BAB II TINJAUAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
PENDAHULUAN. untuk memakmurkan pemilik perusahaan atau pemegang saham. Tujuan ini dapat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. berarti juga memaksimalkan kemakmuran pemegang saham yang merupakan

BAB I PENDAHULUAN. kemakmuran pemilik. Nilai perusahaan yang go public di pasar modal tercermin

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pemegang saham maupun calon investor sangat berkepentingan terhadap

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan yang kedua adalah ingin memakmurkan pemilik perusahaan atau para pemilik

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang menerbitkan saham. Kismono (2001 : 416) menyatakan:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Horne dan Wachowicz (1997:135), rasio likuiditas membandingkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan membuat persaingan di dunia usaha semakin ketat. Pada era

BAB II LANDASAN TEORI. yang menjelaskan hubungan kerjasama antara principal(pemilik perusahaan)

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. Menurut Brigham dan Houston (2007) isyarat atau signal adalah suatu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Good Corporate Governance. kreditor, pemerintah, karyawan, dan pihak pihak yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. banyak diminati masyarakat saat ini. Menerbitkan saham merupakan salah

BAB I PENDAHULUAN. harga saham meningkat berarti nilai perusahaan meningkat dan kesejahteraan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN TEORITIS. Tujuan utama suatu perusahaan menurut theory of the firm adalah

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian nasional, yaitu perusahaan dapat menyerap lapangan pekerjaan dan

BAB I PENDAHULUAN. negatif. Oleh karena kondisi itulah, perusahaan dituntut untuk semakin peduli

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada umumnya, suatu perusahaan didirikan dengan tujuan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dasar struktur modal berkaitan dengan sumber dana, baik itu sumber internal

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lancarnya dengan menggunakan aktiva lancar yang dimiliki perusahaan.

BAB I PENDAHULUAN. tidak. Bagi perusahaan yang terdaftar di pemerintah, mereka mempunyai badan usaha

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tinggi akan diikuti oleh tingginya kemakmuran pemegang saham (Brigham et.al,

BAB 1 PENDAHULUAN. adalah meningkatkan nilai perusahaan secara berkelanjutan (sustainable) dengan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Community (AEC) atau Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). Masyarakat Ekonomi ASEAN merupakan sebuah komunitas negaranegara

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Laporan keuangan. keuangan tersebut untuk menentukan atau menilai posisi

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Bab ini dibagi menjadi dua bagian, yaitu landasan teori dan pengembangan hipotesis.

BAB I PENDAHULUAN. keseluruhan (Lusiyanti, 2014). Nilai perusahaan dapat diukur dengan Price to

BAB I PENDAHULUAN. diharapkan (Darmadji dan Fakhruddin, 2006:111). investasi dalam bentuk saham. Saham (stock atau share) adalah tanda

Oleh: Inayah B

BAB 1 PENDAHULUAN. kesimpulan bahwa sistem corporate governance yang buruk dalam. menimpa negara-negara ASEAN. Praktik-praktik corporate governance

BAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya tujuan utama didirikannya suatu perusahaan adalah untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perusahaan adalah suatu organisasi yang didirikan oleh perseorangan atau

BAB I PENDAHULUAN. Pertanggungjawaban Sosial Perusahaan (Corporate Social Responsibility (CSR)).

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan mampu menghasilkan keuntungan untuk meningkatkan value of the. firm dan meningkatkan kesejahteraan pemegang saham.

BAB I PENDAHULUAN. revolusi industri di Inggris ( ), menyebabkan pelaporan akuntansi lebih

BAB 1 PENDAHULUAN. saham, kreditor dan manajer adalah pihak-pihak yang memiliki perbedaan

BAB I PENDAHULUAN. tuntutan terhadap good corporate governance semakin meningkat. Banyak. dikarenakan lemahnya corporate governance (Wardhani, 2008).

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sebuah perusahaan yang baik adalah perusahaan yang bisa menjadi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pengungkapan corporate social responsibility terhadap nilai perusahaan pada

BAB II KAJIAN PUSTAKA. atas kepentingan mereka sendiri dan agen (manajer perusahaan) a) Pemegang saham dengan manajer.

BAB I PENDAHULUAN. Miftahurrohman (2014), tujuan utama dari sebuah perusahaan adalah untuk

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. asimetri informasi antara perusahaan dan pihak luar. Asimetri informasi dapat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perusahaan adalah setiap bentuk badan usaha dan merupakan tempat

BAB I PENDAHULUAN. banyaknya perusahaan yang berdiri dan berkembang sesuai dengan meningkatnya

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. oleh Wibowo dan Rossieta, (2009:31), yang mengacu pada pemenuhan tujuan

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN. Penelitian ini dilakukan untuk menguji pengaruh good corporate governance,

BAB I PENDAHULUAN. dipakai investor ketika menanamkan dananya pada suatu perusahaan dan juga para

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Teori utama (grand theory) yang mendasari penelitian ini adalah agency

BAB I PENDAHULUAN. ini dikarenakan dengan Gross Domestic Product (GDP) Indonesia yang terus

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan utama dari setiap perusahaan adalah meningkatkan nilai perusahaannya

BAB 1 PENDAHULUAN. perusahaan merupakan tujuan yang dicapai untuk menarik stakeholders untuk

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. sehingga dapat meningkatkan nilai perusahaan.

BAB 1 PENDAHULUAN. diterapkannya good corporate governance di Indonesia merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. Corporate Social Responsibility (CSR) merupakan kegiatan sosial yang dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. nasional maupun internasional, perusahaan yang ingin tetap bertahan dalam era

BAB 5 PENUTUP. Dari hasil penelitian dan pembahasan pada bab sebelumnya, maka dapat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Good Corporate Governance. dan lain sebagainya. Pemahaman tentang praktik good corporate

BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN. Kinerja perusahaan merupakan suatu gambaran tentang kondisi keuangan suatu

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB 1 PENDAHULUAN. terjamin tumbuh secara berkelanjutan (sustainable) apabila perusahaan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. untuk laporan keuangan bertujuan umum dan data-data yang berkaitan untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Struktur pendanaan merupakan indikasi bagaimana perusahaan membiayai

BAB I PENDAHULUAN. Good corporate governance (selanjutnya disingkat GCG), dalam Bahasa

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN. yang perlu dipertimbangkan perusahaan dalam melakukan kebijaakn

BAB II LANDASAN TEORI. Laporan tahunan (annual report) adalah suatu laporan resmi mengenai keadaaan

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan nasional dan internasional. Untuk mewujudkan perusahaan yang

BAB I PENDAHULUAN. dengan globalisasi memicu munculnya perusahaan dengan jenis dan

BAB II LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS. Persepsi Good dalam good corporate governance adalah tingkat pencapaian

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Istilah good corporate governance pertama kali diperkenalkan oleh

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh invesment opportunity

BAB II TELAAH PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB II KAJIAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN. keyakinan kepada investor bahwa mereka akan menerima return atas dana

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. untuk mengukur likuiditas atau kemampuan perusahaan untuk memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. beroperasi untuk mewujudkan tujuan perusahaan baik jangka pendek maupun dalam

BAB I PENDAHULUAN. menyejahterakan para stakeholder dan shareholder, yang lainnya yaitu untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. corporate governance terhadap kinerja keuangan yang diambil dari beberapa

BAB II LANDASAN TEORI. Nurlela dan Islahudin (2006) menjelaskan bahwa enterprise value atau

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Berdirinya sebuah perusahaan harus memiliki tujuan yang jelas. (Harjito

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. principal (pemilik perusahaan atau pihak yang memberikan mandat) dan agent

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tujuan penting pendirian suatu perusahaan adalah untuk. meningkatkan kesejahteraan pemiliknya atau pemegang saham, atau

BAB 1 PENDAHULUAN. melakukan kegiatan operasionalnya, yaitu mencari profit, akan tetapi selain

BAB I PENDAHULUAN. modal sehingga mengakibatkan orientasi perusahaan lebih berpihak kepada

BAB I PENDAHULUAN. investasinya tersebut akan mampu memberikan tingkat pengembalian (rate of return)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Sebuah perusahaan yang baik harus mampu mengontrol potensi finansial

BAB 1 PENDAHULUAN. akan dikeluarkan oleh perusahaan itu sendiri. keputusan pendanaan yang baik untuk menentukan pertimbanganpertimbangan

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Nilai Perusahaan Tujuan utama perusahaan adalah untuk meningkatkan nilai perusahaan melalui peningkatan kemakmuran pemilik atau para pemegang saham. Nilai perusahaan terkait dengan pengelolaan bisnis, kebijakan, kondisi lingkungan kerja, dan etika bisnis. Menurut Nurlela dan Islahuddin (2008), nilai perusahaan didefinisikan sebagai nilai pasar, karena dapat memberikan kemakmuran pemegang saham secara maksimum apabila harga saham perusahaan meningkat. Semakin tinggi harga saham, maka makin tinggi kemakmuran pemegang saham. Samuel (2000) dalam Nurlela dan Islahuddin (2008) menjelaskan bahwa enterprise value (EV) atau dikenal juga sebagai firm value (nilai perusahaan) merupakan konsep penting bagi investor, karena merupakan indikator bagi pasar menilai perusahaan secara keseluruhan. Sedangkan Wahyudi dan Pawestri (2006) menyebutkan bahwa nilai perusahaan merupakan harga yang bersedia dibayar oleh calon pembeli andai perusahaan tersebut dijual. Ada tiga alasan mengapa nilai dari setiap bisnis akan dimaksimalkan jika bisnis diorganisasikan sebagai suatu perseroan terbatas, yaitu antara lain (Brigham dan Houston, 2006 : 16): 8

1. Kewajiban terbatas mengurangi risiko yang ditanggung oleh para investor, dan, jika semua hal yang lainnya konstan, semakin rendah risiko perusahaan, maka semakin tinggi nilainya. 2. Nilai perusahaan akan tergantung pada peluang pertumbuhannya, yang selanjutnya akan bergantung pada kemampuan perusahaan untuk menarik modal. Karena perseroan terbatas dapat menarik modal secara lebih mudah daripada bisnis-bisnis yang tidak terinkorporasi, maka dapat dengan lebih baik mengambil keuntungan dari peluang-peluang pertumbuhan. 3. Nilai dari suatu aset juga bergantung pada likuiditasnya, yang artinya kemudahan untuk menjual aset dan mengubahnya menjadi uang tunai pada suatu nilai pasar yang wajar. Karena investasi pada saham dari perseroan terbatas adalah jauh lebih likuid daripada investasi yang serupa di suatu kepemilikan perseorangan atau persekutuan, maka hal ini juga meningkatkan nilai dari suatu perseroan terbatas. Dari tiga alasan tersebut dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor diatas dapat mempengaruhi nilai perusahaan. Harga saham yang tinggi membuat nilai perusahaan juga tinggi. Nilai perusahaan yang tinggi menjadi keinginan semua pemilik perusahaan sebab dengan nilai perusahaan yang tinggi menunjukkan bahwa tingkat kemakmuran pemegang saham juga tinggi. Dengan nilai perusahaan yang tinggi akan membuat pasar percaya bahwa prospek perusahaan di masa depan akan bagus (Brigham dan Houston, 2006). 9

Secara umum banyak metode dan teknik yang telah dikembangkan dalam penilaian perusahaan, diantaranya (Suharli, 2006) adalah : a)pendekatan laba antara lain metode rasio tingkat laba atau price earning ratio; b)pendekatan arus kas antara lain metode diskonto arus kas; c)pendekatan dividen antara lain metode pertumbuhan dividen; d)pendekatan aktiva antara lain metode penilaian aktiva; e)pendekatan harga saham; f)pendekatan economic value added (EVA). Menurut Weston dan Copeland (2008:244) pengukuran nilai perusahaan dapat dilakukan dengan menggunakan rasio-rasio penilaian atau rasio pasar. Rasio penilaian merupakan ukuran kinerja yang paling menyeluruh untuk suatu perusahaan, rasio penilaian tersebut terdiri dari : 1. Price to Book Value (PBV) yaitu perbandingan antara harga saham dengan nilai buku saham. 2. Market to Book Ratio (MBR) yaitu perbandingan antara harga pasar saham dengan nilai buku saham. 3. Market to Book Assets Ratio yaitu ekpektasi pasar tentang nilai dari peluang investasi dan pertumbuhan perusahaan yaitu perbandingan antara nilai pasar aset dengan nilai buku aset. 4. Market Value of Equity (MVE) yaitu nilai pasar ekuitas perusahaan menurut penilaian para pelaku pasar. Nilai pasar ekuitas adalah jumlah ekuitas (saham beredar) dikali dengan harga per lembar ekuitas. 5. Enterprise value (EV) yaitu nilai kapitalisasi market yang dihitung sebagai nilai kapitalisasi pasar ditambah total kewajiban ditambah 10

minority interest dan saham preferen dikurangi total kas dan ekuivalen kas. 6. Price Earnings Ratio (PER) yaitu harga yang bersedia dibayar oleh pembeli apabila perusahaan itu dijual. PER dapat dirumuskan sebagai PER = Price per Share / Earnings per Share. 7. Tobin s Q yaitu nilai pasar dari suatu perusahaan dengan membandingkan nilai pasar suatu perusahaan yang terdaftar di pasar keuangan dengan nilai penggantian aset (asset replacement value) perusahaan. Indikator rasio yang dipakai untuk mengukur nilai perusahaan dalam penelitian ini adalah Tobin s Q. Rasio ini dikembangkan oleh Profesor James Tobin (1976). Rasio ini merupakan konsep yang berharga karena menunjukkan estimasi keuangan pasar saat ini tentang nilai hasil pengembalian dari setiap dolar investasi inkremental. Rasio ini juga dipakai untuk mendapatkan perkiraan yang akurat untuk nilai pasar dari aset perusahaan dengan menambahkan nilai-nilai efek yang telah dikeluarkan perusahaan. Darmawati (2004) mengatakan bahwa rasio ini memberikan informasi yang baik, karena memasukkan unsur hutang, modal saham perusahaan, dan seluruh aset perusahaan karena rasio ini menjelaskan bahwa nilai perusahaan yang baik dapat dilihat dari sisi pemegang saham ataupun kreditor. Jadi semakin besar nilai Tobin s Q menunjukkan bahwa perusahaan memiliki prospek pertumbuhan yang baik. Hal ini dapat terjadi karena semakin besar nilai pasar asset perusahaan dibandingkan dengan nilai buku asset perusahaan maka semakin besar kerelaan investor untuk 11

mengeluarkan pengorbanan yang lebih untuk memiliki perusahaan tersebut (Permanasari, 2010). 2.2 Good Corporate Governance (GCG) Good Corporate Governance (GCG) memiliki definisi dan pandangan yang berbeda dari setiap peneliti. Definisi GCG menurut OECD (Organization for Economic Cooperation and Development), corporate governance merupakan suatu sistem untuk mengarahkan dan mengendalikan perusahaan. Struktur corporate governance menetapkan distribusi hak dan kewajiban di antara berbagai pihak yang terlibat dalam suatu korporasi seperti dewan direksi, para manajer, para pemegang saham dan pemangku kepentingan lainnya. Menurut FCGI (Forum for Corporate Governance in Indonesia) (2001) pengertian GCG adalah seperangkat peraturan yang mengatur hubungan antara pemegang saham, pengurus perusahaan, pihak kreditur, pemerintah, karyawan serta para pemegang kepentingan internal dan eksternalnya lainnya yang berkaitan dengan hak-hak dan kewajiban mereka. Sedangkan tujuan GCG adalah menciptakan nilai tambah bagi para pihak yang berkepentingan (stakeholders). GCG yang dilaksanakan dengan baik oleh perusahaan dapat meningkatkan nilai perusahaan, yaitu dengan cara meningkatkan kinerja keuangan perusahaan dan mengurangi segala resiko yang dilakukan oleh dewan komisaris yang meningkatkan kepercayaan investor (Tjager, et al., 2003). 12

Menurut CGPI (Corporate Governance Perception Index) (2008) manfaat dari GCG untuk mengurangi agency cost, yaitu biaya yang harus ditanggung pemegang saham akibat pendelegasian wewenangnya kepada manajemen, menurunkan cost of capital sebagai dampak dikelolanya perusahaan secara sehat dan bertanggung jawab, meningkatkan nilai saham perusahaan, dan menciptakan dukungan stakeholders terhadap perusahaan (lincese to operate). GCG dilaksanakan dengan prinsip-prinsip yang berlaku secara internasional dan nasional. Prinsip-prinsip GCG ini diharapkan menjadi titik rujukan bagi pemerintah dalam membangun framework bagi penerapan GCG. Ada enam prinsip-prinsip dasar penerapan GCG menurut OCED, yaitu: 1. Landasan hukum yang diperlukan untuk menjamin penerapan Good Corporate Governance (GCG) secara efektif (ensuring the basis for an effective corporate governance framework). 2. Hak pemegang saham dan fungsi pokok kepemilikan perusahaan (the rights of shareholders and key ownership functions). 3. Perlakuan yang adil terhadap para pemegang saham (the equitable treatment of stakeholder). 4. Peranan the stakeholder dalam corporate governance. 5. Prinsip pengungkapan informasi perusahaan secara transparan (disclosure and tranparancy). 6. Tanggung jawab Dewan Pengurus (the responsibilities of the Board). 13

Good corporate governance (GCG) dapat di proksikan ke dalam kepemilikan institusional dan komisaris independen (Praditia, 2010 ; Yunita, 2011). 2.2.1 Kepemilikan Institusional Kepemilikan institusional diukur sebagai persentase saham yang dimiliki oleh lembaga yang diungkapkan dalam laporan keuangan tahunan. Adanya kepemilikan saham institusional dalam perusahaan dapat membantu untuk meningkatkan pembiayaan jangka panjang dengan biaya yang menguntungkan. Para investor institusional bertindak sebagai sumber utang jangka panjang karena mereka bersedia memberi pinjaman kepada perusahaan yang membutuhkan dana. Para investor institusional dapat berfungsi sebagai perangkat pemantauan yang efektif atas keputusankeputusan strategis perusahaan (Hasan, 2009). Menurut Praditia (2010) institusi dengan investasi yang substansional pada perusahaan dapat memperoleh insentif atau bonus yang besar untuk dapat memantau manajer yang secara aktif melakukan abnormal accounting accrual sehingga dapat meningkatkan nilai perusahaan. Adanya pengelolaan laba yang baik dan efisien maka kepemilikan institusional yang tinggi akan meningkatkan pengelolaan laba, tetapi jika ada pengelolaan laba yang buruk dan tidak efisien maka kepemilikan institusional yang tinggi akan mengurangi pengelolaan laba (Wening, 2009). 14

2.2.2 Komisaris Independen KNKG (Komite Nasional Kebijakan Governance) (2006) mengatakan bahwa Komisaris independen merupakan pihak yang tidak mempunyai hubungan bisnis dan kekeluargaan dengan pemegang saham pengendali, anggota Direksi dan Dewan Komisaris, serta dengan perusahaan itu sendiri. Tugas utama dari dewan komisaris adalah melakukan pengawasan terhadap perumusan kebijakan dan pelaksanaan kebijakan tersebut oleh direksi dalam menjalankan perusahaan sesuai dengan anggaran dasar serta memberi nasihat kepada direksi. Komisaris independen memiliki peran penting bagi perusahaan. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa tingkat independensi dewan komisaris dapat mempengaruhi nilai perusahaan (Handoko, 2009). Menurut Darwis (2009) dalam Laila (2011), adanya komisaris independen yang berasal dari luar perusahaan diharapkan akan direaksi positif oleh pasar (investor), karena kepentingan investor akan lebih dilindungi. 2.3 Kinerja Keuangan Kinerja keuangan merupakan salah satu alat ukur untuk mengukur dan menentukan sejauh mana kualitas perusahaan dan prestasi kerja yang dicapai perusahaan. Alat ukur yang dipakai adalah laporan keuangan yang mencakup rasio keuangan yang dimiliki oleh perusahaan. Laporan keuangan berupa neraca, laba-rugi, arus kas, dan perubahan modal yang secara 15

bersama-sama memberikan suatu gambaran tentang posisi keuangan perusahaan (IAI, 2007). Banyak manfaat yang diperoleh perusahaan dalam mengukur kinerja keuangan, seperti mengelola organisasi, membantu karyawan dalam mengambil keputusan, memberikan kegiatan pelatihan, dan menyediakan umpan balik kepada karyawan untuk menilai kinerja mereka (Sucipto, 2003). Dari manfaat tersebut, maka dapat menunjukkan bahwa seorang manajer harus dapat mengelola perusahaan sesuai dengan sasaran dan perencanaan dimasa yang akan datang. Pengukuran kinerja keuangan berdasarkan analisis rasio keuangan dapat dikelompokkan menjadi lima ruang lingkup (Brigham dan Houston, 2010), yaitu : 1. Rasio Likuiditas, yaitu rasio yang menunjukkan hubungan antara kas dan aset lancar perusahaan lainnya dengan kewajiban lancarnya. 2. Rasio Solvabilitas, yaitu rasio ini menggambarkan kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka panjangnya atau kewajiban-kewajiban apabila perusahaan dilikuidasi. 3. Rasio Aktivitas, yaitu rasio yang mengukur seberapa efektif sebuah perusahaan mengatur asetnya atau hartanya. 4. Rasio Profitabilitas, yaitu rasio yang menunjukkan kombinasi dari pengaruh likuiditas, manajemen aset, dan utang pada hasil operasi. 5. Rasio Pasar, yaitu rasio yang menghubungkan harga saham perusahaan dengan laba, arus kas, dan niai buku per sahamnya. 16

Dari kelima rasio diatas yang berkaitan langsung dengan kepentingan analisis kinerja keuangan yaitu rasio profitabilitas. Rasio profitabilitas dianggap dapat mencakup semua pengaruh dari aset dan diakui sebagai indikator kunci dari kinerja keuangan sehingga dapat menghasilkan keuntungan bagi perusahaan (Helfert, 2002). Oleh sebab itu rasio profitabilitas merupakan indikator yang sangat penting bagi para pemegang saham dan investor untuk mengukur kemampuan perusahaan untuk memperoleh laba dan dividen dimasa depan. ROA dan ROE dapat digunakan sebagai alat utama untuk menganalisis penilaian kinerja (Khatab,et,.al, 2011 ; Paranita, 2007 ; Suryono dan Prastiwi, 2011). 2.3.1 Return on Assets (ROA) Menurut Mamduh dan Halim (2000:83) dalam Manalu (2009) Return On Assets adalah rasio yang mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan laba dengan mengunakan total asset (kekayaan) yang dimiliki perusahaan setelah disesuaikan dengan biaya-biaya untuk mendanai asset tersebut. Return on Assets (ROA) termasuk di dalam rasio profitabilitas karena ROA memberikan ide tentang bagaimana efisiennya manajemen dalam menggunakan asetnya untuk menghasilkan laba (Ang, 2007). Semakin besar ROA menunjukkan kinerja yang semakin baik, karena tingkat pengembalian yang semakin besar. Keuntungan dari ROA (Munawir, 2006), yaitu : a) roa mudah dihitung, dan mudah dipahami; b) 17

roa dapat digunakan untuk mengukur profitabilitas dari masing-masing perusahaan; c) roa berguna untuk kepentingan perencanaan. 2.3.2 Return on Equity (ROE) Return on Equity (ROE) digunakan untuk mengukur profitabilitas perusahaan dengan mengungkapkan berapa banyak perusahaan menghasilkan uang dengan pemegang saham yang telah melakukan investasi. ROE digunakan untuk kinerja manajemen bank dalam mengelola modal yang tersedia untuk menghasilkan laba setelah pajak (Khatab,et,.al, 2011). Return on Equity menunjukkan apakah manajemen meningkatkan nilai perusahaan pada tingkat yang dapat diterima. Rasio ini berguna untuk mengetahui seberapa jauh hasil yang diperoleh dari penanam modal. ROE merupakan rasio laba bersih terhadap ekuitas biasa dimana dapat mengukur tingkat pengembalian atas investasi pemegang saham biasa. ROE tidak mempunyai pengaruh terhadap return saham, hal itu disebabkan karena investor dalam membeli saham tidak mempertimbangkan besar kecilnya ROE (Raharjo, 2005). 2.4 Tanggung Jawab Sosial atau Corporate Social Responsibility (CSR) 18

Pada prinsipnya Corporate Social Responsibility (CSR) atau Tanggung Jawab Sosial Perusahaan memiliki definisi yang beragam sesuai dengan visi dan misi masing-masing perusahaan. European Commision berpendapat bahwa Corporate Social Responsibility adalah sebuah konsep dimana perusahaan mengintegrasikan perhatian terhadap sosial dan lingkungan dalam operasi bisnis mereka dan dalam interaksinya dengan para stakeholder berdasarkan prinsip kesukarelaan. Menurut ISO 26000, dalam Solihin (2008) mengenai Guidance on Social Responsibility : Tanggung jawab sosial adalah tanggung jawab suatu perusahaan atas dampak dari berbagai keputusan dan aktivitas mereka terhadap masyarakat dan lingkungan melalui suatu perilaku yang terbuka dan etis, yang konsisten dengan pembangunan berkelanjutan dan kesejahteraan masyarakat, memerhatikan ekspektasi para pemangku kepentingan, tunduk kepada hukum yang berlaku dan konsisten dengan norma perilaku internasional dan diintegrasikan ke dalam seluruh bagian organisasi. Elkington (1997) dalam Solihin (2008), menyatakan bahwa CSR dibagi menjadi tiga komponen yang dikenal dengan Triple Bottom Line, yaitu : a) profit (keuntungan) ; b) people (masyarakat) ; c) planet (lingkungan). Elkington memberi pandangan bahwa perusahaan yang memiliki keberlanjutan dalam berusaha haruslah memperhatikan tiga komponen tersebut. Pengungkapan sosial yang dilakukan oleh perusahaan umumnya bersifat voluntary (sukarela), unaudit (belum diaudit), dan unregulated (tidak dipengaruhi oleh peraturan tertentu). Darwin (2004) dalam Anggraini (2006) mengatakan bahwa program-program CSR terbagi menjadi 3 kategori yaitu : 19

1. Program ekonomi, yaitu program perusahaan yang melakukan tindakan untuk terjun langsung di dalam masyarakat untuk membantu memperkuat ketahanan ekonomi dan menjadikan masyarakat yang tangguh dan mandiri. 2. Program lingkungan, yaitu program perusahaan yang bertujuan untuk menjaga ekosistem dan lingkungan agar terjaga dari kerusakan dan meminimalisir terjadinya polusi akibat dari aktivitas perusahaan. 3. Program sosial, yaitu program perusahaan yang melakukan kegiatan kedermawanan untuk membangun masyarakat dan meningkatkan taraf hidup manusia. Di dalam program sosial ada berbagai macam program yang dapat dijalankan oleh perusahaan, pendidikan, dan pelayanan kesehatan umum. 2.5 Ukuran Perusahaan (Firm size) Ukuran perusahaan adalah nilai yang menunjukkan besar kecilnya perusahaan (Hasan, 2009). Jumlah karyawan, jumlah aset, jumlah penjualan, dan kapitalisasi pasar merupakan proksi yang digunakan untuk mengukur ukuran perusahaan. Ukuran Perusahaan berhubungan degan fleksibilitas dan kemampuan untuk mendapatkan dana dan laba dengan melihat pertumbuhan penjualan saham (Haruman, 2008). Menurut Guna dan Herawaty (2010) dalam Sudarmadji dan Sularto (2007) jika perusahaan memiliki total aset yang besar maka modal yang ditanam oleh investor juga banyak. Oleh sebab 20

itu penjualan, perputaran uang, dan kapitalisasi pasar dalam perusahaan tersebut semakin dikenal oleh masyarakat. 2.6 Penelitian Terdahulu Penelitian yang berkaitan dengan nilai perusahaan telah banyak dilakukan di dalam maupun luar negeri dengan karakteristik perusahaan yang berbeda-beda dan hasil penelitian yang berbeda-beda pula. Paranita (2007) menggunakan 5 variabel yaitu, insider ownership, kebijakan hutang, tingkat profitabilitas, ukuran perusahaan, dan nilai perusahaan. Hasil penelitian tersebut menyebutkan bahwa insider ownersip, kebijakan hutang, tingkat profitabilitas, dan ukuran perusahaan berpengaruh positif pada nilai perusahaan. Handoko (2010) menggunakan 5 variabel yaitu, ROA, ROE, CSR, Komisaris Independen, dan Nilai Perusahaan. Hasil penelitian tersebut menyebutkan bahwa ROA dam ROE berpengaruh positif pada nilai perusahaan, sedangkan CSR dan Komisaris Independen berpengaruh positif pada nilai perusahaan. Permanasari (2010) menggunakan 4 variabel yaitu, kepemilikan manajemen, kepemilikan institusional, corporate governance responsibility, dan nilai perusahaan. Hasil penelitian tersebut menyebutkan bahwa kepemilikan manajemen dan kepemilikan institusional berpengaruh negatif pada nilai perusahaan, sedangkan corporate social responsibility berpengaruh positif pada nilai perusahaan. 21

Praditia (2010) menggunakan 6 variabel yaitu, kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, komisaris independen, kualitas auditor, manajemen laba, dan nilai perusahaan. Hasil penelitian tersebut menyebutkan bahwa kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, komisaris independen, kualitas auditor, tidak mempunyai pengaruh terhadap manajemen laba dan nilai perusahaan. Yunita (2011) menggunakan 8 variabel yaitu, ROA, DER, DPR, Kebijakan utang, Kebijakan deviden, Size, Komisaris independen, dan nilai perusahaan. Hasil penelitia tersebut menyebutkan bahwa ROA, DER, DPR, dan Size berpengaruh positif pada nilai perusahaan, sedangkan kebijakan utang, kebijakan deviden, komisaris independen berpengaruh negatif pada nilai perusahaan. Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu No Nama Peneliti dan Tahun Penelitian 1 Paranita (2007) Judul Penelitian Variabel Penelitian Hasil Penelitian Analisis Pengaruh Inseder Ownership, Kebijakan Hutang, Profitabilitas, dan Ukuran Perusahaan terhadap Nilai Perusahaan. X1 : insider ownership X2 : kebijakan hutang X3 : ROA X4 : ROE X5 : ukuran perusahaan Y : nilai perusahaan Insider ownership, kebijakan hutang, tingkat profitabilitas, ukuran perusahaan, berpengaruh signifikan pada nilai perusahaan. 2 Handoko (2010) Pengaruh kinerja keuangan terhadap nilai XI : ROA X2 : ROE X3 : CSR Kinerja Keuangan berpengaruh signifikan pada nilai 22

perusahaan dengan pengungkapan Corporate Social Responsibility dan Good Corporate Governance sebagai Variabel Pemoderasi. X4 : Komisaris Independen Y : Nilai Perusahaan perusahaan.csr dan GCG berpengaruh positif pada kinerja keuangan dan nilai perusahaan. 3 Permanasari (2010) Pengaruh kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional dan corporate social responsibitilty terhadap nilai perusahaan. XI : kepemilikan manajemen X2: kepemilikan institusional X3 : corporate social responsibility Y : nilai perusahaan Kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional tidak berpengaruh signifikan pada nilai perusahaan. Sedangkan corporate social responsibility mempunyai pengaruh signifikan pada nilai perusahaan. 4 Praditia (2010) Analisis Pengaruh Mekanisme Corporate Governance Terhadap Manajemen Laba dan Nilai Perusahaan X1 : kepemilikan institusional X2 : kepemilikan manajerial X3 : komisaris independen X4 : kualitas auditor Y1 : manajemen laba Y2 : nilai perusahaan Kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, komisaris independen, kualitas auditor tidak berpengaruh signifikan pada manajemen laba dan nilai perusahaan. 5 Yunita (2011) Analisis Pengaruh X1 : ROA X2 : DER ROA, DER, DPR, Size mempunyai 23

Profitabilitas, Kebijakan Utang, Kebijakan Deviden, Size, dan Mekanisme Good Corporate Governance terhadap Nilai Perusahaan. X3 : DPR X4 : Kebijakan Utang X5 : Kebijakan Deviden X6 : Size X7 : Komisaris Independen Y : Nilai Perusahaan pengaruh signifikan pada nilai perusahaan. Sedangkan Kebijakan utang, kebijakan deviden, GCG tidak berpengaruh pada nilai perusahaan. 2.7 Kerangka Konseptual Berdasarkan analisis dalam landasan teori dan penelitian terdahulu yang menguji faktor-faktor yang mempengaruhi nilai perusahaan diatas maka dapat digambarkan suatu kerangka pemikiran sebagai berikut: Kepemilikan Institusional (X 1 ) Gambar 2.1 Skema Kerangka Konseptual H1 Komisaris Independen (X 2 ) Return on Assets (ROA) (X 3 ) Return on Equity (ROE) (X 4 ) CSR (X 5 ) Ukuran Perusahaan (X 6 ) H2 H3 H4 H5 H6 Nilai Perusahaan (Tobin s Q) (Y) H7 24

2.8 Hipotesis Penelitian Menurut Erlina (2008), hipotesis menyatakan hubungan yang diduga secara logis antara dua variabel atau lebih dalam rumusan proposisi yang dapat diuji secara empiris. Dari kerangka pemikiran diatas, maka hipotesishipotesis yang diajukan dalam penelitian ini sebagai berikut : Hipotesis 1 : Kepemilikan institusional berpengaruh secara parsial terhadap nilai perusahaan. Hipotesis 2 : Komisaris independen tidak berpengaruh secara parsial terhadap nilai perusahaan. Hipotesis 3 : ROA berpengaruh secara parsial terhadap terhadap nilai perusahaan. Hipotesis 4 : ROE berpengaruh secara parsial terhadap nilai perusahaan. Hipotesis 5 : Corporate Social Responsibility (CSR) berpengaruh secara parsial terhadap nilai perusahaan. Hipotesis 6 : Ukuran perusahaan (FIRM SIZE) berpengaruh secara parsial terhadap nilai perusahaan. Hipotesis 7 : Kepemilikan Institusional, Komisaris Independen, ROA, ROE, CSR, dan Ukuran Perusahaan berpengaruh secara simultan terhadap nilai perusahaan. 25