PELANGGARAN HAK LINTAS DI WILAYAH UDARA INDONESIA OLEH PESAWAT MILITER ASING

dokumen-dokumen yang mirip
No Laut Kepulauan (archipelagic sea lane passage) dan jalur udara di atasnya untuk keperluan lintas kapal dan Pesawat Udara Asing sesuai denga

PELANGGARAN KEDAULATAN DI WILAYAH UDARA NEGARA INDONESIA OLEH PESAWAT SIPIL ASING JURNAL ILMIAH

Kata Kunci : Yurisdiksi Indonesia, Penenggelaman Kapal Asing, UNCLOS

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2018 TENTANG PENGAMANAN WILAYAH UDARA REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

TINJAUAN HUKUM LAUT INTERNASIONAL MENGENAI PERLINDUNGAN HUKUM NELAYAN TRADISIONAL INDONESIA. Jacklyn Fiorentina

PENERAPAN YURISDIKSI NEGARA DALAM KASUS PEMBAJAKAN KAPAL MAERSK ALABAMA DI PERAIRAN SOMALIA. Oleh: Ida Ayu Karina Diantari

2018, No BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Wilayah Udara adalah wilayah kedaulatan udara di a

BAB II KEDAULATAN NEGARA DI RUANG UDARA BERDASARKAN KONVENSI CHICAGO D. Pengertian Ruang Udara dan Wilayah Udara Indonesia

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Alur Laut Kepulauan Indonesia (ALKI) I, II, III

State Sovereignty over the Airspace Concept and Enforcement Efforts of Sovereignty Violations by Foreign Aircraft

PENOLAKAN EKSEKUSI PUTUSAN ARBITRASE INTERNASIONAL DI PENGADILAN NASIONAL INDONESIA. Oleh: Ida Bagus Gde Ajanta Luwih I Ketut Suardita

BAB I PENDAHULUAN. manusia di dalamnya dan perlu pengaturan yang jelas dan pasti. Berbeda dengan

penting dalam menciptakan hukum internasional sendiri.

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 1996 TENTANG PERAIRAN INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

Keywords: UNCLOS 1982, Laut Yuridiksi Nasional, Pembajakan dan Perompakan

BAB I PENDAHULUAN. Perang saudara Suriah yang juga dikenal dengan pemberontakan Suriah atau

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP NELAYAN TRADISIONAL INDONESIA MENURUT KETENTUAN UNITED NATIONS CONVENTION ON THE LAW OF THE SEA 1982

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 1996 TENTANG PERAIRAN INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Wilayah Negara Dalam Hukum Internasional

STATUS PULAU BUATAN YANG DIBANGUN DI DALAM ZONA EKONOMI EKSKLUSIF TERHADAP PENETAPAN LEBAR LAUT TERITORIAL DAN ZONA EKONOMI EKSKLUSIF

HAK DAN KEWAJIBAN KAPAL DAN PESAWAT UDARA ASING MELAKUKAN LINTAS DI ALUR LAUT KEPULAUAN INDONESIA SKRIPSI

KEDAULATAN NEGARA KESATUAN REPUBLIK INDONESIA ATAS PULAU NIPA DITINJAU BERDASARKAN UNITED NATIONS CONVENTION ON THE LAW OF THE SEA (UNCLOS) 1982

NAVIGASI. Pengertian Lintas (Art. Art. 18 LOSC) SELAT SELAT REZIM HAK LINTAS. Dalam arti geografis: Dalam arti yuridis: lain.

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia sebagai Negara Kepulauan yang memiliki struktur

Hak Lintas Damai di Laut Teritorial

pres-lambang01.gif (3256 bytes)

BAB I PENDAHULUAN. khususnya mengenai penerbangan, penggunaan pesawat-pesawat terbang dalam

LEGALITAS PENGANCAMAN DAN PENGGUNAAN SENJATA NUKLIR OLEH NEGARA DALAM HUKUM INTERNASIONAL

PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN NASIONAL TERKAIT DENGAN PENETAPAN INDONESIA SEBAGAI NEGARA KEPULAUAN. Oleh : Ida Kurnia*

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 1996 TENTANG PERAIRAN INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Pembagian Kewenangan Dalam Penegakan Hukum Terhadap Pelanggaran Peraturan Perundang-Undangan Di Perairan Indonesia

PENGATURAN HUKUM HAK LINTAS DAMAI MENURUT KONVENSI HUKUM LAUT 1982 DAN IMPLEMENTASINYA DI INDONESIA 1 Oleh: Monica Carolina Ingke Tampi 2

BAB SYARAT TERBENTUKNYA NEGARA

ANALISIS UNDANG-UNDANG KELAUTAN DI WILAYAH ZONA EKONOMI EKSKLUSIF

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2002 TENTANG

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. Kedaulatan merupakan salah satu unsur eksistensi sebuah negara. Dari

Kata Kunci : Perang, Perwakilan Diplomatik, Perlindungan Hukum, Pertanggungjawaban

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara kepulauan terbesar di dunia memiliki sejarah

Sayidiman Suryohadiprojo. Jakarta, 24 Juni 2009

PENGATURAN ASAS REBUS SIC STANTIBUS

Prosiding Ilmu Hukum ISSN: X

PENGANTAR ILMU DAN TEKNOLOGI KEMARITIMAN. Dr. Ir. Hj. Khodijah Ismail, M.Si www. Khodijahismail.com

STATUS TENTARA ANAK DALAM KONFLIK BERSENJATA

PENEGAKAN HUKUM HUMANITER DALAM KONFLIK BERSENJATA INTERNAL SURIAH

PENGATURAN HUKUM TERHADAP BATAS LANDAS KONTINEN ANTARA INDONESIA DAN MALAYSIA DI GOSONG NIGER

SALINAN. 1. Pasal 5 ayat (21 Undang-Undang Dasar Negara Republik. 2. Undang-Undang Nomor I Tahun 2OO9 tentang

ZONASI LAUT TERITORIAL. Oleh Dr. Ir. HJ. KHODIJAH ISMAIL, M.Si

TUGAS HUKUM LAUT INTERNASIONAL KELAS L PERMASALAHAN INDONESIA SEBAGAI NEGARA KEPULAUAN

BAB I PENDAHULUAN. dan dalam lingkungan wilayah yang dibatasi oleh garis-garis perbatasan

BAB I PENDAHULUAN. Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) merupakan negara

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG WILAYAH NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG WILAYAH NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 1996 TENTANG PERAIRAN INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG WILAYAH NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP KONSUMEN DALAM MENGGUNAKAN JASA TRANSPORTASI ONLINE UBER DAN GRAB DI INDONESIA

BAB 1 PENDAHULUAN. perairan yang sangat luas. Kondisi wilayah ini dikenal dengan Archipelago State atau

Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG HAK DAN KEWAJIBAN KAPAL ASING DALAM MELAKSANAKAN LINTAS DAMAI MELALUI PERAIRAN INDONESIA.

BAB III PENUTUP. tahun 2006 tentang tim nasional pembakuan rupa bumi. Saat ini ada

PENEGAKAN HUKUM DI PERBATASAN WILAYAH UDARA NEGARA KESATUAN REPUBLIK INDONESIA. Oleh:

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG WILAYAH NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PENEGAKAN HUKUM TERHADAP PESAWAT MILITER ASING YANG DITERBANGKAN DARI KAPAL INDUK SAAT MELINTAS ALUR LAUT KEPULAUAN INDONESIA (ALKI)

PUSANEV_BPHN. Prof. Dr. Suhaidi,SH,MH

IMPLEMENTASI UNITED NATION CONVENTION ON THE LAW OF THE SEA 1982 (UNCLOS 1982) TERHADAP PENETAPAN ALUR LAUT KEPULAUAN INDONESIA (ALKI)

BAB V PENUTUP. 1. Mengenai Perkembangan Penegakan Hukum Terhadap Kapal. Fishing (IUUF) di Wilayah Pengelolaan Perikanan Indonesia.

BAB V KESIMPULAN. wilayah, tindakan atas hak dan kewajiban yang dilakukan di laut baik itu oleh

I. PENDAHULUAN. Pada tahun 1982, tepatnya tanggal 10 Desember 1982 bertempat di Jamaika

ANALISIS TENTANG PEMERINTAH DAERAH SEBAGAI PIHAK DALAM PEMBENTUKAN PERJANJIAN INTERNASIONAL

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan alat transportasi lainnya karena banyaknya keuntungan yang didapat

UNIVERSITAS INDONESIA POTENSI ANCAMAN DI ALUR LAUT KEPULAUAN INDONESIA (ALKI) DALAM PERSPEKTIF KETAHANAN NASIONAL TESIS

BAB I PENDAHULUAN. Republik Indonesia Tahun 1945 ayat (3) berisi ketentuan mengenai bumi, air. dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KONSEP NEGARA KEPULAUAN MENURUT HUKUM LAUT INTERNASIONAL (UNCLOS 1982) DALAM PENYELESAIAN SENGKETA NIGER GESONG ANTARA INDONESIA DENGAN MALAYSIA

PERLINDUNGAN HUKUM NEGARA TERHADAP KEDAULATAN WILAYAH LAUT

PENEGAKAN YURISDIKSI TERITORIAL NEGARA KESATUAN REPUBLIK INDONESIA DALAM PENCAPAIAN ASEAN PHYSICAL CONNECTIVITY

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB 1 PENDAHULUAN. untuk menjamin keselamatan setiap penerbangan udara sipil. 1

BAB III PENUTUP. Konvensi Chicago Tahun 1944 sebagai berikut :

GANTI RUGI DALAM ASURANSI KECELAKAAN PENUMPANG ANGKUTAN UDARA KOMERSIAL

BAB I PENDAHULUAN. masalah-masalah hukum. Di Indonesia, salah satu masalah hukum

2017, No Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2004 tentang Tentara Nasional Indonesia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 127, Tamb

PERLINDUNGAN PENGUNGSI SURIAH KORBAN GERAKAN NEGARA ISLAM IRAK AN SURIAH DI NEGARA-NEGARA EROPA. Oleh : Nandia Amitaria

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PROSES DAN TAHAPAN PENJATUHAN HUKUMAN DISIPLIN PEGAWAI NEGERI SIPIL BERDASARKAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 53 TAHUN 2010

PERAN DEWAN KEAMANAN PERSERIKATAN BANGSA BANGSA DALAM PEMBATASAN PENGGUNAAN SENJATA

LEGALITAS PENGGUNAAN BOM CURAH (CLUSTER BOMB) PADA AGRESI MILITER ISRAEL KE PALESTINA DALAM PERSPEKTIF HUKUM HUMANITER INTERNASIONAL

PENETAPAN ALUR LAUT KEPULAUAN INDONESIA BERDASARKAN REKOMENDASI IMO TAHUN 1998

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG WILAYAH NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

Abstract. Keywords ; Military Attack, NATO, Libya, Civilian

PENERAPAN UNCLOS 1982 DALAM KETENTUAN PERUNDANG UNDANGAN NASIONAL, KHUSUSNYA ZONA EKONOMI EKSKLUSIF INDONESIA. Oleh : Ida Kurnia * Abstrak

LAPORAN SINGKAT I. PENDAHULUAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Transkripsi:

PELANGGARAN HAK LINTAS DI WILAYAH UDARA INDONESIA OLEH PESAWAT MILITER ASING Oleh: Sylvia Mega Astuti I Wayan Suarbha Program Kekhususan Hukum Internasional dan Hukum Bisnis Internasional Fakultas Hukum Universitas Udayana ABSTRACT Sovereignty violations committed by a number of foreign military aircraft crossings Indonesia s airspace is a strategic issue for the Indonesian state defense. This article aims to analyze the regulation concerning the right of passage for foreign military aircraft and to analyze the law enforcement that can be imposed in case of a violation of Indonesian airspace regulations by foreign military aircraft. It is a normative legal research that uses statutory approach in analyzing international legal instrument and national instrument and also fact approach. This article concludes that foreign military aircraft can only be crossed freely in Indonesian airspace above archipelagic sea lane passage of Indonesia that has been given specifically by UNCLOS 1982 and has been authorized by Indonesian Government. In terms of law enforcement, the actions that must be taken are to warn and to order the foreign military aircraft to leave Indonesian airspace, to do intercept, pursuit and forced landing and send diplomatic note to the countries that commit violations. Keywords : Airspace, Indonesia, Sovereignty, foreign military aircraft. ABSTRAK Pelanggaran kedaulatan yang dilakukan oleh sejumlah pesawat tempur negara asing yang melintasi wilayah udara Indonesia merupakan isu strategis bagi pertahanan negara Indonesia. Tulisan ini bertujuan untuk menganalisis pengaturan mengenai hak lintas bagi pesawat udara militer asing serta menganalisis penegakan hukum yang dapat digunakan apabila terjadi suatu pelanggaran ketentuan penerbangan di wilayah udara Indonesia oleh pesawat militer asing. Artikel ini merupakan penelitian hukum normatif yang menggunakan perundangan-undangan dalam menganalisis instrumen hukum internasional dan hukum nasional terkait dan pendekatan fakta. Tulisan ini menyimpulkan bahwa pesawat militer asing hanya dapat melintas secara bebas di wilayah udara Indonesia di atas alur laut kepulauan Indonesia yang telah diberikan secara khusus sesuai UNCLOS 1982 dan setelah mendapatkan otorisasi oleh Pemerintah Indonesia. Dalam hal penegakan hukum, tindakan yang wajib dilakukan oleh militer Indonesia adalah dengan memperingatkan dan memerintahkan pesawat militer asing untuk meninggalkan wilayah udara Indonesia, melakukan pencegatan, pengejaran, dan pendaratan paksa serta mengirimkan Nota Diplomatik kepada negara yang melakukan pelanggaran. Kata Kunci: Wilayah udara, Indonesia, kedaulatan, pesawat militer asing. 1

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada bulan Juni 2015, Tentara Nasional Indonesia (TNI) melakukan evaluasi terkait dengan pelanggaran kedaulatan di wilayah udara Indonesia sepanjang periode Januari hingga Mei tahun 2015. Dari hasil evaluasi tersebut tercatat telah terjadi sembilan kali pelanggaran udara yang dilakukan oleh sejumlah pesawat tempur milik Malaysia. Pesawat tempur tersebut melintasi wilayah perbatasan antara Indonesia- Malaysia namun menerobos masuk ke zona udara Indonesia tepatnya di zona udara Blok Ambalat, sisi Timur pantai Kalimantan dan di sekitar wilayah Selat Makassar. 1 Pesawat tempur milik Malaysia yang melakukan pelanggaran tersebut tidak dapat dicegat oleh pihak TNI-AU karena dilakukan saat pesawat tempur milik Indonesia sedang tidak ada di landasan udara baik di Kalimantan maupun di Sulawesi. 2 Ketiadaan penjagaan tersebut tentu membuat pesawat tempur Malaysia dengan bebas menerobos wilayah udara Indonesia. Di samping itu, terjadinya pelanggaran di zona udara juga disebabkan oleh beberapa factor, di antaranya lemahnya pengawasan udara di wilayah Timur Indonesia, masih rendahnya kesiapsiagaan militer, keterbatasan fasilitas Alat Utama Sistem Senjata (alutsista) dan penempatannya yang tidak merata serta keterbatasan radar dan teknologi yang modern yang dimililki oleh Angkatan Udara Indonesia. Hukum Internasional sesungguhnya menentukan bahwa setiap negara memiliki kedaulatan penuh dan eksklusif terhadap wilayah udaranya. Dengan demikian Indonesia memiliki kedaulatan penuh atas wilayah udaranya sehingga tidak ada pesawat udara yang dapat masuk dengan bebas ke wilayah udara Indonesia. Seiring dengan adanya pekembangan masyarakat internasional serta hukum internasional dan hukum udara, kedaulatan negara atas ruang udara di atas wilayahnya itu tidak lagi bersifat penuh dan mutlak. 3 Suatu negara dapat melintasi ruang udara negara lain sepanjang telah mendapat 1 CNN Indonesia website, URL: http://www.cnnindonesia.com/nasional/20150617095259-20- 60494/dibayangi-jet-malaysia-ambalat-dicemaskan-tni-lepas-dari-ri/ diakses pada Jumat 19 Februari 2016, Pukul 11.34 WITA 2 CNN Indonesia website, URL: http://www.cnnindonesia.com/nasional/20150617081758-20- 60478/tni-geram-pesawat-tempur-malaysia-masuk-ambalat-9-kali/ diakses pada Jumat 19 Februari 2016, Pukul 11.34 WITA 3 I Wayan Parthiana, 2003, Pengantar Hukum Internasional, Mandar Maju, Bandung, h. 169 2

izin dari negara bersangkutan dan sesuai dengan ketentuan hukum internasional dan nasional negara tersebut. 1.2. Tujuan Penulisan Tujuan dari penulisan ini adalah untuk menganalisis pengaturan mengenai hak lintas bagi pesawat udara militer asing serta untuk menganalisis penegakan hukum yang dapat digunakan apabila terjadi suatu pelanggaran oleh pesawat militer asing terhadap ketentuan penerbangan di wilayah udara Indonesia. II. ISI MAKALAH 2.1. Metode Penelitian Tulisan ini merupakan penelitian hukum normatif atau penelitian hukum doktrinal yaitu penelitian hukum yang menggunakan sumber data sekunder. 4 Jenis pendekatan yang digunakan adalah dengan pendekatan perundangan-undangan yang menganalisis instrumen hukum internasional dan hukum nasional terkait dan pendekatan fakta yang berkaitan dengan masalah yang diteliti. 2.2. Hasil dan Pembahasan 2.2.1. Pengaturan Hukum Udara Mengenai Hak Lintas Bagi Pesawat Militer Asing Berdasarkan Hukum Internasional, pengaturan mengenai ruang udara diatur dalam Convention Relating to the Regulation of Aerial Navigation (Paris Convention/Konvensi Paris 1919), Convention on International Civil Aviation (Chicago Convention 1944/Konvensi Chicago 1944) dan United Nations Convention on the Law of the Sea 1982 (UNCLOS 1982/Konvensi Hukum Laut 1982). Dalam Pasal 3 huruf c Chicago Covention 1944 menyatakan No state aircraft of a contracting State shall fly over the territory of another State or land thereon without authorization by special agreement or otherwise, and in accordance with the terms thereof. Dengan adanya ketentuan tersebut maka dapat dikatakan bahwa pesawat militer tidak memiliki hak untuk melintasi ruang udara suatu negara. Sifat ruang udara nasional adalah tertutup baik bagi pesawat sipil maupun militer, sehingga di ruang udara nasional tidak mengenal adanya hak lintas damai pihak 4 Soejono dan H. Abdurrahman, 2005, Metode Penelitian (Suatu Pemikiran dan Penerapan), Rineka Cipta, Jakarta, h. 56 3

asing seperti pada wilayah laut. Semenjak dibentuknya UNCLOS 1982 yang telah diratifikasi Indonesia melalui Undang-Undang Nomor 17 Tahun 1985, kedaulatan wilayah udara Indonesia mengalami pembaharuan. Ketentuan Pasal 53 konvensi tersebut menyatakan bahwa suatu negara kepulauan dapat menentukan alur laut dan rute penerbangan di atas wilayahnya. Indonesia sebagai negara kepulauan diwajibkan menyediakan alur laut kepulauan untuk jalur lintas damai untuk kapal asing dimana hal tersebut juga berlaku untuk pesawat asing baik sipil maupun militer di wilayah udara di atasnya. Melalui Alur Laut Kepulauan Indonesia (ALKI) pesawat militer asing diberikan hak untuk dapat melintasi wilayah udara Indonesia namun hanya sebatas penerbangan yang dilakukan secara normal semata-mata untuk melakukan transit yang terusmenerus, langsung dan secepat mungkin (Pasal 53 ayat (3) UNCLOS 1982). Pesawat militer asing diijinkan untuk melintas di atas wilayah ini tanpa memerlukan izin dari Pemerintah Indonesia tetapi wajib memenuhi ketentuan ALKI yang berlaku dan tetap diwajibkan untuk memperhatikan keamanan penerbangan pesawat sipil. Selain daripada jalur ALKI dan jalur yang ditentukan oleh perjanjian dengan negara lain, pesawat militer asing tidak berhak melintas dengan bebas sebab dapat mengancam kedaulatan udara Indonesia. 2.2.2. Penegakan Hukum Terhadap Pelanggaran Pesawat Militer Asing di Wilayah Udara Indonesia Apabila suatu pesawat militer asing diketahui telah memasuki wilayah udara tanpa izin dan di luar dari rute yang telah diberikan (ALKI maupun perjanjian khusus), maka Pemerintah Indonesia memiliki hak untuk melakukan tindakan pengamanan sebagai wujud dari bela negara. Adapun tanggung jawab pengamanan tersebut diberikan kepada Angkatan Udara Indonesia melalui Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2002 tentang Pertahanan Negara. Tindakan pengamanan dilakukan karena menurut Pasal 19 ayat (1) UNCLOS 1982 lintas adalah damai sepanjang tidak merugikan bagi perdamaian, ketertiban atau keamanan negara pantai maka melintasnya pesawat militer asing tersebut dapat dikategorikan sebagai lintas yang tidak damai dan merupakan ancaman bagi keamanan dan kedaulatan suatu negara. Untuk melindungi kedaulatan udara Indonesia, Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan mengatur mengenai tindakan-tindakan yang wajib dilakukan 4

oleh Angkatan Udara Indonesia. Berkaitan dengan penegakan hukum atas pelanggaran yang dilakukan pesawat militer milik Malaysia, sesuai dengan Pasal 8 undang-undang tersebut tindakan yang wajib dilakukan yakni dengan memperingatkan, memerintahkan kepada pesawat militer tersebut untuk meninggalkan wilayah udara Indonesia, melakukan pencegatan (intercept) dan pengejaran serta melakukan pendaratan paksa di pangkalan udara tertentu di Indonesia apabila pesawat tersebut tidak berkenan meninggalkan wilayah kedaulatan Indonesia. Mengingat keterbatasan dan ketidakmerataan penempatan alutsista yang berjauhan dari lokasi kejadian, maka tindakan pencegatan dan pengejaran pesawat militer milik Malaysia tidak dapat dilakukan sesuai dengan prosedur yang tertuang di dalam undang-undang tersebut. Sehubungan dengan telah dilakukannya beberapa kali pelanggaran oleh pihak Malaysia, maka tindakan selanjutnya yang wajib dilakukan oleh Indonesia adalah dengan melayangkan Nota Diplomatik. Indonesia telah berulang kali mengirimkan Nota Diplomatik ke negara lain termasuk Malaysia untuk setiap pelanggaran. Ini dilakukan sebagai bentuk keberatan (protes) atas pelanggaran yang terjadi dan sebagai bentuk penegasan bahwa wilayah udara yang dilalui pesawat militer mereka merupakan wilayah kedaulatan udara Indonesia. 5 KESIMPULAN Berdasarkan pembahasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa kedaulatan wilayah udara tidak mengenal adanya hak lintas damai sebab ruang udara nasional suatu negara sepenuhnya tertutup bagi pesawat asing baik sipil maupun militer. Pesawat militer hanya dapat melintas secara bebas di wilayah udara Indonesia yaitu melalui wilayah udara di atas ALKI yang telah diberikan secara khusus sesuai UNCLOS 1982 dan setelah mendapatkan otorisasi melalui perjanjian khusus oleh Pemerintah Indonesia. Sementara penegakan hukum terhadap pelanggaran penerbangan yang dilakukan Malaysia dan/atau negara lain yakni dengan memperingatkan, memerintahkan untuk meninggalkan wilayah Indonesia, melakukan pencegatan (intercept), pengejaran dan pendaratan paksa di pangkalan udara tertentu di wilayah NKRI serta dengan mengirimkan Nota Diplomatik kepada negara yang melakukan pelanggaran. Daftar Pustaka Buku 5 CNN Indonesia website, URL: http://cnnindonesia.com/nasional/ksau-kami-kirim-notadiplomatik-untuk-tiap-pelanggaran/, diakses pada 27 Maret 2016 pukul 13.33 WITA 5

Kusumaatmadja, Mochtar dan Etty R. Agoes, 2002, Pengantar Hukum Internasional, Edisi Kedua, Alumni, Jakarta. Parthiana, I Wayan, 2003, Pengantar Hukum Internasional, Mandar Maju, Bandung. Soejono, dan Abdurrahman, 2005, Metode Penelitian: Suatu Pemikiran dan Penerapan, Cetakan Kedua, Rineka Cipta, Jakarta. Perundang-undangan Convention Relating to the Regulation of Aerial Navigation 1919 Convention on International Civil Aviation 1944 United Nations Convention on the Law of the Sea 1982 Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2002 tentang Pertahanan Negara Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan Internet Artikel, Dibayangi Jet Malaysia Ambalat Dicemaskan TNI Lepas dari RI, http://www.cnnindonesia.com/ Artikel, TNI Geram Pesawat Tempur Malaysia Masuk Ambalat 9 kali, http://www.cnnindonesia.com/ Artikel, KSAU: Kami Kirim Nota Diplomatik untuk Tiap Pelanggaran, http://www.cnnindonesia.com/ 6