penghidupan masyarakat (Risdianto, dkk., 2012).

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan Negara kepulauan yang terletak pada pertemuan tiga

KAJIAN DAERAH RAWAN BENCANA ALAM GERAKAN TANAH BERDASARKAN ANALISIS FAKTOR PENGONTROL DI WILAYAH KECAMATAN CILONGOK, KABUPATEN BANYUMAS, JAWA TENGAH

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. berpotensi rawan terhadap bencana longsoranlahan. Bencana longsorlahan akan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Peraturan Daerah Nomor 10 tahun 2011 Tentang Rencana Tata Ruang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia terletak pada pertemuan tiga lempengan dunia yaitu Eurasia,

JURNAL GEOGRAFI Geografi dan Pengajarannya ISSN Volume 14 Nomor 1, Juni 2016

BAB I PENDAHULUAN. dalam lingkungan geodinamik yang sangat aktif, yaitu pada batas-batas pertemuan

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Peta Indeks Rawan Bencana Indonesia Tahun Sumber: bnpb.go.id,

BAB I PENDAHULUAN I-1

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PERENCANAAN MITIGASI BENCANA LONGSOR DI KOTA AMBON Hertine M. Kesaulya¹, Hanny Poli², & Esli D. Takumansang³

BAB 1 PENDAHULUAN I-1

BAB I PENDAHULUAN. pada 6`LU- 11` LS dan antara 95` BT - 141` BT1. Sementara secara geografis

MITIGASI BENCANA ALAM II. Tujuan Pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Tujuan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. jenuh air atau bidang luncur. (Paimin, dkk. 2009) Sutikno, dkk. (2002) dalam Rudiyanto (2010) mengatakan bahwa

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan mereka, termasuk pengetahuan bencana longsor lahan.

TANAH LONGSOR; merupakan salah satu bentuk gerakan tanah, suatu produk dari proses gangguan keseimbangan lereng yang menyebabkan bergeraknya massa

BAB I PENDAHULUAN. digaris khatulistiwa pada posisi silang antara dua benua dan dua samudra dengan

Longsoran translasi adalah ber-geraknya massa tanah dan batuan pada bidang gelincir berbentuk rata atau menggelombang landai.

BAB I PENDAHULUAN. baik oleh faktor alam, atau faktor non-alam maupun faktor manusia sehingga

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mengakibatkan terjadinya kerusakan dan kehancuran lingkungan yang pada akhirnya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bencana alam menimbulkan resiko atau bahaya terhadap kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. lempeng tektonik besar yaitu lempeng Indo-Australia, Eurasia dan Pasifik. Daerah

BAB I PENDAHULUAN. tindakan dalam mengurangi dampak yang ditimbulkan akibat suatu bencana.

PEMANFAATAN LAHAN BERBASIS MITIGASI BENCANA LONGSOR DI KOTA MANADO

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. rendah (Dibyosaputro Dalam Bayu Septianto S U. 2008). Longsorlahan

BAB I PENDAHULUAN. yaitu Sub DAS Kayangan. Sub DAS (Daerah Aliran Sungai) Kayangan

BAB I PENDAHULUAN. alam tidak dapat ditentang begitu pula dengan bencana (Nandi, 2007)

BENCANA GERAKAN TANAH AKIBAT GEMPABUMI JAWA BARAT, 2 SEPTEMBER 2009 DI DESA CIKANGKARENG, KECAMATAN CIBINONG, KABUPATEN CIANJUR, PROVINSI JAWA BARAT

BAB I PENDAHULUAN. Bencana geologi merupakan bencana yang terjadi secara alamiah akibat

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. gula kelapa dan perencanaaan program agroindustri gula kelapa yang

RISIKOBENCANA LONGSORLAHAN DISUB DAS LOGAWA KABUPATEN BANYUMAS

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang rawan terkena bencana geologi,

BAB 1 PENDAHULUAN. seseorang untuk bermukim atau tidak bermukim di suatu tempat, preferensi bermukim

BAB I PENDAHULUAN. merupakan bencana banjir dan longsor (Fadli, 2009). Indonesia yang berada di

BAB I PENDAHULUAN. dikarenakan adanya kondisi geologi Indonesia yang berupa bagian dari rangkaian

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. bencana, baik melalui pembangunan fisik maupun penyadaran dan peningkatan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

GERAKAN TANAH DI KAMPUNG BOJONGSARI, DESA SEDAPAINGAN, KECAMATAN PANAWANGAN, KABUPATEN CIAMIS, JAWA BARAT

BAB I PENDAHULUAN. Provinsi Jawa Barat merupakan salah satu wilayah rawan bencana.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bencana alam sebagai salah satu fenomena alam dapat terjadi setiap saat,

LANDSLIDE OCCURRENCE, 2004 STRATEGI MITIGASI DAN SIFAT GERAKAN TANAH PENYEBAB BENCANA DI INDONESIA. BENCANA GERAKAN TANAH 2005 dan 2006

I. Pendahuluan Tanah longsor merupakan sebuah bencana alam, yaitu bergeraknya sebuah massa tanah dan/atau batuan menuruni lereng akibat adanya gaya

Kuliah ke 5 BAB V PENATAAN RUANG KAWASAN BENCANA LONGSOR[11,12] 5.1. Pengertian dan Istilah

BAB I PENDAHULUAN. bencana yang tinggi. Salah satu bencana yang banyak melanda daerah-daerah di

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Rumusan Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang Potensi bencana alam yang tinggi pada dasarnya tidak lebih dari sekedar

MITIGASI BENCANA TERHADAP BAHAYA LONGSOR (Studi kasus di Kabupaten Kuningan, Jawa Barat)

BENCANA GERAKAN TANAH DI INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. utama dunia yaitu lempeng Eurasia, lempeng Indo-Australia dan lempeng. Indonesia juga merupakan negara yang kaya akan hasil alam.

BAB I PEDAHULUAN. yang disebabkan, baik oleh faktor alam atau faktor non alam maupun. Undang-undang Nomor 24 Tahun 2007 ).

KAJIAN PEMANFAATAN LAHAN PADA DAERAH RAWAN LONGSOR DI KECAMATAN TIKALA KOTA MANADO

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1. Peta Ancaman Bencana Gunung Api Di Indonesia (Sumber : BNPB dalam Website, 2011)

WORKSHOP PENANGANAN BENCANA GERAKAN TANAH

DISASTER NURSING AND TRAUMA HEALING. Project Observasi Potensi Bencana di Kelurahan Pongangan. Gunung Pati, Semarang, Jawa Tengah.

Bab I Pendahuluan I.1. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. atau Badan Nasional Penanggulangan Bencana (2016), bencana tanah longsor

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

SMA/MA IPS kelas 10 - GEOGRAFI IPS BAB 7. MENGANALISIS MITIGASI DAN ADAPTASI BENCANA ALAMLATIHAN SOAL BAB 7

BAB I PENDAHULUAN. negara ini baik bencana geologi (gempa bumi, tsunami, erupsi gunung api)

PEMETAAN DAERAH RAWAN LONGSOR LAHAN DI KECAMATAN DAU, KABUPATEN MALANG DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN GEOMORFOLOGI

Faktor penyebab banjir oleh Sutopo (1999) dalam Ramdan (2004) dibedakan menjadi persoalan banjir yang ditimbulkan oleh kondisi dan peristiwa alam

BAB I PENDAHULUAN. Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) (2014), jumlah penduduk di

BAB I PENDAHULUAN. Banjarnegara merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Jawa Tengah yang

BAB III LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

I PENDAHULUAN Latar Belakang

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 5, No. 2, (2016) ISSN: ( Print)

BAB I PENDAHULUAN. bencana alam agar terjamin keselamatan dan kenyamanannya. Beberapa bentuk

I. PENDAHULUAN. Provinsi Lampung yang berada dibagian selatan Pulau Sumatera mempunyai alam

BAB I PENDAHULUAN. empat lempeng raksasa, yaitu lempeng Eurasia, lempeng Hindia-Australia,

Pemeriksaan lokasi bencana gerakan tanah Bagian 1: Tata cara pemeriksaan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. atau menurunnya kekuatan geser suatu massa tanah. Dengan kata lain, kekuatan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bencana sosial

GERAKAN TANAH DI KABUPATEN KARANGANYAR

Diajukan sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata 1 pada Jurusan Geografi Fakultas Geografi. Oleh :

KEJADIAN GERAKAN TANAH DAN BANJIR BANDANG PADA TANGGAL 20 APRIL 2008 DI KECAMATAN REMBON, KABUPATEN TANA TORAJA, PROVINSI SULAWESI SELATAN

BAB I PENDAHULUAN. sehingga masyarakat yang terkena harus menanggapinya dengan tindakan. aktivitas bila meningkat menjadi bencana.

BAB I PENDAHULUAN. morfologi ini banyak dipengaruhi oleh faktor geologi. Peristiwa tanah

BAB 1 PENDAHULUAN. mengenai bencana alam, bencana non alam, dan bencana sosial.

ANALISIS DAERAH RAWAN LONGSOR DI KECAMATAN WAY KRUI TAHUN 2015 (JURNAL) Oleh. Catur Pangestu W

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Bab I. Pendahuluan. I Putu Krishna Wijaya 11/324702/PTK/07739 BAB I PENDAHULUAN

Bencana Longsor yang Berulang dan Mitigasi yang Belum Berhasil di Jabodetabek

Gambar 1.1 Wilayah cilongok terkena longsor (Antaranews.com, 26 november 2016)

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 61 TAHUN 2012 TENTANG PROSEDUR TETAP SIAGA DARURAT BENCANA

BAB I PENDAHULUAN. kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis.

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan menganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam dan/atau faktor non alam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis (BNPB, 2008). Longsorlahan merupakan gerakan menuruni atau keluar dari lereng oleh massa tanah dan atau batuan penyusun lereng sebagai bahan rombakan akibat dari terganggunya kestabilan tanah atau batuan penyusun lereng. Massa tanah yang bergerak didominasi oleh massa tanah dan gerakannya melalui suatu bidang pada lereng, baik berupa bidang miring atau melengkung, maka proses pergerakan tersebut disebut sebagai longsorlahan. Longsorlahan tersebut (baik yang diakibatkan oleh proses alam ataupun manusia) telah menimbulkan korban dan penderitaan manusia, kerugian harta benda, kerusakan lingkungan hidup, sarana dan prasarana, serta menganggu tata kehidupan dan penghidupan masyarakat (Risdianto, dkk., 2012). Kecamatan Cilongok terletak di Kabupaten Banyumas yang mempunyai morfologi perbukitan berelief sedang sampai berelief terjal sangat rawan terhadap bencana longsorlahan. Kecamatan Cilongok mempunyai luas wilayah 10.534 Ha dan terdiri atas 20 desa. Penyebab utama terjadinya longsorlahan di Kecamatan Cilongok adalah faktor geologi, faktor kelerengan, faktor curah hujan, faktor hidrologi, serta 1

2 faktor aktivitas manusia (Dinas ESDM Kab Banyumas, 2007). Desa di wilayah Kecamatan Cilongok yang masuk ke dalam zona tingkat kerentanan tinggi yaitu meliputi Desa Karangtengah, Desa Sambirata, Desa Gununglurah, Desa Sokawera, Desa Rancamaya, Desa Batuanten, Desa Kasegeran, Desa Jatisaba, dan Desa Penusupan. Zona tingkat kerentanan sedang yaitu meliputi Desa Karangtengah bagian selatan, Desa Sambirata bagian selatan, Desa Gununglurah bagian selatan, Desa Sokawera bagian selatan, Desa Sudimoro, Desa Batuanten, Desa Kasegeran, Desa Jatisaba, dan Desa Penusupan. Zona tingkat kerentanan rendah yaitu meliputi Desa Karangtengah bagian selatan, Desa Sambirata bagian selatan, Desa Gununglurah bagian selatan, Desa Sokawera bagian selatan, Desa Cipete, Desa Batuanten, Desa Kasegeran, Desa Jatisaba, dan Desa Penusupan. Zona tingkat kerentanan sangat rendah yaitu meliputi Desa Kalisari, Desa Karanglo, Desa Pernasidi, Desa Cikidang, dan Desa Pangeraji (Dinas ESDM Kab Banyumas, 2007). Desa Gununglurah berelief sedang-kasar dan merupakan kaki lereng gunung slamet dengan ketinggian ± 300-1.345 m di atas muka laut. Kemiringan lereng berkisar antara 10-70º, pada daerah tebing yang curam kemiringan lereng hampir tegak. Gerak massa yang terjadi di Desa Gununglurah, kecamatan Cilongok, Kabupaten Banyumas adalah tipe longsoran (Landslide). Lokasi yang berpotensi dan telah mengalami longsorlahan di Desa Gununglurah diantaranya yaitu Dusun Bandayuda dan sepanjang rel kereta api yang melintasi dusun ini (Dinas ESDM Kab Banyumas, 2007). BPBD Banyumas mencatat kejadian bencana longsorlahan di Desa Gununglurah terjadi pada tanggal 23 Nopember 2012 yang mengakibatkan 3 rumah

3 rusak, 3 halaman rumah longsor dan 2 akses jalan tertimpa longsor sehingga tidak bisa dilewati secara normal dan bencana longsorlahan terakhir terjadi pada tanggal 16 Desember 2013 yang mengakibatkan badan jalan di wilayah Rt 05/05 sebagian longsor dan aspal jalan mengalami retak-retak (BPBD Kab Banyumas, 2013). Mitigasi longsorlahan pada prinsipnya bertujuan untuk meminimumkan dampak bencana tersebut. Kegiatan early warning (peringatan dini) bencana menjadi sangat penting. Peringatan dini dapat dilakukan melalui prediksi cuaca/iklim sebagai salah satu faktor yang menentukan bencana longsorlahan (Somantri, 2010). Untuk mengurangi kerugian baik material maupun jiwa akibat bencana longsorlahan diperlukan tindakan kewaspadaan masyarakat atas ancaman bencana tersebut (Paimin, dkk., 2009). Mitigasi bencana longsorlahan dapat dikelompokkan dalam mitigasi struktural berhubungan dengan usaha-usaha rekayasa maupun mitigasi nonstruktural bersifat non fisik (Sadisun, 2005). Pengetahuan dan kearifan lokal dapat dipadukan antara empirisme dan rasionalisme sehingga dapat digunakan untuk mitigasi bencana alam berbasis masyarakat lokal (Iskandar, 2009 dalam Permana, dkk., 2011). Kajian tentang kearifan lokal dan mitigasi bencana pada masyarakat tradisional di Indonesia sejatinya terlihat dalam kaitannya dengan sumber daya alam dan sumber daya manusia. Pada masyarakat tradisional (lokal) manusia dan alam adalah satu kesatuan karena keduanya sama-sama ciptaan Yang Maha Kuasa. Alam dan manusia diyakini sama-sama memiliki roh. Alam bisa menjadi ramah jika manusia memperlakukan secara arif dan sebaliknya akan bisa marah jika kita merusaknya (Permana, dkk.,

4 2011). Setiap daerah memiliki pengetahuan dan kearifan lokal yang beragam dan berbeda bentuknya. Walaupun istilah yang digunakan berbeda dan cara-cara yang sudah mentradisi tidak sama, semua ini merupakan potensi dalam membangun mitigasi bencana yang berbasis pada potensi kearifan lokal (BSMR, 2011). Kearifan lokal yang di miliki masyarakat Desa Gununglurah dalam mitigasi bencana longsorlahan salah satunya adalah mengeramatkan Hutan Krangean dan larangan untuk menebang pohon sembarangan yang terdapat di RW 4 Grumbul Pesawahan. Berdasarkan latarbelakang tersebut penulis tertarik untuk menggali kearifan lokal apa saja yang di miliki masyarakat Desa Gununglurah dengan judul Kearifan Lokal Masyarakat Dalam Mitigasi Bencana Longsorlahan di Desa Gununglurah Kecamatan Cilongok Kabupaten Banyumas. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah tersebut maka dalam penelitian ini dapat dirumuskan masalah sebagai berikut Bagaimana kearifan lokal masyarakat dalam mitigasi bencana longsorlahan di Desa Gununglurah Kecamatan Cilongok Kabupaten Banyumas? C. Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui kearifan lokal masyarakat dalam mitigasi bencana longsorlahan di Desa Gununglurah Kecamatan Cilongok Kabupaten Banyumas.

5 D. Manfaat Penelitian Berdasarkan uraian diatas maka manfaat penelitian ini, yaitu: a. Sebagai sumbangan teoritis bagi ilmu pengetahuan khususnya dalam pengkajian bencana longsorlahan, kearifan lokal, mitigasi bencana, dan dapat dijadikan sebagai bahan materi ajar. b. Sebagai sumbangan untuk masyarakat setempat terkait bencana longsorlahan. c. Sebagai sumbangan untuk masyarakat setempat khususnya masyarakat Desa Gununglurah terkait kearifan lokal yang masih dipertahankan dalam mitigasi bencana longsorlahan. d. Sebagai bahan perbandingan bagi peneliti lain yang akan meneliti dalam objek yang sama dan waktu yang berbeda. e. Untuk menambah wawasan penulis tentang kearifan lokal dalam mitigasi bencana longsorlahan.