BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Belajar adalah proses pengalaman sendiri yang berkembang secara bertahap dari sederhana menuju yang kompleks (Hamruri, 2012:174). Melalui pengertian ini menunjukkan bahwa belajar tidak dapat sekaligus akan tetapi sesuai dengan irama kemampuan siswa. Belajar sering diartikan sebagai konsep mendapatkan ilmu pengetahuan. Guru bertindak sebagai pengajar yang berusaha memberikan ilmu pengetahuan sebanyak-banyaknya dan peserta didik menerima pengetahuan tersebut. Dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), seringkali guru hanya menyampaikan materi-materi saja. Banyaknya materi yang harus dipelajari membuat siswa jenuh terhadap pembelajaran. Siswa sering tidak fokus dalam pembelajaran banyaknya materi yang disampaikan akan membuat siswa harus menggunakan hafalan untuk mengerjakan suatu soal. Padahal, tidak semua siswa mampu menghafal materi-materi pelajaran. Banyak guru menganggap siswa sudah belajar apabila siswa mengerjakan sesuai dengan pengertian dalam buku. Pengertian belajar seperti ini tentu kurang sesuai. Belajar bukan hanya sekadar mengingat tapi juga mengalami. Ada yang mengatakan bahwa belajar merupakan proses. Belajar juga merupakan pengalaman. Pengalaman pada dasarnya adalah hasil interaksi antara siswa dengan lingkungan sekitarnya.. Mata pelajaran IPA merupakan salah satu pelajaran yang terdiri dari banyak materi. Setiap materi terdiri dari beberapa pengetahuan berupa informasi yang harus dipahami siswa. Pembelajaran IPA terdiri dari kegiatan eksperimen, mengamati, membuktikan, dll. Anak senang bila guru mengajar dengan metode percobaan. Guru juga senang karena siswa lebih cepat dalam memahami materi apabila pemaparan materi dengan percobaan. Akan tetapi, penerapan metode percobaan atau eksperimen 1
2 dianggap menghabiskan banyak waktu. Akibatnya beberapa guru memilih metode ceramah untuk memaparkan suatu materi. Metode ceramah dianggap sebagai suatu metode yang dapat secara cepat menyampaikan materi pada siswa. Padahal kita ketahui bahwa ketika metode ceramah diterapkan, banyak siswa jenuh. Keadaan jenuh pada siswa mengakibatkan materi tidak masuk ke dalam otak mereka. Dengan kata lain, siswa hanya meng iya kan saja guru mereka berceramah tanpa memahami benar isi materi yang dipaparkan. Salah satu model pembelajaran yang dapat memberikan perbaikan dalam proses pembelajaran IPA adalah model pembelajaran Peta pikiran. Dalam hal ini, model pembelajaran peta pikiran dikemas dengan sebutan PAPA PEPI. Model pembelajaran ini merupakan pengembangan dari model pembelajaran peta pikiran yang difokuskan untuk membantu siswa dalam memahami dan menghafalkan materi. PAPA PEPI merupakan sebuah model pembelajaran dengan menggunakan gambar yang dikombinasikan dengan berbagai warna dan simbol. Materi disajikan secara ringkas dan menarik. Model pembelajaran ini membuat siswa tertarik sehingga siswa antusias dalam memahami materi. Model pembelajaran ini, mampu membantu siswa menghafal materi tanpa meninggalkan pemahaman yang penting. Keadaan yang sama terjadi di SD Negeri Candisari 1 Kecamatan Ampel Kabupaten Boyolali. Guru lebih sering menggunakan metode ceramah dibandingkan percobaan. Hal ini dikarenakan masalah waktu. Jika guru menerapkan metode percobaan, akan banyak materi yang belum dijelaskan. Terutama materi pada akhir bab. Padahal kenyataannya waktu sudah habis. Guru juga menganggap persiapan pembelajaran dengan menggunakan metode eksperimen memerlukan persiapan yang lebih banyak. Keadaan ini yang membuat guru lebih senang menggunakan metode ceramah. Penerapan metode ceramah membuat siswa jenuh. Apabila kejenuhan ini tidak segera dicari solusi, maka dipastikan akan berdampak pada hasil belajar siswa. Ketika
3 seorang siswa menganggap bosan, materi yang diajarkan tidak mampu masuk ke dalam pikiran. Akibatnya, ketika diberi evaluasi, hasilnya kurang memuaskan. Tidak hanya kejenuhan, banyaknya materi yang harus dipelajari membuat anak malas menghafal. Selain itu, tingkat menghafal setiap siswa berbeda. Ada yang bisa hafal dalam waktu singkat, ada juga yang tidak. Perbedaan tingkat hafalan ini juga membuat siswa yang sulit menghafal tidak dapat menguasai materi. Padahal untuk bisa menjawab soal-soal tentu saja diperlukan penguasaan materi. Salah satu cara dalam mengatasi keadaan ini adalah tetap berusaha agar dapat membuat siswa berperan secara aktif dalam mengembangkan kemampuan yang dimilikinya. Kemampuan yang dikembangkan dapat memudahkan siswa untuk memahami dan mengerti hasil belajar. Setelah hasil belajar dipahami dan dimengerti, siswa mampu membuat perencanaan dan melaksanakan perencanaan tersebut dan pada akhirnya dapau mengkomunikasikan hasil belajar dengan baik. Selain itu, perlu juga adanya inovasi agar guru tidak menggunakan metode ceramah dalam memaparkan materi. Model pembelajaran PAPA PEPI belum pernah diterapkan di SD Negeri Candisari I Ampel. Guru lebih sering menggunakan metode ceramah. PAPA PEPI terdengar asing dan belum pernah di coba oleh guru SD Negeri Candisari 1 Ampel. Menurut guru kelas V, model pembelajaran ini cukup menarik untuk dicoba. Penggunaan model pembelajaran ini merupakan inovasi dalam upaya perbaikan proses pengajaran. Materi pembentukan tanah dan struktur bumi merupakan materi yang harus dipelajari siswa. Materi ini dianggap sulit untuk dipaparkan karena materi ini tidak ditemui secara langsung. Misalnya pembentukan tanah, tanah terbentuk memerlukan waktu yang lama. Hal ini menyebabkan metode percobaan tidak bisa dilakukan. Konsep awal adalah hal penting yang harus diketahui siswa agar dalam pembelajaran berikutnya, siswa dapat lebih mudah memahami materi.
4 Berdasarkan masalah tersebut, perlu adanya perubahan cara guru dalam mengajar yaitu dengan berinovasi dalam metode atau model sehingga dapat menghasilkan pembelajaran yang menarik dan efektif. Sehingga dalam pemaparan materi yang diajarkan siswa tidak jenuh dan guru memiliki waktu yang cukup untuk memaparkan materi. Diperlukan cara belajar melalui model pembelajaran yang dapat meningkatkan cara berpikir siswa memahami lebih cepat. Salah satu model pembelajaran inovatif yang dapat diimplementasikan adalah PAPA PEPI (Paham Hafal Pakai Peta Pikiran). PAPA PEPI adalah suatu pengembangan dari model pembelajaran peta pikiran yang mampu membantu siswa dalam menghafal dan memahami materi. Model Pembelajaran PAPA PEPI diharapkan mampu mengatasi permasalahan yang ada. Selain itu, Model Pembelajaran PAPA PEPI dipercaya mampu meningkatkan kreativitas siswa. Model Pembelajaran ini berasal dari model pembelajaran Peta pikiran (Mind mapping). Model pembelajaran Peta pikiran adalah teknik pemanfaatan seluruh otak dengan menggunakan citra visual dan prasarana grafis lainnya untuk membentuk kesan. Model Pembelajaran PAPA PEPI cocok untuk menyelesaikan permasalahan ini. 1.2 Identifikasi Masalah Berdasarkan hasil belajar pada mata pelajaran IPA kelas V SD Negeri Candisari 1, terlihat kurangnya kemampuan siswa dalam memahami materi pembentukan tanah. Bab Pembentukan tanah terdiri dari banyak paparan materi. Beberapa nama tanah yang dipelajari sulit untuk diingat. Jenis batuan yang dipelajari sulit ditemui di lingkungan sekitar. Jenis-jenis tanah juga sering terdengar asing. Maka dari itu, ada beberapa masalah yang teridentifikasi yaitu sebagai berikut : Banyak siswa SD Negeri Candisari 1 yang mengalami kesulitan dalam memahami materi Bumi dan Alam Semesta. Khususnya dalam sub materi pembentukan tanah. Hal ini disebabkan karena mereka sulit membayangkan proses pembentukan tanah. Jelas saja, pembentukan tanah membutuhkan waktu yang lama.
5 Metode eksperimen atau percobaan tidak mampu untuk menjelaskan proses pembentukan tanah. apalagi metode ceramah. Informasi yang terus menerus disampaikan tidak semua materi tidak masuk ke dalam otak siswa. Jika ada, paling hanya sedikit saja. Ini menjadi salah satu permasalahan yang ada di SD Negeri Candisari I Kecamatan Ampel Kabupaten Boyolali. Masalah tidak hanya berasal dari faktor siswa, guru juga dapat menyebabkan permasalahan pada proses pembelajaran. Guru masih menggunakan metode ceramah untuk menjelaskan materi ini. Kekurangan waktu adalah alasan mengapa guru masih menggunakan metode ceramah. Selain itu, guru kurang kreatif dalam mengembangkan metode pembelajaran. Hal ini menyebabkan proses belajar mengajar di SD Negeri Candisari I terkesan membosankan. Dalam keadaan bosan, siswa akan sulit menerima materi yang diajarkan. Penerapan metode ceramah dan hafalan terlihat monoton dan kurang menarik sehingga siswa kurang maksimal dalam pemahaman materi. Penerapan metode ini kurang tepat. Siswa tidak akan cepat paham hanya dengan mendengar saja. Kurangnya Kreativitas siswa SD Negeri Candisari I. Hal ini terlihat dari hasil karya siswa pada mata pelajaran menggambar. Selain itu, dalam buku catatan mereka, hanya terlihat materi catatan yang ditulis secara monoton. Model pembelajaran yang digunakan selama ini kurang memberi kesempatan kepada siswa lebih memahami materi pembentukan tanah. Nilai hasil belajar siswa cenderung masih rendah, belum mencapai KKM yang ditentukan. (KKM=63). Hal ini menunjukkan bahwa masalah-masalah diatas menyebabkan hasil belajar siswa menurun. Jika hal ini terus menerus dibiarkan, maka keadaan akan sangat memprihatinkan. Perlu adanya perubahan untuk menanggulangi hal ini.
6 1.3 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian pada latar belakang, maka masalah dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut : 1.3.1 Bagaimana penerapan model pembelajaran PAPA PEPI agar dapat meningkatkan kreativitas dan hasil belajar siswa kelas V SDN Candisari 1? 1.3.2 Apakah penggunaan model pembelajaran PAPA PEPI pada mata pelajaran IPA dapat meningkatkan kreativitas siswa kelas V SD Candisari 1? 1.3.3 Apakah penggunaan model pembelajaran PAPA PEPI pada mata pelajaran IPA dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas V SD Negeri Candisari 1? 1.4 Tujuan Penelitian Sejalan dengan rumusan masalah, maka tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1.4.1 Mendeskripsikan penerapan model pembelajaran PAPA PEPI untuk meningkatkan kreativitas dan hasil belajar siswa kelas V SDN Candisari 1. 1.4.2 Meningkatkan kreativitas siswa kelas V SD Negeri Candisari 1 dengan menggunakan model pembelajaran PAPA PEPI pada mata pelajaran IPA. 1.4.3 Meningkatkan hasil belajar siswa kelas V SD Negeri Candisari 1 dengan menggunakan model pembelajaran PAPA PEPI pada mata pelajaran IPA. 1.5 Manfaat Penelitian 1.5.1 Manfaat teoritis a. Menambah pustaka atau kajian tentang teori model pembelajaran PAPA PEPI b. Menambah pengalaman baru dalam upaya meningkatkan kemampuan belajar IPA. 1.5.2 Manfaat praktis a. Bagi siswa 1. Hasil dari penelitian ini dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
7 2. Menambah kreativitas dalam membuat ringkasan materi menggunakan peta pikiran.. 3. Siswa lebih mudah memahami materi dan mampu menghafal lebih cepat dan bermakna. b. Bagi guru Dengan melakukan penelitian tindakan kelas, guru dapat mengetahui strategi pembelajaran yang bervariasi, termasuk dalam memilih model dan media yang sesuai dengan tujuan dan materi yang akan diberikan. Dengan ini diharapkan mampu meminimalisir masalah yang ada. c. Bagi sekolah Hasil penelitian dapat memberikan saran dalam usaha perbaikan proses pembelajaran para guru.