bahasa dan mulai menyebarkan ajaran Kristus kepada orang lain yang beranekaragam. Hal tersebut mirip dengan karakter umat di Gereja St. Monika BSD yan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III KONSEP PERANCANGAN INTERIOR

diberikan Tuhan, meminta tolong kepada Tuhan, menenangkan pikiran dan memusatkannya untuk menuju ke fase kesederhanaan, absolusi / penebusan, epifania

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... i. ABSTRAK... iii. DAFTAR ISI... iv. DAFTAR GAMBAR... vii. DAFTAR TABEL... ix. DAFTAR DIAGRAM... x

1. Serambi dan Badan Gereja Badan gereja merupakan tempat dimana umat Gereja mengikuti Misa dan kegiatan yang berhubungan dengan acara di Gereja St. M

BAB 5 KONSEP PERANCANGAN. merupakan salah satu pendekatan dalam perancangan arsitektur yang

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR ABSTRACTION... BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Ide Gagasan Rumusan Masalah 4

Penjelasan Skema : Konsep Citra yang diangkat merupakan representasi dari filosofi kehidupan suku Asmat yang berpusat pada 3 hal yaitu : Asmat sebagai

BAB III KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB I PENDAHULUAN. 1 1 Universitas Kristen Maranatha

GEREJA KATOLIK SANTO PAULUS DI PRINGGOLAYAN, BANTUL

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN

ABSTRAKSI. Create PDF with GO2PDF for free, if you wish to remove this line, click here to buy Virtual PDF Printer. Universitas Kristen Maranatha

BAB III KONSEP PERANCANGAN

Aspek Konsep Utama Theravada : Bagan 5.2. Kerangka Pikir Konsep dari Aspek Theravada Konsep ini muncul dari tiga elemen penting dalam interior yaitu e

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV KONSEP PERENCANAAN DESAIN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

RUMAH RETRET DI YOGYAKARTA

Bab I Pendahuluan BAB 1 PENDAHULUAN

Sudut sudut yang diperhalus dengan bentuk lengkung sehingga tercipta kesan satu kesatuan. Difokuskan untuk mengakomodasi umat dan petugas liturgi sert

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

Putih Abu Hitam Coklat

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

Gambar 5.2 Mind Mapping Perawat dan Pengunjung Gambar 5.3 Mind Mapping Site dan Bangunan 1

BAB 5 KONSEP PERANCANGAN

BAB I PENDAHULUAN UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. kesulitan dalam menggunakan panca indera, muncul berbagai penyakit yang

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

Gambar 5. 1 Citra ruang 1 Gambar 5. 2 Citra ruang 2 2. Lounge Lounge merupakan salah satu area dimana pengunjung dapat bersantai dan bersosialisasi de

BAB III KONSEP PERANCANGAN PUSAT ILMU PENGETAHUAN DAN KEBUDAYAAN RUSIA

LANDASAN TEORI DAN PROGRAM

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB IV KONSEP 4.1 IDE AWAL

Konsep dasar perancangan pada Sekolah Pembelajaran Terpadu ini terbentuk. dari sebuah pendekatan dari arsitektur prilaku yaitu dengan cara menganalisa

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

BAB 5 KONSEP PERANCANGAN. adalah High-Tech Of Wood. Konsep High-Tech Of Wood ini memiliki pengertian

Gambar V.1 Aplikasi Ide (Sumber : Penulis)

BAB 4 KONSEP PERANCANGAN

BAB VI KONSEP RANCANGAN

KONSEP DESAIN Konsep Organisasi Ruang Organisasi Ruang BAB III

PERANCANGAN TAPAK II DESTI RAHMIATI, ST, MT

Bab 4 KONSEP PERENCANAAN DESAIN

ELEMEN PEMBENTUK RUANG INTERIOR

BAB 1 PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB 5 KONSEP PERANCANGAN

BAB II LANDASAN TEORI

Pada proyek ini, gereja yang akan mengadaptasi budaya lokal adalah Gereja St. Maria Emaculata di Bandar Lampung. 1.2 Rumusan Masalah Masalah utama yan

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

hunian lama, BERNYAWA BARU Fotografer Lindung Soemarhadi

BAB IV KONSEP PERANCANGAN. Bagan 4.1 Kerangka Berpikir Konsep

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB VI KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB VI KONSEP PERANCANGAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN. kehidupan modern dengan tuntutan kebutuhan yang lebih tinggi. Seiring

BAB VI HASIL PERANCANGAN

BAB V PENUTUP. Gambar V.1 Aplikasi Ide (Sumber : Penulis) commit to user

Perancangan Convention and Exhibition di Malang

BAB I PENDAHULUAN. Hubungan Antara Penataan Ruang Perpustakaan Dengan Minat Belajar Siswa Di Perpustakaan

BAB 1 PENDAHULUAN. Bab 1 Pendahuluan

dilatarbelakangi oleh bertambahnya di kawasan BSD dan sekitarnya, sehingga dibutuhkan sebuah bangunan gereja yang dapat mengakomodasi kegiatan Gereja

BAB V PENGEMBANGAN RANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN INTERIOR DAN PENERAPAN DESAIN

BAB IV KONSEP PERANCANGAN. Gambar Konsep zonasi Sumber : analisis penulis

BAB V KONSEP DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN. Tapak perancangan merupakan area yang berada jauh dari kota. Lokasi ini

BAB V KAJIAN TEORI. Tema desain yang digunakan pada proyek Komples Wisata Budaya di Kota

BAB V KONSEP. mengasah keterampilan yaitu mengambil dari prinsip-prinsip Eko Arsitektur,

Studi Antropometri TEMPAT DUDUK HAIR TREATMENT

BAB 5 KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. Pemikiran yang melandasi perancangan dari proyek Mixed-use Building

Bab IV. Konsep Perancangan

BAB V. KONSEP PERANCANGAN

BAB IV KONSEP STYLE DESAIN INTERIOR

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. 5.1 Konsep Tapak Bangunan Pusat Pengembangan dan Pelatihan Mesin Industri Zoning

BAB V KONSEP PERANCANGAN DAN HASIL DESAIN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB IV KONSEP. 4.1 Ide Awal

BAB V KONSEP 5.1 Konsep Tata Ruang Luar Gambar 5.1 Skema Site Plan

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN. Konsep Perancangan Creative Process

BAB VII PENUTUP. Pedoman alur sirkulasi untuk pasien, petugas dan barang-barang steril dan kotor

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Perancangan

5.1 Konsep macam dan besaran ruang

BAB V KONSEP PERANCANGAN

AUDITORIUM MUSIK KLASIK DI BANDUNG

LAMPIRAN 1 PERAN ENERGI DALAM ARSITEKTUR

BAB VI HASIL RANCANGAN. Perancangan Kembali Citra Muslim Fashion Center di Kota Malang ini

Asrama Mahasiswa Universitas Atma Jaya Yogyakarta

SEKOLAH MENENGAH TUNANETRA BANDUNG

Bab V Konsep Perancangan

Private Elemen Interior Layout ruang Model meja

BAB VI HASIL RANCANGAN. terdapat pada Bab IV dan Bab V yaitu, manusia sebagai pelaku, Stadion Raya


Transkripsi:

BAB V KONSEP PERANCANGAN Setelah melakukan pengamatan dan analisa pada bab sebelumnya, maka bangunan gereja St. Monika BSD memerlukan suatu peremajaan pada bagian interior berupa pengembangan komposisi ruang dalam dan citra ruang yang sesuai dengan nuansa kekinian. Berdasarkan masalah-masalah yang sudah ditemukan serta aturan-aturan yang berasal dari General Instruction of the Roman Missal (GIRM), maka telah ditentukan sebuah konsep yang dapat mencakup pemecahan masalah dan sesuai dengan aturan GIRM. Konsep utama dari proyek ini adalah Pancaran Murni (Pure Imanation). Nama Pancaran Murni didapat dari peristiwa Pentakosta di mana para murid Yesus mendapat kekuatan yang berasal dari pancaran Roh Kudus yang berbentuk lidah api. Dari peristiwa itu, para murid dapat berkata dengan berbagai 48

bahasa dan mulai menyebarkan ajaran Kristus kepada orang lain yang beranekaragam. Hal tersebut mirip dengan karakter umat di Gereja St. Monika BSD yang heterogen tetapi tetap bersatu melalui ajaran Kristus. Dalam konsep tersebut, terdapat beberapa unsur untuk menjawab permasalahan dan perlambangan di dalam Gereja Katolik, unsur-unsur tersebut antara lain: Pancaran Pancaran (dari kata dasar pancar ) memiki dua buah objek di dalamnya. Yang pertama adalah pusat dari pancaran dan yang kedua adalah objek yang keluar dari pusat. Pancaran ini akan digunakan dalam menyusun komposisi ruang dalam gereja St. Monika ini dengan panti imam sebagai pusat dari ruang-ruang yang ada di gereja St. Monika. Berkelanjutan Berkelanjutan merupakan sebuah sifat yang akan digunakan di dalam perancangan desain interior gereja St. Monika. Sifat berkelanjutan ini akan diaplikasikan pada konsep alur (sirkulasi), penghawaan, dan juga pencahayaan. Hal ini bertujuan untuk menunjukan karya Gereja yang terusmenerus, citra keabadian Gereja, dan kasih Tuhan yang tiada henti. Tegas Tegas merupakan unsur yang akan digunakan dalam perancangan desain interior. Penggunaan unsur tegas akan terdapat dari elemen interior 49

yang berupa bentuk geometri seperti persegi dan lingkaran. Tidak ada bentuk organik yang akan digunakan di dalam interior gereja ini. 5.1. Kebutuhan Ruang Menurut permasalahan yang telah dijelaskan, maka ruangan di dalam gereja ini dapat dibagi menjadi dua bagian utama, yakni ruang eksisting dan ruang tambahan. Ruang eksisting adalah ruang yang sudah ada di gedung eksisting, sedangkan ruang tambahan adalah ruangan yang perlu ditambahkan ke gedung gereja. Ruang tambahan diperlukan untuk menjawab permasalahan Gereja untuk menampung umat yang bertambah dan beragam. Ruanganruangan dalam gereja ini dirancang juga untuk mengakomodasi umat-umat yang memiliki keterbatasan fisik seperti: Tersedia area untuk pengguna kursi roda dan pendamping pada area umat Tersedia ruang pengakuan dosa khusus pengguna kursi roda dan orang tua Sirkulasi gereja yang dapat digunakan seluruh umat ZONA RUANG Ruang Umat PUBLIK Devosi Jalan Salib Tempat Duduk Tambahan 50

Paduan Suara SEMI PUBLIK Pengakuan Dosa Panti Imam PRIVAT Sakristi 5.2. Zoning dan Gruping Keuntungan: Semi-publik berada di antara area privat dan publik Area publik dapat diakses dari tujuh sisi bangunan Area privat cukup terpisah dari area publik 51

Badan gereja / tempat umat dapat diakses dari tujuh sisi Paduan suara berada di antara tempat umat dan panti imam Sakristi dekat dengan panti imam 5.3. Konsep Pencahayaan Menggunakan pencahayaan alami sebagai simbolisasi pancaran cahaya yang menembus kegelapan dan menimbulkan sifat transenden pada beberapa bagian gereja. Pada bagian panti imam, cahaya alami masuk melalui kaca patri yang menggambarkan perjalan Yesus di dunia pada bagian atas panti imam. Selain itu, penggunaan cahaya alami juga untuk menimbulkan suasana datangnya Tuhan di tengah-tengah umat melalui cahaya yang masuk melalui bukaan yang berada di terngah langit-langit gereja. Selain dua lokasi itu, ruang pengakuan dosa juga akan memiliki celah untuk masuknya pencahayaan alami. Celah memiliki lebar 20cm dengan tujuan menerangi ruangan dan menimbulkan kesan cahaya yang menembus kegelapan. Pada 52

celah tersebut terdapat sistem pencahayaan buatan yang digunakan pada saat malam hari. Pencahayaan buatan lebih diarahkan untuk mendukung faktor fungsi seperti untuk menerangi seluruh ruangan. Hal ini dikarenakan kurangnya cahaya alami yang dapat digunakan sebagai penerang ruangan secara umum meskipun pada siang hari. Pencahayaan buatan utama dalam gereja ini berasal dari floating ceiling yang berbentuk tiga buah lingkaran. Tiga buah lingkaran tersebut dihubungkan ke langit-langit dengan tali traction dan adjuster. Selain itu terdapat juga terdapat kerangka pencahayaan yang berguna untuk menerangi jalur tengah menuju panti imam. Pencahayaan ini dirangkai dari amartur lampu LED dengan berpangkal pada kolom eksisting. Selain kedua jenis pencahayan tersebut, terdapat pencahayan dekoratif untuk mendukung suasana transenden di panti imam. Pencahayaan ini terdapat pada dinding panti imam dengan pola pencahayaan vertikal. 5.4. Konsep Penghawaan Karena bentuk bangunan eksisting gereja yang memiliki banyak bukaan, maka seluruh sistem penghawaan dalam gereja St. Monika ini seluruhnya akan menggunakan sistem penghawaan alami. Untuk mendukung penghawaan alami, cara sirkulasi silang akan digunakan sebagai sistem utama untuk menyejukan ruangan di dalam bangunan gereja. Untuk mendukung sirkulasi silang, maka pintu pada ketujuh sisi gereja menggunakan sistem pintu teralis lipat; hal ini bertujuan agar pintu dapat dibuka selebar mungkin tetapi dapat ditutup rapat pada saat gereja tidak digunakan. Dampak yang 53

dihasilkan adalah udara dapat bergerak masuk ke dalam ruangan tetapi tetap memiliki faktor keamanan yang baik. Selain itu, akan disediakan bukaan pada bagian atas bangunan yang digunakan untuk udara panas bergerak keluar. Pada ruang pengakuan dosa yang tertutup, sistem penghawaan tetap menggunakan penghawaaan alami seluruhnya. Sistem penghawaan pada ruangan ini menggunakan dua buah lubang ventilasi yang terdapat di bagian bawah dinding luar, dan bagian atas pintu masuk yang berada di dalam. 5.5. Citra Ruang Berdasarkan konsep yang telah dibuat yaitu Pancaran Murni, maka citra yang ingin ditampilkan di dalam interior gereja St. Monika adalah sebuah komposisi yang memiliki sebuah pusat dan memiliki pancaran di sekitar pusat tersebut. Menurut General Instruction of the Roman Missal (GIRM), area yang harus menjadi pusat dari sebuah gereja Katolik adalah area panti imam. Untuk mendapatkan citra yang diinginkan, maka terdapat dua pembagian utama area, yakni area khusus imam dan area umat. Area khusus imam adalah panti imam. Area ini merupakan pusat dari seluruh kegiatan ekaristi dan harus dirancang berbeda daripada ruangan lain di gereja. Oleh karena itu, panti imam akan memiliki citra sebagai pusat dari sebuah pancaran murni yang sesuai dengan konsep. Untuk mendukung tujuan itu, maka panti imam memiliki warna yang lebih cerah daripada area umat. Hal ini bertujuan untuk menjadikan panti imam sebagai point of interest dari interior gereja Sedangkan pada area umat, citra yang ditampilkan adalah hasil dari pancaran ya. Hasil dari sebuah pancaran yang memiliki sifat setara di semua 54

sisi dan simetris. Tujuannya adalah agar umat yang berada di dalam merasakan sifat kesetaraan antar umat dan tidak membedakan latar belakang satu sama lain. Oleh karena itu, area umat akan memiliki citra yang lebih sederhana daripada panti imam. Tetapi dari kesederhanaan area umat akan mengangkat citra dari panti imam. 5.6. Konsep Alur (Flow) Dalam perancangan desain interior gereja St. Monika ini, alur sirkulasi terbagi menjadi tiga buah konsep utama, yakni: Berkelanjutan Merupakan konsep alur yang berada di bagian sisi gereja. alur ini merupakan alur pertama yang dilalui oleh pengguna ketika memasuki bangunan gereja ini. Bentuk dasar dari alur ini adalah melingkar mengitari sisi gereja. Salah satu fungsi utama dari alur ini adalah untuk mengakomodasi kegiatan Jalan Salib yang memerlukan alur perjalanan. Lebar dari jalur sirkulasi ini dirancang untuk dapat dilewati 2-3 orang sejajar untuk mengakomodasi barisan pada ibadat Jalan Salib. Mengalir Selain alur yang berada di sisi gereja, terdapat pula alur yang berada di tengah gereja. Alur ini berupakan alur penghubung antara alur primer. Selain itu juga alur ini sangat penting bagi kelancaran sirkulasi umat pada saat perayaan ekaristi. Lebar untuk jalur sirkulasi ini dirancang agar dapat dilewati maksimal 2 orang secara sejajar. 55

Berpusat Seluruh alur di atas akan berpusat ke area Panti Imam. Hal ini untuk mendukung fokus umat kepada tabernakel di Panti Imam pada saat umat memasuki gereja. Selain menyusun berdasarkan kegiatan, alur dalam gereja St. Monika ini juga akan disusun berdasarkan faktor fungsi akustik dan sudut pandang. Susunan alur harus dapat mendukung area mana saja yang memerlukan suara yang jelas dan area mana yang harus sunyi (contoh: ruang pengakuan dosa). Selain itu, alur juga harus dapat membantu dalam komunikasi (pandangan dan suara) antara imam dan umat. Untuk memenuhi tujuan tersebut, maka alur sirkulasi dan tempat duduk akan disusun bersifat radial dengan Panti Imam sebagai pusatnya. Secara umum, bentuk radial memiliki penyebaran akustik yang lebih baik daripada bentuk lainnya dan memiliki sudut pandang baik dari segala sisi untuk menghadap ke pusat. Sirkulasi keluar masuk gereja tetap mempertahankan akses melalui ketujuh sisi gereja. Pintu gereja tetap mempertahankan bentuk pintu teralis tetapi mengganti material dengan yang baru. Bentuk pintu tersebut tetap dipertahankan karena dapat mendukung sirkulasi alami ketika pintu tertutup pada beberapa sisi atau tertutup seluruhnya tetapi tetap memiliki tingkat keamanan yang cukup ketika gereja tidak digunakan 56

5.7. Konsep Bentuk Konsep bentuk yang diaplikasikan di dalam gereja St. Monika adalah bentuk-bentuk geometri yang tegas seperti garis lurus dan lingkaran dengan komposisi yang simetris. Hal ini bertujuan untuk menunjukkan keagungan dan kebesaran sebuah rumah Tuhan di bumi. Selain itu, bentuk-bentuk geometris juga bertujuan untuk meleburkan latar belakang umat Gereja St. Monika yang sangat heterogen menjadi sesuatu yang netral yang tetap menyatu dalam Gereja. Gambar 5.1 http://www.bc.edu/bc_org/avp/cas/fnart/corbu/ronchamp6.jpg Penggunaan bentuk-bentuk geometris pada interior kapel Ronchamp, Perancis 5.8. Konsep Material Material yang akan digunakan di dalam gereja St. Monika adalah material yang sesuai dengan General Instrution of the Roman Missal (GIRM). Dalam GIRM, material untuk mebel dalam gereja adalah material yang berharga dan tidak berkesan murahan. Maksudnya adalah material yang digunakan harus dapat bertahan lama dan memancarkan keagungan dari sebuah gereja 57

Katolik dan memancarkan sifat transenden di Panti Imam dan imanen di ruang untuk umat. Oleh karena itu, pada Panti Imam, material yang digunakan adalah kayu Jati solid oven (seluruh mebel) dengan tujuan material dapat bertahan lama dan tetap terlihat tidak murahan. Sedangkan pada area umat, material yang digunakan dapat menunjukan sifat yang sederhana tetapi dapat bertahan lama dari segi kualitas maupun bentuk. Pada area umat ini, kursi umat menggunakan material kayu Jati solid oven dengan ketebalan yang beragam, mulai dari 25mm sampai 45mm. Pemilihan material yang digunakan juga dapat mendukung faktor fungsional seperti akustik ruang. Pada bagian Panti Imam dan paduan suara, material yang digunakan dapat membantu penyebaran suara; serta pada tempat duduk umat, material dapat membantu mendistribusikan suara secara merata dan juga dapat mengurangi bising. 5.9. Konsep Mebel Untuk mebel yang digunakan dalam gereja ini adalah mebel yang dapat bertahan lama dari segi material maupun bentuk. Hal ini bertujuan untuk mengurangi kemungkinan kerusakan dan memperlihatkan keabadian dari sebuah gereja Katolik. Bentuk mebel pada Panti Imam akan mengikuti konsep bentuk yang sudah dijabarkan; yakni bentuk-bentuk geometris yang dapat meancarkan sifat transenden dari Tuhan. Sedangkan pada mebel di ruang lainnya, akan tetap menggunakan bentuk geometris tetapi lebih memancarkan sifat imanen Tuhan. Untuk mendukung sifat imanentransenden tersebut, maka dibuat pergerakan bentuk mebel dari area umat ke 58

Panti Imam. Pada area umat, mebel akan memiliki bentuk geometri bersudut, tetapi pada Panti Imam mebel akan kehilangan sudut sebagai perlambangan sifat keabadian Tuhan. 5.10. Konsep Akustik Pengaturan sistem akustik dalam gereja St. Monika terbagi menjadi beberapa bagian. Gereja akan menggunakan material dan bentuk yang mendukung akustik. Pada bagian Panti Imam dan paduan suara, akan menggunakan material dan bentuk yang dapat menguatkan suara yang mengarah kepada umat. Sedangkan pada bagian umat akan menggunakan material yang dapat mengurangi bising dan bentuk yang dapat menyebarkan suara yang merata kepada seluruh pengguna di dalam gereja. Akustik dalam gereja St. Monika akan menggunakan alat bantu akustik seperti pengeras suara di delapan sudut ruangan dengan tujuan seluruh umat di dalam gereja mendapat kualitas suara yang sama. Penggunaan pengeras suara ini karena fungsi gereja yang bersifat multi-fungsi (visual, musik dan lisan). Tetapi letak dan bentuk pengeras suara akan menyatu dengan suasana interior gereja dan tidak terlalu terlihat oleh pengguna. Hal ini bertujuan untuk memenuhi aturan tentang interior gereja Katolik yang mengharuskan seluruh bentuk yang tidak sesuai dengan suasana interior gereja agar dapat disamarkan ataupun dihilangkan. Selain itu, pada langit-langit gereja dipasang langit-langit mengambang yang mengambil bentuk dasar kubah untuk mengurangi gaung (echo) yang 59

timbul. Hal ini dilakukan karena langit-langit eksisting gereja yang bersifat terbuka (expose ceiling) kurang mendukung pemantulan suara secara optimal. 60