian perjanjian dan pengaturannya... 16 2. Syarat sah perjanjian... 16

3. Asas-asas Perjanjian... 17 4. Hapusnya Perikatan... 19 B. Tinjauan Umum tentang Gadai 1. Pengertian gadai dan pengaturannya... 20 2. Subjek dan objek gadai... 21 3. Sifat-sifat gadai... 22 4. Hak dan kewajiban para pihak dalam gadai... 24 5. Hapusnya gadai... 26 C. Perjanjian dan perjanjian gadai syariah 1. Pengertian Perjanjian dan Perjanjian Gadai Syariah... 27 2. Subjek dan Objek rahn... 29 3. Rukun dan Syarat Perjanjian gadai (akad rahn)... 29 4. Prinsip dalam akad rahn... 31 5. Jenis akad dalam pelaksanaan gadai syariah... 32 6. Hak dan Kewajiban Rahin dan Murtahin... 33 7. Berakhirnya Gadai menurut syariah... 34 BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Pelaksanaan Gadai pada Pegadaian Syariah Cabang Ujung Gurun Padan...35

B. Tanggungjawab Murtahin terhadap marhun di Pegadaian Syariah Cabang Ujung Gurun Padang...52 BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan... 61 B. Saran... 63 DAFTAR KEPUSTAKAAN LAMPIRAN

DAFTAR TABEL Tabel 1 Persentase Penetapan Marhun Bih dari taksiran, Tarif adminnistrasi dan Pembulatan Marhun Bih dalam Surat Edaran PT. Pegadaian (Persero) No. 22/ BS.1.00/2012...41 Tabel 2 Tarif Ijarah, Pasal 5 Keputusan Direksi Perum Pegadaian No. 84/UG.2.00212/2012...49 Tabel 3 Diskon Ijarah, Pasal 7 Keputusan Direksi Perum Pegadaian No. 84/UG.2.00212/2012...50

A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Kemajuan suatu negara membawa dampak positif bagi perekonomian negara tersebut, tetapi majunya suatu negara tidak menjamin terpenuhinya kebutuhan hidup seluruh lapisan masyarakatnya. Dalam sebuah negara yang maju masih ada golongan orang yang tidak mempunyai modal yang cukup untuk mengembangkan usahanya dan mendapat kesulitan dalam memperoleh modal maupun keperluan yang bersifat konsumtif. Keberadaan utang piutang sangat diperlukan dalam kehidupan sehari-hari mengingat sifat manusia sebagai makhluk sosial yang membutuhkan bantuan dari manusia lainnya. Apalagi pada saat krisis ekonomi global yang memberikan dampak sangat buruk kepada negara-negara di dunia. Dalam memenuhi kebutuhan produksi maupun konsumsi dapat dilakukan dengan berbagai cara, salah satunya adalah dengan mengadakan perjanjian, seperti perjanjian tukar-menukar, perjanjian jual beli, dan perjanjian pinjam meminjam. Dengan adanya perjanjian tersebut, maka lahirlah apa yang dinamakan dengan hukum perjanjian, dengan demikian hubungan antara perjanjian dan perikatan adalah bahwa perjanjian itu akan melahirkan perikatan, namun tidak semua perikatan disebabkan oleh perjanjian. Seiring perkembangan perekonomian dan fenomena ketimpangan sosial ekonomi masyarakat ini, semakin banyak pula lembaga keuangan bank maupun non-bank yang berperan dalam memberikan pembiayaan guna memenuhi kebutuhan konsumsi maupun produksi masyarakat. Salah satu lembaga

pembiayaan non-bank yang terdapat di Indonesia adalah PT. Pegadaian (Persero) yang melakukan jasa pemberian pinjaman uang atau kredit kepada masyarakat dengan cara menguasai benda atau barang yang digadaikan nasabah. Adapun ketentuan gadai diatur dalam Kitab Undang-undang Hukum Perdata Buku II Bab XX, Pasal 1150 sampai dengan Pasal 1160, sedangkan pengertian gadai sendiri diatur dalam Pasal 1150 Kitab Undang-undang Hukum Perdata yang berbunyi : 1 Gadai adalah suatu hak yang diperoleh seseorang untuk berpiutang atas suatu barang bergerak, yang diserahkan kepadanya oleh seorang berhutang atau seorang lain atas namanya dan yang memberikan kekuasaan kepada si berpiutang itu untuk mengambil pelunasan dari barang tersebut secara didahulukan daripada orang-orang berpiutang lainnya dengan kekecualian biaya untuk melelang barang tersebut dan biaya yang telah dikeluarkan untuk menyelamatkan setelah barang itu digadaikan, biaya-biaya mana harus didahulukan. Namun keinginan warga Indonesia yang mayoritas beragama Islam untuk melaksanakan perjanjian berdasarkan prinsip syariah 2 juga mempengaruhi pengembangan praktik ekonomi dan lembaga keuangan di Indonesia. Tidak terkecuali pada gadai di Indonesia, oleh karena itu PT. Pegadaian (Persero) sangat tertarik untuk menerapkan prinsip syariah ini dalam pengelolaannya guna memenuhi keinginan masyarakat sehingga dibentuklah Pegadaian Syariah yang berlandaskan pada PP Nomor 103 Tahun 2000 tentang Perusahaan Umum 1993, hlm 97. 1 J. Satrio, Hukum Jaminan, Hak-hak Jaminan Kebendaan, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, 2 Prinsip Syariah adalah aturan perjanjian berdasarkan hukum Islam antara bank dan pihak lain untuk penyimpanan dana dan atau pembiayaan kegiatan usaha, atau kegiatan lainnya yang dinyatakan sesuai dengan syariah, antara lain pembiayaan berdasarkan prinsip bagi hasil (mudharabah), pembiayaan berdasarkan prinsip penyertaan modal (musharakah), prinsip jual beli barang dengan memperoleh keuntungan (murabahah), atau pembiayaan barang modal berdasarkan prinsip sewa murni tanpa pilihan (ijarah), atau dengan adanya pilihan pemindahan kepemilikan atas barang yang disewa dari pihak bank oleh pihak lain (ijarah wa iqtina), Pasal 1 angka 13 Undangundang No. 10 tahun 1998 tentang Perbankan.

Pegadaian yang diganti dengan PP Nomor 51 Tahun 2011 tentang Perubahan Bentuk Badan Hukum Perusahaan Umum Pegadaian menjadi Perusahaan Perseroan serta Fatwa DSN No 25/DSN-MUI/III/2002 Tentang Rahn. Salah satunya adalah Pegadaian Cabang Syariah Ujung Gurun Padang. Dalam Islam ada Rahn (gadai syariah) sebagai padanan kata yang memiliki persamaan dengan kata gadai pada Kitab Undang-undang Hukum Perdata. Perjanjian ar-rahn artinya perjanjian untuk menahan suatu barang sebagai tanggungan utang. 3 Dasar hukum rahn adalah Q.S Al-Baqarah (2) ayat 283 : Jika kamu dalam perjalanan (dan bermu amalah tidak secara tunai) sedang kamu tidak memperoleh seorang penulis, maka hendaklah ada barang tanggungan yang dipegang (oleh yang berpiutang). Akan tetapi, jika sebagian kamu mempercayai sebagian yang lain, maka hendaklah yang dipercayai itu menunaikan amanatnya (utangnya), dan hendaklah ia bertakwa hlm. 1. 3 Rachmat Syafei dalam Zainuddin Ali, Hukum Gadai Syariah, Sinar Grafika, Jakarta, 2008,

kepada Allah Tuhannya; dan janganlah kamu (para saksi) menyembunyikan persaksian. Dan barangsiapa yang menyembunyikannya, maka sesungguhnya ia adalah orang yang berdosa hatinya; dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. Selain itu juga ada hadits A isyah ra yang diriwayatkan oleh Imam Muslim yang berbunyi, Telah meriwayatkan kepada kami Ishaq bin Ibrahim Al-Hanzhali dan Ali bin Khasyram berkata : keduanya mengabarkan kepada kami Isa bin Yunus bin Amasy dari Ibrahim dari Aswad dari Aisyah berkata : bahwasanya Rasulullah saw membeli makanan dari seorang Yahudi dengan menggadaikan baju besinya. 4 Adapun persamaan daripada gadai dengan rahn adalah barang jaminan dalam hal ini marhun sama-sama diserahkan penguasaannya kepada penerima gadai. Selain itu gadai dan rahn juga memiliki perbedaan seperti gadai yang mengenakan sewa modal atas pinjaman yang diberikan, sedangkan pada rahn tidak dikenal sewa modal melainkan biaya ijarah yang merupakan biaya atas pemeliharaan serta sewa penyimpanan. Meski tanpa bunga, pegadaian syariah tetap memperoleh keuntungan seperti yang sudah diatur oleh Dewan Syariah Nasional, yaitu memberlakukan biaya pemeliharaan dari barang yang dijadikan jaminan. Pelayanan kredit yang diberikan oleh Pegadaian Syariah cepat, praktis dan tidak berbelit-belit dengan menerapkan prinsip syariah. Sesuai dengan motto pegadaian mengatasi masalah tanpa masalah dalam memberikan jasa gadai pegadaian syariah tidak mengenal strata ekonomi masyarakat, pegadaian tidak membedakan pengusaha besar atau kecil, masyarakat yang kaya atau masyarakat 4 Shahih Muslim dalam Zainuddin Ali, hlm 6.

yang kurang mampu namun melihat barang gadai yang halal baik dari segi cara mendapatkannya maupun dari segi zatnya. Pemerintah membentuk pegadaian syariah sebagai salah satu upaya melindungi masyarakat dari praktik gadai yang salah, lintah darat, bunga bank dan sejenis riba lainnya serta pinjaman yang tidak wajar yang dapat mencekik perekonomian masyarakat karena bunga pinjaman yang tinggi dan berlipat ganda. Melalui pegadaian syariah pemerintah menyalurkan kredit berdasarkan hukum gadai syariah. Gadai atau ar-rahn adalah menahan barang jaminan yang bersifat materi si peminjam (rahin) sebagai jaminan atas pinjaman yang diterimanya, dan barang yang diterima tersebut bernilai ekonomis, sehingga pihak yang menahan (murtahin) memperoleh jaminan untuk mengambil kembali seluruh atau sebagian utangnya dari barang gadai dimaksud, bila pihak yang menggadaikan tidak dapat membayar utang pada waktu yang telah ditentukan. 5 Prosedur untuk mendapatkan pinjaman uang atau marhun bih pada pegadaian syariah hanya membutuhkan waktu sebentar saja dan prosesnya pun tidak berbelit-belit. Pegadaian Syariah sebagai unit kerja operasional dalam sehariharinya tidak lepas dari perputaran uang dan barang jaminan sehingga beresiko dan berpotensi mengalami kerugian yang timbul karena faktor eksternal ataupun karena kecurangan faktor internal. Pemberian gadai yang mewajibkan rahin untuk menyerahkan marhun secara riil kepada murtahin untuk disimpan sebagai jaminan menimbulkan hak dan kewajiban bagi masing-masing pihak yang merupakan kesepakatan pada awal perjanjian (penandatanganan akad). Perpindahan dalam menguasai marhun ini 5 Zainuddin Ali, Hukum Gadai Syariah, Sinar Grafika, Jakarta, 2008, hlm 18.

adalah untuk keamanan terutama bagi barang bergerak dan mudah berubah harganya. Murtahin menguasai marhun guna memberikan kepastian hukum dalam pemenuhan prestasi oleh rahin dan menjamin tidak adanya kerusakan ataupun kehilangan barang jaminan. Apabila rahin (pemberi gadai) lalai memenuhi kewajibannya atau tidak memenuhi kewajibannya sama sekali (wanprestasi), maka murtahin (penerima gadai) berhak menjual atau melelang marhun (barang jaminan) untuk melunasi hutang rahin. Pelelangan dilakukan dengan pihak penawar/ pembeli yang dipilih oleh pegadaian guna menghindari kerugian. 6 Namun tidak tertutup kemungkinan dalam pelelangan ini murtahin bisa menderita kerugian karena hasil pelelangan dari marhun tidak menutupi marhun bih disebabkan turunnya harga merugikan pihak rahin maupun pihak murtahin. Oleh karena itu perlu penaksir barang yang memang ahli dalam menaksir harga barang. Pegadaian Syariah Ujung Gurun dalam menjalankan operasioanal kegiatannya bertanggungjawab secara hukum terhadap keselamatan marhun (barang jaminan gadai), dalam pertanggungjawabannya itu kinerja Pegadaian Syariah selalu bersinggungan dengan berbagai masalah, terutama pada keutuhan dan harga jual barang jaminan, oleh karena itu penulis tertarik untuk meneliti dan membahasnya dalam bentuk skripsi dengan judul, TANGGUNG JAWAB MURTAHIN (PENERIMA GADAI) TERHADAP MARHUN (BARANG JAMINAN) DI PT. PEGADAIAN (PERSERO) CABANG SYARIAH UJUNG GURUN PADANG. 6 Ibid, hlm. 51.

B. Perumusan Masalah 1. Bagaimanakah pelaksanaan gadai pada PT. Pegadaian (Persero) Cabang Syariah Ujung Gurun Padang? 2. Bagaimanakah tanggungjawab Murtahin terhadap marhun di PT. Pegadaian (Persero) Cabang Syariah Ujung Gurun Padang? C. Tujuan Penelitian 1. Untuk mengetahui pelaksanaan pemberian gadai menurut syariah pada PT. Pegadaian (Persero) Cabang Syariah Ujung Gurun Padang. 2. Untuk mengetahui bagaimana tanggungjawab Murtahin terhadap marhun di PT. Pegadaian (Persero) Cabang Syariah Ujung Gurun Padang. D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis a. Untuk menambah referensi pengetahuan dibidang hukum perdata khususnya hukum perjanjian. b. Untuk menambah ilmu pengetahuan dibidang gadai syariah yang baru berkembang di Indonesia. 2. Secara Praktis a. Dapat memberi masukan bagi Pegadaian Syariah cabang Ujung Gurun Padang dalam operasional kegiatannya. b. Bermanfaat bagi nasabah Pegadaian Syariah cabang Ujung Gurun Padang dalam mencari informasi sebelum melaksanakan akad gadai. c. Menambah wawasan peneliti sebagai bekal dalam menghadapi dunia kerja nantinya.

d. Membentuk mahasiswa yang profesional di bidangnya dan mampu menerapkan disiplin ilmu yang didapatkan di bangku kuliah. E. Metode Penelitian 1. Pendekatan Masalah Metode pendekatan masalah yang digunakan adalah metode pendekatan yang bersifat yuridis sosiologis dengan mempelajari peraturan perundang-undangan serta menghubungkan antara konsep teoritis dengan praktek hukum dilapangan. 2. Sifat Penelitian Penelitian ini bersifat deskriptif yaitu menggambarkan pelaksanaan perjanjian rahn (gadai syariah) serta tanggung jawab PT. Pegadaian (Persero) Cabang Syariah Ujung Gurun Padang terhadap keselamatan marhun dibawah penguasaannya. 3. Sumber Data a. Penelitian Kepustakaan (Library Research) Dengan mempelajari dokumen dan literatur yang berkaitan dengan gadai syariah. Tempat penelitian yang dimanfaatkan oleh penulis adalah : 1) Perpustakaan Fakultas Hukum Universitas Andalas Padang; 2) Perpustakaan pusat Universitas Andalas Padang. b. Penelitian Lapangan (Field Research) Penelitian lapangan dilakukan guna memperoleh data yang dapat mendukung penulisan dengan wawancara terhadap pihak pegadaian

syariah (Murtahin) maupun pemberi gadai (Rahin) serta studi dokumen yang tersedia dilapangan. 4. Populasi dan Sampel Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perjanjian gadai pada PT. Pegadaian (Persero) Syariah Cabang Ujung Gurun Padang. Penarikan sampel ini menggunakan teknik Non-Probabilitas sampling, dengan mengambil sampel sebanyak 3 (tiga) bentuk perjanjian gadai. Cara pengambilan sampel Non-probabilitas sampling ini menggunakan jenis Quota Sampling. Dasar penggunaan Quota sampling ini adalah jumlah subjek atau orang-orang yang akan diwawancarai tidak ditentukan, yang penting jumlah subjek yang memenuhi kriteria yang ditentukan terpenuhi. 5. Jenis Data 7 a. Data primer Data yang didapat dari pihak-pihak yang terkait yaitu pihak murtahin dan rahin dan berhubungan dengan pelaksanaan perjanjian rahn serta tanggung jawab terhadap kerugian yang dialami rahin atas marhun di PT. Pegadaian (Persero) Cabang Syariah Ujung Gurun Padang. 7 Bambang Sunggono, 1997, Metodologi Penelitian Hukum, Jakarta, PT Raja Grafindo Persada, hal 113-114.

b. Data sekunder 1) Bahan hukum primer yaitu bahan hukum yang berasal dari peraturan perundang-undangan seperti : a) Al-Qur an b) Hadits c) Kitab Undang-undang Hukum Perdata. d) Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan atas Undang-undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan. e) Peraturan Pemerintah Nomor 103 Tahun 2000 tentang Perusahaan Umum (PERUM) Pegadaian. f) Peraturan Pemerintah Nomor 51 Tahun 2011 tentang Perubahan Bentuk Badan Hukum Perusahaan Umum menjadi Perusahaan Perseroan. g) Keputusan Direksi Perum Pegadaian No. 84/ UG.2 00212/2012 tentang Penurunan Tarif Sewa Modal Pegadaian KCA dan Penggolongan Marhun Bih, Tarif Ijarah, Persentase Penetapan Marhun Bih dari Nilai taksiran, Diskon Ijarah, dan Biaya Administrasi pada Kantor Cabang Pegadaian Syariah h) Surat Edaran PT. Pegadaian (Persero) No. 22/ BS.1.00/2012 tentang Petunjuk Pelaksanaan SK Direksi No. 84/ UG.2.00212/2012 tentang Penurunan Tarif Sewa Modal Pegadaian KCA dan Penggolongan Marhun Bih, Tarif Ijarah, Persentase Penetapan Marhun Bih dari Nilai taksiran, Diskon

Ijarah, dan Biaya Administrasi pada Kantor Cabang Pegadaian Syariah i) Fatwa DSN Nomor 25/DSN-MUI/III/2002 tentang Rahn. j) Fatwa DSN Nomor 09/DSN-MUI/IV/2000 tentang Pembiayaan Ijarah. k) Fatwa DSN Nomor 26/DSN-MUI/III/2002 tentang Rahn Emas. l) Fatwa DSN Nomor 43/DSN-MUI/IV/2004 tentang Ganti Rugi (Ta widh). 2) Bahan hukum sekunder yaitu bahan hukum yang erat kaitannya dengan bahan hukum primer seperti buku-buku, makalah serta tulisantulisan hukum baik yang didapat dari media cetak maupun media elektronik. 3) Bahan hukum tersier yaitu bahan hukum yang dapat membantu dalam memberikan informasi, petunjuk dan penjelasan terhadap bahan hukum primer dan sekunder seperti : kamus hukum dan kamus besar bahasa indonesia. 6. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah : a. Studi dokumen. Studi dokumen merupakan langkah awal dari setiap penelitian hukum (baik normatif maupun sosiologis) karena penelitian hukum selalu bertolak dari keadaan normatif. Untuk itu peneliti mempelajari

buku-buku dan dokumen-dokumen yang dapat mendukung pembahasan dan menjawab permasalahan. b. Wawancara Wawancara merupakan salah satu metode pengumpulan data dengan jalan komunikasi, yakni melalui kontak atau hubungan pribadi antara pengumpul data (pewawancara) dengan sumber data (responden). Wawancara dilakukan dengan cara peneliti (pewawancara) berhadapan langsung dengan responden untuk menanyakan secara lisan hal-hal yang diinginkan, dan jawaban responden dicatat oleh pewawancara. Wawancara dilakukan di PT. Pegadaian (Persero) Cabang Syariah Ujung Gurun Padang dengan responden pihak Murtahin dan rahin yaitu: 1) Ibu Yendriwasih., S.E., M.M selaku Pimpinan PT. Pegadaian (Persero) Cabang Syariah Ujung Gurun Padang. 2) Bapak Hidayat Syah selaku Pengelola PT. Pegadaian (Persero) Cabang Syariah Ujung Gurun Padang. 3) Bapak Afrizal., Amd selaku Pengelola PT. Pegadaian (Persero) Unit Syariah Siteba. 4) Adjurama Gustijah, rahin di PT. Pegadaian (Persero) Cabang Syariah Ujung Gurun Padang. 5) Lean Anjelisa, rahin di PT. Pegadaian (Persero) Cabang Syariah Ujung Gurun Padang. 6) Maria Mazdalena, rahin di PT. Pegadaian (Persero) Cabang Syariah Ujung Gurun Padang.

7. Pengolahan dan Analisa Data a. Pengolahan data Pengolahan data adalah kegiatan merapikan hasil pengumpulan data di lapangan sehingga siap untuk dianalisis. 8 Salah satunya adalah dengan proses editing yaitu meneliti dan mengkaji kembali terhadap catatan-catatan, berkas-berkas, serta informasi yang dikumpulkan oleh peneliti yang diharapkan akan dapat meningkatkan mutu data yang hendak dianalisis. b. Analisis data Sebagai tindak lanjut proses pengolahan data, untuk dapat memecahkan dan menguraikan masalah yang akan diteliti berdasarkan bahan hukum yang diperoleh, maka diperlukan adanya teknik analisis bahan hukum. Setelah didapatkan data-data yang diperlukan, maka peneliti melakukan analisis secara kualitatif yakni dengan menggambarkan data yang ada untuk menjawab pertanyaan berdasarkan teori-teori yang ada sehingga dapat ditarik suatu kesimpulan. F. Sistematika Penulisan Adapun sistematika dalam penulisan ini sebagai berikut: BAB I Pendahuluan 8 Bambang Waluyo, 1999, Penelitian Hukum Dalam Praktek, Sinar Grafika, Jakarta, hal 72.

Dalam bab ini diuraikan mengenai latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metode penelitian dan sistematika penulisan. BAB II Tinjauan Pustaka Bab ini membahas : Pengertian perjanjian pada umumnya yang meliputi Pengertian perjanjian dan pengaturannya, Syarat sah perjanjian, Asasasas Perjanjian, Hapusnya Perikatan, kemudian membahas Ketentuan umum tentang gadai yang meliputi Pengertian gadai dan pengaturannya, Subjek dan objek gadai, Sifat-sifat gadai, Hak dan kewajiban para pihak dalam gadai, hapusnya gadai serta juga membahas Tinjauan umum mengenai Perjanjian dan perjanjian gadai Syariah, Subjek dan Objek rahn, Rukun dan Syarat Perjanjian gadai (akad rahn), Prinsip dalam akad rahn, Jenis akad dalam pelaksanaan gadai syariah, Hak dan Kewajiban Rahin dan Murtahin, dan Berakhirnya Gadai Syariah BAB III Hasil Penelitian dan Pembahasan Pada bab ini penulis akan menjelaskan dan menguraikan mengenai hasil penelitian yang terdiri dari pelaksanaan pemberian gadai, batasan yang ditetapkan PT. Pegadaian (Persero) Cabang Syariah Ujung Gurun Padang terhadap barang Jaminan dan tanggung jawab murtahin terhadap marhun di PT. Pegadaian (Persero) Cabang Syariah Ujung Gurun Padang. BAB IV Penutup

Setelah menguraikan dan menganalisa masalah tersebut, dalam bab penutup ini penulis akan memberikan kesimpulan dan saran dari keseluruhan bab dalam penulisan ini.