BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Menteri Kehutanan No. 134/Menhut-II/2004 tentang Perubahan fungsi

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. ada di Indonesia. Kebutuhan akan kawasan konservasi sebagai kawasan yang

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dilakukan secara tradisional untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.

BAB I PENDAHULUAN. hidup Indonesia terdapat dalam Pembukaan UUD 1945 alinea keempat. Kaedah

BAB I PENDAHULUAN. sumberdaya alam juga semakin besar, salah satunya kekayaan alam yang ada

KAWASAN KONSERVASI UNTUK PELESTARIAN PRIMATA JURUSAN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BAB I. PENDAHULUAN. yang dimaksud adalah taman nasional, taman hutan raya dan taman wisata alam

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. maka penduduk setempat dapat menggagalkan upaya pelestarian. Sebaliknya bila

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P.19/Menhut-II/2004 TENTANG KOLABORASI PENGELOLAAN KAWASAN SUAKA ALAM DAN KAWASAN PELESTARIAN ALAM

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Undang-Undang Kehutanan Nomor 41 tahun 1999, hutan adalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. ekosistemnya. Pada Undang-Undang No. 5 Tahun 1990 tentang Konservasi

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Bagi manusia, lahan sangat dibutuhkan dalam menjamin kelangsungan hidup

MEMBANGUN MODEL DESA KONSERVASI SEBAGAI SALAH SATU UPAYA PENYELAMATAN KAWASAN KONSERVASI. Oleh : Kusumoantono Widyaiswara Madya BDK Bogor ABSTRACT

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P.19/Menhut-II/2004 TENTANG KOLABORASI PENGELOLAAN KAWASAN SUAKA ALAM DAN KAWASAN PELESTARIAN ALAM

BAB I PENDAHULUAN. berbeda dengan keadaan aslinya (Hairiah, 2003). Hutan menjadi sangat penting

Ekologi Hidupan Liar HUTAN. Mengapa Mempelajari Hidupan Liar? PENGERTIAN 3/25/2014. Hidupan liar?

BAB I PENDAHULUAN. menjanjikan memiliki prospek baik, potensi hutan alam yang menarik. memiliki potensi yang baik apabila digarap dan sungguh-sungguh

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki tanah air yang kaya dengan sumber daya alam dan

1.1 Latar Belakang. Luas kawasan konservasi di Indonesia sampai dengan tahun 2006 adalah

BAB I PENDAHULUAN. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia tentang. sumber daya alam. Pasal 2 TAP MPR No.IX Tahun 2001 menjelaskan

PEDOMAN UMUM PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI KEHUTANAN BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia dianugerahi oleh Tuhan Yang Maha Esa kekayaan sumber daya

PEMERINTAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA RANCANGAN PERATURAN DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR. TAHUN. TENTANG PENGELOLAAN TAMAN HUTAN RAYA BUNDER

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA Nomor : P.29/Menhut-II/2013 TENTANG PEDOMAN PENDAMPINGAN KEGIATAN PEMBANGUNAN KEHUTANAN

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Hampir separuh wilayah daratnya berupa hutan. Untuk itu pemerintah

PENDAHULUAN. Sumberdaya perikanan laut di berbagai bagian dunia sudah menunjukan

I. PENDAHULUAN. individual tourism/small group tourism, dari tren sebelumnya tahun 1980-an yang

Konservasi Tingkat Komunitas OLEH V. B. SILAHOOY, S.SI., M.SI

GUBERNUR JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR,

I. PENDAHULUAN. yang dimanfaatkan bagi kepentingan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan,

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN tentang Kehutanan, hutan merupakan suatu kesatuan ekosistem berupa

PROGRAM/KEGIATAN DINAS KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN DIY KHUSUS URUSAN KEHUTANAN TAHUN 2016

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERJANJIAN KERJASAMA


KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 1998 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN EKOSISTEM LEUSER PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai fungsi pokok pengawetan keanekaragaman tumbuhan dan satwa serta

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 1998 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN EKOSISTEM LEUSER PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

I PENDAHULUAN. masyarakat serta desakan otonomi daerah, menjadikan tuntutan dan akses masyarakat

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN,

PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA

BAB 1 PENDAHULUAN. hukum adalah qonditio sine quanon, syarat mutlak bagi masyarakat. 1

I. PENDAHULUAN. Kawasan Pelestarian Alam (KPA). KSA adalah kawasan dengan ciri khas

TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA UNIT PELAKSANA TEKNIS KONSERVASI SUMBER DAYA ALAM MENTERI KEHUTANAN,

I. PENDAHULUAN. Taman nasional adalah kawasan pelestarian alam yang mempunyai ekosistem asli

BAB I PENDAHULUAN. Pulau Jawa dan terletak sekitar 30 kilometer di Utara wilayah Provinsi Daerah

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.22, 2008 DEPARTEMEN KEHUTANAN. KAWASAN. Pelestarian.Suaka Alam. Pengelolaan. Pedoman.

Suhartini Jurusan Pendidikan Biologi FMIPA UNY

PELESTARIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN IV

diarahkan untuk memberikan manfaat yang sebesar-besarnya bagi kemakmuran rakyat

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang harus dilindungi keberadaannya. Selain sebagai gudang penyimpan

Konservasi Lingkungan. Lely Riawati

I. PENDAHULUAN. keterbelakangan ekonomi, yang lebih dikenal dengan istilah kemiskinan, maka

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PEMANFAATAN BIOGAS UNTUK USAHA KEMANDIRIAN ENERGI RUMAH TANGGA SEKALIGUS IKUT SERTA DALAM UPAYA MENDUKUNG GERAKAN KONSERVASI LINGKUNGAN

I. PENDAHULUAN. masyarakat Kota Bandar Lampung dan Kabupaten Pesawaran. Selain itu taman

BAB I PENDAHULUAN. perubahan iklim (Dudley, 2008). International Union for Conservation of Nature

TINJAUAN PUSTAKA. penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, menunjang budidaya, pariwisata dan

HUTAN KEMASYARAKATAN (HKm) Oleh Agus Budhi Prasetyo

(2) Untuk melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Kepala Balai Pengelolaan Taman Hutan Raya Banten mempunyai fungsi sebagai berik

II. TINJAUAN PUSTAKA. fungsi pokok sebagai hutan konservasi yaitu kawasan pelestarian alam untuk

TINJAUAN PUSTAKA Taman Nasional

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

Pembangunan KSDAE di Eko-Region Papua Jakarta, 2 Desember 2015

BAB I PENDAHULUAN. berbagai kegiatan yang mengancam eksistensi kawasan konservasi (khususnya

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. keanekaragaman hayati yang tinggi. Apabila dimanfaatkan secara bijaksana akan

BAB I PENDAHULUAN. Kabupaten Kuningan berada di provinsi Jawa Barat yang terletak di bagian

I. PENDAHULUAN. Tingginya laju kerusakan hutan tropis yang memicu persoalan-persoalan

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P. 03/Menhut-II/2007 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA UNIT PELAKSANA TEKNIS TAMAN NASIONAL MENTERI KEHUTANAN,

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.6/Menhut-II/2010 TENTANG

Model Desa Konservasi

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN DAERAH PENYANGGA TAMAN NASIONAL UJUNG KULON

BAB I PENDAHULUAN. Kawasan suaka alam sesuai Undang Undang Nomor 5 Tahun 1990 adalah sebuah

I. PENDAHULUAN. tinggi adalah Taman Hutan Raya Wan Abdurahman. (Tahura WAR), merupakan

BAB I PENDAHULUAN. penunjang budidaya, pariwisata, dan rekreasi. Taman Nasional Kerinci Seblat

PENGELOLAAN KAWASAN KONSERVASI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sumber daya yang kita miliki terkait dengan kepentingan masyarakat

2017, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup

ALAM. Kawasan Suaka Alam: Kawasan Pelestarian Alam : 1. Cagar Alam. 2. Suaka Margasatwa

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara beriklim tropis yang kaya raya akan

PERATURAN DAERAH PEMERINTAH KABUPATEN MAROS. NOMOR : 05 Tahun 2009 TENTANG KEHUTANAN MASYARAKAT DI KABUPATEN MAROS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB 1 PENDAHULUAN. Undang-Undang Dasar 1945 (UUD) 1945 menentukan bahwa bumi, air. dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh Negara

PELESTARIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN III

I. PENDAHULUAN. dari penunjukan kawasan konservasi CA dan SM Pulau Bawean adalah untuk

LEMBAR INFORMASI JARINGAN MASYARAKAT HUTAN KORIDOR GUNUNG SALAK-HALIMUN

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR 26 TAHUN 2005 TENTANG PEDOMAN PEMANFAATAN HUTAN HAK MENTERI KEHUTANAN,

I. PENDAHULUAN. Hutan Register 19 semula ditetapkan sebagai kawasan hutan lindung berdasarkan

TINJAUAN PUSTAKA. masyarakat dalam pembangunan dapat diartikan sebagai keikutsertaan masyarakat

PENDEKATAN TEORITIS. Tinjauan Pustaka. Taman Nasional

MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P.26/Menhut-II/2005

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Taman Nasional (TN) Gunung Merapi ditetapkan berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan No. 134/Menhut-II/2004 tentang Perubahan fungsi Kawasan Hutan Lindung, Cagar Alam dan Taman Wisata Alam pada Kelompok Hutan Gunung Merapi Seluas ± 6.410 ha, yang terletak di Kabupaten Magelang, Boyolali dan Klaten Propinsi Jawa Tengah, dan Kabupaten Sleman Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta menjadi Taman Nasional Gunung Merapi. Taman Nasional Gunung Merapi (TNGM) merupakan kawasan yang salah satu fungsinya sebagai daerah penyangga kehidupan terutama bagi masyarakat di DIY dan Jawa Tengah, sehingga keberadaannya harus dijaga. Taman Nasional Gunung Merapi yang ditetapkan sejak tahun 2002 memiliki potensi yang mampu menjalankan ketiga embanan (mission) juga merupakan ciri khas Taman Nasional terdiri dari : 1) Perlindungan sistem penyangga kehidupan, 2) Pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa beserta ekosistemnya dan 3) Pemanfaatan secara lestari sumberdaya hayati dan ekosistemnya. Nilai-nilai penting yang terkandung dalam Taman Nasional seperti perlindungan fungsi hidrologi, potensi keanekaragaman hayati dan potensi pariwisata alam, sangat besar manfaatnya bagi masyarakat sekitar daerah penyangga. 1

2 Gambar 1. Peta Administrasi Kawasan Taman Nasional Gunung Merapi Sumber : Rencana Pengelolaan Taman Nasional Gunung Merapi 2013-2022 Keberadaan Taman Nasional sangat besar sekali manfaatnya bagi masyarakat desa sekitar kawasan. Banyak di antara mereka mengambil hasil hutan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari dengan cara menjual hasil hutan bahkan ada sebagian penduduk yang menjadikan sebagai pekerjaan pokok. Meningkatnya laju pertumbuhan penduduk dan perubahan kondisi sosial politik sekarang, menjadikan tuntutan masyarakat dalam pemanfaatan sumberdaya alam juga semakin besar, termasuk kekayaan alam yang ada dalam kawasan konservasi. Di sisi lain keberadaan kawasan konservasi harus tetap dipertahankan karena memegang peranan yang strategis sebagai penyangga kehidupan, perlindungan keanekaragaman hayati dan segala ekosistemnya, dan menunjang pemanfaatan secara lestari sumberdaya alam

3 hayati dan segala ekosistemnya. Dalam mempertahankan keberadaan potensi kawasan konservasi, maka salah satu konsep pengelolaan yang diterapkan adalah mengeluarkan segala kegiatan masyarakat dari kawasan konservasi, terutama yang berkaitan dengan pemanfaatan hasil hutan dan lahan hutan. Konsep mengeluarkan aktivitas masyarakat tersebut banyak dipilih oleh pengelola kawasan konservasi karena dinilai memiliki dampak yang lebih kecil terhadap kerusakan ekosistem hutan. Akan tetapi konsep tersebut juga memiliki banyak kekurangan yaitu tertutupnya akses masyarakat sekitar terhadap kawasan hutan yang selama ini menjadi sumber penghasilan guna memenuhi kebutuhan sehari-hari. Dampak dari terputusnya akses tersebut adalah masyarakat mencoba merambah hutan/kawasan konservasi dan memanfaatkan sumberdaya hutan secara illegal yang berakibat pada semakin rusaknya kawasan konservasi. Keberhasilan pelestarian kawasan konservasi dengan konsep ini sangat tergantung pada keberhasilan dalam menangani masalah sosial ekonomi masyarakat di sekitarnya. Gangguan terhadap kawasan konservasi akan berkurang bila kesejahteraan masyarakat sekitar sudah dapat dipenuhi dari hasil usaha di luar pemanfaatan hutan. Untuk itu diperlukan solusi-solusi terhadap berkurangnya/ tertutupnya akses masyarakat terhadap kawasan hutan/konservasi, sebab masyarakat telah hidup di sekitar kawasan konservasi tersebut jauh sebelum kawasan ini dijadikan kawasan konservasi. Pemahaman terhadap kepentingan masyarakat secara sosial ekonomi perlu diperhatikan oleh pengelola kawasan, sebab masyarakat berpotensi sebagai

4 pendukung upaya konservasi sekaligus ancaman terhadap upaya konservasi. Daerah di mana kawasan konservasi sebagai penghalang dan tidak mendatangkan manfaat bagi masyarakat, maka masyarakat sekitar akan menjadi ancaman. Sebaliknya jika kawasan pelestarian alam dianggap sesuatu yang mendatangkan manfaat bagi masyarakat sekitar, maka masyarakat menjadi pendukung dalam usaha pelestarian kawasan. Kawasan TNGM membawahi 30 desa yang berada di sekitar TNGM. Sampai saat ini tidak dapat dipungkiri bahwa kehidupan masyarakat yang tinggal di sekitar kawasan masih bergantung dari sumberdaya alam di TNGM. Aktivitas mereka di dalam kawasan berdampak negatif bagi kelestarian lingkungan. Untuk menyikapi keadaan itu, TNGM merencanakan kegiatan Pemberdayaan Masyarakat untuk desa di daerah penyangga. Kegiatan Pemberdayaan Masyarakat sekitar kawasan konservasi yang menjadi kebijakan Direktorat Jenderal PHKA didasarkan pada UU No. 5 Tahun 1990 Pasal 4 dan Pasal 37 yang menjelaskan bahwa pemerintah berkewajiban untuk mendorong peran serta rakyat dalam Konservasi Sumber Daya Alam, Hutan, dan Ekosistem dan UU No. 41 Tahun 1999 Pasal 70 bahwa masyarakat turut berperan serta dalam pembangunan di bidang kehutanan. Pemberdayaan masyarakat sekitar kawasan konservasi bertujuan untuk mewujudkan masyarakat yang mau dan mampu mengembangkan kreativitas yang bertumpu pada potensi sosial, ekonomi, budaya, dan lingkungan yang mereka miliki guna mendukung kelangsungan pembangunan konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistemnya dalam rangka peningkatan

5 perlindungan, pengawetan/ pembinaan, dan pemanfaatan kawasan konservasi untuk kesejahteraan masyarakat. Usaha untuk mewujudkan masyarakat menjadi mandiri dan sejahtera sudah dilakukan oleh Balai Konservasi Sumberdaya Alam dan Taman Nasional sejak Tahun 1993 melalui pemberdayaan masyarakat. Karena hasil yang kurang maksimal pada tahun 2006, program pemberdayaan masyarakat tersebut diubah menjadi Model Desa Konservasi. MDK adalah salah satu pendekatan model konservasi yang memberikan kesempatan kepada masyarakat sekitar kawasan konservasi untuk aktif terlibat dalam usaha pengelolaan kawasan konservasi. Model ini juga memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk mendapatkan akses penggunaan kawasan yang berkomitmen jangka panjang dalam rangka mendukung konservasi hutan. Model penggunaan kawasan dapat bervariasi dari tiap kawasan berdasarkan persetujuan dengan Pengelola Taman Nasional. Dari perspektif ilmu kebijakan, program MDK mempunyai tujuan untuk memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk berpartisipasi secara aktif dalam konservasi hutan. Untuk mencapai tujuan, ada beberapa kegiatan yang dilaksanakan di Model Desa Konservasi, seperti : 1. Perencanaan dan program pelatihan, seperti identifikasi potensi desa, PRA, pengenalan lingkungan, penyusunan rencana kerja desa, pelatihan pendamping wisata, pelatihan pembuatan pupuk organik dan pelatihan pembuatan biogas.

6 2. Kegiatan rehabilitasi lahan, seperti pembuatan bibit tanaman dan penanaman pohon. 3. Kegiatan ekonomi produktif seperti pembuatan kerajinan dari bambu Balai Taman Nasional Gunung Merapi telah melaksanakan program pemberdayaan masyarakat sekitar TNGM sejak tahun 2007. Berbagai program telah dilaksanakan dalam upaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar TNGM. Pemberdayaan masyarakat tidak hanya meningkatkan produktivitas, memberikan kesempatan berusaha yang sama dan memberikan suntikan modal tetapi juga dengan menjamin adanya kerja sama dan kemitraan yang erat antara yang telah maju dan yang lemah atau yang belum berkembang. Pemberdayaan masyarakat merupakan upaya mempersiapkan masyarakat seiring dengan memperkuat kelembagaan masyarakat agar rakyat mampu mewujudkan kemajuan, kemandirian dan kesejahteraan dalam suasana keadilan sosial yang berkelanjutan. Untuk itu upaya pemberdayaan masyarakat adalah upaya untuk meningkatkan harkat dan martabat lapisan masyarakat yang dalam kondisi sekarang tidak mampu untuk melepaskan diri dari perangkap kemiskinan dan keterbelakangan. Program pemberdayaan masyarakat yang begitu banyak dilakukan oleh pemerintah melalui Balai TNGM, Pemda dan lembaga swadaya masyarakat tentunya menginginkan hasil yang optimal, tepat guna dan tepat sasaran sehingga tujuan tercapai, tetapi pada kenyataan di lapangan kemiskinan belum sepenuhnya dapat ditanggulangi. Hal ini terkait dengan pemerintah dan

7 lembaga non pemerintah yang terlibat di dalamnya apakah benar-benar melaksanakan program dan menyentuh masyarakat atau hanya dijadikan sebagai kepentingan kelompok saja. Kajian terhadap program pemberdayaan masyarakat yang telah dan sedang dilaksanakan oleh pihak Balai TNGM perlu dilakukan dalam upaya menemukan program yang tepat dalam upaya konservasi Taman Nasional. 1.2. Rumusan Masalah Perencanaan taman nasional dapat mengarah pada dua kemungkinan yakni pertama, meningkatkan manfaat taman nasional dan melestarikan ekosistem jika perencanaannya tepat, serta kedua menimbulkan dampak negatif pada taman nasional dan masyarakat yang selanjutnya berdampak pada ketidaklestarian jika perencanaannya kurang tepat. Tolok ukur yang menjadi pedoman keberhasilan adalah seperti yang disebutkan dalam UU no 5/1990 yakni keberlanjutan fungsi taman nasional dalam menunjang kehidupan manusia. Keadaan saat ini adalah banyaknya terjadi penurunan kualitas taman nasional, di sisi lain juga kurang terlihat peningkatan kesejahteraan masyarakat sekitar dengan keberadaan taman sehingga untuk ke depan, manajemen partisipatif dan menyeluruh sangat diperlukan untuk memperbaiki kondisi taman nasional (MacKinnon et al. 1993; Wells et al. 1992) Sebagai indikator keberhasilan ataupun kegagalan program pemberdayaan masyarakat di sekitar kawasan konservasi yang selama ini diterapkan adalah sejauh mana tingkat keberdayaan masyarakat yang dapat

8 dilihat dari empat aspek yaitu ekonomi, sosial, ekologi/ lingkungan dan kelembagaan. Dengan demikian secara umum permasalahan penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut: 1. Sejauh mana efektivitas Model Desa Konservasi mengurangi tekanan masyarakat terhadap Kawasan Hutan Taman Nasional Gunung Merapi? 2. Faktor-faktor apa sajakah yang mempengaruhi efektivitas dari program pemberdayaan masyarakat untuk mendukung konservasi kawasan hutan? 1.3. Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang telah dikemukakan di atas maka penelitian ini bertujuan : 1. Mengetahui dan mengkaji efektivitas Model Desa Konservasi di Taman Nasional Gunung Merapi. 2. Mengkaji faktor-faktor yang mempengaruhi efektivitas dari program pemberdayaan tersebut untuk mendukung konservasi kawasan hutan. 1.4. Manfaat Penelitian Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi suatu masukan bagi Balai TNGM dan pihak terkait dalam perbaikan implementasi Model Desa Konservasi terutama dalam hal instrumen monitoring dan evaluasi, proses pendampingan dan beberapa aspek kelembagaan. Selain itu juga dapat memberikan pelajaran (lesson learned) bagi taman nasional lainnya dalam

9 membangun dan mengimplementasikan Model Desa Konservasi di sekitar kawasan konservasi. 1.5. Keaslian Penelitian Penelitian tentang pemberdayaan masyarakat sudah banyak dilakukan, akan tetapi penelitian tentang pemberdayaan masyarakat desa di sekitar Taman Nasional Melalui Model Desa Konservasi di Taman Nasional Gunung Merapi belum pernah dilakukan. Adapun beberapa penelitian tentang pemberdayaan masyarakat yang terdahulu antara lain : Tabel 1. Penelitian terdahulu tentang pemberdayaan masyarakat Peneliti Metode Fokus/ review hasil Deskriptif kualitatif dengan teknik PRA Widiyanto (2007) Studi Pemberdayaan Masyarakat di TN. Meru Betiri Bunga Raumanen Hasibuan (2009) evaluasi program pemberdayaan masyarakat di sekitar taman nasional way kambas (studi kasus di desa Braja Yekti Kec. Braja Selebah Kab. Lampung Timur) Suryanto Ferdy (2010) Efektivitas Program pemberdayaan masyarakat dalam pembangunan ekonomi di kecamatan Konda kabupaten Konawe Selatan Evaluasi Deskriptif dengan pendekatan deduktif Menggambarkan interaksi sekitar Taman Nasional Meru Betiri. Intensitas interaksi sangat tinggi karena kondisi sosial ekonomi masyarakat yang rendah. Terjadi ancaman perambahan dan pembukaan lahan konservasi. Upaya pemberdayaan masyarakat akan dilakukan meliputi kegiatan penyuluhan dan pendampingan Program pemberdayaan yang telah dilakukan di Desa Braja Yekti meliputi 4 program yaitu : program pemetaan, penyusunan tata ruang dan pembangunan desa; program penguatan dan pembinaan kelembagaan; program pengembangan ekonomi masyarakat; program pengembangan manajemen organisasi pencegahan kebakaran hutan Program pemberdayaan di kabupaten Konawe selatan dalam pembangunan ekonomi telah memberikan dampak yang nyata dan berjalan efektif. Faktor yang mempengaruhi keberhasilan program adalah sumberdaya, komunikasi, sikap pelaksana, koordinasi. Bersambung ke halaman berikutnya

10 Lanjutan Tabel 1 Peneliti Metode Fokus/ review hasil Teguh Ismail (2011) A study of the community Deskriptif kualitatif, empowerment around dengan tipe national park : Model penelitian Desa Konservasi on evaluasi Gede Pangrango National Park West Java, Indonesia. Program MDK efektif untuk memberdayakan masyarakat dalam membantu mencukupi kebutuhannya dan menjaga kelestarian sumber daya hutan. Kebijakan pemerintah daerah bersama dengan petugas Taman Nasional dan LSM merupakan faktor sukses dalam program MDK, terutama dalam proses pemberdayaan masyarakat.