ANALISA KEBUTUHAN BEBAN PENDINGIN DAN DAYA ALAT PENDINGIN AC UNTUK AULA KAMPUS 2 UM METRO. Abstrak

dokumen-dokumen yang mirip
PENGARUH MEDIA PENDINGIN AIR PADA KONDENSOR TERHADAP KEMAMPUAN KERJA MESIN PENDINGIN

BAB II DASAR TEORI. pengembangan dari teknologi mesin pendingin. Alat ini dipakai bertujuan untuk

Penggunaan Refrigeran R22 dan R134a pada Mesin Pendingin. Galuh Renggani Wilis, ST.,MT

HUBUNGAN TEGANGAN INPUT KOMPRESOR DAN TEKANAN REFRIGERAN TERHADAP COP MESIN PENDINGIN RUANGAN

BAB 9. PENGKONDISIAN UDARA

BAB IV HASIL PENGUJIAN DAN PEMBAHASAN

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Pengertian Sistem Heat pump

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III DATA ANALISA DAN PERHITUNGAN PENGKONDISIAN UDARA

BAB III PERENCANAAN, PERHITUNGAN BEBAN PENDINGIN, DAN PEMILIHAN UNIT AC

Seminar Nasional Mesin dan Industri (SNMI4) 2008 ANALISIS PERBANDINGAN UNJUK KERJA REFRIGERATOR KAPASITAS 2 PK DENGAN REFRIGERAN R-12 DAN MC 12

JTM Vol. 04, No. 1, Februari

BAB II DASAR TEORI. Tabel 2.1 Daya tumbuh benih kedelai dengan kadar air dan temperatur yang berbeda

UNJUK KERJA MESIN PENDINGIN KOMPRESI UAP PADA BEBERAPA VARIASI SUPERHEATING DAN SUBCOOLING

BAB IV ANALISA DATA PERHITUNGAN BEBAN PENDINGIN

Sistem pendingin siklus kompresi uap merupakan daur yang terbanyak. daur ini terjadi proses kompresi (1 ke 2), 4) dan penguapan (4 ke 1), seperti pada

PENGARUH KECEPATAN UDARA PENDINGIN KONDENSOR TERHADAP KOEFISIEN PRESTASI AIR CONDITIONING

BAB II LANDASAN TEORI

Pengantar Sistem Tata Udara

BAB I PENDAHULUAN. Tugas Akhir ini diberi judul Perencanaan dan Pemasangan Air. Conditioning di Ruang Kuliah C2 PSD III Teknik Mesin Universitas

PENGARUH JENIS REFRIGERANT DAN BEBAN PENDINGINAN TERHADAP KEMAMPUAN KERJA MESIN PENDINGIN

BAB IV PEMBAHASAN. 4.1 Rangkaian Alat Uji Dan Cara Kerja Sistem Refrigerasi Tanpa CES (Full Sistem) Heri Kiswanto / Page 39

LAPORAN AKHIR FISIKA ENERGI II PEMANFAATAN ENERGI PANAS TERBUANG PADA MESIN AC NPM : NPM :

BAB II DASAR TEORI 0,93 1,28 78,09 75,53 20,95 23,14. Tabel 2.2 Kandungan uap air jenuh di udara berdasarkan temperatur per g/m 3

PENGARUH TEKANAN TERHADAP PENGKONDISIAN UDARA SISTEM EKSPANSI UDARA

Laporan Tugas Akhir 2012 BAB II DASAR TEORI

Studi Eksperimen Pemanfaatan Panas Buang Kondensor untuk Pemanas Air

STUDI KINERJA MESIN PENGKONDISI UDARA TIPE TERPISAH (AC SPLIT) PADA GERBONG PENUMPANG KERETA API EKONOMI

Bab IV Analisa dan Pembahasan

ANALISA PENGARUH ARUS ALIRAN UDARA MASUK EVAPORATOR TERHADAP COEFFICIENT OF PERFORMANCE

BAB II LANDASAN TEORI

benar kering. Kandungan uap air dalam udara pada untuk suatu keperluan harus dibuang atau malah ditambahkan. Pada bagan psikometrik ada dua hal yang p

Pengaruh Pipa Kapiler yang Dililitkan pada Suction Line terhadap Kinerja Mesin Pendingin

BAB II DASAR TEORI. BAB II Dasar Teori. 2.1 AC Split

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Definisi Pengkondisian Udara

PENGARUH STUDI EKSPERIMEN PEMANFAATAN PANAS BUANG KONDENSOR UNTUK PEMANAS AIR

BAB IV ANALISIS DAN PERHITUNGAN

BAB II LANDASAN TEORI. tropis dengan kondisi temperatur udara yang relatif tinggi/panas.

PENENTUAN EFISIENSI DAN KOEFISIEN PRESTASI MESIN PENDINGIN MERK PANASONIC CU-PC05NKJ ½ PK

Bab IV Analisa dan Pembahasan

BAGIAN II : UTILITAS TERMAL REFRIGERASI, VENTILASI DAN AIR CONDITIONING (RVAC)

BAB III DASAR PERANCANGAN INSTALASI AIR CONDITIONING

ANALISA PERUBAHAN DIAMETER PIPA KAPILER TERHADAP UNJUK KERJA AC SPLIT 1,5 PK. Abstrak

Ahmad Farid* dan Moh. Edi.S. Iman Program Studi Teknik Mesin, Universitas Pancasakti Tegal Jl. Halmahera km 1, Tegal *

BAB II LANDASAN TEORI

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

PENGARUH KECEPATAN PUTAR POROS KOMPRESOR TERHADAP PRESTASI KERJA MESIN PENDINGIN AC

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANALISIS BEBAN PENDINGIN PADA RUANG KULIAH PRODI NAUTIKA JURUSAN KEMARITIMAN

Analisis Konsumsi Energi Listrik Pada Sistem Pendingin Ruangan (Air Conditioning) Di Gedung Direktorat Politeknik Negeri Pontianak

BAB II DASAR TEORI BAB II DASAR TEORI

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI. Refrigerasi merupakan suatu media pendingin yang dapat berfungsi untuk

BAB II TEORI DASAR. 2.1 Pengertian Sistem Tata Udara

BAB II STUDI PUSTAKA

BAB II DASAR TEORI. Gambar 2.1 sistem Blast Chiller [PT.Wardscatering, 2012] BAB II DASAR TEORI

Gambar 2.21 Ducting AC Sumber : Anonymous 2 : 2013

Laporan Tugas Akhir 2012 BAB II DASAR TEORI

Analisis Konsumsi Energi Listrik Pada Sistem Pengkondisian Udara Berdasarkan Variasi Kondisi Ruangan (Studi Kasus Di Politeknik Terpikat Sambas)

BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL

BAB II DASAR TEORI. BAB II Dasar Teori

Analisa Performansi Sistem Pendingin Ruangan dan Efisiensi Energi Listrik padasistem Water Chiller dengan Penerapan Metode Cooled Energy Storage

BAB II LANDASAN TEORI

KAJI EKSPERIMENTAL KARAKTERISTIK TERMODINAMIKA DARI PEMANASAN REFRIGERANT 12 TERHADAP PENGARUH PENDINGINAN

Perhitungan Ulang Beban Pendinginan Pada Ruang Auditorium Gedung Manggala Wanabakti Blok III Kementerian Kehutanan Jakarta

Cara Kerja AC dan Bagian-Bagiannya

OPTIMASI PENGGUNAAN AC SEBAGAI ALAT PENDINGIN RUANGAN

BAB II LANDASAN TEORI

BAB III METODOLOGI DATA PERHITUNGAN BEBAN PENDINGIN

II. TINJAUAN PUSTAKA. apartemen, dan pusat belanja memerlukan listrik misalnya untuk keperluan lampu

KAJI EKSPERIMENTAL KARAKTERISTIK PIPA KAPILER DAN KATUP EKSPANSI TERMOSTATIK PADA SISTEM PENDINGIN WATER-CHILLER

BAB II DASAR TEORI. pengembangan dari teknologi mesin pendingin. Alat ini dipakai bertujuan untuk

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Cooling Tunnel

MULTIREFRIGERASI SISTEM. Oleh: Ega T. Berman, S.Pd., M,Eng

PEMBUATAN ALAT PENGERING SERBUK TEMBAGA DENGAN MENGGUNAKAN SISTEM REFRIGERASI KOMPRESI UAP

ANALISA KINERJA MESIN REFRIGERASI RUMAH TANGGA DENGAN VARIASI REFRIGERAN

BAB II DASAR TEORI BAB II DASAR TEORI

Heroe Poernomo 1) Jurusan Teknik Permesinan Kapal, Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya, Indonesia

AIR CONDITIONING SYSTEM. Oleh : Agus Maulana Praktisi Bidang Mesin Pendingin Pengajar Mesin Pendingin Bandung, 28 July 2009

BAB II DASAR TEORI 2.1 Pasteurisasi 2.2 Sistem Pasteurisasi HTST dan Pemanfaatan Panas Kondensor

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II DASAR TEORI. Laporan Tugas Akhir. Gambar 2.1 Schematic Dispenser Air Minum pada Umumnya

BAB II DASAR TEORI SISTEM PENYEGARAN UDARA

Jurnal Teknik Mesin (JTM): Vol. 05, No. 3, Oktober

Gambar 5. Skematik Resindential Air Conditioning Hibrida dengan Thermal Energy Storage

BAB III PERANCANGAN.

BAB II DASAR TEORI Prinsip Kerja Mesin Refrigerasi Kompresi Uap

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... i. ABSTRAK... iii. DAFTAR GAMBAR... viii. DAFTAR TABEL... x. DAFTAR NOTASI... xi Rumusan Masalah...

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

IV. METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. semakin bertambahnya ketinggian jelajah (altitude) pesawat maka tekanan dan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Menggunakan jenis laporan eksperimen dan langkah-langkah sesuai standar. Mitshubisi Electrik Room Air Conditioner

BAB II. Prinsip Kerja Mesin Pendingin

TINJAUAN PUSTAKA. Df adalah driving force (kg/kg udara kering), Y s adalah kelembaban

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Cold Storage

ANALISA PERUBAHAN SUHU DAN ZAT PADA SISTEM AIR CONDITIONER (AC) HD 785 BERDASARKAN ILMU TERMODINAMIKA

Maka persamaan energi,

DINAMIKA Jurnal Ilmiah Teknik Mesin

Transkripsi:

ANALISA KEBUTUHAN BEBAN PENDINGIN DAN DAYA ALAT PENDINGIN AC UNTUK AULA KAMPUS 2 UM METRO. Kemas Ridhuan, Andi Rifai Program Studi Teknik Mesin Universitas muhammadiyah Metro Jl. Ki Hjar Dewantara No. 116 Kampus Kota Metro kmsridhuan@yahoo.co.id Abstrak Factor-faktor kenyamanan dari suatu ruangan sangat ditentukan oleh letak, karaktristik dan kegiatan yang ada di dalamnya. Untuk mengatasi hal tersebut diperlukan suatu alat pendingin dengan beban pendinginan yang sesuai dengan kebutuhan ruang tersebut. Aula kampus 2 UM Metro sebagai tempat aktifitas akademik yang yang beragam, setiap saat selalu ramai dengan kapasitas 250 orang, memerlukan beban pendingin yang memadai. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui beban pendiginan dan daya pendinginan dari alat AC yang diperlukan untuk ruang Aula tersebut. Metode penelitian yang dilakukan yaitu kajian pustaka dan observasi. Mengamati berbagai kejadian seperti sudut pancaran sinar matahari, mengukur suhu dinding luar, dinding dalam, berbagai aksesoris yang ada dan jenis kegiatan yang dilakukan. Kemudian melakukan perhitungan dengan kajian pustaka. Hasil penelitian yang didapat yaitu beban pendinginan dari seperti dinding bata dengan lapisan plester, kaca, atap dari paduan alumunium, lantai dari beton dan keramik, lampu, penghuni, peralatan elektronik dan 250 orang jumlah maksimal yang ada pada ruangan aula kampus 2 UM Metro didapat sebesar 47,87 kw dan besar daya sistem pendingin AC yang diperlukan untuk mendinginkan beban pendinginan dari daya kompresornya sebesar 1,77 kw. Apabila dikonversikan daya kompresor 1,77 kw setara dengan 2,4 PK. untuk pemasangan AC dari 2,4 PK dibutuhkan 5 unit alat pendingin yang masing-masing alat berkapasitas ½ PK agar pendinginan diruang tersebut lebih efisien. Kata Kunci : Beban, Pendingin, AC, Aula PENDAHULUAN Penyegaran udara adalah suatu proses mendinginkan udara sehingga dapat mencapai temperatur dan kelembapan yang sesuai dengan yang dipersyaratkan terhadap kondisi udara dari suatu ruangan tertentu. Selain itu, mengatur aliran udara dan kebersihannya. Untuk dapat menghasilkan udara dengan kondisi yang diinginkan, maka peralatan yang dipasang harus mempunyai kapasitas yang sesuai dengan beban pendinginan yang dimiliki ruangan tersebut. Proses penyegaran udara yaitu udara dalam ruangan yang ada pada temperatur dan kelembapan dihisap masuk ke dalam alat penyegar udara, kemudian bercampur dengan udara luar dan menghasilkan udara pada tingkat keadaan. Selanjutnya, udara didinginkan dengan jalan mengalirkannya melalui koil pendingin, setelah terlebih dahulu dibersihkan melalui saringan udara. Apabila permukaan koil pendingin bertemperatur lebih rendah dari pada titik embun dari udara, maka uap air dalam udara akan mengembun pada permukaan koil pendingin. Air embun (kondensat) yang terjadi itu akan menetes dan dialirkan keluar, sehingga perbandingan kelembapan udara akan berkurang (Stoecker, 1982). Psikometri Psikometri merupakan kajian tentang sifatsifat campuran udara dan uap air, yang mempunyai arti penting di dalam bidang teknik pengkondisian udara, karena udara atmosfir tidak kering betul tetapi merupakan campuran udara dan uap air. Pada beberapa proses pengkondisian udara, kandungan air sengaja disingkirkan dari udara, tetapi pada proses yang lain air ditambahkan. Ada beberapa istilah yang dipakai dalam diagram psikometri ini yaitu seperti temperatur bola kering, temperatur bola basah, kelembapan udara, kelembapan relatif,volume spesifik, titik embun dan entalpi (Arismunandar, 1991). TURBO ISSN 2301-6663 Vol. 2 N0. 2 7

Gambar 1. Diagram Psikometri (Sumber: Arismunandar, 1991) Cara kerja alat pendingin Kompresor berfungsi sebagai pemampat fluida kerja (refrigeran), jadi refrigeran yang masuk ke dalam kompresor AC dialirkan dan dimamfatkan ke kondensor yang kemudian dimampatkan di kondensor. Dibagian kondensor ini refrigeran yang dimampatkan akan berubah fase dari refrigeran fase uap menjadi refrigeran fase cair, maka refrigeran mengeluarkan kalor yaitu kalor penguapan yang terkandung di dalam refrigeran (Afendi, 2012). Adapun besarnya kalor yang dilepaskan oleh kondensor adalah jumlah dari energi kompresor yang diperlukan dan energi kalor yang diambil evaporator dari substansi yang akan didinginkan (Stoecker, 1982). Beban Kalor dan Sistem Penyegaran Udara (Stoecker, 1982) : Beban kalor terdiri dari yaitu a. Beban pendinginan luar b. Beban pendinginan dalam c. Beban kalor ruangan d. Beban kalor dari udara luar yang masuk ke dalam alat penyegar e. Beban blower dan motor f. Kebocoran dari saluran, dan sebagainya. Beban kalor ruangan dan beban alat penyegar udara pada dasarnya dapat dikelompokkan menadi kalor sensibel dan kalor laten (Sumardi, 2004). Beban pendinginan luar terdiri dari beban kalor melalui dinding, kaca, atap dan lantai. Koefisien perpindahan kalor (U) melalui nilai konduktivitas termal bahan. Dapat dihitung dengan menggunakan rumus: U = R UL = Resistansi termal permukaan luar (m 2. K/W) R UP = Resistansi termal permukaan dalam (m 2. K/W) R k = Resistansi termal bahan (m 2. K/W) Panas melalui dinding dan yang lainnya terjadi oleh panas sinar matahari yang diserap oleh permukaan dinding dan oleh beda temperatur antara kondisi luar ruang dan dalam ruangan sebesar dapat dihitung dengan persamaan (Stoecker : 61) : Q dinding = A dinding. U dinding. (Td 1 Td 2 ) Dan besar beban pendinginan total yang terjadi dapat diketahui yaitu : Q total luar = Q dinding + Q kaca + Q atap + Q lantai TURBO ISSN 2301-6663 Vol. 2 N0. 2 8

Beban pendinginan dalam terdiri dari beban kalor dari lampu, kalor dari penghuni dan kalor dari peralatan yang besarnya yaitu : Q total dalam = Q lampu + Q penghuni + Q peralatan beban pendinginan total merupakan total jumlah beban ruangan yang terdiri dari beban total pendinginan luar dan beban total pendinginan dalam. Beban pendinginan total dapat dihitung dari persamaan berikut : Q total pendinginan = Q total pendinginan luar + Q total pendinginan dalam Beban Mesin Pendingin AC Untuk mengetahui besar beban pada mesin pendingin AC seperti ditunjukkan pada gambar 2, dimana system siklus pendingin memerlukan kerja pada masing-masing komponen, seperti kondensor, kompresor, evaporator dan katup ekspansi. Gambar 2. Diagram tekanan dan entalpi siklus kompresi uap standar Usaha pendinginan pada evaporator yaitu : (Stoecker, 1982). W = h 1 h 4 h 1 = Entalpi refrigeran pada titik 1 (kj/kg) h 4 = Entalpi refrigeran pada titik 4 (kj/kg) Laju aliran pendinginan refrigeran merupakan jumlah refrigeran yang disirkulasikan tiap satuan waktu yaitu : = Q totalpendinginan =Beban pendinginan total (kw) W = Usaha pendinginan (kj/kg) Kerja kompresor berlangsung secara adiabatik yaitu tidak ada kalor yang masuk maupun keluar sistem yang besarnya : P k =. (h 2 h 1 ) = Laju aliran refrigeran (kg/det) h 2 = Entalpi refrigeran pada titik 2 (kj/kg) h 1 = Entalpi refrigeran pada titik 1 (kj/kg) Di kondensor, uap refrigeran diembunkan, panas dilepas ke lingkungan dan terjadi perubahan fase refrigeran dari uap ke cair. Dari kondensor dihasilkan refrigeran cair bertekanan tinggi dan bersuhu rendah. Sehingga dapat dirumuskan sebagai berikut (Sungadiyanto, 2006) : P c = (h 2 h 3 ) = Laju aliran refrigeran (kg/det) h 2 = Entalpi refrigeran pada titik 2 (kj/kg) h 3 = Entalpi refrigeran pada titik 3 (kj/kg) Di evaporator, refrigeran cair mengambil panas dari lingkungan yang akan didinginkan dan menguap sehingga terjadi uap refrigeran bertekanan rendah. Sehingga dapat dirumuskan sebagai berikut : P e = (h 1 h 4 ) = Laju aliran refrigeran (kg/det) h 1 = Entalpi refrigeran pada titik 1 (kj/kg) h 4 = Entalpi refrigeran pada titik 4 (kj/kg) Kemampuan kerja suatu refrigerator dinilai dari besarnya koefisien kinerja. Sehingga dapat dirumuskan sebagai berikut : (Stoecker, 1982). COP = P k = Daya kerja kompresor (kw) Q totalpendinginan =Beban pendinginan total (kw) METODE PENELITIAN Penelitian ini dilakukan di Aula Kampus 2 UM Metro. pada bulan Mei sampai Oktober 2013. Metode penelitian yang dilakukan yaitu observasi lapangan dan kajian pustaka yaitu mengukur dan mencatat data-data yang didapat dari lapangan seperti ukuran bangunan panjang, lebar dan tinggi. Luas bidang tembok, kaca dan kayu. Jumlah pintu, jendela dan jumlah kapasitas TURBO ISSN 2301-6663 Vol. 2 N0. 2 9

orang pada aula tersebut. Beberapa peralatan yang ada dalam ruang aula tersebut seperti lampu, alat elektronika dan sumber panas lainnya. Kemudian dilanjutkan dengan metode kajian pustaka yaitu menghitung beban pendinginan ruang aula dan menghitung daya alat refrigerasi (pendingin udara) yang akan digunakan pada ruangan tersebut dengan menggunakan metode pendinginan beban perbedaan suhu (CLTD) (Afendi, 2012). Data pengukuran : Ruang aula : a) panjang 19,85 m, lebar 7,85 m dan tinggi 3,33 m. b) Kapasitas maksimal 250 orang c) Peralatan elektronik : 1 amply, 2 speaker, 20 lampu, 1 LCD dan 5 kipas angin yang berada di dalamnya. d) jendela 28 buah dan pintu 2 buah. e) Pada dinding di bagi menjadi 4 bagian yaitu dinding 1 dengan luas 48,8 m 2, dinding 2 dan 4 dengan luas 24,49 m 2, dinding 3 dengan luas 16,65 m 2, dan masing-masing dinding tebal 0,11 m. f) Pada kaca dibagi menjadi 2 bagian yaitu kaca 1 dengan luas 13,132 m 2, kaca 2 dengan luas 4,1552 m 2 dan tebal kaca 0,005 m. g) Pada bagian atap didapat luas 162,88 m 2 berbahan paduan alumunium dengan tebal 0,00035 m. h) Pada bagian lantai didapat luas 155,8225 m 2 dengan tebal 0,013 m. Gambar 4. Ruang aula tampak dari samping Gambar 5. Gedung aula tampak dari luar Gambar 6. Jendela kaca ruang aula Gambar 3. Ruang aula tampak dari belakang i) Untuk temperatur bola basah 29 0 C dan temperatur bola kering 32 0 C. dan data yang diperoleh dari diagram psikometri pada 16 0 C dengan kelembapan relatif 70 % didapat tekanan parsial uap jenuh 9,7 mm Hg, volume spesifik 0,83 m 3 /kg, titik embun 11 0 C dan perbandingan kelembaban 0,008. TURBO ISSN 2301-6663 Vol. 2 N0. 2 10

PERHITUNGAN a. Beban pendinginan luar Koefisien perpindahan kalor melalui dinding tembok yaitu : U dinding = = 1 / (0,044 m 2. K/W + 0,136 m 2. K/W + 0,120 m 2. K/W) = 3,33 W/m 2. K Q dinding 1 = A dinding 1. U dinding. (Td 1 Td 2 ) = 48,8 m 2. 3,33 W/m 2. K (309 K 307 K) = 325 W Dengan cara yang sama maka dapat dihitung dan hasilnya sebagai berikut : Q dinding 2= 55,44 W Q dinding 3= 81,55 W Q dinding 4 = 652,4 W Maka jumlah panas yang melewati didnding tembok keseluruhan yaitu : Q dinding = Q dinding 1 + Q dinding 2 + Q dinding 3 + Q dinding 4 = 325 W + 55,44 W + 81,55 W + 652,4 W = 1114,39 W Jumlah panas yang melewati kaca keseluruhan yaitu : Q kaca = Q kaca 1 + Q kaca 2 = 77,74 W + 24,56 W = 102,3 W Jumlah panas yang melewati atap yaitu : Q atap = A atap. U atap. (Ta 1 Ta 2 ) = 162,88 m 2. 6,1 W/m 2. K (332 K 310 K) = 21858,5 W Jumlah panas yang melewati lantai yaitu : Q lantai = A lantai. U lantai. (Tl 1 Tl 2 ) = 155,8225 m 2. 5,78 W/m 2. K (306 K 304 K) = 1801,3 W Beban Total Pendinginan Luar adalah : Q total pendgn luar = Q dinding +Q kaca +Q atap +Q lantai = 1114,39 W + 102,3 W + 21858,5 W + 1801,3 W = 24876,49 W b. Beban pendinginan dalam Beban panas dari lampu yaitu : Q lampu = Q lampu bulat + Q lampu panjang = 220,32 W + 114,24 W = 334,56 W Beban panas dari penghuni/orang yaitu : Q penghuni = z. No. CLFP = 100 W. 250 orang. 0,89 = 22250 W Beban panas dari beberapa peralatan, seperti laptop, amply dan LCD, yaitu : Q alat = Q alat laptop + Q alat amply + Q alat LCD = 64,98 W + 34 W + 312 W = 410,98 W Beban total pendinginan dalam adalah : Q total pendgn dalam = Q lampu +Q penghuni +Q peralatan = 334,56 W + 22250 W + 410,98 W = 22995,54 W Beban pendinginan total/keseluruhan adalah Q total pendinginan = Q total pendgn luar +Q total pendg dalam = 24876,49 W + 22995,54 W = 47872,03 W = 47,87 kw c. Beban mesin pendingin alat AC Usaha pendinginan refrigeran yaitu : W = h 1 h 4 = 410,7 kj/kg 249,7 kj/kg = 161 kj/kg Laju aliran pendinginan refrigerant yaitu : = = = 0,30 kg/det Daya kerja kompresor yaitu : P k =. (h 2 h 1 ) = 0,30 kg/det. (416,6 410,7) kj/kg = 1,77 kj/det = 1,77 knm/det = 1,77 kw Panas yang dilepaskan kondensor yaitu : P c = (h 2 h 3 ) = 0,30 kg/det. (416,6 249,7) kj/kg = 50,1 kj/det = 50,1 knm/det = 50,1 kw Penyerapan panas evaporator yaitu : P e = (h 1 h 4 ) = 0,30 kg/det (410,7 249,7) kj/kg = 48,3 kj/det = 48,3 knm/det = 48,3 kw Coefisien of performance (COP) COP = = = 27,04 TURBO ISSN 2301-6663 Vol. 2 N0. 2 11

PEMBAHASAN Berdasrkan hasil perhitungan beban pendinginan di dapat sebesar 47,87 kw. Hal ini di pengaruhi oleh beberapa faktor yaitu beban pendinginan luar, yang berupa panas pada dinding ruangan, kaca jendela, pintu, atap dan lantai ruangan. Yang cukup besar pengaruhnya yaitu pada dinding ruangan sebelah timur karena terkena sinar matahari langsung. Kemudian jendela kaca, semakin banyak jumlah jendela maka akan semakin banyak sinar matahari yang masuk menyinari ruang aula kemudian pintu, karena aka nada udara luar yang masuk dan udara di dalam keluar. Untuk beban pendinginan dalam yaitu setiap komponen yang ada di dalam ruangan yang dapat menimbulkan panas seperti panas dari lampu, LCD, laptop, ample dan penghuni/orang. Factor yang cukup besar yaitu orang, karena sitiap orang akan mengeluarkan panas, semakin banyak orang maka akan semakin banyak panas yang dikeluarkan, kemudian LCD karena memang mengluarkan panas dan cahaya sehingga panas yang dihasilkan besar, lalu lampu penerangan karena sinarnya mengeluarkan panas dan cahaya. Untuk beban yang lainnya dirasa tidak begitu besar pengaruhnya, karena panas yang dihasilkan kecil, seperti atap dan lantai ruangan serta dinding ruang yang lainnya juga alat leptop dan ampleplayer. Kemudian untuk mengantisipasi besarnya daya panas yang ditimbulkan pada ruang aula tersebut, maka beban pendinginan yang diperlukan untuk menciptakan kondisi ruangan yang nyaman di dapat dari daya alat pengingin AC (daya kompresor) yang sesuai yaitu sebesar 1,77 kw atau setara 2,4 PK dan dibulatkan menjadi 2,5 PK. Berdasarkan cara perhitungan beban pendinginan AC di lapangan atau toko yang biasa dilakukan yaitu hanya dengan menggunakan dasar ukuran panjang dan lebar ruangan saja. Maka untuk ruang aula yang berkuran panjang 19,85 m dan lebar 7,85 m didapat daya alat pendingin AC yang ideal atau sesuai yaitu sebesar 8,6 PK. Ini menunjukkan perbedaan yang cukup besar terjadi dari hasil perhitungan tersebut. KESIMPULAN Didalam hasil perhitungan di atas maka dapat disimpulkan bahwa ruang aula yang mempunyai ukuran panjang 19,85 m, lebar 7,85m, dan tinggi 3,33m dengan kapasitas 250 orang memiliki beban pendinginan sebesar 47,87 kw. Dan untuk mendapatkan dan mempertahankan kondisi ruangan aula yang nyaman maka diperlukan daya alat pendingin AC sebesar 1,77 kw atau setara 2,4 PK dibulatkan 2,5 PK. Untuk mendapatkan pendinginan yang merata maka perlu dibagi menjadi 5 unit alat pendingin, masing-masing daya pendingin @ ½ PK yang disebar ke masing-masing bagian, jarak dan sisi, tiga sebelah kiri dan 2 bagian disebelah kanan. DAFTAR PUSTAKA 1. Afendi, ahmad Arif. Puad, Jamil M. Sonhaji, M. 2012. Perhitungan Beban Pendinginan, Pemilihan dan Pemasangan Air Conditioning di Ruang Autocad. Teknik MesinUniversitas Diponegoro, Semarang. 2. Arismunandar, Wiranto. Saito, Heizo. 1991.Penyegaran Udara. PT. Pradya Paramitha Jakarta. 3. Badan Sstandar Nasional. 2011. Konservasi Energi Selubung Bangunan Pada Bangunan Gedung. Jakarta. BSN. 4. Stoecker, W,F. Jones, J.W. 1982. Refrigrasi dan Pengkondisian Udara. Jakarta Penerbit Erlangga Jakarta. 5. Sumardi, Syamsuar, Ariefin. Analisis Beban Pendinginan Sistem Tata Udara (STU) Ruang Auditorium Lantai III Gedung Utama Politeknik Negeri Lhoksuemawe. Teknik Mesin. Politeknik Negeri Lhoksuemawe Aceh 6. Sungadiyanto. 2006. Studi eksperimental Performa Mesin Pengkondisian Udara (AC) MC Quay dengan Refrigeran R-22 pada Laboratorium Teknik Mesin Universitas Negri Semarang. Universitas Negri Semarang. Semarang TURBO ISSN 2301-6663 Vol. 2 N0. 2 12