BAB I PENDAHULUAN. penatalaksanaan IM beberapa dekade terakhir berhasil memberikan impak positif

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Infark miokardium akut didefinisikan sebagai kematian jaringan miokardium

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. homeostassis dari hormon ini sangat penting bagi pengoptimalan dari fungsi

BAB I PENDAHULUAN. nyeri. Nyeri menjadi penyebab angka kesakitan yang tinggi di seluruh dunia.

BAB I PENDAHULUAN. Natrium diklofenak merupakan obat golongan antiinflamasi nonsteroid

BAB I PENDAHULUAN. Natrium diklofenak merupakan obat golongan anti-inflamasi nonsteroid

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Masyarakat telah mengetahui bahwa kebiasaan. berolah raga adalah cara yang efektif untuk menjaga

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Fibrosis Interstisial Jantung Pasca-Infark Miokardium

BAB I PENDAHULUAN. Sepsis merupakan sindroma klinik akibat respon yang berlebihan dari sistem

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Infark miokard akut dengan elevasi segmen ST (IMA-EST) merupakan suatu

BAB I PENDAHULUAN. buruk, dan memerlukan biaya perawatan yang mahal. 1 Jumlah pasien PGK secara

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN. 1. Pemberian sediaan poliherbal menurunkan tekanan darah tikus model

4.10 Instrumen Penelitian Prosedur Penelitian Manajemen Data Analiasis Data BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.

BAB I PENDAHULUAN. digambarkan dalam bentuk kerusakan tersebut. Berdasarkan intensitasnya, nyeri

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN kematian akibat hipertensi di Indonesia. Hipertensi disebut sebagai. (menimbulkan stroke) (Harmilah dkk., 2014).

EFEK REMOTE ISCHEMIC PRECONDITIONING TERHADAP KADAR CKMB TIKUS WISTAR PASCA INFARK MIOKARD YANG DIINDUKSI ISOPROTERENOL LAPORAN HASIL PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Pendahuluan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dimana terjadi nekrosis jaringan akibat iskemia yang signifikan dan

BAB 1 PENDAHULUAN. tersering kematian di negara industri (Kumar et al., 2007; Alwi, 2009). Infark

BAB I PENDAHULUAN. menular melalui makanan atau air yang terkontaminasi. 2 Indonesia merupakan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang albuminuria, yakni: mikroalbuminuria (>30 dan <300 mg/hari) sampai

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian eksperimental murni dengan rancangan post test control group

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. 1) DM tipe I atau Insulin Dependent Diabetes Mellitus (IDDM) Adanya kerusakan sel β pancreas akibat autoimun yang umumnya

BAB I PENDAHULUAN. jantung yang utama adalah sesak napas dan rasa lelah yang membatasi

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

EFEK PEMBERIAN METFORMIN TERHADAP HIPERTROFI JANTUNG DAN KESINTASAN PADA MENCIT PASCA- INFARK MIOKARDIUM YANG DIINDUKSI ISOPROTERENOL

BAB I PENDAHULUAN. Stroke merupakan gangguan neurologis fokal maupun global yang terjadi

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

B A B I PENDAHULUAN. Diabetes mellitus (DM) dengan penyakit kardiovaskular sangat erat

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan usia harapan hidup penduduk dunia membawa dampak

PENGARUH METFORMIN TERHADAP FIBROSIS INTERSTISIAL JANTUNG DAN KESINTASAN PADA MENCIT PASCA-INFARK MIOKARDIUM YANG DIINDUKSI DENGAN ISOPROTERENOL

jantung dan stroke yang disebabkan oleh hipertensi mengalami penurunan (Pickering, 2008). Menurut data dan pengalaman sebelum adanya pengobatan yang

Pasien DM dengan penyakit arteri koroner dan > 40% LVEF. 22 orang. Cek darah. 15 mg pioglitazone slm 12 mgg. Cek darah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sindroma metabolik adalah sekumpulan gejala akibat resistensi insulin

PERBEDAAN CARDIOTHORACIC RATIO

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. seluruh pembuluh dimana akan membawa darah ke seluruh tubuh. Tekanan darah

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan adanya peningkatan tekanan darah sistemik sistolik diatas atau sama dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. etiologi yang beragam, mengakibatkan penurunan fungsi ginjal yang progresif dan

BAB I PENDAHULUAN. serat. Kurangnya aktivitas fisik dan mengkonsumsi makanan tinggi lemak termasuk

BAB I PENDAHULUAN. Sindrom nefrotik resisten steroid (SNRS) adalah salah satu klasifikasi

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang Penelitian. dunia karena biaya perawatannya yang besar, kualitas hidup yang buruk dan

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang. Ginjal merupakan salah satu organ utama dalam tubuh manusia yang

BAB I PENDAHULUAN. Obat analgesik adalah obat yang dapat mengurangi nyeri tanpa menyebabkan. mengurangi efek samping penggunaan obat.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. terhadap penyakit kardiovaskuler. The Third National Health and Nutrition

BAB I PENDAHULUAN. utama lipoprotein plasma adalah low density lipoprotein (LDL). 1 LDL berfungsi

BAB I PENDAHULUAN. diastolik yang di atas normal. Joint National Committee (JNC) 7 tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN. penyakit dari penyakit infeksi ke penyakit non infeksi, yaitu penyakit tidak

BAB I PENDAHULUAN. misalnya sel otot, sel darah, sel otak atau sel jantung. Stem cell berfungsi sebagai

BAB 1 PENDAHULUAN. Transplantasi ginjal merupakan pilihan pengobatan untuk pasien yang

BAB I PENDAHULUAN. individu maupun masyarakat. Identifikasi awal faktor risiko yang. meningkatkan angka kejadian stroke, akan memberikan kontribusi

UKDW BAB I PENDAHULUAN

sebesar 0,8% diikuti Aceh, DKI Jakarta, dan Sulawesi Utara masing-masing sebesar 0,7 %. Sementara itu, hasil prevalensi jantung koroner menurut

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN UKDW. penyakit yang sering dijumpai dalam praktek kedokteran. Data epidemiologis

Prevalensi hipertensi berdasarkan yang telah terdiagnosis oleh tenaga kesehatan dan pengukuran tekanan darah terlihat meningkat dengan bertambahnya

BAB I PENDAHULUAN. Transisi epidemiologi yang terjadi di dunia saat ini telah mengakibatkan UKDW

BAB I. PENDAHULUAN. Infark miokard akut dengan elevasi segmen ST (IMA-EST) didefinisikan

BAB I PENDAHULUAN. makan tradisional ke pola makan yang tinggi lemak. 1, 2 Akibat konsumsi makan

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Infark miokard akut merupakan salah satu penyakit. yang tergolong dalam non-communicable disease atau

BAB I PENDAHULUAN UKDW. HDL. Pada tahun 2013, penduduk Indonesia yang berusia 15 tahun

Gambar 3.1 Skema Kerangka Konseptual

BAB I PENDAHULUAN. utama pada sebagian besar negara-negara maju maupun berkembang di seluruh

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

The Prevalence and Prognosis of Resistant Hypertension in Patients with Heart Failure

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN. Disiplin ilmu dalam penelitian ini adalah ilmu Biokimia dan Farmakologi.

BAB I PENDAHULUAN. memenuhi kebutuhan darah untuk metabolisme jaringan. 2. di vena sehingga menimbulkan kenaikan tekanan vena. 3 Penyebab utama gagal

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian eksperimental dengan desain posttest

BAB I PENDAHULUAN. maupun fungsional dari pengisian atau pompa ventrikel (Yancy et al., 2013).

BAB I PENDAHULUAN. yang dapat menyebabkan stres oksidatif. Kebutuhan untuk terlihat

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Hipertensi merupakan penyakit yang umum ditemukan di masyarakat

ABSTRAK ABSTRACT KATA PENGANTAR

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Indonesia tidak dapat lepas dari pengolahan makanan dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. arrhythmias, hypertension, stroke, hyperlipidemia, acute myocardial infarction.

BAB I PENDAHULUAN. jumlah serta tingkat kompleksitasnya. 2. penyakit jantung semakin meningkat. 3 Di Washington, Amerika Serikat,

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Infark miokard akut dengan elevasi segmen ST (IMA-EST) adalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Infark miokard adalah suatu nekrosis irreversible dari otot jantung karena

BAB I PENDAHULUAN. sumber energi hewan dan tumbuhan. Glukosa merupakan bahan bakar universal

BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi (tekanan darah tinggi) sering dikatakan sebagai silent killer

BAB I PENDAHULUAN. jantung yang prevalensinya paling tinggi dalam masyarakat umum dan. berperan besar terhadap mortalitas dan morbiditas.

BAB I PENDAHULUAN. sembuh tanpa jaringan parut. Penyembuhan fraktur bisa terjadi secara langsung atau

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sindrom metabolik adalah masalah global yang sedang berkembang. Sekitar

BAB I PENDAHULUAN. pembuluh darah (Ruan, et al., 2013). Hiperglikemia tidak hanya meningkatkan resiko

BAB I PENDAHULUAN. ketidakmampuan sel tubuh yang memiliki reseptor insulin untuk mengoksidasi

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. terjadinya peningkatan akumulasi lemak tubuh yang disebabkan oleh asupan kalori

BAB III METODE PENELITIAN. perlakuan pada hewan uji (Taufiqurrahman, 2004). Teknik sampling yang digunakan adalah purposive sampling, yaitu subyek

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Infark miokardium (IM) adalah suatu keadaan patologis pada otot jantung dimana terjadi nekrosis jaringan akibat iskemia yang signifikan dan berkepanjangan. 1,2 Penyakit jantung iskemik ini merupakan penyebab utama kematian secara global. 3 Kemajuan ilmu pengetahuan yang pesat dalam penatalaksanaan IM beberapa dekade terakhir berhasil memberikan impak positif dengan turunnya angka mortalitas pada pasien-pasien IM. 4,5 Meskipun begitu, muncul tantangan berikutnya terkait komplikasi pasca-im yang dialami para survivor. Gagal jantung adalah salah satu komplikasi pasca-im yang lazim ditemui. 6 Perkiraan insidensi gagal jantung pasca-im mencapai 10-40% 7 dengan angka median kesintasan hanya empat tahun sejak diagnosis ditegakkan dan angka harapan hidup setelah lima tahun sebesar 45%. 8 Peristiwa penting yang bertanggung jawab sebagai penentu perjalanan klinis gagal jantung pasca-im ialah cardiac remodeling. Cardiac remodeling didefinisikan sebagai perubahan molekuler, seluler, interstisial, dan ekspresi genom yang bermanifestasi klinis sebagai perubahan ukuran, bentuk, dan fungsi jantung pascajejas pada organ tersebut. 9 Salah satu proses yang berperan dalam cardiac remodeling yaitu hipertrofi jantung. 10 Sebagai dampak dari jejas iskemia, sel-sel otot jantung (kardiomiosit) mengalami nekrosis dan jumlahnya berkurang sehingga kardiomiosit tersisa yang masih hidup akan berusaha mengkompensasi dengan adaptasi hipertrofi untuk menjaga kontraktilitas dan curah jantung. 9 1

2 Sayangnya, jika tidak segera ditangani, hipertrofi yang dipicu oleh keadaan patologis seperti IM akan bersifat maladaptif dan cenderung mempercepat progresi gagal jantung. 11 Oleh sebab itu, hipertrofi jantung patologis dianggap sebagai faktor risiko yang independen terhadap kejadian gagal jantung. 11 Dengan segenap kemajuan medis terkini seperti terapi reperfusi dan terapi farmakologik pada fase kronik pasca-im (angiotensin-converting enzyme inhibitor/ace-i, angiotensin II receptor blocker/arb, renin inhibitor, β-blocker, spironolactone, nicorandil, HMG-CoA reductase inhibitor), 12 insidensi gagal jantung sebagai komplikasi terminal pada pasien-pasien pasca-im masih tinggi. 13 Kesintasan para penderitanya pun sangat rendah 13 sehingga kebutuhan akan terapi baru yang mampu menekan progresi gagal jantung pasca-im menjadi krusial. Pentingnya peran hipertrofi miokardium dalam patogenesis gagal jantung pasca- IM menjadikannya target terapeutik yang potensial untuk optimalisasi upaya prevensi sekunder terjadinya gagal jantung pada para survivor IM. Metformin, obat golongan biguanida yang pertama kali dipasarkan setengah abad silam, dikenal sebagai obat lini pertama terpilih untuk diabetes melitus tipe 2 (DMT2). 14 Dalam beberapa tahun terakhir, pelbagai indikasi baru penggunaan metformin pada praktik klinis mulai muncul. 14 Studi-studi epidemiologis menunjukkan bahwa penderita DMT2 yang diobati metformin memiliki risiko komplikasi kardiovaskuler pasca-im dan angka mortalitas lebih rendah dibandingkan penderita yang mengonsumsi obat konvensional lain dengan potensi antihiperglikemia sebanding. 15-17 Oleh karena itu, metformin ditengarai memiliki pengaruh kardioprotektif yang independen dari efek antidiabetesnya. Sejumlah

3 studi eksperimental laboratoris, baik in vitro maupun in vivo, yang menilai efek pemberian metformin terhadap parameter-parameter hipertrofi pada jantung nondiabetes mengindikasikan bahwa obat ini dapat berperan sebagai agen antihipertrofi jantung yang potensial 18-20 melalui mekanisme utamanya dalam mengaktivasi AMP-activated protein kinase (AMPK). 21,22 Meskipun demikian, penelitian yang dipublikasi mengenai pengaruh pemberian metformin terhadap hipertrofi jantung dan kesintasan pasca-im masih sangat terbatas. Oleh sebab itu, melalui penelitian ini penulis hendak mengetahui efek pemberian metformin terhadap luas penampang kardiomiosit sebagai indikator hipertrofi jantung 23 dan kesintasan pada mencit model hipertrofi jantung pasca-im yang diinduksi dengan isoproterenol. 1.2 Permasalahan Penelitian Belum ada penelitian yang dipublikasi mengenai efek pemberian metformin terhadap luas penampang kardiomiosit dan kesintasan pada mencit pasca-im yang diinduksi isoproterenol sehingga dirumuskan permasalahan sebagai berikut: 1) Apa efek pemberian metformin terhadap luas penampang kardiomiosit pada mencit pasca-im yang diinduksi isoproterenol? 2) Apa efek pemberian metformin terhadap kesintasan mencit pasca-im yang diinduksi isoproterenol?

4 1.3 Tujuan Penelitian 1) Diketahuinya efek pemberian metformin terhadap luas penampang kardiomiosit pada mencit pasca-im yang diinduksi isoproterenol. 2) Diketahuinya efek pemberian metformin terhadap kesintasan mencit pasca- IM yang diinduksi isoproterenol. 1.4 Manfaat Penelitian 1) Sumbangan untuk ilmu pengetahuan berupa bukti empiris mengenai efek pemberian metformin terhadap hipertrofi jantung dan kesintasan pada mencit pasca-im yang diinduksi isoproterenol. 2) Masukan untuk para klinisi mengenai potensi efek terapi metformin terhadap hipertrofi jantung dan kesintasan bagi para pasien pasca-im. 3) Landasan bagi penelitian selanjutnya, baik preklinik maupu klinik, untuk lebih mendalami dan menyempurnakan pemahaman mengenai efek pemberian metformin terhadap hipertrofi jantung dan kesintasan pasca-im.

5 1.5 Keaslian Penelitian Penulis telah melakukan upaya penelusuran pustaka dan tidak menjumpai adanya penelitian atau publikasi sebelumnya yang telah menjawab permasalahan penelitian. Tabel 1. Keaslian penelitian Artikel Metode Penelitian Hasil Yin M, et al. Metformin improves cardiac function in a nondiabetic rat model of post-mi heart failure. Am J Physiol Heart Circ Physiol. 2011;301:H459- H68. 23 Jenis dan desain: eksperimental murni dengan randomized post-test only control group design. Subjek: tikus Sprague-Dawley jantan. Variabel bebas: pemberian metformin 250 mg/kg/hari yang terlarut dalam air minum selama 2 hari sebelum induksi IM dan dilanjutkan selama 12 minggu pasca-induksi IM. Variabel terikat: luas penampang kardiomiosit, rasio antara berat ventrikel kiri dan berat badan (BVKi/BB). Cara induksi hipertrofi: pasca-im dengan ligasi arteria coronaria sinistra Pemberian metformin tidak berefek pada hipertrofi kardiomiosit (p>0,05) Pemberian metformin meningkatkan BVKi/BB (p<0,05)

6 Tabel 1. Keaslian penelitian (lanjutan) Artikel Metode Penelitian Hasil Gundewar S, et al. Activation of AMP-activated protein kinase by metformin improves left ventricular function and survival in heart failure. Circ Res. 2009;104(3):403-11. 24 Jenis dan desain: eksperimental murni dengan randomized post-test only control group design dan cohort. Subjek: mencit C57BL/6J Variabel bebas: pemberian metformin 125 g/kg via injeksi intrakardium satu kali saat reperfusi yang dilanjutkan dengan injeksi intraperitoneum per hari selama 4 minggu. (parameter hipertrofi) pemberian metformin 125 g/kg via injeksi intrakardium satu kali saat onset iskemia yang dilanjutkan dengan injeksi intraperitoneum per hari selama 4 minggu. (parameter kesintasan) Variabel terikat: rasio antara berat jantung dan berat badan (BJ/BB). survival Cara induksi hipertrofi: pasca-im dengan oklusi arteria coronaria sinistra selama 60 menit yang dilanjutkan dengan reperfusi selama 4 minggu. (parameter hipertrofi) pasca-im dengan oklusi arteria coronaria sinistra permanen selama 4 minggu. (parameter kesintasan) Pemberian metformin menurunkan BJ/BB (p<0,05) Pemberian metformin meningkatkan kesintasan sebesar 47% (p<0,05)

7 Tabel 1. Keaslian penelitian (lanjutan) Artikel Metode Penelitian Hasil Benes J, et al. Effect of metformin therapy on cardiac function and survival in a volume-overload model of heart failure in rats. Clin Sci (Lond). 2011;121(1):29-41. 25 Cha HN, et al. Metformin inhibits isoproterenol-induced cardiac hypertrophy in mice. Korean J Physiol Pharmacol. 2010;14(6):377-84. 20 Jenis dan desain: eksperimental murni dengan randomized post-test only control group design dan cohort. Subjek: tikus Wistar jantan Variabel bebas: pemberian metformin 300mg/kg/hari sebanyak 0,5% yang dicampur dalam pakan hewan coba selama 21 minggu (parameter hipertrofi). Pada analisis kesintasan, pengamatan hingga minggu ke-52. Variabel terikat: rasio antara berat jantung dan berat badan (BJ/BB), ketebalan dinding ventrikel kiri anterior & posterior diastolik kesintasan Cara induksi hipertrofi: volume overload model dengan fistula aortokava menggunakan teknik jarum. Jenis dan desain: eksperimental murni dengan randomized post-test only control group design. Subjek: mencit C57BL/6J jantan Variabel bebas: pemberian metformin 150 mg/kg/hari via osmotic minipump selama satu minggu. Variabel terikat: ketebalan dinding posterior diastolik, rasio antara berat jantung dan berat badan (BJ/BB) Cara induksi hipertrofi: pemberian isoproterenol (15 mg/kg/hari) selama satu minggu via osmotic minipump. Terapi metformin tidak berefek pada hipertrofi jantung (p>0,05) Terapi metformin tidak berefek pada kesintasan (p>0,05) Pemberian metformin menekan hipertrofi jantung (ketebalan dinding ventrikel posterior diastolik p<0,05, BJ/BB p<0,05)

8 Keaslian usulan penelitian yang penulis ajukan didasarkan atas perbedaan pada beberapa aspek berikut, 1) Subjek: mencit Swiss betina. 2) Variabel bebas: pemberian metformin dosis 300 mg/kg/hari selama 28 hari secara per oral dengan sonde lambung yang pertama kali diberikan 24 jam setelah injeksi isoproterenol terakhir (terapi diberikan setelah IM terjadi). 3) Variabel terikat: luas penampang kardiomiosit dan kesintasan. 4) Cara induksi hipertrofi: hipertrofi terinduksi setelah mencit mengalami IM yang dibuat dengan cara injeksi subkutan isoproterenol dosis 10 mg/kg/hari selama dua hari dengan interval antar injeksi 24 jam yang kemudian dibiarkan selama 28 hari.