BAB I PENDAHULUAN. Deni Diki Hardiansyah, 2014

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Muhammad Hasbiyal Farhi, 2013

2015 PENGARUH MODEL DIRECT INSTRUCTION DAN INQUIRY TERHADAP HASIL BELAJAR DALAM PERMAINAN SOFTBALL

2015 PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI TERHADAP KREATIVITAS SISWA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

2015 PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PEER TEACHING DANMODEL INKUIRI TERHADAP HASIL BELAJAR SENAM PADA SISWI DI SMP NEGERI 5 BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. proses yang disebut proses belajar-mengajar yang berlangsung dalam situasi belajarmengajar.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

EVOLUSI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI. Oleh. Soni Nopembri. Saya begitu terkesan semenjak mendapatkan buku ini, karena buku ini

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rahmat Hidayatuloh, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Djamarah dan Zain (2006:76), menyatakan Sebagai salah satu sumber

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rukita Ramdan, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Wahyu Tristian Pribadi, 2013

HUBUNGAN TINGKAT KEPERCAYAAN DIRI DENGAN KETEPATAN SERVIS DALAM PERMAINAN BULUTANGKIS

BAB I PENDAHULUAN. Dikutip dari Djamarah dan Zain (1996, hlm. 7) bahwa guru dituntut untuk memiliki kemampuan tentang penggunaan berbagai metode atau

BAB I PENDAHULUAN. tingkat menengah yang bertujuan untuk mewujudkan Sumber Daya Manusia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA. aktivitas merupakan prinsip yang sangat penting di dalam interaksi belajar. aktivitas tersebut. Beberapa diantaranya ialah:

BAB I PENDAHULUAN. dengan banyaknya yang bermain bulutangkis baik di ruangan tertutup (indoor)

IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN BADMINTON LIKE GAMES DALAM UPAYA MENINGKATKAN POLA GERAK DOMINAN MEMUKUL SHUTTLECOCK DALAM AKTIVITAS PERMAINAN BULUTANGKIS

BAB I PENDAHULUAN. Dalam undang-undang sistem pendidikan nasional No.20 Tahun 2003, disebutkan bahwa pendidikan adalah :

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Erpan Herdiana, 2013

2016 IMPLEMENTASI MODEL COOPERATIVE LEARNING DALAM PEMBELAJARAN PERMAINAN BOLAVOLI

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. sanggup) dalam melakukan sesuatu. Secara harfiah kemampuan berarti

Orientasi pada kinerja Individu dalam dunia kerja, 2) justifikasi khusus pada

BAB I PENDAHULUAN. yang lebih baik. Berdasarkan Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. yang bernilai edukatif dikarenakan kegiatan belajar mengajar yang dilakukan,

YADY SUPRIYATNA, 2014 KONTRIBUSI TINGKAT VO2 MAX TERHADAP KEPERCAYAAN DIRI DALAM OLAHRAGA BULUTANGKIS

BAB 1 PENDAHULUAN. Asep Saputra, 2014 Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu

2016 PENGARUH PERMAINAN BULUTANGKIS TERHADAP KEBUGARAN JASMANI DAN KEPERCAYAAN DIRI SISWA SMP NEGERI 6 CIMAHI

2015 KONSTRUKSI TES KELINCAHAN D ALAM CABANG OLAHRAGA BULUTANGKIS

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB III METODE PENILITIAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut (Sanjaya, 2009: ), pembelajaran kooperatif merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar yang dilakukan pemerintah melalui kegiatan

II. TINJAUAN PUSTAKA. pembelajaran dengan menggunakan sistem pengelompokkan/tim kecil yaitu

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan proses aktualisasi peserta didik melalui berbagai

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Sekolah pada hakikatnya merupakan lembaga pendidikan yang bertugas untuk

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan ujung tombak bagi pembangunan peradaban.

2015 LATIHAN SHADOW BADMINTON DAN LATIHAN LADDER DALAM MENINGKATKAN KELINCAHAN ATLET BULUTANGKIS

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Nurul Qomar, 2013

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

2015 PERBANDINGAN TINGKAT DISIPLIN SISWA YANG MENGIKUTI EKSTRAKULIKULER BULUTANGKIS DAN KARATE DALAM PEMBELAJARAN PENJAS

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) RPP PENELITIAN. : VII / Ganjil. : 2x40 menit (2JP) : 2. Kompetensi Dasar Dan Indikator Pencapaian Kompetensi

2016 IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN PERMAINAN EFTOKTON TERHADAP JUMLAH WAKTU AKTIF BELAJAR DALAM PEMBELAJARAN PERMAINAN BULUTANGKIS

melakukan segala aktivitasnya untuk memenuhi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

WISNU NUGROHO, 2016 PENGARUH PENDEKATAN PEMBELAJARAN DAN MOTOR EDUCABILITY TERHADAP PENGUASAAN KETERAMPILAN DASAR TENIS LAPANGAN

BAB I PENDAHULUAN. populer juga permainan yang menyenangkan dan menggairahkan, Tidak adanya

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah

II. TINJAUAN PUSTAKA. lemah menjadi kuat, dari tidak bisa menjadi bisa. Seperti diakatakan oleh Slameto

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. mana yang benar dan salah, dengan pikiran manusia dapat berpikir bahwa dia

HUBUNGAN POWER OTOT LENGAN DAN KOORDINASI DENGAN KECEPATAN DAN KETEPATAN SMASH DALAM CABANG OLAHRAGA BULUTANGKIS

Universitas Pendidikan Indonesia

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Dalam proses pembelajaran siswa melakukan aktiviras belajar dan guru

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Proses kegiatan belajar mengajar merupakan suatu aktifitas yang bertujuan mengarahkan

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) RPP PENELITIAN. : VII / Ganjil. : 2x40 menit (2JP) : 3. Kompetensi Dasar Dan Indikator Pencapaian Kompetensi

eksternal yang datang dari lingkungan.

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA SISWA PADA MATERI POKOK GERAK LURUS DI KELAS X SMA SWASTA UISU MEDAN

BAB 1 PENDAHULUAN. pendidikan tidak terlepas dari tujuan pendidikan yang telah hendak dicapai,

SKRIPSI OLEH NURUL FITRI A1D PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS JAMBI 2014

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF PADA PEMBELAJARAN SEJARAH. Yusni Pakaya Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Gorontalo

I. PENDAHULUAN. UU RI NO 3 tahun 2005 BAB II pasal 4 sistem keolahragaan nasional

2015 PENGARUH LATIHAN LOMPAT D ENGAN MENGGUANAKAN BOLA YANG D IGANTUNG TERHAD AP KETERAMPILAN SMASH D ALAM PERMAINAN BOLA VOLI

LANDASAN TEORI. A. Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) sesuatu secara bersama-sama dengan saling membantu satu sama lainnya

BAB I PENDAHULUAN. pengalaman belajar melalui proses pembelajaran pendidikan jasmani olahraga dan

BAB I PENDAHULUAN. keberhasilan tujuan pendidikan. Tujuan pendidikan dapat dicapai dengan

II. TINJAUAN PUSTAKA. dan sasarannya. Sutikno (2005: 29) mengemukakan bahwa pembelajaran efektif

matematika dikarenakan terlalu banyak deretan rumus-rumus yang abstrak dan membosankan. Sebagian besar peserta didik di sekolah menganggap bahwa mata

BAB I PENDAHULUAN. atau bukti-bukti baru dalam lapangan pendidikan dan menguji fakta-fakta lama,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II KAJIAN TEORITIS. 1. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Prediction Guide. bersama adalah cooperative learning, dalam hal ini belajar bersama

BAB I PENDAHULUAN. Dijelaskan dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No 20 Tahun 2003 dalam (Haryanto 2012) disebutkan bahwa :

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

II. TINJAUAN PUSTAKA. juga mengalami sehingga akan menyebabkan proses perubahan tingkah laku pada

BAB I PENDAHULUAN. biologi di sekolah. Oleh karena itu, para guru harus berusaha untuk memiliki

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. adalah kegiatan proses pembelajaran. Kegiatan proses pembelajaran akan

TINJAUAN PUSTAKA. A. Pembelajaran Kooperatif (Cooperatif Learning) Cooperative learning atau pembelajaran kooperatif adalah suatu model

II. TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Team Achievement Divisions. Pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. didik dapat meraih hasil belajar dan prestasi yang optimal 1. para guru dalam melaksanakan pembelajaran. Untuk pemilihan model ini

BAB I PENDAHULUAN. dan guru. Proses kegiatan belajar mengajar perlu dibina hubungan dengan

BAB I PENDAHULUAN. Permainan bolavoli merupakan salah satu permainan yang kompleks yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran yang berasumsi dari

BAB I PENDAHULUAN. internasional dan membangkitkan rasa kebangaan nasional. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah )

BAB I PENDAHULUAN. untuk merangsang pertumbuhan dan perkembangan kualitas fisik dan psikis yang seimbang.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Gambar 3.1 Desain Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Pengaruh Pendekatan Pembelajaran Dan Motivasi Berprestasi Terhadap Keterampilan Teknik Dasar Lapangan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Olahraga bulutangkis di Indonesia telah menempatkan diri sebagai

BAB I PENDAHULUAN. belajar siswa. Hasil belajar siswa dapat ditingkatkan apabila pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN. Sedangkan pada Pasal 3, disebutkan bahwa:

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah, kegiatan belajar merupakan kegiatan yang paling pokok. Ini berarti bahwa berhasil tidaknya pencapaian tujuan pendidikan bergantung banyak kepada proses belajar yang dijalani oleh siswa sebagai anak didik. Kebanyakan orang berpendapat bahwa belajar merupakan suatu kegiatan menghafal sejumlah fakta-fakta. Pandangan seseorang tentang belajar akan mempengaruhi tindakan-tindakannya yang berhubungan dengan belajar, dan setiap orang mempunyai pandangan yang berbeda tentang belajar. Misalnya, seorang guru yang mengartikan belajar sebagai kegiatan menghapal.. Tentu lah akan berbeda cara mengajarnya dengan guru lain yang mengartikan bahwa belajar sebagai suatu proses penerapan prinsip. Slameto (2010, hlm. 2) mengartikan belajar sebagai suatu proses usaha yang dilakukan seorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Lebih lanjut Wina (2010, hlm.120) menjelaskan bahwa: Belajar bukanlah sekedar mengumpulkan pengetahuan, belajar adalah proses mental yang terjadi dalam diri seseorang, sehingga menyebabkan munculnya perubahan peilaku, aktivitas mental itu terjadi karena adanya interaksi individu dengan lingkungan yang disadari. Bulutangkis merupakan salah satu materi dalam pembelajaran pendidikan jasmani. Cabang olahraga permainan yang banyak digemari masyarakat Indonesia ini

2 dijadikan salah satu alat untuk mencapai tujuan pendidikan yang dilakukan dalam proses belajar disekolah. Permainan bulutangkis bersifat individual yang dapat dimainkan dengan cara satu orang melawan satu orang atau dua orang melawan dua orang. Menggunakan raket sebagai alat pemukul dan satlekok sebagai objek pukul, lapangan permainan berbentuk segi empat dan dibatasi oleh garis dan net untuk memisahkan antara daerah permainan sendiri dan daerah permainan lawan. Hidayat (2010, hlm. 8). Permainan bulutangkis telah tumbuh dan berkembang secara meluas keberbagai belahan negara dan diyakini sebagai sebuah permainan olahraga yang menyenangkan dan berkembang pula dikalangan pelajar. Menjelaskan pengertian Hidayat (2010, hlm. 1) bulutangkis sebagai berikut: Olahraga bulutangkis adalah suatu permainan yang saling berhadapan satu orang lawan satu orang atau dua orang lawan dua orang, dengan menggunakan raket dan satelkok sebagai alat permainan, bersifat perseorangan yang dimainkan pada lapangan tertutup maupun terbuka dengan dan lapangan permainan berupa lapangan yang datar terbuat dari lantai beton, kayu/karpet ditandai dengan garis sebagai batas lapangan dan dibatasi oleh net pada tengah lapangan permainan. Tujuan dari permainan bulutangkis adalah memperoleh angka dan kemenangan dengan cara menyebrangkan dan menjatuhkan satelkok di bidang permainan lawan dan berusaha agar lawan tidak dapat memukul satelkok atau menjatuhkannya di daerah permainan sendiri. Permainan ini dianggap permainan yang paling cepat terkenal di dunia, karena itu berhasil menyedot minat berbagai kalangan tanpa dibatasi oleh kelompok umur, kelompok sosial ekonomi, maupun jenis kelamin.

3 Dalam permainan bulutangkis dibutuhkan kerjasama antara pelati dan pemain. Hidayat (2010, hlm. 29). Dalam permainan bulutangkis ada permainan ganda, yang mengharuskan pemain memiliki pasangan dalam bermain, akan tetapi harus diperlukan taktik dan kerjasama yang lebih keras ketika bermain ganda, disebabkan dua orang pemain yang masingmasing memiliki karakteristik yang berbeda. Maka secara langsung permainan bulutangkis membutuhkan interaksi sosial untuk pelaksanaan permainan agar bisa berjalan dengan baik. Berikut pernyataan mengenai permainan bulutangkis memerlukan interaksi sosial dalam pelaksanaannya, menurut Hidayat dkk (2010, hlm. 87) bahwa "dua pemain yang berpasangan harus mampu bekerjasama secar simultan, baik pada saat menyerang maupun bertahan". Menyimak pemaparan di atas bahwa dalam proses belajar permainan bulutangkis siswa sebetulnya diarahkan kepada peningkatan mutu perilaku sosial, tatapi fenomena yang terjadi di lapangan tidak sesuai dengan konsep. Banyak hal yang mengakibatkan fenomena tersebut terjadi, salah satunya yaitu minimnya pengetahuan guru tentang model pembelajaran. Sehingga menjadikan guru tidak memiliki pilihan yang luas untuk menggunakan model pembelajaran lain selain model pembelajaran konvensional. Dimana dalam praktiknya guru memberikan bahan ajar yang kurang dimengerti oleh siswa dan ketika dalam prakteknya guru hanya merintahkan tanpa memberikan contoh yang jelas, siswa hanya menjadi obyek pelaksana intruksi guru semata. Sehingga kesempatan siswa dalam berinteraksi dengan siswa lainnya kurang maksimal. Ketika siswa hanya melakukan gerakan-gerakan dari teknik kecabangan olahraga yang diberikan oleh guru, interkasi yang terjadi hanya antara siswa dengan alat atau sarana, dan interaksi satu arah terjadi antara guru dengan siswa, dalam

4 hakekat pembelajaran tentu hal tersebut sangat tidak dibenarkan, ketika potensi yang seharusnya dimiliki siswa justru tidak tercapai secara maksimal. Dalam pembelajaran, seorang guru harus dapat menerapkan berbagai model pembelajaran dengan tujuan agar proses belajar mengajar menjadi bervariasi dan tidak membosankan. Seperti yang dikatakan Joyce (dalam Juliantine, dkk, 2011 hlm. 7) bahwa: Model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran dikelas atau pembelajaran dalam tutorial dan untuk menentukan perangkat-perangkat pembelajaran termasuk didalamnya buku-buku, film, komputer, kurikulum, dan lain-lain. Model-model pembelajaran yang dapat diterapkan dalam proses belajar mengajar pendidikan jasmani menurut Metzler (2000, hlm. 159) adalah: There are seven instruction models that have shown to be effective in teaching physical education: direct instruction model, personalized for intraction model, cooperative learning model, the sport education model, peer teaching model, inquiry teaching model and the tactical games model. Jadi menurut Metzler terdapat tujuh model pembelajaran dalam pendidikan jasmani yaitu: (1) model pembelajaran langsung, (2) model pembelajaran personal, (3) model pembelajaran kerjasama, (4) model pembelajaran pendidikan olahraga, (5) model pembelajaran kooperatif, (6) model pembelajaran inkuiri, dan (7) model pebelajaran taktis. Dari tujuh model pembelajaran yang disebutkan, penulis mencoba

5 mengkaji model pembelajaran kooperatif yang akan diterapkan pada perilaku sosial siswa pada pembelajaran bulutangkis. Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran dengan menggunakan sistem pengelompokan/tim kecil, yaitu antara empat atau enam orang yang mempunyai latar belakang kemampuan akademik, jenis kelamin, ras, atau suku yang berbeda (heterogen). Sistem penilaian dilakukan terhadap kelompok. Setiap kelompok akan memperoleh penghargaan (reward), jika kelompok mampu menunjukan prestasi yang dipersyaratkan. Dengan demikian, setiap anggota kelompok akan mempunyai ketergantungan positif. Ketergantungan semacam itulah yang selanjutnya akan memunculkan tanggung jawab individu terhadap kelompok dan keterampilan interpersonal dari setiap anggota kelompok. Setiap individu akan saling membantu, mereka akan mempunyai motivasi untuk keberhasilan kelompok, sehingga setiap individu akan memiliki kesempatan yang sama untuk memberikan kontribusi demi keberhasilan kelompok. Slavin (dalam Sanjaya, 2012, hlm. 242) mengemukakan dua alasan, pertama, beberapa hasil penelitian membuktikan bahwa penggunaan pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan prestasi belajar siswa sekaligus dapat meningkatkan kemampuan hubungan sosial, menumbuhkan sikap menerima kekurangan diri dan orang lain, serta dapat meningkatkan harga diri. Kedua, pembelajaran kooperatif dapat merealisasikan kebutuhan siswa dalam belajar berpikir, memecahkan masalah, dan mengintegrasikan pengetahuan dengan keterampilan. Dari dua alasan tersebut, maka pembelajaran kooperatif merupakan bentuk pembelajaran yang dapat memperbaiki sistem pembelajaran yang selama ini memiliki kelemahan.

6 Berdasarkan dari hal tersebut penulis tertarik untuk mengadakan penelitian tentang pengaruh model pembelajaran kooperatif dan konvensional terhadap perilaku sosial siswa, karena pada hal ini sangat penting dicari pengaruhnya. B. Identifikasi dan Rumusan Masalah 1. Identifikasi Masalah Berdasarkan pemaparan latar belakang di atas, masalah penelitian yang dapat diindefikasikan antara lain sebagai berikut : a) Siswa mengalami kesulitan ketikan diberikan materi pembelajaran bulutangkis dikarenakan siswa tidak mengerti dan takut untuk bertanya kepada guru ketika ada pembelajaran yang tidak dimengerti. b) Pengalaman guru tentang model pembelajaran yang cenderung dan kurang berinovasi dalam menggunakan model pembelajaran. c) Sarana dan prasaran yang kurang mendukung sehingga membuat siswa sulit melakukan pembelajaran yang efektif. 2. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang dan masalah peneliti yang telah penulis kemukakan di atas, maka masalah khusus yang akan diteliti oleh penulis adalah sebagai berikut: a) Apakah model pembelajaran kooperatif berpengaruh terhadap perilaku sosial siswa dan keterampilan lob bertahan pada pembelajaran aktivitas permainan bulutangkis?

7 b) Apakah model pembelajaran konvensional berpengaruh terhadap perilaku sosial siswa dan keterampilan lob bertahan pada pembelajaran aktivitas permainan bulutangkis? c) Apakah model pembelajaran kooperatif memberikan pengaruh lebih tinggi daripada model pembelajaran konvensional terhadap perilaku sosial siswa dan keterampilan lob bertahan? C. Tujuan Penelitian Penetapan tujuan dalam suatu kegiatan adalah penting sebagai awal untuk kegiatan selanjutnya. Hal ini sesuai dengan yang dijelaskan oleh Sugiyono (2009, hlm. 282) yaitu: tujuan penelitian berkenaan dengan tujuan peneliti dalam melakukan penelitian. Tujuan penelitian berkaitan erat dengan rumusan masalah yang ditulis. Mengacu pada rumusan masalah penelitian, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk menguji apakah model pembelajaran kooperatif berpengaruh terhadap perilaku sosial siswa dan keterampilan lob bertahan pada pembelajaran aktivitas permainan bulutangkis. 2. Untuk menguji apakah model pembelajaran konvensional berpengaruh terhadap perilaku sosial siswa dan keterampilan lob bertahan pada pembelajaran aktivitas permainan bulutangkis. 3. Untuk menguji apakah model pembelajaran kooperatif memberikan pengaruh lebih tinggi daripada model pembelajaran konvensional terhadap perilaku sosial

8 siswa dan keterampilan lob bertahan pada pembelajaran aktivitas permainan bulutangkis. D. Manfaat Penelitian Setelah penulis kemukakan sebelumnya uraian mengenai latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian yang hendak dicapai dalam penelitian ini, maka penulis mengharapkan manfaat atau pun kegunaan dari penelitian ini adalah : 1. Secara teoritis Untuk memperoleh wawasan dan pemahaman yang mendalam tentang model pembelajaran kooperatif dan model pemelajaran konvensional bagi peneliti dalam mengembangkan model pembelajaran lainnya. 2. Secara praktis - Sebagai pedoman bagi guru pendidikan jasmani dalam memberikan pengajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif dan konvensional; - Memberikan pengetahuan bagi siswa dan siswainya agar dapat lebih mengerti tugas menjadi seorang guru tidaklah mudah.