BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. METODE PENELITIAN Kategori penelitian dan rancangan percobaan yang digunakan adalah kategori penelitian eksperimental laboratorium. 1. Tempat Penelitian Tempat penelitian direncanakan di laboratorium Farmasetika dan Teknologi Farmasi FMIPA UNS. 2. Populasi dan sampel a. Populasi Populasi pada penelitian ini digunakan salep ekstrak kulit buah manggis (Garcinia mangostana Linn.) dalam berbagai tipe basis salep, yaitu : basis hidrokarbon, basis absorbsi, dan basis larut air. b. Sampel Sampel yang digunakan untuk penelitian ini berupa beberapa tipe basis salep dan ekstrak yang diformulasikan di Laboratorium. 3. Variabel Penelitian a. Identifikasi variabel utama Variabel utama dalam penelitian ini adalah salep ekstrak kulit buah manggis (Garcinia mangostana Linn.) yang dibuat dengan berbagai tipe basis yang berbeda, yaitu basis hidrokarbon, basis absorbsi, dan basis larut air. b. Klasifikasi variabel utama
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah perbedaan tipe basis ekstrak kulit buah manggis (Garcinia mangostana Linn.) yaitu : tipe basis salep hidrokarbon, tipe basis salep absorbsi, dan tipe basis salep larut dalam air. Variabel terkendali dalam penelitian ini adalah cara penyarian simplisia, metode pembuatan ekstrak, metode pengujian sifat fisik dan sifat kimia salep. Variabel tergantung dalam penelitian ini adalah kualitas sediaan salep yang terdiri dari sifat fisik salep (warna, bau, daya sebar, daya lekat,viskositas dan homogenitas) dan sifat kimia salep (ph). 4. Bahan dan Alat a. Bahan yang digunakan Bahan utama sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah kulit buah manggis. Bahan yang digunakan untuk penyarian serbuk kulit buah manggis dengan etanol 70% teknis (Brataco). Bahan kimia yang digunakan untuk pembuatan salep adalah vaselin flavum, adeps lanae (Brataco), aquadest yang diproduksi oleh laboratorium kimia UNS, polietilen glikol 400, polietilen glikol 4000, cera flava, minyak wijen, paraffinum liquidum (Brataco), nipagin, nipasol, BHT, natrium metabisulfit (Agung Jaya). b. Alat yang digunakan. Alat yang digunakan dalam penelitian pembuatan formulasi salep ekstrak kulit buah manggis ini adalah timbangan digital (Precisa balances
series), anak timbang, toples, mortir dan stamper, batang pengaduk, kertas perkamen, cawan porselin, sendok tanduk, penjepit kayu, water bath, pot salep, ph meter (Lutron ph 207), beker glass 250 ml (Pyrex), obyek glass, gelas ukur 10 ml, gelas ukur 50 ml (Pyrex), kaca arloji, cawan petri, tabung reaksi, viskometer (VT04), penggaris, cawan petri, seperangkat alat uji daya lengket, mikroskop (Nikon). 5. Jalannya Penelitian a. Determinasi Tahap pertama penelitian ini adalah menetapkan kebenaran sampel buah manggis berkaitan dengan ciri ciri makroskopi buah manggis serta mencocokkan morfologis dari buah manggis terhadap kepustakaan. b. Pengambilan bahan Pengambilan sampel dilakukan secara purposif yaitu tanpa membandingkan dengan tumbuhan yang sama dari daerah lain. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah buah manggis (Garcinia mangostana Linn.) yang memiliki kualitas yang baik dan matang yang diperoleh dari Pasar Anyar, Surakarta. c. Pembuatan serbuk kulit buah manggis Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah buah manggis yang masih segar dicuci bersih dengan aliran air yang mengalir dan ditiriskan. Buah manggis yang sudah bersih disortasi basah dan ditimbang. Selanjutnya buah manggis dikupas, diambil kulitnya diiris-iris dengan ketebalan 1-3 mm, lalu dijemur di bawah sinar matahari dengan
ditutup kain hitam hingga kering. Simplisia yang telah kering diblender menjadi serbuk lalu diayak dengan ayakan 4/18. d. Pembuatan ekstrak etanol 70 % kulit buah manggis Ekstraksi dilakukan dengan metode maserasi. Metode ini dilakukan dengan cara serbuk kulit buah manggis dimasukkan ke dalam toples lalu ditambahkan etanol 70%, toples tersebut ditutup dengan rapat dan disimpan 24 jam dengan melakukan pengadukan secara berkala dan disimpan pada suhu ruangan. Filtrat disaring menggunakan kain flanel dan ditampung, setelah itu filtrat ditambahkan lagi pelarut etanol 70 %, sampai bahan tersebut terendam, hal ini dilakukan berulang-ulang sampai filtrat tidak berwarna. Filtrat kemudian dipekatkan dengan menggunakan water bath sehingga didapatkan ekstrak kental kulit buah manggis. 1) Perhitungan rendemen ekstrak Rendemen ekstrak dapat dihitung dengan cara jumlah bobot ekstrak yang diperoleh terhadap jumlah bobot simplisia awal, yang hasilnya dinyatakan dalam persen (Anonim, 2000 b ). 2) Pemeriksaan organoleptis Pemeriksaan terhadap bentuk, warna, rasa, dan bau dari ekstrak kulit buah manggis. e. Pembuatan salep ekstrak kulit buah manggis Pembuatan dimulai dengan menyiapkan semua alat yang dibutuhkan kemudian menimbang semua bahan yang diperlukan sesuai dengan
formula. Formulasi masing-masing sediaan tercantum dalam tabel I. Tabel I. Formulasi Salep dari Ekstrak Kulit buah Mnaggis dengan Basis Hidrokarbon, Serap Air, Larut Air Bahan F1 F2 F3 F1K F2K F3K Ektrak kulit buah manggis 4 4 4 - - - Vaselin album 86,34 - - 90 - - Parafin liq. 9,59 - - 9,93 - - Adeps lanae - 35,87 - - 37,37 - Cera flava - 14,35 - - 14,95 - Minyak wijen - 33,48 - - 34,88 - Aquadest - 11,95 - - 12,456 - PEG 400 - - 67,025 - - 69,7 PEG 4000 - - 28,725 - - 29,87 Nipagin - 0,15 0,15-0,15 0,15 Nipasol 0,05 - - 0,05 - - BHT 0,02 - - 0,02 - - Natrium Metabisulfit - 0,2 0,2-0,2 0,2 Total 100 100 100 100 100 100 Keterangan: F1 : Formula salep basis hidrokarbon F2 : Formula salep basis serap air F3 : Formula salep basis larut air F1K : Formula kontrol salep basis hidrokarbon F2K : Formula kontrol salep basis serap air F3K : Formula kontrol salep basis larut air 1) Pembuatan salep ekstrak kulit buah manggis dengan basis salep hidrokarbon Pembuatan sediaan salep dari ekstrak kulit buah manggis dengan bahan dasar salep hidrokarbon yaitu vaselin album ditambahkan parafin liquid dan dilebur di atas water bath
ditambahkan nipasol dan BHT, kemudian campuran dimasukkan ke dalam mortir panas dan diaduk sampai terbentuk konsistensi sediaan salep. Setelah terbentuk konsistensi salep ditambahkan ekstrak kulit buah manggis diaduk hingga homogen, lalu dimasukkan ke dalam pot salep. 2) Pembuatan salep ekstrak kulit buah manggis dengan basis salep absorbsi (serap air) Pembuatan sediaan salep dari ekstrak kulit buah manggis dengan bahan dasar salep serap air yaitu dengan membuat lanolin terlebih dahulu yaitu 75 bagian adeps lanae ditambahkan air 25 bagian dan diaduk hingga homogen. Nipagin dan natrium metabisulfit dilarutkan pada air yang digunakan pada pembuatan lanolin. Pembuatan unguentum simplex yaitu dengan cara cera flava 30 bagian dicampurkan minyak wijen 70 bagian kemudian dilebur diatas waterbath. Unguentum simplex yang telah dibuat dicampurkan dengan lanolin didalam mortir dan diaduk sampai homogen hingga terbentuk massa salep. Setelah itu, ditambahkan ekstrak kulit buah manggis dan diaduk hingga semua campuran homogen, lalu dimasukkan pada pot salep. 3) Pembuatan salep ekstrak kulit buah manggis dengan basis salep larut air. Pembuatan sediaan salep dari ekstrak kulit buah manggis dengan bahan dasar salep larut air yaitu dengan cara PEG 4000 ditambah
dengan PEG 400 lalu dilebur di atas water bath. Campuran lelehan PEG 400 dan PEG 4000 dimasukkan ke dalam mortir hangat ditambahkan nipasol dan BHT diaduk sampai homogen. Lalu ditambahkan ekstrak kulit buah manggis, diaduk sampai homogen dan dimasukkan ke dalam pot salep. f. Uji Sifat Fisik salep 1) Pengujian Kestabilan Fisik Sediaan salep ekstrak kulit buah manggis diuji kestabilan fisiknya dengan cara diamati secara organoleptis untuk mengetahui warna, bau, dan konsistensi sediaan salep. Pengujian kestabilan fisik ini dilakukan selama 4 minggu masa penyimpanan dengan cara diamati perubahan yang terjadi meliputi warna, bau dan konsistensi sediaan salep (Yunita, 2006). 2) Homogenitas Pengujian dilakukan dengan cara menyiapkan salep dan dua buah lempeng kaca yang bersih, kemudian ditempatkan di salah satu lempeng kaca sejumlah sampel sebanyak 1 gram pada sisi bersebelahan, tutup lempeng kaca lain di atasnya dan ditekan, setelah itu salep diamati di bawah mikroskop dan diambil gambar sebagai dokumentasi. 3) Uji daya sebar Pengujian ini dilakukan dengan menggunakan 0,5 gram salep yang diletakkan di tengah alat (kaca bulat), kemudian batang kaca
yang lainnya ditimbang dahulu, setelah itu diletakkan kaca berukuran sama di atas massa salep yang dan dibiarkan selama 1 menit. Diameter salep yang menyebar diukur dari beberapa sisi (vertikal dan horizontal), sehingga didapatkan rata-rata diameter penyebaran salep. Pengukuran diameter dilanjutkan dengan penambahan beban 5 gram, 10 gram, dan 15 gram dengan kelipatan 5 gram sampai konstan atau salep tidak bisa menyebar. Setiap penambahan beban, didiamkan selama 1 menit dan dicatat diameter salep yang menyebar seperti yang sebelumnya. Pengujian daya sebar dilakukan pada saat hari pertama setelah salep selesai dibuat dan dilanjutkan selama 4 minggu (Voight, 1994). 4) Uji daya Lekat Uji ini dilakukan dengan alat yang digunakan untuk uji daya melekat salep, yaitu dua obyek glass, stopwatch, anak timbang. Uji dilakukan dengan cara 0,5 gram salep diletakkan di tengah obyek glass dan ditutup dengan obyek glass yang lain diatasnya, kemudian ditekan dengan beban 1 kg selama 5 menit. Setelah itu obyek glass dipasang pada alat daya melekat dengan beban seberat 80 gram dan dicatat waktunya hingga kedua obyek glass tersebut terlepas, kemudian diulangi setiap masing-masing pengujian. 5) Uji ph
ph atau derajat keasaman suatu sediaan dalam bentuk salep dapat diketahui dengan cara menggunakan ph meter yang dimasukkan ke dalam 1 gram salep yang sudah dilarutkan dalam 10 ml aquadest, kemudian didiamkan beberapa saat kemudian diukur derajat keasamannnya, hingga nilai ph terbaca pada alat ph meter. Uji ph dilakukan selama 4 minggu selama masa penyimpanan. 6) Uji viskositas Uji viskositas dilakukan dengan menggunakan alat viskometer. Viskometer dipasang pada klemnya dengan arah horizontal atau tegak lurus dengan arah klem. Rotor kemudian dipasang viskomester dengan menguncinya berlawanan arah dengan jarum jam. Gelas beker atau gelas kaca diisi sampel salep yang akan diuji, rotor ditempatkan tepat berada ditengah-tengah yang berisi salep, kemudian alat dihidupkan dan ketika rotor mulai berputar jarum penunjuk viskositas secara otomatis akan bergerak menuju kekanan kemudian setelah stabil, viskositas dibaca pada skala dari rotor yang digunakan (Padmadisastra dkk, 2007). 7) Uji iritasi Uji iritasi dilakukan dengan salep dioleskan kekulit tangan sukarelawan dibiarkan selama 5 menit. Pengujian keamanan sediaan salep yang dibuat dilakukan terhadap 20 orang
sukarelawan dengan uji tempel terbuka (patch test), yakni : sejumlah sediaan uji dioleskan pada punggung tangan kanan sukarelawan dan dibiarkan terbuka selama 12 jam. Punggung tangan kiri diolesi basis salep. Selanjutnya perubahan warna yang terjadi pada punggung tangan kanan masing-masing sukarelawan diamati. Jika tidak terjadi reaksi (tidak merah dan tidak bengkak) diberi tanda (-), jika terjadi reaksi (kulit memerah) diberi tanda (+), selanjutnya jika terjadi pembengkakan diberi tanda (++). Pada punggung tangan dilihat apakah tampak adanya iritasi (kemerahan) pada kulit yang dioleskan salep tersebut dibandingkan dengan kontrol yaitu punggung tangan kiri (Padmadisastra dkk, 2007). 8) Uji Kesukaan Uji kesukaan (hedonic test) adalah pengujian terhadap kesan obyektif yang sifatnya suka atau tidak suka terhadap suatu produk (Soekarto, 1981). Fungsi dari uji kesukaan yaitu untuk mengetahui formula salep mana yang paling disukai oleh sukarelawan. Uji sukarelawan ini dilakukan kepada 20 orang sukarelawan. Pada uji kesukaan ini diajukan 4 pertanyaan kepada responden mengenai mudah tidaknya penyebaran salep saat dioleskan, lengket tidaknya salep di kulit, serta kenyamanan salep di kulit (Padmadisastra dkk, 2007).
B. PENGUMPULAN DAN ANALISIS DATA 1. Cara analisis Analisis data dilakukan dengan dua cara, yaitu : a. Pendekatan secara teoritis Data yang diperoleh dari pengujian dibandingkan terhadap parameter dari Farmakope Indonesia dan pustaka lain. b. Pendekatan statistik Data yang diperoleh dianalisis menggunakan Kolmogorov- Smirnov untuk mengetahui apakah data terdistribusi normal atau tidak. Untuk data yang terdistribusi normal dianalisis menggunakan ANOVA atau jalan dengan taraf kepercayaan 95% dan dilanjutkan uji t-lsd (Least Significant Difference) jika terdapat perbedaan yang bermakna.