INOVASI BIROKRASI DALAM PERCEPATAN PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR

dokumen-dokumen yang mirip
KEBIJAKAN PENGUATAN SEKTOR RIIL DI INDONESIA Kamis, 16 Juli 2009

BAB VI PENDANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

BAB I PENDAHULUAN. disamping fungsinya sebagai alat pemersatu bangsa. Dalam kaitannya dengan sektorsektor

UPAYA UNTUK MENEROBOS HAMBATAN INVESTASI JALAN TOL

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara yang sedang berkembang. dengan kepadatan penduduk yang semakin meningkat dari tahun ke tahun.

STRATEGI MEMBANGUN INFRASTRUKTUR PEMERINTAH DAERAH

ANALISIS OBLIGASI DAERAH SEBAGAI ALTERNATIF PEMBIAYAAN INFRASTRUKTUR DAERAH

CONTOH BENTUK/MODEL KERJA SAMA DAERAH

BAB IX KONTROVERSI PENANAMAN MODAL ASING (PMA) & UTANG LUAR NEGERI (ULN)

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi, sosial-budaya, politik, maupun pertahanan dan keamanan negara. Sistem

BAB I PENDAHULUAN. dilihat dari peforma pembangunan infrastrukturnya. Maka dari itu, perbaikan

BAB I PENDAHULUAN. yang adil dan makmur, merata baik materil maupun spiritual. Negara yang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam dasa warsa terakhir, pertumbuhan ekonomi Indonesia cukup stabil

LAMPIRAN A. Sejarah Program Pembangunan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan di Indonesia ( )

KRISIS EKONOMI DI INDONESIA MATA KULIAH PEREKONOMIAN INDONESIA

Percepatan Kebijakan Satu Peta pada Skala 1:50.000

PENGELOLAAN KEWAJIBAN KONTINJENSI TAHUN ANGGARAN 2011

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara berkembang yang sedang membangun, membutuhkan dana yang cukup besar untuk membiayai pembangunan.

No. Program Sasaran Program Instansi Penanggung Jawab Pagu (Juta Rupiah)

PEMBIAYAAN INVESTASI MELALUI PUSAT INVESTASI PEMERINTAH SEBAGAI UPAYA PERCEPATAN PENYELENGGARAAN INFRASTRUKTUR BERKELANJUTAN

PINJAMAN LUAR NEGERI DAN KEWENANGAN PEMERINTAH DAERAH. Oleh : Ikak G. Patriastomo 1

BAB I PENDAHULUAN. puluh tahun yang lampau pemerintah Indonesia telah mengunakan pola Build

KERJASAMA PEMERINTAH DAN BADAN USAHA DIREKTORAT PENGELOLAAN DUKUNGAN PEMERINTAH DAN PEMBIAYAAN INFRASTRUKTUR

BAB I PENDAHULUAN. Penanaman modal yang sering disebut juga investasi merupakan langkah

FAQ. bahasa indonesia

STUDI PUBLIC PRIVATE PARTNERSHIP DALAM PROYEK INFRASTRUKTUR: KASUS JALAN TOL TG. MORAWA - TEBING TINGGI


BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Sejarah Perusahaan

FASILITAS PEMERINTAH UNTUK MENDUKUNG PROYEK KERJASAMA PEMERINTAH DAN BADAN USAHA (KPBU)

2.4. Permasalahan Pembangunan Daerah

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH BESERTA KERANGKA PENDANAAN

PERTEMUAN III ASPEK EKONOMI, POLITIK,

Analisis Asumsi Makro Ekonomi RAPBN Nomor. 01/ A/B.AN/VI/2007 BIRO ANALISA ANGGARAN DAN PELAKSANAAN APBN SETJEN DPR RI

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS

BAB III ANALISIS ISU STRATEGIS

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. melalui APBN maupun APBD dalam penyediaan dana untuk pembangunan

BAB V PENUTUP. rahim kedaulatan internal sebuah negara pantai / kepulauan atas territorial laut dan

PENGAMANAN FISKAL MELALUI POLA PEMBAGIAN RISIKO ANTARA PEMERINTAH DAN SWASTA

BAB I PENDAHULUAN. mengejar ketertinggalan pembangunan dari negara-negara maju, baik di kawasan

BAB I Pembangunan Infrastruktur di Indonesia

ALTERNATIF PEMBIAYAAN INFRASTRUKTUR

PENGELOLAAN RISIKO DALAM PENYELENGGARAAN INFRASTRUKTUR BERKELANJUTAN. Oleh: Sinthya Roesly, S.T., M.M., M.B.A., M.Eng.Sc.

BAB II KEBIJAKAN DAN STRATEGI

BAB I PENDAHULUAN. Provinsi Lampung merupakan salah satu provinsi yang berkembang maju pesat

BAB I PENDAHULUAN. kebijakan umum pembangunan nasional adalah mempercepat

BAB 4: PELAKSANAAN DAN TATA KELOLA MP3EI

INDONESIA PADA GUBERNUR BANK PANITIA ANGGARAN SEMESTER

PRESS RELEASE PAPARAN PUBLIK 2015 PT KMI WIRE AND CABLE Tbk 11 AGUSTUS 2015

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan dan memenuhi kebutuhan masyarakat sesuai amanat Undang-

BAB I PENDAHULUAN. (Tanuwidjaya, 2013). Sejak tahun 1969 Pemprov Bali bersama masyarakat telah

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB IV PENUTUP. 1. Pelaksanaan Kemitraan PDPS Surabaya dengan PT AIW IV-1

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR : 8 TAHUN 2009 SERI : E NOMOR : 2

Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/ Kepala BAPPENAS

BAB III METODOLOGI. Bagan Alir Penelitian

1.1. Latar Belakang Perlunya Pembaruan Kebijakan Pembangunan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan

Ketika MRT Urai Kemacetan Jakarta

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. pelayanan masyarakat, menciptakan keadilan dan pemerataan, serta mendorong

BAB I PENDAHULUAN. pangsa pasar terbesar di dunia. Pertumbuhan industri penerbangan juga cenderung

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan jalan tol dengan asumsi biaya sekitar Rp miliar per km. Sedangkan lapangan kerja yang tercipta sekitar

DATA POKOK APBN DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

BAB III OBJEK DAN METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. saat menghadiri Rapimnas dan Rakernas (Rapat Pimpinan dan Rapat Kerja Nasional),

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

AKSELERASI INDUSTRIALISASI TAHUN Disampaikan oleh : Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 86 TAHUN 2011 TENTANG PENGEMBANGAN KAWASAN STRATEGIS DAN INFRASTRUKTUR SELAT SUNDA

BAB I PENDAHULUAN. Kondisi perekonomian suatu negara sangat menentukan tingkat. kesejahteraan masyarakat suatu negara, yang berarti bahwa suatu negara

Kebijakan Fiskal untuk Mendukung Akselerasi Sektor Industri yang Berdaya Saing

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian di Indonesia. Fluktuasi kurs rupiah yang. faktor non ekonomi. Banyak kalangan maupun Bank Indonesia sendiri yang

BAB 4 ANALISIS ISU STRATEGIS DAERAH

PEMBEBASAN LAHAN BAGI INFRASTRUKTUR

Pengaruh utang luar negeri dan defisit anggaran terhadap kondisi makro ekonomi OLEH: Siti Hanifah NIM.F BAB I PENDAHULUAN

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Analisis Kebijakan Pembiayaan Sektor Pertanian

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Perencanaan pendidikan pada hakikatnya adalah suatu proses untuk mencapai

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 86 TAHUN 2011 TENTANG PENGEMBANGAN KAWASAN STRATEGIS DAN INFRASTRUKTUR SELAT SUNDA

POKOK-POKOK PIKIRAN TANGGAPAN ATAS : PEMAPARAN HASIL KAJIAN ANALISA KEBIJAKAN PERENCANAAN PENDANAAN PEMBANGUNAN

Obligasi Daerah Dinilai Dapat Mempercepat Pembangunan Daerah

BAB I PENDAHULUAN. dalam negeri menyebabkan perubahan tata perekonomian dalam negeri yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seberapa besar keinginan masyarakat Indonesia untuk terbang? Kutipan

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini, perekonomian Indonesia diliput banyak masalah. Permasalahan

DATA POKOK APBN KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

DAFTAR ISI. PERATURAN BUPATI MURUNG RAYA KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii DAFTAR TABEL... vii

ANALISA PENENTUAN MASA KONSESI DENGAN MODEL SIMULASI PADA PROYEK PPP JALAN TOL KERTOSONO- MOJOKERTO

PENGELOLAAN KAWASAN ANDALAN YANG MENDUKUNG PENGEMBANGAN INVESTASI DUNIA USAHA DI KTI

PENYERAPAN ANGGARAN. 1 P e n y e r a p a n A n g g a r a n

terukur dengan tingkat kepuasan pelayanan di bidang Bina Marga dan Pengairan.

Ekonomi 2009: Perlu langkah-langkah Baru

BUPATI KEPULAUAN SELAYAR

BAB I PENDAHULUAN. Kesinambungan fiskal (fiscal sustainability) merupakan kunci dari kebijakan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

Peran Audit untuk Mengungkap Penyalahgunaan Anggaran Proyek di Perusahaan Jasa Konstruksi Oleh : Putu Sukma Kurniawan

I. Permasalahan yang Dihadapi

Kebijakan Umum APBD Tahun Anggaran 2010 III- 1

Jakarta, 10 Maret 2011

Transkripsi:

INOVASI BIROKRASI DALAM PERCEPATAN PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR Ir. M. Saiful Imam, MM. Mantan Direktur Utama PT Adhi Karya Tbk email: m.saiful.imam@gmail.com; saiful@adhi.co.id ABSTRAK Pada makalah ini akan dipaparkan mengenai inovasi birokrasi dalam percepatan pembangunan. Pembahasan masalah ini difokuskan pada persoalan skema kerjasama pemerintah dan swasta, kendala-kendala yang dihadapi baik dari pihak swasta maupun pemerintah, serta solusi untuk mengatasinya. Inovasi birokrasi diharapkan dapat menghilangkan segala macam hambatan dan diskriminasi sehingga dapat mempermudah partisipasi sektor swasta, guna mempercepat laju pembangunan. Kata kunci : Inovasi Birokrasi, Percepatan Pembangunan Infrastruktur, Skema Kerjasama 1. PENDAHULUAN Pembangunan di Indonesia berjalan sangat lambat karena bangsa kita mengalami kesulitan finansial. Krisis moneter yang berlangsung cukup lama mengakibatkan tidak banyak yang dibangun, bahkan banyak yang kurang terpelihara dengan baik. Hal ini disebabkan karena anggaran yang ada harus diprioritaskan untuk mengatasi krisis. Kini, ketika badai krisis sudah mulai berlalu dan Indonesia sudah mulai pulih dari krisis, dengan indikator makro ekonomi mulai membaik, maka sudah seharusnya pembangunan di Indonesia mulai digiatkan kembali. Percepatan pembangunan sangat penting karena bangunan dapat meningkatkan ketahanan pangan, mengurangi kesenjangan wilayah dan perbaikan lingkungan permukiman dan kawasan. Dukungan layanan yang baik akan mendorong pertumbuhan investasi dan kemudahan mobilitas barang dan jasa. Disamping itu, pembangunan juga dapat mengatasi ancaman bencana alam. Misalnya, pembangunan yang terkait dengan sector pertanian dan keairan akan dapat bencana banjir dan tanah longsor. Namun, realisasi percepatan tentu tidak mudah. Salah satu faktor yang perlu diperhatikan dalam konteks pembangunan ini adalah kondisi birokrasi. Percepatan pembangunan bisa dilakukan jika pemerintah mengubah pola dan mental kerja birokrasi. Selama ini, birokrasi merupakan faktor utama yang menghambat pembangunan. Di sisi lain, pemerintah juga terkesan kurang serius dalam menggulirkan pembangunan ini. Pemerintah seolah tidak memiliki skala prioritas menyangkut pembangunan proyek-proyek. Dalam percepatan pembangunan pemerintah seharusnya memberikan prioritas pada : (i) peningkatan pelayanan sesuai dengan standar pelayanan minimal; (ii) peningkatan peran dalam mendukung daya saing sektor riil; serta (iii) peningkatan investasi swasta dalam proyekproyek. Oleh karena itu, wacana pentingnya inovasi birokrasi dalam percepatan pembangunan menjadi sangat menarik untuk diperbincangkan. Namun, pada kesempatan ini hanya difokuskan pada persoalan skema kerjasama pemerintah dan swasta, kendalakendala yang dihadapi baik dari pihak swasta maupun pemerintah, serta solusi untuk mengatasinya. ISBN No. 978-979-18342-0-9 12

Inovasi Birokrasi Dalam Percepatan Pembangunan Infrastruktur 2. BIDANG-BIDANG PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR Sebelum membahas mengenai permasalahan kerjasama pemerintah dan swasta, kiranya perlu diketahui terlebih dahulu bidangbidang dalam pembangunan yang perlu mendapat perhatian serius, diantaranya : - Toll Road - Pelabuhan - Air Port - Air Minum - Power Plant - Public Transport Pembangunan jalan tol (toll road) penting untuk memperlancar arus lalu lintas. Pembangunan ini sangat diperlukan mengingat sudah banyak ruas jalan non-toll yang kapasitasnya sudah tidak mampu menampung volume kendaraan yang melewatinya. Percepatan pembangunan ini perlu diprioritaskan pada daerah-daerah yang kondisi lalu-lintasnya padat. Percepatan pembangunan jalan tol bukan berarti melupakan jalan non-tol. Saat ini, pemerintah terkesan lupa bahwa pembangunan jalan non-tol juga merupakan kewajiban yang semestinya tidak diabaikan. Terlebih, dibanding jalan tol, peran jalan non-tol terutama di daerah-daerah di luar Jawa lebih menentukan dalam menggelorakan kegiatan ekonomi. Hal ini karena, jalan tol lebih banyak memberi dampak terhadap kegiatan ekonomi di perkotaan. Jelasnya, jalan tol memang lebih banyak merupakan kebutuhan masyarakat perkotaan. Namun, jika pembangunan jalan non-tol terus diabaikan, potensi-potensi ekonomi daerah sulit sekali terangkat. Ini jelas bisa makin memperlebar kesenjangan ekonomi desa dan kota dengan segala implikasinya yang tidak sehat secara sosial, ekonomi maupun politik. Infrastruktur pelabuhan diperlukan mengingat Indonesia merupakan negara kepulauan. Begitu pula, dengan air port (bandar udara). Percepatan pembangunan ini diharapkan dapat memperlacar arus penumpang dan barang antar berbagai wilayah, baik dalam negeri maupun luar negeri. Pembangunan air minum atau air bersih sangat mendesak terutama di wilayah perkotaan. Hal ini disebabkan karena ketersedian air bersih di wilayah perkotaan belum mampu memenuhi kebutuhan masyarakat, yang dari tahun ke tahun semakin meningkat. Untuk memenuhi kebutuhan air minum, pemerintah mengatur pola penyediaan air baku. Pola pengembangan penyediaan air baku yang diprogramkan Ditjen SDA meliputi penyediaan air baku untuk keperluan domestik, perkotaan serta industri. Khusus untuk dukungan penyediaan air baku perdesaan, lebih difokuskan pada penyediaan air baku rumah tangga. Fokusnya adalah pada daerah yang rawan kekeringan, daerah pengembangan rawa, pulau pulau kecil serta kawasan terpencil, juga daerah perbatasan. Infrastruktur power plant dan public transport juga tidak kalah pentingnya. Pembangungan ini perlu dipercepat mengingat tingkat kebutuhannya sudah sangat mendesak. Kondisi eksisting tersebut masih jauh dari harapan ideal. Krisis energi dan buruknya layanan angkutan publik memperlihatkan bahwa pembangunan tersebut perlu diprioritaskan. 3. SKEMA KERJASAMA PEMERINTAH DAN SWASTA Salah satu yang menjadi faktor penyebab lambatnya laju pembangunan adalah permasalahan pembiayaan. Dukungan pembiayaan dari pihak perbankan acapkali dirasakan kurang memadai. Hal ini bisa terjadi karena pemerintah pusat tidak memiliki koordinasi yang terintegrasi dengan pihak swasta, BUMN, perbankan, dan jajaran pemda dalam merealisasikan pembangunan proyek-proyek. Koordinasi diantara seluruh stakeholders yang terkait sangat diperlukan demi kalancaran pembangunan. Oleh karena itu, diperlukan pengaturan hubungan kerjasama antara pemerintah dan swasta. Skema kerjasama pemerintah dan swasta dalam pembangunan ISBN No. 978-979-18342-0-9 13

Ir. M. Saiful Imam, MM didasarkan pada Public Private Partnership, seperti pada Gambar 1 berikut. 1. Hak Konsesi 2. Penjaminan/Insentive PEMERINTAH Perjanjian Kerjasama (Concession Agreement) SWASTA 1. Proyek 2. Pelayanan 3. Pajak, dll. Gambar 1. Skema Kerjasama Pemerintah dan Swasta Gambar tersebut diatas memperlihatkan hubungan kerjasama yang perlu dijalin antara pihak pemerintah dan pihak swasta. Kerjasama tersebut harus memiliki payung hukum yang dituangkan dalam sebuah perjanjian kerjasama (concession agreement), yang tentunya mengikat diantara keduanya. Dalam perjanjian tersebut diatur hubungan kerja sama antara pemerintah dengan swasta dalam rangka penyediaan / pembangunan proyek dengan pelayanannya kepada masyarakat atas biaya swasta. Sebagai kompensi, pihak swasta mendapatkan hak konsesi dan penjaminan (insentive) dari pihak pemerintah. Pemerintah memberikan hak konsesi selama 30 tahun, 40 tahun dst (sesuai yang disepakati) untuk memperoleh penggantian atas biaya investasi swasta beserta bunga dan pendapatannya melalui pembayaran atas penggunaan oleh publik atas proyek swasta tersebut. Hak konsesi bisa dalam bentuk BOT (Build Operate & Transfer) dan BOO (Build Operate & Operation). Disamping hak konsesi, juga ada jaminan yang diberikan pemerintah kepada swasta / investor agar ada kepastian pengembalian atas investasi tersebut. Jaminan yang dapat diberikan dapat berupa : insentive Pajak; pemanfaatan lahan-lahan / asset-aset pemerintah; jaminan jumlah penumpang (ridership guarantee); jaminan beda kurs (currency risk guarantee); jaminan pembayaran utang (payment guarantee); jaminan pajak kendaraan (ERP guarantee); ISBN No. 978-979-18342-0-9 14

Inovasi Birokrasi Dalam Percepatan Pembangunan Infrastruktur dan jaminan country risk (sovereign guarantee). Pihak swasta menyediakan / membangun proyek yang diperjanjikan. Pihak swasta juga menyediakan / memberikan pelayanan melalui proyek kepada publik dengan menggunakan tarif tertentu, sesuai yang disepakati dalam perjanjian. Disamping itu, pihak swasta berkewajikan membayar pajak kepada pemerintah. 4. KENDALA-KENDALA YANG TERJADI DARI PIHAK SWASTA Realisasi pembangunan acapkali menemui beberapa kendala. Beberapa kendala yang biasanya muncul dari pihak swasta, diantaranya : a. Seringkali, swasta yang berminat adalah makelar / broker yang akan menjual hak konsesinya b. Akses pendanaan dalam negeri / rupiah yang sangat mahal. Bila menggunakan bank-bank LN mereka hanya memberikan kepada investor-investor dari negaranegara dimana Bank berasal c. Regulasi yang ada di Indonesia yang banyak benturan-benturan peraturan sehingga menimbulkan resiko yang tidak jelas dari swasta. 5. KENDALA-KENDALA YANG TERJADI DARI PEMERINTAH Beberapa kendala dalam pembangunan yang biasanya muncul dari pihak pemerintah, diantaranya : a. Birokrasi yang berjalan lambat b. Regulasi yang tidak komprehensi dalam mendukung investasi swasta bidang. Misal ada Perpres 67/2006, namun tidak dilengkapi dengan aturan yang jelas mengenai guarantee dan dukungan pemerintah kepada investor. c. Pola pikir birokrasi yang cenderung curiga dengan swasta/ investor sebagai perusahaan yang cuma cari untung. d. Ada keengganan untuk meniru praktekpraktek luar negeri yang berhasil meningkatkan investasi melalui pemberian jaminan kepada pihak investor. e. Pemerintah lebih suka memberi fasilitas bagi investor yang melakukan explorasi sumber daya alam daripada kepada investor. f. Adanya arogansi perilaku birokrasi. g. Pelaku birokrasi yang kurang kompetensi. h. Pertimbangan popularitas lebih besar dibanding keberhasilan proyek. i. Ketakutan birokrasi dalam mengambil keputusan akibat kegiatan KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi). j. Pola pikir birokrat terhadap penyediaan yang cenderung : - Mempersulit pemberian jaminan - Tidak proaktive mencari investor - Enggan melepaskan pembangunan kepada investor dengan biaya yang ditanggung pemerintah lebih murah. - Kurang menyadari, bila ada pembangunan oleh investor, maka : o Pemerintah memperoleh pajak o Pemerintah memperoleh pertumbuhan ekonomi o Pemerintah memperoleh kesempatan kerja k. Enggan memberikan insentive pajak sebagai stimulator agar swasta mau membangun antara lain : - tax holiday - divert payment 6. SOLUSI MENDORONG PERCEPATAN PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR Mencermati banyaknya kendala yang dihadapi baik dari perspektif pihak swasta maupun pemerintah maka diperlukan solusi untuk mengatasinya. Beberapa solusi untuk mendorong percepatan pembangunan di Indonesia, antara lain : a. Guna menghindari calo-calo / broker tender investasi, pemerintah harus mempunyai persyaratan tender yang berkualitas internasional serta kriteria pemenang tender harus memastikan bahwa investor terdiri atas konsorsium yang kuat, guna mendukung pelaksanaan investasi b. Memperbanyak keterlibatan bank-bank dalam negeri (yang cost nya sangat ISBN No. 978-979-18342-0-9 15

Ir. M. Saiful Imam, MM mahal) melalui pemberian intensive bunga bank atau perjanjian pinjaman c. Pemerintah mengeluarkan sharing risk regulation bagi pembangunan d. Badan yang menangani percepatan pembangunan inftrastruktur harus didukung oleh tenaga-tenaga profesional dan mampu menanggulangi hambatanhambatan regulasi, serta didukung oleh aturan-aturan yang jelas dan mudah dalam pemberian dukungan pemerintah bagi pembangunan e. Segera dilakukan deregulasi yang mengutamakan dukungan terhadap investasi swasta pada proyek-proyek. Jika inovasi birokrasi tersebut dilaksanakan diharapkan dapat menghilangkan segala macam hambatan dan diskriminasi sehingga dapat mempermudah partisipasi sektor swasta. Partisipasi sektor swasta ini diharapkan dapat mendorong percepatan pembangunan sehingga dapat berjalan dengan baik dan lancar. 7. UCAPAN TERIMA KASIH Penulis mengucapkan terima kasih kepada panitia Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Prasarana Perkotaan 2008 yang telah mengundang kami sebagai keynote speaker dan memberikan kesempatan untuk berpartisipasi aktif dalam seminar tersebut. 8. DAFTAR ACUAN Kepres 81/2001 tentang Komite kebijakan percepatan pembangunan. Permenkeu 38/2006 tentang petunjuk pelaksanaan pengendalian dan pengelolaan risko atas penyediaan Perpres 42/2005 tentang Komite kebijakan penyediaan Perpres 65/2006 tentang pertanahan terkait pelaksanaan pembangunan RAPBN 2008, Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara ISBN No. 978-979-18342-0-9 16