BAB I PENDAHULUAN. terus beroperasi secara berkesinambungan untuk suatu masa yang tidak tertentu

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. melibatkan manipulasi akuntansi. Peristiwa ini pernah terjadi pada beberapa

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Suatu entitas bisnis dalam menjalankan usahanya tidak semata-mata

BAB I PENDAHULUAN. keberanian mengungkapkan kelangsungan (going concern) perusahaan klien.

BAB I PENDAHULUAN. kompleksnya operasi usaha menyebabkan semakin banyak pihak-pihak yang

SKRIPSI. Diajukan untuk memenuhi syarat guna mencapai gelar Sarjana Akuntansi di Fakultas Ekonomi Universitas Katolik Soegijapranata Semarang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Keberadaan entitas bisnis telah banyak diwarnai oleh kasus hukum yang

BAB I PENDAHULUAN. suatu daya tarik bagi para investor. Investor biasanya menginvestasikan dananya pada

BAB I PENDAHULUAN. pengambilan keputusan ekonomi. (Standar Akuntansi Keuangan, 2012).

BAB I PENDAHULUAN. usaha dan mempertahankan kelangsungan usaha (going concern). Salah satu cara

BAB I PENDAHULUAN. pada perusahaan besar, seperti Enron dan WorldCom di Amerika yang UKDW

BAB I PENDAHULUAN. Dari waktu ke waktu perkembangan dunia usaha terus semakin meningkat yang

BAB I PENDAHULUAN. dengan tujuan memperoleh laba (profit oriented). Laba menjadi tolok ukur

BAB 1 PENDAHULUAN. perekonomian adalah kemampuan perusahaan-perusahaan di Indonesia dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kondisi perekonomian suatu negara dapat ditandai dengan pergerakan dunia

BAB I PENDAHULUAN. bertujuan untuk dapat survive melainkan harus mampu memiliki keunggulan bersaing

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, mengakibatkan permintaan akan laporan keuangan perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. usaha (going concern). Salah satu cara untuk mempertahankan. kelangsungan hidup usaha selalu dihubungkan dengan kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan besar seperti Enron, Worldcom, Xerox dan lain-lain yang pada

BAB I PENDAHULUAN. Krisis global yang terjadi akhir-akhir ini sebagai rangkaian dari krisis

BAB I PENDAHULUAN. menjadi tujuan perusahaan adalah dapat mempertahankan kelangsungan

BAB I PENDAHULUAN. Laporan audit merupakan media komunikasi antara auditor dan pengguna laporan

BAB I PENDAHULUAN. yang dalam jangka panjang bertujuan untuk mempertahankan kelangsungan hidup

BAB I PENDAHULUAN. kasus ini melibatkan banyak pihak dan berdampak cukup luas. Tucker et al.

BAB I PENDAHULUAN. mempertahankan kelangsungan hidup usahanya (going concern). Dalam ilmu

BAB I PENDAHULUAN. kelangsungan hidup usahanya. Going concern merupakan asumsi dasar dalam. manajemen untuk menstabilkan kondisi keuangan perusahaan.

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan didirikan dengan tujuan untuk memperoleh laba atau profit

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Going concern adalah kelangsungan hidup suatu badan usaha. Going

BAB I PENDAHULUAN. Krisis keuangan yang dipicu oleh permasalahan lembaga-lembaga keuangan raksasa

BAB I PENDAHULUAN. Keberadaan suatu entitas bisnis merupakan ciri dari sebuah lingkungan

BAB I. utama dari suatu entitas bisnis dari sejak berdirinya entitas bisnis tersebut,

BAB I PENDAHULUAN. erat dengan perusahaan yaitu sebagai salah satu stakeholder. Dalam

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mengomunikasikan informasi keuangan kepada pihak-pihak di luar perusahaan.

BAB I PENDAHULUAN. mengungkapkan masalah kelangsungan usaha sebelum perusahaan. wajar tanpa pengecualian (Lennox, 2002).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendapatan suatu negara merupakan hal yang sangat penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Laporan keuangan merupakan instrumen penting yang harus disajikan oleh

BAB I PENDAHULUAN. dampak yang begitu besar bagi perekonomian dunia. Dalam hal ini auditor. antara pihak dalam dengan pihak auditor.

BAB I PENDAHULUAAN UKDW. sistem keuangan semua negara di dunia tak terkecuali di Indonesia. Krisis ini

BAB I PENDAHULUAN. Setiap investor pasti menginginkan investasi yang memberikan return yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Keberadaan entitas bisnis telah banyak diwarnai oleh kasus hukum

BAB I PENDAHULUAN. berdiri sendiri yang terpisah dari pemiliknya. Perusahaan yang telah didirikan


BAB I PENDAHULUAN. Audit adalah kegiatan pengumpulan dan evaluasi terhadap bukti-bukti yang

BAB I PENDAHULUAN. Pada era modern seperti saat ini, banyak sekali kasus-kasus manipulasi

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. bermasalah (Petronela, 2004 dalam Santosa dan Wedari 2007). Going concern. (Syahrul, 2000 dalam Rahman dan Siregar, 2012).

BAB I PENDAHULUAN. masalah keuangan (financial distress) yang dihadapi suatu perusahaan. Financial

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perusahaan merupakan mesin perekonomian yang sangat berperan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. (going concern) usahanya melalui asumsi going concern. Tujuan dari keberadaan

BAB I PENDAHULUAN. pada tahun 1997, membawa dampak buruk bagi going concern (kelangsungan

BAB I PENDAHULUAN. cukup waktu untuk menyelesaikan usaha dan perjanjian-perjanjian usahannya.

BAB I PENDAHULUAN. Auditor eksternal akan menghasilkan opini audit. Going concern merupakan salah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. untuk memberikan informasi kepada pihak yang berkepentingan seperti investor.

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi yang sangat pesat, menciptakan persaingan yang

BAB I PENDAHULUAN. Laporan keuangan merupakan laporan yang diharapkan dapat memberikan

BAB I PENDAHULUAN. kinerja perusahaan dalam suatu periode tertentu. Tujuan dari laporan keuangan

UKDW BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Para investor memakai laporan keuangan guna menganalisis kondisi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Going concern adalah kelangsungan hidup suatu badan usaha dan

BAB I PENDAHULUAN. dapat memberikan indikasi kelangsungan usaha (going concern) perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seorang kreditor memiliki kemampuan untuk menginvestasikan

BAB I PENDAHULUAN. Laporan keuangan adalah suatu penyajian terstruktur dari posisi keuangan dan

BAB I PENDAHULUAN. publik menjadi kritikan karena diasumsikan memberikan informasi yang salah, hal

BAB 1 PENDAHULUAN. Tujuan dari keberadaan suatu entitas bisnis ketika didirikan adalah untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. dapat diprediksi (Ariffandita dan Sudarno, 2012). auditor untuk mengeluarkan kembali opini audit going concern pada tahun

BAB 1 PENDAHULUAN. tentu selalu berupaya untuk tetap mempertahankan kelangsungan hidup

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai kredibilitas yang berguna bagi pihak pihak pemakai laporan. serta kesesuaiannya dengan prinsip prinsip akuntansi yang

BAB I PENDAHULUAN. laporan keuangan semakin meningkat. Perusahaan Go Public diwajibkan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sejak terjadinya krisis moneter yang terjadi di Indonesia pada tahun 1998, banyak

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. lembaga-lembaga keuangan menurun akibat ketidakpercayaan dari konsumen.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bawah satu prinsipal atau lebih yang melibatkan agen untuk melaksanakan beberapa

Kata Kunci : Disclosure, Debt Default, Kualitas Audit, Opini audit tahun sebelumnya, Going Concern.

BAB I PENDAHULUAN. Dari pernyataan di atas menarik untuk ditelusuri mengapa asumsi going concern

BAB I PENDAHULUAN. melibatkan manipulasi akuntansi. Kasus bangkrutnya perusahaan pertelevisian

BAB I PENDAHULUAN. ASEAN Free Trade Area (AFTA) 2015 telah berlangsung. AFTA merupakan kerja

BAB I PENDAHULUAN. Banyaknya kasus manipulasi data keuangan yang dilakukan oleh perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. untuk jangka panjang. Kondisi dan peristiwa yang dialami oleh suatu. perusahaan dapat memberikan indikasi kelangsungan usaha (going

BAB I PENDAHULUAN. yang saling bertolak belakang. Selain profit yang tinggi salah satu yang menjadi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. informasi laporan keuangan, yang nantinya akan dinilai dan dievaluasi kinerjanya

BAB I PENDAHULUAN. usahanya dengan tujuan memperoleh laba (profit oriented). Laba menjadi

BAB 1 PENDAHULUAN. Laporan keuangan menurut PSAK no.1 revisi 2009 (IAI, 2012) adalah suatu

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan. Suatu perusahaan menjalankan bisnisnya tidak hanya untuk

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan besar juga tidak sedikit yang akhirnya gulung tikar.

BAB 1 PENDAHULUAN. kepentingan investor sebagai pengguna laporan keuangan dan kepentingan

BAB I PENDAHULUAN. keuangan. Sebagai pemakai dan penyedia laporan keuangan, investor dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Peraturan Pemerintah No. 64 Tahun 1999 menyatakan bahwa untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. untuk memeriksa laporan keuangan dan menemukan kesalahan atau. adanya indikasi manajemen laba yang dilakukan oleh pihak manajemen

BAB I PENDAHULUAN. telah mendapat pernyataan wajar dari auditor. Dalam melaksanakan proses

BAB I PENDAHULUAN. Kelangsungan hidup perusahaan selalu dihubungkan dengan kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. dianggap memberikan informasi yang salah. (going concern). Auditor perlu memberikan suatu pernyataan mengenai

BAB I PENDAHULUAN. kinerja sebuah perusahaan. Penyampaian laporan keuangan merupakan suatu

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dalam ilmu akuntansi, perusahaan merupakan suatu entitas ekonomi yang berdiri sendiri yang berbeda dari pemiliknya. Entitas ekonomi ini dianggap akan terus beroperasi secara berkesinambungan untuk suatu masa yang tidak tertentu yang melebihi satu periode akuntansi (going concern). Kondisi ini mengakibatkan perusahaan melakukan pencatatan. Keberadaan entitas bisnis merupakan ciri dari sebuah lingkungan ekonomi, yang dalam jangka panjang bertujuan untuk mempertahankan kelangsungan hidup (going concern). Kelangsungan hidup suatu usaha biasanya selalu berkaitan dengan bagaimana kemampuan usaha tersebut dalam mengelola perusahaan agar bertahan hidup dengan adanya manajemen yang terlibat di dalamnya. Salah satu tujuan penelitian ini adalah untuk menemukan bukti empiris apakah kualitas auditor meningkatkan kemungkinan sebuah perusahaan yang mengalami kesulitan keuangan (financial distress) menerima pendapat wajar dengan pengecualian (qualified opinion) untuk kelangsungan usahanya (going concern). Perusahaan go public di Indonesia mengalami perkembangan yang sangat pesat. Perkembangan ini mengakibatkan permintaan akan laporan keuangan semakin meningkat. Laporan keuangan merupakan hasil akhir dari proses akuntansi yang menyajikan informasi yang berguna untuk pengambilan keputusan berbagai pihak. Perusahaan-perusahaan yang telah go public 1

2 diwajibkan untuk melakukan audit atas laporan keuangannya oleh auditor independen, yaitu auditor yang bekerja pada Kantor Akuntan Publik (KAP). Auditor mempunyai tanggung jawab untuk menilai apakah terdapat keraguan besar terhadap kemampuan satuan usaha dalam mempertahankan kelangsungan hidup dalam suatu periode. Auditor tidak bertanggungjawab untuk memprediksi kondisi atau peristiwa yang akan datang. Fakta bahwa entitas kemungkinan akan berakhir kelangsungan hidupnya setelah menerima laporan dari auditor yang tidak memperlihatkan kesangsian besar, dalam jangka waktu satu tahun setelah tanggal laporan keuangan, tidak berarti dengan sendirinya menunjukkan kinerja audit yang tidak memadai, oleh karena itu tidak dicantumkannya kesangsian besar dalam laporan auditor tidak seharusnya dipandang sebagai jaminan mengenai kemampuan entitas dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya. Masalah timbul ketika banyak terjadi kesalahan opini (audit failures) yang dibuat oleh auditor menyangkut opini going concern. Padahal opini tersebut bagi para pemakai laporan keuangan pengeluaran opini audit going concern ini sebagai prediksi kebangkrutan suatu perusahaan. Salah satu penyebabnya adalah auditor enggan mengungkapkan status going concern yang muncul ketika auditor khawatir bahwa opini going concern yang dikeluarkan dapat mempercepat kegagalan perusahaan yang bermasalah (Venuti, 2007 dalam Mirna dan Indira (2007). Sehingga yang terjadi saat ini adalah sulitnya auditor mengungkapkan status going concern karena adanya kekhawatiran tersebut, meskipun demikian

3 opini going concern harus diungkapkan dengan harapan dapat segera mempercepat upaya penyelamatan perusahaan yang bermasalah. Kemungkinan perusahaan akan menerima opini audit going concern menjadi beragam, tergantung bagaimana tindak lanjut manajemen perusahaan yang bersangkutan untuk menghindari atau menghilangkan kekhawatiran auditor. Sehingga bukan kegagalan yang akan diperoleh perusahaan atas opini tersebut melainkan usaha penyelamatan yang cepat. Penghakiman terhadap akuntan publik sering dilakukan oleh masyarakat maupun pemerintah dengan melihat kondisi bangkrut tidaknya perusahaan yang diaudit. Sederetan kasus seperti Bank Suma, Bantuan Likuditas Bank Indonesia (BLBI), Bank Global dan lain-lain sepertinya mengindikasikan hal tersebut. Pada kasus-kasus tersebut, masyarakat cenderung melihat dari sisi bangkrutnya perusahaan sebagai indikasi kelalaian akuntan publik. Jika perusahaan bangkrut, masyarakat tidak lagi menilai akuntan publik dari sisi apakah akuntan publik sebagai auditor eksternal telah menerapkan Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) dengan benar atau tidak. Sehingga saat ini nasib akuntan publik sepertinya dipertaruhkan pada jatuh bangun bisnis perusahaan kliennya. Going concern merupakan asumsi dasar dalam penyusunan laporan keuangan, suatu perusahaan diasumsikan tidak bermaksud atau berkeinginan melikuidasi atau mengurangi secara material skala usahanya (Standar Akuntansi Keuangan, 2002). Meskipun penelitian-penelitian tentang kualitas auditor maupun going concern opinion telah banyak dilakukan tetapi penelitian yang menghubungkan kedua variabel tersebut masih terbatas. Penelitian Eko dkk

4 (2006) menyatakan bahwa penelitian-penelitian sebelumnya yang menguji bagaimana pengaruh kualitas audit terhadap keputusan going concern dilakukan antara lain oleh Barbadillo et. al. (2004) dan Vanstraelen (2002). Sedangkan di Indonesia dilakukan oleh Fajar (2007), Nova (2008), Mirna & Indira (2007) dan Eko dkk. (2006). SPAP 2001 seksi 341, menyatakan bahwa auditor mempunyai tanggung jawab dalam memberikan opininya untuk suatu perusahaan, salah satunya adalah menilai apakah terdapat kesangsian besar terhadap kemampuan perusahaan dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya dalam periode waktu tidak lebih dari satu tahun sejak tanggal laporan audit. AICPA (1988) dalam Mirna dan Indira (2007) menyatakan bahwa saat ini auditor harus mengemukakan secara eksplisit apakah perusahaan klien akan dapat mempertahankan kelangsungan hidupnya sampai setahun kemudian setelah pelaporan. Kualitas auditor berhubungan dengan kualifikasi keahlian, ketepatan waktu, penyelesaian pekerjaan, kecukupan bukti, pemeriksaan yang digunakan untuk mendukung pendapat auditor dan sikap independensinya terhadap klien. Sebagai suatu profesi jika auditor dapat melaksanakan pekerjaan secara profesional maka laporan audit yang dihasilkan akan berkualitas. Kualitas diartikan sebagai probabilitas seseorang dalam menentukan dan melaporkan penyelewengan yang terjadi dalam sistem akuntansi perusahaan klien. Christina (2003) dalam Nova (2008) menyatakan bahwa probabilitas penyelewengan tergantung pada kemampuan teknis auditor seperti pengalaman, profesionalisme dan struktur audit perusahaan. Probabilitas auditor untuk melaporkan

5 penyelewengan yang terjadi dalam sistem akuntansi klien tergantung pada indepensensi. Kondisi keuangan perusahaan merupakan tingkat kesehatan perusahaan sesungguhnya. Pada perusahaan yang sakit banyak ditemukan masalah going concern. Menurut Mckeown et.al (1991) dalam Fajar (2007) menyatakan bahwa semakin kondisi perusahaan terganggu atau memburuk maka akan semakin besar kemungkinan perusahan menerima opini audit going concern. Sebaliknya pada perusahaan yang tidak pernah mengalami kesulitan keuangan tidak pernah mengeluarkan opini audit going concern. Mutcher (1985) dalam Eko dkk. (2006) menyatakan bahwa perusahaan yang kecil akan lebih beresiko menerima audit going concern dibandingkan dengan perusahaan yang lebih besar. Hal ini dimungkinkan karena auditor mempercayai bahwa perusahaan yang lebih besar dapat menyelesaikan kesulitan-kesulitan keuangan yang dihadapinya daripada perusahaan yang lebih kecil. Eko dkk. (2006) menyatakan bahwa auditor dalam menerbitkan opini audit going concern akan mempertimbangkan opini audit going concern yang telah diterima oleh auditee pada tahun sebelumnya. Jika auditor independen tidak mengaudit laporan keuangan suatu perusahan tahun sebelumnya, ia harus melaksanakan prosedur yang praktis dilaksanakan dan memadai susuai dengan keadaan yang dihadapi oleh auditor untuk memberikan keyakinan bagi dirinya bahwa prinsip akuntansi digunakan secara konsisten di antara tahun sekarang dengan tahun sebelumnya.

6 Pertumbuhan perusahaan dapat dilihat dari seberapa baik perusahaan mempertahankan posisi ekonominya dalam industri maupun kegiatan ekonomi secara keseluruhan. Perusahaan yang mempunyai laba yang tinggi cenderung memiliki laporan sewajarnya, sehingga potensi untuk mendapatkan opini yang baik akan lebih besar. Altman (1968) dalam Fajar (2007) mengemukakan bahwa perusahaan yang laba tidak akan mengalami kebangkrutan, karena kebangkrutan merupakan salah satu alasan bagi auditor untuk memberikan opini audit going concern. Perusahaan dengan negative growth mengindikasikan kecenderungan yang lebih besar kearah kebangkrutan. Pada kenyataannya, masalah yang berkaitan dengan kelangsungan hidup (going concern) merupakan hal yang komplek dan bahkan selalu ada. Oleh karena itu diperlukan faktor-faktor yang bisa dijadikan sebagai tolak ukur untuk menentukan status going concern pada suatu perusahaan. Faktor-faktor yang digunakan haruslah faktor-faktor yang dapat diuji dan konsisten pada situasi apapun termasuk dalam keadaan kondisi ekonomi fluktuatif sehingga status going concern tetap dapat diprediksi. Untuk sampai pada kesimpulan apakah perusahaan akan memiliki going concern atau tidak, maka auditor harus melakukan evaluasi secara kritis terhadap rencana-rencana manajemen. Dampak yang tidak diharapkan dari opini going concern yang tidak diinginkan tersebut mendorong manajemen untuk mempengaruhi auditor dan menimbulkan konsekuensi negatif dalam pengeluaran opini going concern. Faktor-faktor tersebut berperan penting bagi auditor dalam memberikan opininya. Kualitas auditor digunakan untuk mengetahui seberapa profesionalnya

7 seorang auditor dalam mengambil keputusan untuk memberikan opininya sehingga opini yang diberikan sesuai dengan yang sebenarnya. Ada hubungan positif antara opini audit tahun sebelumnya dengan tahun berjalan, jika tahun sebelumnya auditor memberikan opini audit going concern maka semakin besar kemungkinan auditor menerbitkan opini audit going concern pada tahun berikutnya. Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian yang dilakukan oleh Eko dkk. (2006). Perbedaan penelitian ini dengan penelitian Eko dkk. (2006) adalah: 1. Penelitian ini menambahkan satu variabel independen sebagai variabel yang berpengaruh tehadap kemungkinan penerimaan opini audit going concern, yaitu variabel debt default. 2. Penelitian ini menggunakan variabel Kualitas Auditor bukan Kualitas Audit seperti dalam penelitian Eko dkk. (2006). 3. Penelitian ini merubah periode tahun dari penelitian sebelumnya. Periode tahun yang digunakan mulai tahun 2002 sampai dengan tahun 2006. B. Rumusan Masalah Penelitian 1. Apakah kualitas auditor berpengaruh terhadap kemungkinan penerimaan audit going concern? 2. Apakah kondisi keuangan perusahaan berpengaruh negatif terhadap kemungkinan penerimaan opini audit going concern? 3. Apakah opini audit tahun sebelumnya berpengaruh terhadap kemungkinan penerimaan opini audit going concern?

8 4. Apakah pertumbuhan perusahaan berpengaruh negatif terhadap kemungkinan penerimaan opini audit going concern? 5. Apakah debt default berpengaruh terhadap kemungkinan penerimaan opini audit going concern? C. Tujuan Penelitian 1. Menemukan bukti empiris apakah kualitas auditor berpengaruh terhadap kemungkinan penerimaan audit going concern. 2. Menemukan bukti empiris apakah kondisi keuangan perusahaan berpengaruh negatif terhadap kemungkinan penerimaan opini audit going concern. 3. Menemukan bukti empiris apakah opini audit tahun sebelumnya berpengaruh terhadap kemungkinan penerimaan audit going concern. 4. Menemukan bukti empiris apakah pertumbuhan perusahaan berpengaruh negatif terhadap kemungkinan penerimaan audit going concern. 5. Menemukan bukti empiris apakah debt default berpengaruh terhadap kemungkinan penerimaan audit going concern. D. Manfaat Penelitian 1. Bidang akedemik, bagi pengembangan teori dan pengetahuan di bidang akuntansi terutama yang berkaitan dengan auditing dan akuntansi keuangan, khususnya dalam bidang keputusan opini audit. 2. Bidang praktik, sebagai salah satu acuan yang dapat digunakan sebagai referensi untuk penelitian-penelitian di masa yang akan datang, khususnya penelitian-penelitian akuntansi berbasis pengauditan.