BAB I PENDAHULUAN. Industri kecil merupakan salah satu penggerak utama dalam perekonomian

dokumen-dokumen yang mirip
PENDAHULUAN. Sektor Usaha Kecil Menengah (UKM) memiliki kontribusi yang cukup. penting didalam pembangunan nasional. Kemampuannya untuk tetap bertahan

BAB I PENDAHULUAN. Industri kecil merupakan salah satu penggerak utama dalam perekonomian

I. PENDAHULUAN. Keberhasilan perekonomian suatu negara dapat diukur melalui berbagai indikator

BAB I PENDAHULUAN. Dalam masa globalisasi seperti sekarang, keadaan menuntut kita segera

KLASIFIKASI IKM (INDUSTRI KECIL DAN MENENGAH) MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS BERBASIS WEB DI KOTA GORONTALO

Perkembangan Indikator Makro Usaha Kecil Menengah di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. sektor perindustrian ini adalah dengan cara mengembangkan industri kecil.

BAB I PENDAHULUAN. kecil merupakan bagian dari dunia usaha nasional yang. mempunyai kedudukan, potensi dan peranan yang sangat strategis dalam

PENDAHULUAN. Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) adalah suatu usaha yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang sedang

wbab I PENDAHULUAN No Indikator Satuan Tahun 2011 *) TAHUN 2012 **) PERKEMBANGAN TAHUN Jumlah % Jumlah % Jumlah %

BAB I PENDAHULUAN. Sejak terjadinya krisis ekonomi dan moneter yang dialami oleh bangsa

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian Indonesia mengalami kelesuan. Hal ini tentu berdampak pula pada

BAB I PENDAHULUAN. dihadapi dunia usaha termasuk Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) saat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Usaha kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. cukup penting didalam pembangunan nasional. Kemampuannya untuk tetap

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum keberadaan usaha kecil menengah (UKM) di negara-negara

BAB I PENDAHULUAN. terkecuali di Indonesa. Peranan UMKM dalam perekonomian Indonesia diakui

2015 PENGARUH KREATIVITAS, INOVASI DAN DIFERENSIASI PRODUK TERHADAP LABA PENGUSAHA

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Sejak era reformasi di Indonesia, berbagai pihak termasuk pemerintah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Nia Nurlina, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu sasaran yang ingin dicapai dalam pembangunan nasional adalah

I. PENDAHULUAN. Ketika krisis melanda Indonesia sejak tahun 1997 usaha kecil berperan

BAB I PENDAHULUAN. Berbicara tentang pasar tenaga kerja maka Indonesia merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. bagian penting dalam pembangunan ekonomi nasional. Hal itu disebabkan dalam

I. PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator yang penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

INDIKATOR MAKRO EKONOMI USAHA KECIL DAN MENENGAH TAHUN 2003

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1: Lokasi Kampung Tahu Citeureup

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

2015 ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN PENGUSAHA AIR MINUM ISI ULANG

I. PENDAHULUAN. Skala Usaha UK UM UB Jumlah (Unit/%) /99, /0, /0,01 Kesempatan kerja (%) 88,92 10,54 0,54 Nilai tambah

99,37 % Kecil dan Menengah Sumber: Badan Pusat Statistik Kota Bandung

BAB 1 PENDAHULUAN. maupun internasional mengawali terbukanya era baru di bidang ekonomi yaitu

DENI HAMDANI, 2015 PENGARUH PERILAKU KEWIRAUSAHAAN, PERSAINGAN, DAN MODAL KERJA TERHADAP TINGKAT PENDAPATAN PEDAGANG

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Perkembangan Jumlah Usaha Kecil, Menengah (UKM) dan Usaha Besar (UB) di Jawa Barat Tahun

Dampak Positif UMKM Perempuan Kurangi Angka Kemiskinan

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi dunia cenderung bergerak lambat, sedangkan

BAB I PENDAHULUAN. (UMKM) dalam pertumbuhan perekonomian suatu negara sangat penting. Ketika

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Industri Kecil dan Menengah (IKM) merupakan salah satu sektor yang

BAB 1 PENDAHULUAN. (UMi), Usaha Kecil (UK), Usaha Menengah (UM) dan Usaha Besar (UB) berdasarkan ketiga alat ukur ini berbeda di setiap negara.

BAB I PENDAHULUAN. dan atau badan usaha perorangan yang memenuhi kriteria usaha mikro. sebagaimana diatur dalam Undang-Undang. Usaha mikro memiliki

BAB I PENDAHULUAN. nasional telah menunjukkan bahwa kegiatan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah

BAB I PENDAHULUAN. Usaha kecil menempati posisi strategis dalam perekonomian di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. mampu bertahan dan terus berkembang di tengah krisis, karena pada umumnya

BAB I PENDAHULUAN. sedang terjadi, tetapi tidak dapat dipungkiri indonesia menjadi salah satu dari

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan sosial, yaitu berupa kegiatan-kegiatan yang dilakukan suatu negara

BAB I PENDAHULUAN. menghambat usaha untuk memobilisasi tabungan.

I. PENDAHULUAN. usaha pada tahun 2006 menjadi usaha pada tahun 2007 (Tabel 1).

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

sehingga mempunyai ciri-ciri dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat yang mencakup perubahan-perubahan penting dalam struktur sosial, sikap-sikap

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Mulyadi, 2014 Pengaruh Perilaku Kewirausahaan Terhadap Keberhasilan Usaha

BAB I PENDAHULUAN. besar-besaran dari perusahaan-perusahaan swasta nasional. Hal ini berujung pada

BAB 1 PENDAHULUAN. Usaha Kecil dan Menengah (UKM) menjadi hal yang sangat penting

BAB I PENDAHULUAN. Industri kecil di Indonesia memiliki peranan yang sangat penting dan

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Usaha Kecil dan Menengah (UKM) mempunyai peran yang strategis

BAB I PENDAHULUAN. Kondisi fundamental ekonomi Indonesia tampak masih cukup kokoh

BAB I PENDAHULUAN. Industri kreatif saat ini sangat berkembang pesat dan dapat memberikan

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dan persaingan pada dunia bisnis di era globalisasi ini

I. PENDAHULUAN. Sejak tahun 2001 Indonesia telah memberlakukan desentralisasi yang lebih

EVALUASI PERTUMBUHAN USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH (UMKM) DI SURAKARTA TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini keberadaan Usaha Kecil dan Menengah (UKM) di Negara-negara

BAB I PENDAHULUAN. satu usaha untuk meningkatkan pembangunan ekonomi adalah pembangunan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat perekonomian nasional mengalami stagnasi, usaha mikro, kecil

I. PENDAHULUAN. dan mendapat perhatian yang cukup besar dari pemerintah industri kecil merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Sektor industri merupakan salah satu sektor yang menjadi perhatian

BAB I PENDAHULUAN. persebaran penduduk yang tidak merata, dan sebagainya. Pada Maret 2016,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Muhammad Rizki, 2015

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi yang dilakukan oleh negara-negara berkembang

BAB I PENDAHULUAN. Nilai PDRB (dalam Triliun) Sumber :Data nilai PDRB Pusdalisbang (2012)

BAB I PENDAHULUAN. (UMKM) telah mendapat perhatian yang relative cukup besar dari pemerintah,

PENGARUH PERILAKU KEWIRAUSAHAAN, SEGMENTASI PASAR DAN MODAL USAHA TERHADAP LABA USAHA INDUSTRI KERAJINAN MEUBEL DI SAMBI BOYOLALI

BAB I PENDAHULUAN. dinantikan serta diinginkan oleh rakyat Indonesia. Harapan dan cita-cita yang

I. PENDAHULUAN. Jumlah (Unit) Perkembangan Skala Usaha. Tahun 2009*) 5 Usaha Besar (UB) ,43

BAB I PENDAHULUAN. Usaha Kecil dan Menengah (UKM) merupakan salah satu pendorong yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Distribusi Persentase PDRB Kota Bogor Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. Pekerjaan merupakan suatu kebutuhan individu dalam memenuhi. perekonomiannya, bermacam-macam pekerjaan telah menjadi pilihan setiap

BAB I PENDAHULUAN. pula orang yang menganggur, maka semakin dirasakan pentingnya dunia wirausaha.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ides Sundari, 2013

BAB I PENDAHULUAN. dilanjutkan dengan krisis global pada tahun Kementrian Koperasi

BAB I PENDAHULUAN. tidaklah mudah bagi suatu perusahaan untuk dapat bertahan bahkan berkembang.

BAB I PENDAHULUAN. agar mampu berkompetisi dalam lingkaran pasar persaingan global. Tidak hanya dengan

BAB I PENDAHULUAN. kerja yang tidak terserap dalam dunia kerja menjadi berkurang. Sektor UKM telah

BAB I PENDAHULUAN. Dalam perekonomian Indonesia, Usaha Kecil Dan Mikro (UKM) merupakan

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris yang sebagian besar penduduknya hidup dari

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. parah bagi perekonomian nasional. Deputi Gubernur Bank Indonesia Ronald

BAB II PERAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL A. STRUKTUR PEREKONOMIAN INDONESIA

Statistik KATA PENGANTAR

BAB I PENDAHULUAN. upaya pemberdayaan ekonomi rakyat adalah koperasi. Hal ini dikarenakan

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pembangunan jangka panjang, sektor industri merupakan tulang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Industri kecil merupakan salah satu penggerak utama dalam perekonomian Indonesia dan mempunyai daya saing yang cukup tinggi, sektor ini diharapkan akan mampu menjadi pendorong, pemicu, dan sekaligus motor penggerak pembangunan. Dalam rangka semua itu maka pemerintah telah membuka dengan seluas-luasnya berbagai lapangan usaha di bidang dan sektor ini, meliputi industri pertanian, industri kepariwisataan atau pun dibidang manufaktur dan rekayasa (enginering). Sektor industri kecil ini pada suatu sisi juga cukup menggembirakan khususnya dalam kemampuan menyerap tenaga kerja dan kemampuan pemerataan kesempatan, karena industri kecil relatif padat modal, sehingga mampu memberikan dampak terhadap pemerataan dan kesempatan berusaha bahkan keadilan hidup bagi sebagian banyak bangsa Indonesia. Ketika krisis melanda negeri ini sejak tahun 1997 silam, usaha kecil dapat tampil sebagai pahlawan untuk menggerakan roda perekonomian. Pada saat industri besar satu persatu gugur, usaha kecil mampu menunjukan eksistensinya kendati ada sebagian yang tidak mampu bertahan. Hal ini dibuktikan oleh sebuah survei tahun 1998 terhadap 225 unit Usaha Kecil Menengah (UKM) yang selama krisis ternyata hanya 4 % saja yang menghentikan bisnis. Sedangkan sebanyak 64 % lagi tidak mengalami perubahan omzet, 31 % omzetnya menurun dan 1 % justru berkembang. 1

2 Sepanjang tahun 2002 perkembangan UKM meningkat seiring membaiknya sektor riil. UKM selanjutnya meningkat rata-rata 3 % pertahun dari 37.911.723 unit menjadi 41.362.315 unit pada tahun 2002. Pada tahun 2003 jumlah usaha kecil paling tidak ditaksir bertambah dengan pesat menjadi 42.607.738 unit usaha. Menanggapi jumlah usaha kecil yang melejit demikian cepat, dalam hal penyerapan tenaga kerja, usaha kecil tetap memegang peranan terbesar dengan menyerap tenaga kerja. Kontribusi UKM terhadap penyerapan tenaga kerja dapat terlihat dalam tabel berikut: Tabel I.I Kontribusi UK,UM,dan UB dalam Penyerapan Tenaga Kerja TAHUN UK UM UB 1999 59.939.760 7.230.084 366.478 2000 63.501.890 7.630.398 386.413 2001 65.246.296 7.933.499 406.215 2002 67.603.174 8.040.576 407.897 2003 71.099.307 8.304.889 415.292 2004 70.919.385 8.147.479 402.902 2005 78.955.000 4.239.000 3.212.000 2006 80.933.000 4.483.000 3.388.000 Sumber: Dedi Supriadi, (2008:50) Dari data diatas terlihat bahwa perkembangan penyerapan tenaga kerja pada periode 1999-2006 yang menyerap tenaga kerja terbesar adalah UK, yang mana pada tahun 1999 59.939.760 atau 88,75 persen, pada tahun 2000 UK mampu menyerap tenaga kerja sebesar 63.501.890 atau 88,79 persen, kemudian pada tahun 2001 UK

3 mampu menyerap tenaga kerja sebesar 88,67 persen kemudia pada tahun 2002 UK hnya mampu menyerap tenaga kerja sebanyak 67.603.174 orang atau sebesar 88,89 persen, kemudian sebanyak 69.401.518 orang atau 88,75 persen pada tahun 2003. Dimana pada tahun 2001 UKM mampu menyerap tenaga kerja sebesar 99,46 % dan tahun 2002 menyerap tenaga kerja sebesar 99,45 %. Pada tahun 2004 UK mampu menyerap tenaga kerja sebesar 70.919.385 orang atau 89.24 persen, kemudian pada tahun 2005 UK mampu menyerap tenaga kerja sebanyak 78.955 ribu orang jika dipresentasekan maka UK mampu menyerap tenaga kerja sebesar 91,38%, pada tahun 2006, UK mampu menyerap tenaga kerja sebesar 80.933 ribu orang atau jika dipresentasekan UK mampu menyerap tenaga kerja sebesar 91,14%. Keadaan tersebut menggambarkan bahwa industri kecil dapat menyerap tenaga kerja yang cukup banyak dan mampu memberikan pendapatan yang cukup bagi golongan ekonomi lemah. Secara nasional, misi industri kecil diarahkan untuk memenuhi misi sosial, sedangkan kebijaksanaan regional Jawa Barat dititikberatkan pada usaha-usaha kooperatif dan pengembangan tujuan-tujuan wilayah pembangunan. (Bachtiar Hasan, 2003:18).

4 Tabel 1.2 Perkembangan Industri Kabupaten Bandung 2003-2007 Uraian 2003 2004 2005 2006 2007 1. Industri Kecil Unit 59 59 115 110 102 Investasi 5.944.064.000 6.344.560.000 13.609.600.000 13.713.200.000 13.815.382.000 Tenaga 755 704 1.611 1.401 1.069 kerja 2. Industri Menengah Unit 23 58 75 56 59 Investasi 13.759.050.000 35.744.088.634 49.104.161.000 35.478.759.000 35.652.507.540 Tenaga 1.624 3.601 4.841 3.866 3.219 kerja 3. Industri Besar Unit 34 52 47 53 57 Investasi 332.839.651.793 265.967.640.634 243.955.528.438 600.223.620.722 1.621.912.799.773 Tenaga kerja 16.971 12.015 8.045 13.056 16.494 Sumber: Dinas Koperasi, Usaha kecil Menengah&Perindustrian Perdagangan Berdasarkan Tabel 1.2 jumlah unit usaha industri kecil mengalami perkembangan sebesar 56 unit usaha atau 48,69% pada tahun 2005 dengan jumlah investasi sebesar Rp 13. 609.600.000 atau 55,58%. Pada tahun 2005 mengalami perkembangan yang cukup signifikan dengan menampung tenaga kerja sebesar 1.611 orang atau sebesar 56,30 %. Hal ini sejalan dengan pernyataan dari kabsudin IKM, Ir Adang Sunarya (www.jabar.com) selama pelita V perkembangan subsektor industri secara keseluruhan mencapai 14.891 unit usaha, dengan investasi mencapai Rp 766,4 miliar. Sedangkan nilai produksi keseluruhan Rp 2,9 triliun, dalam hal ini perkembangan industri dibarengi dengan adanya iklim yang sehat, sehingga banyak investor baru menanamkan modal di kabupaten Bandung.

5 Begitu juga industri menengah mengalami perkembangan unit usaha pada tahun 2003-2004 sebesar 60,34 %, kenaikan investasi sebesar 61,50%, dan menampung tenaga kerja sebesar 54,90%. Dengan demikian sektor industri kecil dan menengah mempuyai pengaruh yang cukup besar dalam membantu memecahkan masalah pengangguran dan meningkatkan pendapatan masyarakat. Perkembangan industri kecil dan menengah juga diikuti oleh industri besar pada tahun 2007 sebesar 7,01% unit usaha, 6,29 % investasi serta 20,84% tenaga kerja. Sejalan dengan perkembangan kegiatan usaha, pembangunan disektor industri tidak terlepas dari keberhasilan dalam pembinaan industri kecil dan kerajinan. Keberhasilan ini ditunjukan dengan banyaknya peraihan upakarti, yang diraih oleh beberapa pengusaha di Kab Bandung selama kurun waktu 1990-1995, seluruhnya mencapai 23 buah (www. Jabar.com). Industri kecil berkembang secara konvensional, tradisional tanpa bantuan pemerintah. Hal ini menyebabkan industri kecil sulit berkembang menjadi usaha menengah. Kondisi dilapangan cukup memprihatinkan dengan berbagai masalah klasik kekurangan modal, sumber daya manusia dan teknologi dalam perkembangan usaha kecil. Keberadaan sentra industri kecil pengrajin, khususnya ditengah perekonomian negara yang mengalami krisis merupakan tulang punggung perekonomian masyarakat, sebab kegiatan utamanya menyentuh langsung kebutuhan hidup masyarakat. Namun pada satu sisi, industri kecil dilihat sebagai suatu kegiatan usaha yang kurang profesional, modal terbatas, manajemen sederhana, kemampuan dan

6 keterampilan terbatas, menggunakan teknologi yang sederhana, serta kerapuhan usahanya. Seperti yang dikemukakan oleh Zimmerer (2002,5) kegagalan suatu usaha disebabkan oleh: a. Ketidakmampuan manajemen. b. Kurang memiliki pengalaman. c. Lemahnya kendali keuangan. d. Gagal mengembangkan perencanaan strategis. e. Pertumbuhan yang tidak terkendali. f. Lokasi yang buruk. g. Pengendalian persediaan yang tidak baik. h. Ketidakmampuan membuat transisi kewirausahaan. Berdasarkan penelitian awal yang dilakukan oleh penulis yang dikumpulkan secara kumulatif, laba yang diperoleh dari bulan November 2008 sampai Januari tahun 2009 mengalami penurunan seperti yang tampak pada tabel 1.3 berikut: Tabel 1.3 Laba Pengusaha Kerupuk Dorokdok Kecamatan Banjaran Kabupaten Bandung Bulan November-Januari Tahun 2008-2009 Nama Laba November Desember Januari Ndin Rp 3.000.000 Rp 2.200.000 Rp 2.000.000 Maman Rp 3.000.000 Rp 2.600.000 Rp 2.400.000 Irib Rp 5.000.000 Rp 4.500.000 Rp 4.000.000 Dudu Rp 2.500.000 Rp 2.200.000 Rp 2.000.000 Enjah Rp 2.500.000 Rp 2.200.000 Rp 2.000.000 Atam Rp 2.500.000 Rp 2.000.000 Rp 2.000.000 Aep Rp 6.000.000 Rp 5.750.000 Rp 5.000.000 Ade Rp 3.000.000 Rp 2.400.000 Rp 1.200.000 Dewan Rp 2.500.000 Rp 2.360.000 Rp 2.000.000 Ujang Rp 6.000.000 RP 5.600.000 Rp 2.800.000 Sumber: hasil wawancara prapenelitian

7 Tabel 1.4 Rata-rata Laba Pengusaha Kerupuk Dorokdok Kecamatan Banjaran Kabupaten Bandung Bulan November-Januari Tahun 2008-2009 Rata-rata Laba Laba Bulan Per Pengusaha (%) November Rp 3.600.000 - Desember Rp 3.180.000-11,67 Januari Rp 2.490.000-21,69 Sumber: Hasil Wawancara Pra penelitian Berdasarkan data diatas terlihat bahwa laba pengusaha kerupuk dorokdok mengalami penurunan yang diduga oleh perilaku kewirausahaan, pengalaman, dan biaya pemasaran. Bertolak dari masalah diatas, penulis merasa tertarik untuk meneliti tentang laba pengusaha kerupuk dorokdok dengan mengambil judul : Pengaruh Perilaku Kewirausahaan, Pengalaman dan Biaya Pemasaran Terhadap Laba Pengusaha Kerupuk Dorokdok Di Kecamatan Banjaran Kabupaten Bandung.

8 1.2 Identifikasi Masalah Sesuai dengan latar belakang masalah, maka penulis dapat merumuskan identifikasi masalahnya sebagai berikut: 1. Bagaimana pengaruh perilaku kewirausahaan terhadap laba pengusaha kerupuk dorokdok di Kec. Banjaran Kab. Bandung? 2. Bagaimana pengaruh pengalaman terhadap laba pengusaha kerupuk dorokdok di Kec. Banjaran Kab. Bandung? 3. Bagaimana pengaruh biaya pemasaran terhadap laba pengusaha kerupuk dorokdok di Kec. Banjaran Kab. Bandung? 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini untuk mengetahui pengaruh : 1. Perilaku kewirausahaan terhadap laba pengusaha kerupuk dorokdok di Kec. Banjaran Kab. Bandung 2. Pengalaman terhadap laba pengusaha kerupuk dorokdok di Kec. Banjaran Kab. Bandung 3. Biaya pemasaran terhadap laba pengusaha kerupuk dorokdok di Kec. Banjaran Kab. Bandung

9 1.4 Manfaat Penelitian Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Secara praktis diharapkan penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tambahan dan gambaran tentang pengaruh perilaku kewirausahaan, pengalaman dan biaya pemasaran terhadap laba pengusaha kerupuk dorokdok di Kec. Banjaran Kab. Bandung. 2. Secara teoritis, penelitian ini dapat memberikan sumbangan pemikiran untuk memperkaya khasanah ilmu ekonomi pada umumnya dan ekonomi mikro pada khususnya.