BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 4.1.1. Gambaran Umum RSUP Prof. Dr. R.D. Kandou Manado



dokumen-dokumen yang mirip
.BAB 1 PENDAHULUAN. dari sistem pemerintahan yang bercorak sentralisasi mengarah kepada sistem

RESPON MASYARAKAT TERHADAP JAMKESMAS SEBAGAI UPAYA PELAYANAN KESEHATAN

BAB I PENDAHULUAN. termasuk Indonesia. Doktrin New Public Management (NPM) atau Reinveting

PEMERINTAH KABUPATEN LUWU UTARA

BAB II PELAKSANAAN JAMKESMAS DI KOTA BANDUNG

PETUNJUK TEKNIS ADMINISTRASI KLAIM DAN VERIFIKASI PROGRAM JAMINAN KESEHATAN MASYARAKAT 2008 PADA PEMBERI PELAYANAN KESEHATAN TINGKAT LANJUTAN

: Sekretaris Daerah Kota Medan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perkembangan dan peningkatan jasa pelayanan kesehatan dalam sebuah

PEMERINTAH PROVINSI RIAU

BUPATI BANYUWANGI PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 39 TAHUN 2015 TENTANG PERATURAN INTERNAL RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BLAMBANGAN KABUPATEN BANYUWANGI

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK UTARA NOMOR 9 TAHUN 2013 SERI D NOMOR 9 TAHUN 2013 PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK UTARA NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG

BUPATI BIMA PERATURAN BUPATI BIMA NOMOR 34 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA STRATEGIS BISNIS PADA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BIMA

BAB I PENDAHULUAN. Nomor 23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum dan

BUPATI PAKPAK BHARAT

S A L I N A N DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PROBOLINGGO,

Pasal 68 UU no. 1 Tahun 2004

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

BAB I PENDAHULUAN. yang memenuhi atau melebihi harapan. Maka dapat dikatakan, bahwa hal-hal

PENYUSUNAN INDIKATOR KINERJA KLINIK DALAM STANDAR PELAYANAN MINIMAL DI RS DR KARIADI SEBAGAI BADAN LAYANAN UMUM. Farichah Hanum

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan adalah kebutuhan primer yang harus dipenuhi oleh seluruh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. oleh rumah sakit adalah kepuasan pelanggan agar dapat bertahan, bersaing,

BAB 1 PENDAHULUAN. asuransi sehingga masyarakat dapat memenuhi kebutuhan dasar kesehatan

BERITA DAERAH KOTA JAMBI TAHUN 2009 NOMOR 48 PERATURAN WALIKOTA JAMBI NOMOR 48 TAHUN 2009

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 41 TAHUN 2016 TENTANG SISTEM RUJUKAN KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II PROFIL PERUSAHAAN. A.Sejarah Singkat Perkembangan Rumah Sakit Dr. H. Kumpulan Pane Kota

BUPATI MUSI RAWAS PERATURAN BUPATI MUSI RAWAS NOMOR 15 TAHUN 2010 TENTANG

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. kelompok dan bahkan oleh masyarakat. Untuk dapat mewujudkan keadaan sehat

BAB II DESKIPSI PERUSAHAAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 adalah melindungi

TINGKAT KEPUASAN PASIEN RAWAT JALAN TERHADAP KUALITAS PELAYANAN DI APOTEK INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SRAGEN SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. yang diwujudkan dalam bentuk penerapan prinsip good governance. Dalam

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI TANAH BUMBU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI KABUPATEN TANAH BUMBU NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

BAB 1 PENDAHULUAN. serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan. Pasal 34 ayat 2 menyebutkan bahwa

BERITA DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2009 NOMOR 19 SERI E PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 30 TAHUN 2009 TENTANG PENYELENGGARAAN RUMAH SAKIT WALIKOTA BOGOR,

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan, termasuk didalamnya pelayanan kesehatan masyarakat. memperoleh perlindungan terhadap kesehatannya, dan negara

I. PENDAHULUAN. Sejak pertama kali berdirinya suatu negara, pemerintah dan masyarakat

BAB II RUMAH SAKIT MARTHA FRISKA BRAYAN. dengan Type Madya.Kapasitas Rawat Inap 270 Bed. Sakit Martha Friska Brayan adalah sebagai berikut :

PEMBAHASAN. A. Gambaran Umum Rumah Sakit Sumber Waras. Naya pada tahun Diatas tanah ± 619 hektar dijalan tangerang (sekarang

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG

MENGGGAS RUMAH SAKIT PEMERINTAH DAERAH SEBAGAI BADAN LAYANAN UMUM (BLU) Oleh : Muhammad Syarif, SHI1

BUPATI PROBOLINGGO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PROBOLINGGO,

PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG SISTEM JAMINAN KESEHATAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI BOYOLALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOYOLALI NOMOR 14 TAHUN 2011 TENTANG

RUMAH SAKIT. Oleh: Diana Holidah, M.Farm., Apt.

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BINTAN TAHUN 2012 NOMOR 7 SERI D NOMOR 3 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BINTAN NOMOR : 7 TAHUN 2012 TENTANG

BUPATI ALOR PERATURAN BUPATI ALOR NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 2009 TENTANG RUMAH SAKIT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. Strategi pembangunan kesehatan nasional adalah mewujudkan Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. padat modal dan padat teknologi, disebut demikian karena rumah sakit memanfaatkan

Administrasi dan Kebijakan Upaya Kesehatan Perorangan. Amal Sjaaf Dep. Administrasi dan Kebijakan Kesehatan, FKM UI

WALIKOTA PAREPARE PERATURAN WALIKOTA PAREPARE NOMOR 31 TAHUN 2014 TENTANG

Walikota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat

BAB I BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. diolah sebagai bahan pembuat laporan pelayanan rumah sakit. Rumah sakit

PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA SELATAN NOMOR 2 TAHUN 2009 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 10 TAHUN 2009 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 10 TAHUN 2009 TENTANG

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2017 TENTANG WAJIB KERJA DOKTER SPESIALIS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

2017, No Nomor 153, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5072); 4. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi (Lem

BUPATI PROBOLINGGO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PROBOLINGGO,

MISI MENJADI RUMAH SAKIT BERSTANDAR KELAS DUNIA PILIHAN MASYARAKAT KEPUASAN DAN KESELAMATAN PASIEN ADALAH TUJUAN KAMI

BUPATI KEPULAUAN MERANTI

BUPATI SERANG PERATURAN BUPATI SERANG NOMOR 53 TAHUN 2012 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA

BAB 3 KEBIJAKAN PEMERINTAH INDONESIA DALAM MENINGKATKAN AKSES KESEHATAN BAGI MASYARAKAT MISKIN (MASKIN)

BAB 1 PENDAHULUAN. bidang, termasuk kesehatan dituntut agar lebih berkualitas. Rumah sakit juga berubah

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 10 TAHUN 2009 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 10 TAHUN 2009 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. (PBB) tahun 1948 (Indonesia ikut menandatangani) dan Undang-Undang Dasar

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG SISTEM KESEHATAN DAERAH

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG RUMAH SAKIT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.693,2012

BAB II PROFIL RUMAH SAKIT UMUM DR. PIRNGADI MEDAN. A. Sejarah Ringkas RSU Dr. Pirngadi Medan

BAB I PENDAHULUAN. Pada tahun 2003, merupakan tahun dimulainya reformasi keuangan di

BAB I PENDAHULUAN. melalui upaya peningkatan (promotif), pencegahan penyakit (preventif),

2017, No Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5063); 3. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2012 tentang Pendidikan Tingg

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

BERITA DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 3 TAHUN 2008 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. menunjukkan keunggulan masing-masing agar bisa bertahan. Rumah sakit

BUPATI MADIUN PROVINSI JAWA TIMUR

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARANGANYAR NOMOR 16 TAHUN 2013 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Konsep New Public Management (NPM) yang telah diimplementasikan di berbagai

BUPATI MAJENE PROVINSI SULAWESI BARAT

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH

PERATURAN GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 1 TAHUN 2012

BAB II RUMAH SAKIT UMUM SITI HAJAR MEDAN

WALIKOTA PONTIANAK PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN WALIKOTA PONTIANAK NOMOR 39 TAHUN 2015 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANDUNG BARAT,

ORGANISASI PELAYANAN KESEHATAN PERTEMUAN II LILY WIDJAYA, SKM.,MM, PRODI D-III REKAM MEDIS DAN INFORMASI KESEHATAN, FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR TAHUN 2012 TENTANG

TENTANG MENTERI KEUANGAN,

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG KLINIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI KLATEN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLATEN NOMOR 8 TAHUN 2014 TENTANG RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BAGAS WARAS KABUPATEN KLATEN

GUBERNUR SUMATERA BARAT

5. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara

Transkripsi:

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Deskripsi Objek Penelitian 4.1.1. Gambaran Umum RSUP Prof. Dr. R.D. Kandou Manado Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat. Rumah sakit diselenggarakan berasaskan Pancasila dan didasarkan kepada nilai kemanusiaan, etika dan profesionalitas, manfaat, keadilan, persamaan hak dan anti diskriminasi, pemerataan, perlindungan dan keselamatan pasien, serta mempunyai fungsi sosial (Undang Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit). Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Prof Dr. R.D. Kandou Manado didirikan sejak tahun 1936, yaitu pada jaman Hindia Belanda. Pada awal berdirinya diberi nama Koningen Wilhelmina Ziekenheuis (KWZ). Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Prof. Dr. R.D. Kandou Manado dulu dikenal dengan Nama Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Gunung Wenang, namun kemudian atas peraturan perundang-undangan yang menginstruksikan setiap Rumah Sakit Umum haruslah mempunyai nama yang jelas, maka oleh Pimpinan Rumah Sakit mencoba untuk mencari nama yang dapat diambil dari seorang Tokoh Kesehatan yang telah memberikan kontribusi yang besar pada Rumah Sakit. Setelah melalui beberapa proses yang cukup lama, akhirnya dipilih seorang Tokoh Kesehatan yang sangat 91

92 dikagumi baik oleh para Dokter maupun oleh Masyarakat, yaitu: Prof. Dr. R.D. Kandou. Gambaran profit dari Prof. Dr. R.D. Kandou adalah sebagai berikut: 1. Tokoh Pendidikan dalam llmu Kesehatan Prof. Dr. R.D. Kandou, adalah seorang dokter yang dikenal disiplin dalam menerapkan Ilmu Kesehatan karena beliau adalah Dekan Pertama pada Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Manado. Hal inilah menyebabkan tokoh ini sangat dikenal oleh dokter-dokter yang ada karena mereka adalah mahasiswa dari Prof. Dr. R.D. Kandou. Ungkapan dari mahasiswanya yang sekarang juga sudah menjadi Dokter Ahli, bahwa Prof. Dr. R.D. Kandou terkenal sebagai seorang dokter yang tegas, disiplin dan sangat santun dalam, Ilmu Kesehatan. 2. Tokoh Kesehatan Prof. Dr. R.D. Kandou disebut sebagai Tokoh Kesehatan karena beliau sangat konsen di dalam melakukan pelayanan kesehatan. Bahkan pelayanan kesehatan Prof. Dr. R.D. Kandou tidak hanya saja di Manado, akan tetapi pelayanan kesehatannya sampai di pulau Jawa. Bahkan Masyarakat Jawa Tengah khususnya di kota Semarang juga sangat mengenal beliau karena Prof. Dr. R.D. Kandou pernah selama beberapa tahun tergabung dalam Tim Dokter di Rumah Sakit Kariadi yang merupakan Rumah Sakit Umum Pusat Prof. Dr. Kariadi Semarang.

93 Perjalanan pelayanan kesehatan Prof. Dr. R.D. Kandou dilanjutkan ke Sulawesi Selatan, Sulawesi Utara yang akhirnya diangkat menjadi Kepala Rumah Sakit dibeberapa Rumah Sakit, antara, lain: 1. Kepala Rumah Sakit Umum Pusat Gunung Wenang 2. Kepala Rumah Sakit Pancaran Kasih 3. Kepala Rumah Sakit Ratungwuisan 4. Kepala Rumah Sakit Lembean dan 5. Dokter Ahli di beberapa Rumah Sakit, antara lain: Rumah Sakit Teling yang merupakan Rumah Sakit yang dikelola oleh Angkatan Darat, Rumah Sakit Siti Maryam, Rumah Sakit Bethesda Tomohon dll. Prof. Dr. R.D. Kandou sangat dikenal oleh masyarakat sebagai Dokter yang dermawan, karena beliau tidak pernah menetapkan tarif khusus bagi pasien sebagai imbalan dari pelayanan kesehatan yang diberikan, namun beliau hanyalah mengutamakan pelayanan demi kesembuhan pasiennya. Sehingga tidak jarang banyak pasien-pasien yang datang dari desa-desa yang memberikan hasil kebunnya berupa: Ubi, Pepaya, Pisang, Buah-buahan. Sayursayuran dll sebagai imbalan karena mereka tidak mempunyai uang untuk membayar biaya pemeriksaan dokter. Melalui pengalaman Pelayanan Kesehatan dibeberapa tempat dan memegang jabatan Direktur Rumah Sakit terlama di Rumah Sakit Umum Pusat Gunung Wenang, yaitu: pada tahun 1947-1967 membuat Para Tim Dokter menetapkan bahwa: Nama Prof. Dr. R.D. Kandou sangat cocok untuk digunakan pada Rumah Sakit Umum Pusat Gunung Wenang dengan pertimbangan, selain

94 pengalaman Prof. Dr. R.D. Kandou dalam Pelayanan Kesehatan diberbagai tempat, namun intinya Prof Dr. R.D. Kandou menjabat Kepala Rumah Sakit terlama pada Rumah Sakit ini, yaitu dulunya Rumah Sakit Umum Pusat Gunung Wenang. Berjalannya waktu Rumah Sakit Umum Pusat Prof. Dr. R.D. Kandou Manado merupakan Badan Layanan Umum sebagai Rumah Sakit Pemerintah Pusat di bawah binaan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia dan merupakan Rumah Sakit Kelas B Pendidikan dan pusat rujukan pelayanan kesehatan Provinsi Sulawesi Utara dan Indonesia Timur Bagian Utara ditetapkan namanya pada tanggal 09 Agustus 2005. Badan Layanan Umum Rumah Sakit Umum Pusat Prof. Dr. R.D. Kandou Manado saat ini menjadi Instansi Pemerintah yang menerapkan Pola Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum (PPK- BLU), berdasarkan Peraturan Pemerintah No.23 tahun 2005 dan Surat Keputusan Menteri Kesehatan No.736/Metikes/S1/2007 tentang Penetapan 15 Rumah Sakit Unit Pelaksana Teknis dengan menerapkan Pola Pengelolaan Keuangan BLU. Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan No. 756/MenKes/SK/VI/2007 dan Keputusan Menteri Keuangan No. 272/Keu.05.2007 tanggal 21 Juni 2007. RSUP Prof. Dr. R.D Kandou Manado merupakan Badan Layanan Umum (BLU) milik pemerintah Indonesia c/q vertikal milik Departemen Kesehatan R.I yang berlokasi di Manado, Sulawesi Utara. Memperhatikan posisi hukum dari RSUP. Prof. Dr. R.D. Kandou Manado, adalah rumah sakit pemerintah maka dalam hal ini sesuai Undang-undang Nomor 44 tahun 2009 BAB IV Pasal 6 ayat 1 dan 2, menyatakan:

95 1. Pemerintah dan pemerintah daerah bertanggung jawab untuk : a. Menyediakan rumah sakit berdasarkan kebutuhan masyarakat b. Menjamin pembiayaan pelayanan kesehatan di rumah sakit bagi fakir miskin, atau orang tidak mampu sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan c. Membina dan mengawasi penyelenggaraan rumah sakit d. Memberikan perlindungan kepada rumah sakit agar dapat memberikan pelayanan kesehatan secara profesional dan bertanggung jawab e. Memberikan perlindungan kepada masyarakat pengguna jasa pelayanan rumah sakit sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan f. Menggerakkan peran serta masyarakat dalam pendirian rumah sakit sesuai dengan jenis pelayanan yang dibutuhkan masyarakat g. Menyediakan informasi kesehatan yang dibutuhkan oleh masyarakat h. Menjamin pembiayaan pelayanan kegawatdaruratan di rumah sakit akibat bencana dan kejadian luar biasa i. Menyediakan sumber daya manusia yang dibutuhkan dan j. Mengatur pendistribusian dan penyebaran alat kesehatan berteknologi tinggi dan bemilai tinggi 2. Tanggung jawab sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan berdasarkan kewenangan sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan. Memperhatikan hal ini jelas posisi hukum RSUP. Prof. Dr. R.D. Kandou Manado adalah rumah sakit milik pemerintah yang harus tunduk dengan aturan-- aturan yang telah ditetapkan. Selanjutnya, undang-undang nomor 32 Tahun 2004 tentang pemerintahan daerah telah menetapkan bidang kesehatan merupakan urusan wajib yang harus dilaksanakan oleh kabupaten/kota. Namun, mengingat RSUP. Prof. Dr. R.D. Kandou Manado menyandang status Badan Layanan Umum (BLU), maka undang-undang nomor 32 Tahun 2004 ini tidak berlaku untuknya. Status hukum diemban ini harus disesuaikan dengan peraturan yang berlaku mengenai Badan Layanan Umum. Pengertian BLU diatur

96 dalam Pasal 1 angka 23 UU Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara, yaitu : "Badan Layanan Umum / BLU adalah instansi di lingkungan Pemerintah yang dibentuk untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat berupa penyediaan barang dan/atau jasa yang dijual tanpa mengutamakan mencari keuntungan dan dalam melakukan kegiatannya didasarkan pada prinsip efisiensi dan produktivitas". Pengertian ini kemudian diadopsi kembali dalam peraturan pelaksanaannya yaitu dalam Pasal 1 angka 1 Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum. Badan Layanan Umum adalah suatu badan usaha pemerintah yang tidak bertujuan mencari laba, meningkatkan kualitas pelayanan publik, dan memberikan otonomi atau fleksibilitas manajemen rumah sakit publik, baik milik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah. Bentuk BLU merupakan alternatif penting dalam menerapkan Otonomi Daerah yang merumuskan Rumah sakit Daerah (RSD) sebagai Layanan Teknis Daerah. Selain itu, pengertian lain menyatakan bahwa badan layanan umum adalah instansi di lingkungan pemerintah yang dibentuk untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat berupa penyediaan barang dan atau jasa yang dijual tanpa mengutamakan mencari keuntungan dan dalam melakukan kegiatannya didasarkan pada prinsip efisiensi dan produktivitas. Berdasarkan PP No. 23 tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum, tujuan BLU adalah meningkatkan pelayanan kepada masyarakat dalam rangka memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa dengan memberikan fleksibilitas dalam pengelolaan keuangan berdasarkan

97 prinsip eknomi dan produktivitas dan penerapan praktik bisnis yang sehat. Praktik bisnis yang sehat artinya berdasarkan kaidah manajemen yang baik mencakup perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, pengendalian dan pertanggung jawaban. Secara umum asas badan layanan umum adalah pelayanan umum yang pengelolaannya berdasarkan kewenangan yang didelegasikan, tidak terpisah secara hukum dari instansi induknya. Pengendalian biaya merupakan masalah yang kompleks karena dipengaruhi oleh berbagai pihak yaitu mekanisme pasar, perilaku ekonomis, sumber daya profesional dan yang tidak kalah penting adalah perkembangan teknologi. Rumah sakit kepemerintahan yang terdapat di tingkat pusat dan daerah tidak lepas dari pengaruh perkembangan tuntutan tersebut. Dipandang dari segmentasi kelompok masyarakat, secara umum rumah sakit pemerintah merupakan layanan jasa yang menyediakan untuk kalangan menengah ke bawah, sedangkan rumah sakit swasta melayani masyarakat kelas menengah ke atas. Biaya kesehatan cenderung terus meningkat dan rumah sakit dituntut untuk secara mandiri mengatasi masalah tersebut. Walaupun RSUP. Prof. Dr. R.D. Kandou Manado menyandang status Badan Layanan Umum, masih mendapatkan subsidi dari pemerintah pusat. Memperhatikan hal ini menjadi jelas bahwa status yang disandang ini memberikan jaminan terhadap keberlangsungan rumah sakit tersebut. Ada 6 keuntungan yang dapat dipetik dari status BLU ini, yaitu: 1. Tata kelola keuangan Rumah Sakit lebih baik dan transparan karena menggunakan pelaporan standar akuntansi keuangan yang memberi

98 informasi tentang laporan aktivitas, laporan posisi keuangan, laporan arus kas dan catatan laporan keuangan. 2. Rumah sakit masih mendapat subsidi dari pemerintah seperti biaya gaji pegawai, biaya operasional, dan biaya investasi atau modal. 3. Pendapatan rumah sakit dapat digunakan langsung tidak disetor ke kantor kas Negara, hanya dilaporkan saja ke Departemen Keuangan. 4. Rumah sakit dapat mengembangkan pelayanannya karena tersedianya dana untuk kegiatan operasional rumah sakit. 5. Membantu rumah sakit meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusianya dengan perekrutan yang sesuai kebutuhan dan kompetensi. 6. Adanya insentif dan honor yang bisa diberikan kepada karyawan oleh pimpinan rumah sakit. Koridor prasyarat yang ada dalam peraturan mengenai BLU tidak sertamerta dapat menyelesaikan permasalahan rumah sakit secara menyeluruh. Sudah barang tentu harus ada acuan yang jelas apakah rumah sakit yang sudah ber BLU dapat melaksanakan visi dan misinya. Maka demi tercapainya tujuan pemerintah dalam pelayanannya terhadap pemenuhan kebutuhan akan kesehatan masyarakatnya maka memang diperlukan adanya ukuran rumah sakit BLU yang bermutu, diantaranya: 1. Terpenuhinya persyaratan standar pelayanan minimum (SPM) dalam BLU Rumah Sakit BLU adalah Rumah Sakit pemerintah yang menjual jasa pelayanan rumah-sakit not-for profit tetapi tetap dikelola dengan prinsip produktifitas dan efisiensi. Dengan memiliki bentuk sebagai

99 organisasi BLU, maka Rumah Sakit memiliki pola pengelolaan keuangan (PPK) yang memberikan fleksibilitas berupa keleluasaan untuk menerapkan praktek-praktek bisnis yang sehat untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat. Praktek bisnis yang sehat adalah penyelenggaraan fungsi organisasi berdasarkan kaidah-kaidah manajemen yang baik (good corporate governance) dalam rangka pemberian layanan yang bermutu dan berkesinambungan. Good coorporate governance sendiri adalah konsep untuk meningkatkan transparansi dan akuntabilitas dengan tujuan untuk menjamin agar tujuan rumah sakit tercapai dengan penggunaan sumberdaya se-efisien mungkin rumah sakit dapat diizinkan mengelola keuangan dengan PPK-BLU apabila memenuhi berbagai persyaratan, yaitu: a. Substantif yang dapat dipenuhi bila instansi pemerintah yang bersangkutan menyelenggarakan layanan umum yang berhubungan dengan penyediaan barang dan/atau jasa layanan umum, pengelolaan wilayah/kawasan tertentu, dan pengelolaan dana khusus. b. Teknis yang dapat dipenuhi apabila kinerja pelayanan sesuai bidang tugas pokok dan fungsinya layak dikelola dan ditingkatkan pencapaiannya melalui BLU serta kinerja keuangan satuan kerja instansi yang bersangkutan sehat. Administratif yang dapat dipenuhi apabila dapat menyajikan dokumen: pernyataan kesanggupan untuk meningkatkan kinerja pelayanan, keuangan, dan manfaat bagi masyarakat pola tata kelola rencana strategis bisnis laporan

100 keuangan pokok standar pelayanan minimum dan laporan audit terakhir atau penyataan bersedia untuk diaudit secara independen. 2. Memenuhi standar rumah sakit BLU bermutu pelanggan baik eksternal maupun internal mempunyai keinginan-keinginan ataupun harapan terhadap jasa yang disediakan oleh rumah sakit. Mereka mempunyai persyaratan-persyaratan yang diharapkan dapat dipenuhi oleh rumah sakit. Namun demikian pelanggan eksternal sebagai pengguna jasa pelayanan mengharapkan apa yang diinginkan dapat dipuaskan (customer satisfaction), sedangkan tenaga profesi mengajukan persyaratan agar pelayanan yang disediakan memenuhi standar profesi, dan pihak manajemen menghendaki pelayanan yang efektif dan efisien. Menurut Lukman (2000:19), bahwa kepuasan sebagaimana tingkat persamaan seseorang setelah membandingkan kinerja (hasil) yang dirasakan dengan harapannya. Jadi mutu dapat dipandang dari berbagai sudut pandang. Ditinjau dari mutu yang memperhatikan berbagai sudut pandang tersebut dapat dirangkum, adalah: (Lukman 2000:19-20) a. Efficacy: pelayanan yang diberikan menunjukan manfaat dan hasil yang diinginkan. b. Appropriateness: pelayanan yang diberikan relevan dengan kebutuhan klinis pasien dan didasarkan pada perkembangan ilmu pengetahuan. c. Availability: pelayanan yang dibutuhkan tersedia. d. Accessibility: pelayanan yang diberikan dapat diakses oleh yang membutuhkan. e. Effectiveness: pelayanan diberikan dengan cara yang benar, berdasar ilmu pengetahuan, dan dapat mencapai hasil yang diinginkan. f. Amenities: kenyamanan fasilitas pelayanan g. Technical competence: tenaga yang memberikan pelayanan mempunyai kompetensi tehnis yang dipersyaratkan.

101 h. Affordability: pelayanan yang diberikan dapat dijangkau secara finansial oleh yang membutuhkan. i. Acceptability: pelayanan yang diberikan dapat diterima oleh masyarakat pengguna. j. Safety: pelayanan yang diberikan aman. k. Efficiency: pelayanan yang diberikan dilakukan dengan efisien. l. Interpersonal relationship: pelayanan yang diberikan memperhatikan hubungan antar manusia baik antara pemberi pelayanan dengan pelanggan maupun antar petugas pemberi pelayanan. m. Continuity of care: pelayanan yang diberikan berkelanjutan, terkoordinir dari waktu ke waktu. n. Respect and caring: pelayanan yang diberikan dilakukan dengan hormat, sopan dan penuh perhatian. o. Legitimacy/Accountability: jasa pelayanan yang diberikan dapat dipertanggungjawabkan (secara medik maupun hukum). p. Timelines: pelayanan diberikan tepat waktu. 3. Terpenuhinya Indikator Mutu Pelayanan Rumah sakit berbagai butirbutir peraturan atau ketentuan tentang mutu pelayanan yang terkait dengan mutu pelayanan di rumah sakit antara lain: a. PP 23 tahun 2005 tentang pengelolaan keuangan BLU dalam PP 23 tahun 2005 terdapat aturan mengenai SPM yaitu bahwa SPM mempertimbangkan (dimensi): kualitas tehnis, proses, tatacara, dan waktu pemerataan dan kesetaraan biaya kemudahan. Dalam penyusunannya standar layanan BLU semestinya memenuhi persyaratan SMART: Specific (fokus pada jenis layanan) Measurable (dapat diukur) Achievable (dapat dicapai) Reliable (relevan dan dapat diandalkan) dan Timely (tepat waktu). b. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 228 tahun 2002 tentang pedoman penyusunan SPM Rumah Sakit dalam Kepmenkes Nomor 228 tahun 2002, maka SPM Rumah Sakit harus memuat standar

102 penyelenggaraan yang terkait dengan: pelayanan medik pelayanan penunjang pelayanan keperawatan pelayanan bagi gakin dan manajemen rumah sakit (yang terdiri dari manajemen sumberdaya manusia manajemen keuangan manajemen sistem informasi rumah sakit manajemen sarana prasarana dan manajemen mutu pelayanan). c. Buku indikator kinerja Rumah Sakit (Depkes tahun 2004) dalam buku indikator kinerja Rumah Sakit dijelaskan bawa indikator kinerja harus diukur dari empat perspektif, yaitu: pengembangan SDM, proses, kepuasan pelanggan, dan keuangan. d. Buku petunjuk pelaksanaan indikator pelayanan Rumah Sakit (Depkes tahun 1998) dalam buku petunjuk pelaksanaan indikator pelayanan Rumah Sakit terdapat 4 jenis indikator yaitu: indikator pelayanan non-bedah indikator pelayanan bedah indikator pelayanan ibu bersalin dan bayi dan indikator tambahan (dibagi rujukan dan non rujukan). Badan Layanan Umum Rumah Sakit Umum Pusat Prof. Dr. R.D. Kandou Manado saat ini tahun 2011 memiliki Kapasitas Tempat Tidur 735 dengan kelas utama / VVIP 5 TT (0,68%) VIP 18 TT (2,45%), Kelas 1 94 TT (12,79%), Kelas II 206 TT (28.03%), Kelas 111 412 TT (56,05%), dengan memiliki 32 gedung di atas tanah kurang lebih 17 Hektar dengan luas bangunan 58.658 M2 dan terletak di Kelurahan Malalayang I Barat Kecamatan Malalayang Kota Manado. Karyawan saat ini berjumlah 2.222 orang.

103 Rumah Sakit Umum Pusat Prof. Dr. R.D. Kandou Manado mempunyai visi menjadi rumah sakit pendidikan unggulan di Kawasan Timur Indonesia Bagian Utara. Motto RSUP Prof. Dr. R.D Kandou Manado adalah kepuasan pelanggan di atas segala-galanya. Selanjutnya misi yang diemban oleh RSUP Prof. Dr. R.D Kandou Manado adalah: 1. Melaksanakan pelayanan medis, keperawatan, penunjang yang profesional, bermutu, tepat waktu dan terjangkau oleh seluruh lapisan masyarakat. 2. Melaksanakan pendidikan, pelatihan dan penelitian untuk pengembangan Sumber Daya Manusia. 3. Melaksanakan pengelolaan administrasi umum, keuangan dan anggaran yang efektif serta akuntabel. 4. Meningkatkan sarana dan prasarana rumah sakit dalam memberikan pelayanan. Rumah Sakit Umum Pusat atau RSUP Prof. Dr. R.D Kandou Manado adalah rumah sakit yang memberikan pelayanan kesehatan semua jenis penyakit dari yang bersifat dasar sampai spesialistik dan mempunyai karakteristik pelayanan yang berbeda dengan industri jasa lainnya. Maka sehubungan dengan karakteristik, Azrul Azwar (1980:16) membedakan rumah sakit Indonesia dalam 5 (lima) kategori, yakni: 1. Rumah Sakit Kelas A, ialah rumah sakit yang memberikan pelayanan medis spesialis luas serta subspesialisnya. Rumah Sakit Kelas A di Indonesia saat ini hanya ada dua buah yakni Rumah Sakit Dokter Cipto Mangunkusumo di Jakarta dan Rumah Sakit Dokter Soetomo di

104 Surabaya. 2. Rumah Sakit di Kelas B, ialah rumah sakit yang memberikan pelayanan medis spesialis dalam semua bidang spesialisnya. Rumah sakit jenis ini terdapat pada tingkat Propinsi atau Rumah Sakit Pendidikan. Hanya saja belum semua rumah sakit yang ada di ibukota propinsi telah termasuk Rumah Sakit Kelas B. 3. Rumah Sakit Kelas C, ialah rumah sakit yang memberikan pelayanan medis umum dan medis spesialis dalam empat bidang spesialisasi, yaitu penyakit dalam, kebidanan dan Kandungan, bedah, serta kesehatan anak. Direncanakan rumah sakit jenis ini terdapat pada ibukota kabupaten. 4. Rumah Sakit Kelas D, ialah tumah sakit yang memberikan pelayanan medis umum dan kesehatan gigi. Rumah sakit jenis ini banyak ditemukan di Ibukota Kabupaten, yang pada masa depan akan ditingkatkan menjadi rumah sakit kelas C. 5. Rumah Sakit Kelas Khusus, ialah rumah sakit yang memberikan pelayanan medis untuk satu macam penyakit tertentu seperti penyakit kusta, penyakit paru-paru, penyakit mata dan lain sebagainya. Berdasarkan uraian tersebut di atas, Rumah Sakit Umum Pusat Prof. Dr. R.D. Kandou Manado merupakan Rumah Sakit Pemerintah Pusat Kelas B Pendidikan dan pusat rujukan pelayanan kesehatan Provinsi Sulawesi Utara dan Indonesia Timur Bagian Utara. Maka Rumah Sakit ini harus dapat memberikan pelayanan kesehatan selama 24 jam terus menerus selama 365 hari dalam setahun; pelayanan yang bersifat individual; setiap saat dapat terjadi kedaruratan medik; setiap saat dapat menghadapi kejadian luar biasa; dan Padat teknologi, modal dan tenaga yang professional. Hal ini tentunya membutuhkan sumber daya (manusia, obat-obatan, alat kesehatan dan sebagainya) yang harus selalu tersedia pada setiap saat. Secara umum sumber daya manusia di RSUP. Prof. Dr. R.D. Kandou Manado meliputi tenaga medis, tenaga perawatan, tenaga kefarmasian, tenaga kesehatan masyarakat, tenaga gisi, tenaga keterapian fisik, tenaga keteknisian medis dan tenaga non kesehatan. Jumlah sumber daya manusia yang dipekerjakan sampai

105 pada tahun 2011 sebagai tersebut di bawah ini: Jumlah Pegawai RSUP.Prof.Dr.R.D.Kandou Menurut Jenis Tenaga NO I JENIS TENAGA TENAGA MEDIS STATUS KEPEGAWAIAN SWASTA/ DEPKES DIKNAS KONTRAK DLL JUMLAH a. Dokter Umum 31-3 34 b. Dokter PPDS 94 13 351 458 c. Dokter Spesialis 82 86 5 173 d. Dokter Gigi 5 - - 5 II TENAGA PERAWATAN 726-106 832 III TENAGA KEFARMASIAN 44 - - 44 IV TENAGA KESEHATAN 12 - - 12 V MASYARAKAT TENAGA GIZI 10 - - 10 VI TENAGA KETERAMN FISIK 22 - - 22 VII VIII TENAGA KETEKNISIAN MEDIS TENAGA NON KESEHATAN a. Doktoral 38 - - 38 b. Pascasarjana Ll 11 c. Sarjana 72-75 147 d. Sarjana Muda/D3/Akademi 3-9 12 e. Sekolah Menengah Tingkat 237-146 383 Atas f. SMTP dan SD 35-8 41 JUMLAH 1.422 99 701 2.222 Sumber: Profil RSUP Prof. Dr. R.D. Kandou Manado Tahun 2011 Pada tahun 2011 indikator pelayanan rawat inap RSUP. Prof. Dr. R.D. Kandou Manado kelas 1, II, III Kelas Utama dan darurat 735 tempat tidur, hari perawatan 215,723 dan BOR (Bed Occupancy Rate) 80,41% dan indikator pelayanan rawat inap khusus kelas tiga 412 tempat tidur, hari perawatan 103,973

106 dan BOR 67,14%. Dengan pelayanan rawat inap kelas tiga di ruangan/instalasi Irina A (Paskah Operasi), Irina C (Penyakit dalam), Irina D (Bersalin/Opsgyn), Irina E (Anak-anak) dan Irina F (Jantung). Peralatan medis untuk menunjang proses pelayanan kesehatan yaitu: CT Scan, CT Scan Multi Slice, dimana CT Scan merupakan peralatan canggih yang digunakan untuk mendeteksi adanya kelainan pada bagian kepala dan jaringannya yang disebabkan oleh trauma atau penyakit tertentu. Alat ini merupakan hasil kerjasama dengan PT. ASKES. Cobas Integra 400, Cobas 6000, Alat canggih ini digunakan untuk Pemeriksaan Kimia Klinik, Pemeriksaan li-nunologi, Pemeriksaan Infeksi: Hepatitis, HIV AIDS, Torch, Petanda Tumor. Argon Laser digunakan untuk membersihkan katarak serta mempertahankannya agar tidak berkembang biasanya digunakan oleh penderita diabetes. Microdermabrasi adalah alat kecantikan dengan teknik pengelupasan kulit secara mekanik. Echocardiograf digunakan untuk mengetahui secara anatomi organ dan katup jantung, fungsi pompa dan selaput jantung secara lengkap baik dalam kondisi statis maupun dinamis dengan menggunakan gelombang getar. Iontoforesis adalah teknik untuk meningkatkan penetrasi suatu bahan tertentu ke dalam kulit. Peralatan Bedah Laparoscopi, peralatan ini digunakan untuk menghasilkan operasi dengan bekas luka yang kecil. Peralatan ini digunakan untuk operasi seperti apendik, batu empedu, dan lainnya. Hyperbaric adalah suatu ruangan dengan tekanan udara rendah yang bermanfaat untuk menstabilkan oksigen dalam darah. Pelayanan ini banyak digunakan untuk para penyelam, namun dalam perkembangannya digunakan pula untuk kecantikan dan kebugaran. Platelet Rich

107 Plasma (PRP), merupakan peralatan kecantikan dengan dasar teknik peremajaan kulit yang menggunakan serum yang berasal dari tubuh sendiri. Opmi Lumerai adalah peralatan microscope digunakan untuk operasi katarak, glaucoma dan operasi intraocular lainnya. Kegiatan Pelayanan Instalasi farmasi di RSUP Prof. Dr. R.D. Kandou Manado untuk pelayanan resep di apotek rumah sakit pada tahun 2011 total sebanyak 68.019 resep dengan perincian jenis resep umum 14.782 resep, resep askes 33.428 resep, resep Jamkesmas, 19.692 dan resep IKS sebanyak 117 resep. 4.1.2. Gambaran Umum Pelayanan Kesehatan Rawat Inap Kelas Tiga di RSUP Prof. Dr. R.D. Kandou Rumah sakit adalah ujung tombak pembangunan kesehatan masyarakat. Namun, tak sedikit keluhan selama ini diarahkan pada kualitas pelayanan rumah sakit yang dinilai masih rendah. Ini terutama rumah sakit daerah atau rumah sakit milik pemerintah. Penyebabnya klasik, yaitu masalah keterbatasan dana, sehingga rumah sakit (RSUD dan rumah sakit milik pemerintah) tidak dapat mengembangkan mutu layanannya, baik karena peralatan medis yang terbatas maupun kemampuan sumber daya manusia (SDM) yang rendah. Menyadari hal tersebut, pemerintah kemudian mengeluarkan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 23 tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum (BLU). Melalui keberadaan Peraturan Pemerintah ini maka status rumah sakit kini berubah menjadi BLU. Rumah Sakit Pemerintah Daerah yang telah menjadi BLU/BLUD dapat

108 memungut biaya kepada masyarakat sebagai imbalan atas barang/jasa layanan yang diberikan. Imbalan atas barang/jasa layanan yang diberikan tersebut ditetapkan dalam bentuk tarif yang disusun atas dasar perhitungan biaya per unit layanan atau hasil per investasi dana. Tarif layanan diusulkan oleh rumah sakit kepada menteri keuangan / menteri kesehatan / kepala SKPD sesuai dengan kewenangannya, dan kemudian ditetapkan oleh menteri keuangan / kepala daerah dengan peraturan menteri keuangan/peraturan kepala daerah. Tarif layanan yang diusulkan dan ditetapkan tersebut harus mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut: Kontinuitas dan pengembangan layanan, Daya beli masyarakat, Asas keadilan dan kepatutan dan Kompetisi yang sehat. Selama ini muncul kekhawatiran dimasyarakat terhadap rumah sakit (RS) dengan status sebagai Badan Layanan Umum (BLU). Dikhawatirkan biaya kesehatan di rumah sakit semakin tak terjangkau oleh masyarakat miskin. Akibatnya masyarakat miskin makin jauh dari pelayanan kesehatan yang sangat dibutuhkannya. Saat ini keuntungan rumah sakit bukan merupakan parameter penting untuk menilai keberhasilan seorang direktur utama rumah sakit. Pasalnya, di masa lalu banyak rumah sakit yang untung, tetapi semakin banyak orang Indonesia yang berobat ke luar negeri. Hal ini dapat ditekan bila para dokter bekerja lebih baik, sehingga kepercayaan kepada dokter meningkat dan tidak akan berobat ke luar negeri. Selain itu, saat ini tidak ada alasan lagi dari pihak rumah sakit menolak pasien miskin. Karena saat ini ada program pengobatan gratis untuk rakyat miskin di kelas tiga dengan mekanisme asuransi kesehatan (Askeskin). Manajemen keuangan rumah sakit yang sekarang dikelola dengan sistem

109 BLU (Badan Layanan Umum) berarti rumah sakit mempunyai kelonggaran yang lebih untuk mendayagunakan uang pendapatan rumah sakit, bahkan masih mendapat subsidi. Kelonggaran mengelola pendapatan rumah sakit hendaknya tidak dimanfaatkan untuk menumpuk keuntungan saja, tapi untuk meningkatkan mutu pelayanan semua pasien, meningkatkan mutu sumber daya manusianya serta mengendalikan tarif pelayanan. Sekarang ini parameter keberhasilan telah berubah, bukan lagi semata-mata. keuntungan material, tapi keberhasilan melayani masyarakat menjadi unsur yang jauh lebih penting. Sehubungan dengan hal ini rumah sakit harus mampu memberikan pelayanan kepada masyarakat yang fleksibel dengan menonjolkan produktivitas, efisiensi dan efektivitas. Indikator perbaikan pelayanan rumah sakit adalah indikator yang mengukur tentang kegiatan pelayanan di rumah sakit seperti pelayanan rawat jalan, rawat inap, dan pelayanan penunjang, dengan demikian akan memberikan kualitas dan kecepatan pelayanan meningkat. Berdasarkan data di Irina A (Pasca Operasi) pelayanan pada jam kerja para medis (dokter dan perawat) terlihat dalam jumlah yang cukup. Hasil wawancara yang difokuskan pada ruang inap kelas tiga di Irina A (Pasca Operasi) terhadap pasien dan keluarga pasien menyatakan pelayanan pada dasarnya kurang baik. Hal ini terjadi pada waktu bukan jam kerja atau hari libur, permasalahan yang hampir setiap hari terjadi di ruang inap kelas tiga selalu dalam keadaan penuh dan semua tempat tidur terpakai dan jika kekurangan dokter dan perawat dalam pelayanan kesehatan harus menunggu giliran seperti untuk mengganti infus maupun perawatan luka. Data sesuai jadwal pembagian kerja jumlah perawat yang

110 bertugas di Irina A adalah 22 orang perawat dengan kapasitas 32 tempat tidur/pasien dan di Irina A bawah adalah 23 orang perawat dengan kapasitas 34 tempat tidur/pasien. Setiap hari dibagi dalam 3 shift dan setiap perawat bekerja selama 8 jam kerja. Jadi perawat yang bertugas setiap shift 7 sampai 8 orang untuk menangani minimal 32 pasien setiap hari. Berdasarkan data di Irina C (Penyakit Dalam) menunjukkan pelayanan kurang baik. Data perawat yang bertugas di Irina C 81 perawat dengan kapasitas 88 tempat tidur/pasien. Setiap hari dibagi dalam 3 shift dan setiap perawat bekerja selama 8 jam kerja. Jadi perawat yang bertugas setiap shift 26 sampai 27 orang untuk menangani minimal 88 pasien setiap hari. Hasil wawancara selanjutnya di Irina C (Penyakit Dalam) terhadap pasien dan keluarga pasien menyatakan bahwa perawatan kebanyakan dilakukan bukan oleh dokter ahli/spesialis tapi oleh dokter residen atau koas. Pelayanan obat: ada obat yang harus dibeli sendiri oleh pasien yang menggunakan jamkesmas walaupun sebenarnya obat tidak perlu dibeli/gratis, pelayanan oleh perawat yang tidak tepat waktu seperti mengganti infus, masih ada pasien yang harus tidur dilorong/gang sehingga kualitas pelayanan kesehatan jadi tidak baik. Di Irina D (Bersalin/Opsgyn) berdasarkan data pada umumnya menunjukkan bahwa pelayanan kesehatan relatif baik dan data perawat yang bertugas di Irina D 38 perawat dengan kapasitas 43 tempat tidur/pasien. Setiap hari dibagi dalam 3 shift dan setiap perawat bekerja selama 8 jam kerja. Jadi perawat yang bertugas setiap shift 14 sampai 15 orang untuk menangani minimal 43 pasien setiap hari. Hasil wawancara terhadap pasien dan keluarga pasien di