BAB I PENDAHULUAN. yang berkualitas. Pendidikan juga di pandang sebagai sarana untuk menjadikan

dokumen-dokumen yang mirip
A. LATAR BELAKANG MASALAH

I. PENDAHULUAN. pembukaan Undang-undang Dasar Melalui pendidikan, kualitas sumber

I. PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha untuk menumbuhkembangkan potensi SDM melalui

BAB 1 PENDAHULUAN. Edukatif, (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), hlm Syaiful Bahri Djamarah, Guru & Anak Didik Dalam Interaksi

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia yang berkualitas dan berdaya saing tinggi. Adanya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan dibutuhkan oleh semua orang. Dengan pendidikan manusia berusaha mengembangkan dirinya sehingga

IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN AKTIF, KREATIF, EFEKTIF DAN MENYENANGKAN SEBAGAI UPAYA PENINGKATKAN KEAKTIFAN SISWA DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA SKRIPSI

I. PENDAHULUAN. dirinya sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan hidupnya. Pendidikan juga

I. PENDAHULUAN. kebutuhan yang paling mendasar. Dengan pendidikan manusia dapat mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah.

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kualitas sumber daya manusia bagi suatu bangsa. Dengan adanya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu kebutuhan pokok manusia dan memegang peranan

BAB I PENDAHULUAN. kompetensi yang harus dimiliki individu dan tujuan yang akan dicapai dalam

(PTK Pada Siswa Kelas VIII B SMP Muhammadiyah 10 Surakarta)

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Matematika merupakan salah satu ilmu yang dapat meningkatkan

I. PENDAHULUAN. pendidikan di Indonesia, agar siswa memiliki pola pikir yang sistematis dan

I. PENDAHULUAN. Pendidikan mempunyai arti penting dalam kehidupan. Melalui pendidikan

I. PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan penting dalam menciptakan manusia yang bertakwa

I. PENDAHULUAN. berperan penting dalam upaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia.

BAB I PENDAHULUAN. Kemampuan berpikir kreatif dan komunikasi serta teknologi yang maju

I. PENDAHULUAN. berbudi pekerti, dan takwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa. penentu kebijakan. Upaya peningkatan mutu pendidikan ini ditujukan untuk

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. manusia. Banyak kegiatan manusia dalam kehidupan sehari-hari yang tidak

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Pendidikan mempunyai peranan penting dalam meningkatkan dan mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran Berbasis Masalah Berbantuan Autograph Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Siswa SMP

BAB I PENDAHULUAN. tujuan pendidikan yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa serta

BAB I PENDAHULUAN. matematika kurang disukai oleh kebanyakan siswa. Menurut Wahyudin (1999),

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana terhadap suasana belajar

I. PENDAHULUAN. kesejahteraan hidup. Pentingnya pendidikan di Indonesia tercermin dalam

I. PENDAHULUAN. cerdas, terbuka dan demokratis. Pendidikan memegang peran dalam. tertuang dalam pembukaan Undang-undang Dasar 1945.

I. PENDAHULUAN. untuk mengembangkan bakat dan kemampuannya seoptimal mungkin. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nining Priyani Gailea, 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indrie Noor Aini, 2013

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan kualitas sumber daya manusia. Pasal 31 ayat 2 Undang-Undang

I. PENDAHULUAN. Dalam menghadapi perkembangan zaman, siswa dituntut menjadi individu yang

I. PENDAHULUAN. Pengetahuan IPA yang sering disebut sebagai produk dari sains, merupakan

I. PENDAHULUAN. Pendidikan bagi setiap bangsa merupakan kebutuhan mutlak yang harus

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan hal yang sangat penting bagi setiap manusia, karena

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting untuk menjamin

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF MATEMATIS DAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA BERBASIS MASALAH OPEN-ENDED

BAB 1 PENDAHULUAN. (Undang-undang No.20 Tahun 2003: 1). Pendidikan erat kaitannya dengan

BAB I PENDAHULUAN. dipisahkan dari kehidupan seseorang baik dalam keluarga, masyarakat dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jayanti Putri Purwaningrum, 2015

I. PENDAHULUAN. Perkembangan zaman yang semakin pesat menuntut adanya sumber daya manusia. Salah satu wahana untuk meningkatkan kualitas sumber daya

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu faktor penting yang memengaruhi kualitas. Upaya yang dilakukan untuk meningkatkan kualitas

BAB I PENDAHULUAN. nasional yang telah dituangkan dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional

I. PENDAHULUAN. dan berlangsung sepanjang hayat. Menurut UU No. 20 tahun 2003 tentang Sistem

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan kualitas pembelajaran merupakan salah satu pilar upaya

UPAYA PENINGKATAN KREATIVITAS SISWA DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA MELALUI STRATEGI GROUP RESUME SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. Matematika merupakan salah satu ilmu yang mendasari perkembangan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Biologi merupakan salah satu cabang ilmu pengetahuan yang paling penting

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF METODE LIGHTENING THE LEARNING CLIMATE UNTUK MENINGKATKAN PARTISIPASI SISWA DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA

I. PENDAHULUAN. kurikulum operasional yang disusun dan dilaksanakan oleh masing-masing

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. analitis, sistematis, kritis, dan kreatif, serta kemampuan bekerjasama. Kompetensi

BAB I PENDAHULUAN. yang berkualitas. Oleh karena itu, dunia pendidikan harus mampu meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. Kompetensi Inti ke-2 yaitu melatih diri bersikap konsisten, rasa ingin tahu, bersifat

I. PENDAHULUAN. pendidikan. Pendidikan merupakan salah satu aspek kehidupan yang penting

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu upaya untuk memberikan pengetahuan, wawasan,

Tim Pengembang Ilmu Pendidikan UPI (2009:171) mengemukakan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tia Agnesa, 2014

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. karena melalui pendidikan diharapkan akan lahir sumber daya manusia yang berkualitas

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan secara umum mempunyai suatu arti suatu proses usaha

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Undang-undang pendidikan menyebutkan bahwa pendidikan nasional

I. PENDAHULUAN. melalui proses pembelajaran. Hal ini tercantum dalam Undang-Undang Republik

BAB I PENDAHULUAN. teknologi komunikasi dewasa ini, menuntut individu untuk memiliki berbagai

BAB I PENDAHULUAN. karena belajar merupakan kunci untuk memperoleh ilmu pengetahuan. Tanpa

BAB I PENDAHULUAN. mewarnai berbagai aspek kehidupan masyarakat secara menyeluruh. Masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Dengan adanya perubahan kurikulum 2006 menjadi kurikulum 2013 siswa di

(PTK Pembelajaran Matematika di Kelas VII SMP Negeri 2 Gemolong) SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan. Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah suatu proses untuk membina dan mengantarkan anak

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam kehidupan sehari-hari serta dalam kemajuan ilmu pengetahuan dan

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu upaya untuk memberikan pengetahuan, wawasan,

I. PENDAHULUAN. Karakteristik abad 21 berbeda dengan abad-abad sebelumnya. Pada abad 21 ini

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran Model Treffinger Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemahaman Dan Koneksi Matematis Siswa

BAB I PENDAHULUAN. akan berusaha untuk mengaktualisasi pengetahuannya tersebut di dalam. latihan, bagi pemerannya dimasa yang akan datang.

EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN MISSOURI MATHEMATICS PROJECT

BAB I PENDAHULUAN. keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan akhlak mulia, serta

BAB I PENDAHULUAN. sehingga dapat menciptakan perubahan perilaku anak baik cara berfikir maupun

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan kebutuhan manusia yang sangat penting. Kualitas suatu

I. PENDAHULUAN. serta bertanggung jawab. Salah satu cara memperoleh sumber daya manusia yang

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang No 20 tahun 2003 pasal 1 menegaskan bahwa pendidikan. dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Secara umum belief diartikan sebagai keyakinan atau kepercayaan diri terhadap

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Salah satu tujuan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) untuk mata

I. PENDAHULUAN. merupakan sarana yang sangat baik dalam pembinaan sumberdaya manusia.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia dapat ditingkatkan, baik di kalangan nasional maupun. agar mutu kehidupan masyarakat dapat meningkat. Melalui pendidikan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PENERAPAN PEMBELAJARAN OSBORN BERBANTUAN WINGEOM UNTUK MENINGKATKAN SIKAP KREATIF DAN BERPIKIR KRITIS MATERI KUBUS DAN BALOK SKRIPSI

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan memegang peranan yang sangat penting dalam menciptakan seseorang yang berkualitas. Pendidikan juga di pandang sebagai sarana untuk menjadikan seseorang cerdas, kreatif, terampil, bertanggung jawab, produktif dan berbudi pekerti luhur. Hal ini diungkapkan di dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003 (2003:5) bahwa tujuan pendidikan nasional adalah mencerdaskan dan mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang bertakwa terhadap Tuhan YME, berilmu, kreatif, sehat, kepribadian yang mantap dan mandiri, dan menjadi warga negara yang bertanggung jawab. Mengingat pentingnya peranan pendidikan, maka perlu adanya upaya dari pemerintah, lembaga, dan masyarakat. Upaya tersebut diperlukan untuk meningkatkan kualitas pendidikan yang dilakukan melalui penelitian, pelatihan dan pendidikan guru, serta pengadaan sarana dan prasarana pendidikan guna mencapai tujuan yang diharapkan. Di sekolah, guru seringkali kesulitan menerapkan strategi pembelajaran yang membuat siswa aktif di dalam mengikuti kegiatan pembelajaran. Hal ini dapat dilihat dari praktek pembelajaran di kelas, seringkali dalam proses pembelajaran

2 guru bertanya tentang konsep matematika yang sedang dibahas tetapi banyak siswa yang diam dan menundukkan kepala, hanya beberapa siswa tertentu yang berani mencoba menjawab. Kemudian jika siswa diminta untuk menanyakan hal yang menjadi kesulitannya siswa tidak menjawab. Terlebih lagi jika siswa diberi tugas rumah untuk mengerjakan soal, banyak siswa yang hanya menyalin pekerjaan temannya dan jarang ditemukan ide-ide baru siswa dalam menyelesaikan masalah matematika. Sampai saat ini masih banyak siswa yang memandang bahwa guru sebagai satusatunya sumber belajar dan pemegang otoritas tertinggi di kelas, sehingga siswa sangat tergantung pada guru dan kurang mempunyai inisiatif untuk mempelajari materi yang akan diajarkan guru di kelas. Kenyataan ini tentu saja tidak terlalu mengejutkan karena hasil belajar anak-anak Indonesia tergolong relatif rendah, hal ini dapat dilihat bahwa Negara Indonesia mendapatkan pringkat sepuluh besar terbawah dari 65 negara peserta PISA ( Programme for International Student Assessment) atau suatu program untuk penilaian peserta didik tingkat internasional yang diadakan setiap 3 tahun sekali terhitung sejak tahun 2000. (Elianur, 2011) Berdasarkan data peserta dari hasil PISA, peringkat kemampuan terutama pada bidang matematika siswa di Negara Indonesia baru dapat menduduki peringkat 61 dari 65 negara. Dengan predikat ini dapat mencerminkan bagaimana sistem pendidikan Indonesia yang sedang berjalan saat ini. Hal tersebut karena guru di Indonesia masih belum bisa menerapkan metode-metode pembelajaran dengan baik dan keahlian menganalisis terhadap suatu pembelajaran pada siswa, maka tingkat kemampuan pemahaman konsep siswa akan cenderung rendah.

3 Nadjamudin (dalam karuru, 2000) menyatakan bahwa, model pembelajaran matematika yang berfokus pada guru diharapkan dapat di kurangi, sebaiknya kita harus melaksanakan strategi yang dapat meningkatkan siswa aktif belajar, baik mental, maupun sosial. Pembelajaran matematika yang berfokus pada guru dikhawatirkan akan membatasi kebebasan berfikir peserta didik. Jika pembelajaran berfokus pada guru, potensi dan kemampuan peserta didik tidak akan berkembang. Peserta didik hanya menunggu apa yang diberikan oleh guru tanpa memiliki inisiatif untuk belajar mandiri. Hal ini diketahui bahwa sebagian besar guru matematika di sekolah menerapkan model pembelajaran konvensional. Pembelajaran konvensional dalam hal ini adalah pembelajaran yang masih bersifat satu arah yaitu guru menjelaskan dan siswa mendengarkan. Guru memberi contoh soal kemudian memberikan latihan soal kepada siswa. Pengajaran demikian mangakibatkan siswa hanya sekedar menanti semua instruksi yang diberikan oleh guru, sehingga siswa kurang berpartisipasi aktif dalam mengikuti pembelajaran yang kemudian mengakibatkan kemampuan pemahaman konsep siswa dengan model pembelajaran konvensional kurang efektif. Menurut Noer (2009) pembelajaran matematika secara langsung terbiasa dengan urutan sebagai berikut : (1) diajarkan teori/definisi/teorema; (2) diberikan contoh-contoh; (3) diberikan latihan soal. Selain itu Yuwono (2001) mengatakan bahwa, pada umumnya guru mengajar hanya menyampaikan apa yang ada dibuku paket dan kurang mengakomodasi kemampuan siswanya. Dengan kata lain, guru tidak memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengkonstruksi pengetahuan matematika yang akan menjadi milik siswa sendiri. Guru cenderung memaksakan cara berfikir siswa dengan cara berfikir yang dimiliki gurunya.

4 Penerapan KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) menjadi tantangan bagi guru untuk meningkatkan kapasitasnya sebagai tenaga pendidik. Guru dituntut mengoptimalkan seluruh peran yang harus dilaksanakannya dalam proses pembelajaran. (Hamalik, 2003:225) menyatakan bahwa, guru diharapkan mampu mengelola proses pembelajaran ( manager), menuntut tujuan pembelajaran (director), mengorganisasikan kegiatan pembelajaran ( coordinator), mengkomunikasikan murid dengan berbagi sumber belajar ( communicator), menyediakan dan memberi kemudahan belajar ( facilitator), dan memberi dorongan belajar. Sesuai dengan karakteristik KTSP ( Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan ), Dalam mengelola kegiatan belajar mengajar guru harus memperhatikan hal-hal berikut : 1. Berpusat pada peserta didik. 2. Mengembangkan Kreativitas. 3. Menciptakan kondisi yang menyenangkan dan menantang. 4. Kontekstual. 5. Menyediakan pengalaman belajar yang beragam. 6. Belajar melalui berbuat. Dengan demikian, aktivitas siswa menjadi titik tekan dalam proses pembelajaran yang diciptakan di dalam kelas karena keaktifan siswa selama proses pembelajaran merupakan hakikat belajar yang menempatkan siswa sebagai pelaku belajar. Untuk itu diperlukan model pembelajaran yang lebih memperdayakn siswa, berfokus pada siswa, menyenagkan bagi siswa, menigkatkan kepekaan

5 siswa, dan mendorong siswa mengkonstruksikan sendiri berdasarkan pengalaman belajar yang mereka alami. Salah satu upaya yang dilakukan oleh tenaga pendidik adalah melakukan inovasi dalam pembelajaran. Ausubel (dalam Ruseffendi, 1991:291) juga menyarankan bahwa, sebaiknya dalam pembelajaran digunakan pendekatan yang menggukanan metode pemecahan masalah, inquiri, dan metode belajar yang dapat menumbuhkan berfikir kreatif dan kritis. Dengan adanya inovasi, terutama dalam perbaikan metode dan cara menyajikan materi pelajaran, diharapkan kemampuan pemahaman konsep dan kreativitas siswa dapat ditingkatkan. Sebuah aliran dalam pembelajaran yaitu aliran konstruktivisme, memandang bawha pengetahuan itu dibangun secara aktif oleh individu dan lebih menekankan pada pembelajaran yang berpusat pada siswa. Tujuan pembelajaran berdasarkan pandangan ini adalah membangun pemahaman, sehingga belajar dalam pandangan ini tidak ditekankan untuk memperoleh pengetahuan yang banyak, tetapi yang utama adalah memberikan interpretasi melalui pengalaman yang dimiliki siswa. Konstruktivis memandang bahwa pengetahuan dibentuk dan ditemukan oleh siswa secara aktif, tidak sekedar diterima secara pasif dari lingkungan. Siswa sendiri yang membuat interpretasi yang dibentuk dari pengalaman dan interaksi sosial. Sebuah model pembelajaran yang didasari oleh pandangan kontruktivisme adalah Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM). Pembelajaran ini memberikan suatu lingkungan pembelajaran dengan masalah yang menjadi basisnya, artinya pembelajaran dimulai dengan masalah yang harus dipecahkan. Masalah

6 dimunculkan sedemikian hingga siswa perlu menginterpretasi masalah, mengumpulkan informasi yang diperlukan, mengevaluasi alternatif solusi, dan mempresentasikan solusinya. Ketika siswa mengembangkan suatu metode untuk mengkonstruksi suatu prosedur, mereka menumbuhkembangkan pemahaman konsep dengan keterampilan yang dimiliknya. Dengan pemahaman konsep siswa menjadi terampil menyeleksi informasi yang relevan, kemudian menganalisisnya dan akhirnya meneliti hasilnya. Dengan demikian akan timbul kepuasan pengetahuan dari dalam, potensial pengetahuan siswa meningkat, dan siswa belajar tentang bagamana melakukan penelusuran melalui penemuan. Akan tetapi masalah yang digunakan dalam pembelajaran matematika harus merupakan masalah non rutin dan masalah situasi dunia nyata. Masalah non rutin adalah masalah yang belum ada arah yang jelas bagi penyelesaiaanya. Untuk itu seseorang harus menggunakan segala pengetahuan yang dimilikinya untuk menemukan solusi dari permasalahan tersebut, dengan melakukan percabaan dan masalah-masalah untuk memperoleh penyelesaian masalah tersebut. Menurut Savoie & Hughes (dalam Noer, 2007) ada b eberapa karakteristik dari pembelajaran berbasis masalah adalah sebagai berikut. Pertama, masalah-masalah ill-sructured tidak menyediakan informasi yang lengkap untuk mengembangkan solusi, informasi tambahan sangat diperlukan untuk mendefinisikan masalah. Kedua, tidak ada satu jawaban yang benar terhadap solusi masalah artinya masalah bersifat open-ended. Ketiga, pemecahan suatu masalah yang menimbulkan keraguan dalam menyelesaiakn suatu permasalahan hal tersebut merupakan masalah yang bersifat ambigu.

7 Dengan adanya keberagaman penyelesaian masalah atau metode penyelesaian tersebut di atas, maka pembelajaran ini memberikan keleluasaan bagi siswa untuk mengemukakan jawaban. Melalui presentasi dan diskusi tentang beberapa penyelesaian alternatif, akan membuat siswa menyadari adanya metode-metode penyelesaian yang beragam. Pada akhirnya kapasitas matematika siswa untuk menyelesaiakan masalah matematik yang lebih fleksibel dapat meningkat. Hal ini dapat membantu siswa malakukan pemecahan masalah secara kreatif dan membuat siswa lebih menghargai keragaman berfikir selama proses pemahaman konsep. Dalam matematika pemahaman konsep merupakan faktor yang sangat penting. Karena pemahaman konsep yang dicapai siswa tidak dapat dipisahkan dengan masalah pembelajaran yang merupakan alat untuk mengukur sejauh mana penguasaan materi yang diajarkan. Agar mudah memahami konsep-konsep matematika maka mempelajari matematika harus sesuai dengan urutan yang logis, yang diawali dari yang sederhana menuju yang lebih kompleks. Oleh karena itu untuk dapat mencapai pemahaman konsep yang baik diperlukan suasana belajar yang tepat, agar siswa senantiasa aktif dan bersemangat selama pembelajaran. Dengan demikian, diharapkan pemahaman konsep siswa dapat berkembang. Dengan berkembangnya pemahaman konsep, berarti tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan baik. Pandangan siswa sekolah dasar sampai sekolah menengah atas secara umum terhadap mata pelajaran matematika adalah mata pelajaran yang sulit untuk dimengerti. Indikasi yang paling mudah ditemukan adalah hasil belajar siswa yang

8 cenderung kurang memuaskan. Terutama pada perolehan nilai yang rata-rata berada di bawah mata pelajaran lain. Terlihat dari rata-rata nilai ujian akhir semester pada setiap tahunnya. Rendahnya hasil belajar siswa ini lebih terlihat khususnya pada pokok bahasan yang bersifat abstrak sehingga memerlukan visualisasi atau model pembelajaran khusus. Salah satu penyebabnya adalah sifat dari matematika yang abstrak, yang berkenaan dengan konsep-konsep. Dalam hal ini terjadi juga pada siswa-siswa SMP Negeri 12 Bandar Lampung. Sebagian siswa cenderung menghafal tanpa makna. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk melakukan strudi eksperimen menggunakan pembelajaran berbasis masalah open-ended untuk meningkatkan kemampuan pemahaman konsep siswa. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Apakah pembelajaran matematika berbasis masalah open-ended dapat meningkatkan kemampuan pemahaman konsep matematis siswa? Dari rumusan masalah diatas, dapat dijabarkan pertanyaan penelitian secara rinci sebagai berikut: Apakah kemampuan pemahaman konsep siswa yang mengikuti pembelajaran berbasis masalah open-ended lebih tinggi daripada siswa mengiukuti pembelajaran konvensional pada siswa kelas VIII semester genap SMP Negeri 12 Bandar Lampung tahun pelajaran 2010/2011?

9 C. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas, penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan pemahaman konsep siswa kelas VIII SMP Negeri 12 Bandar Lampung tahun pelajaran 2010/2011 dengan menggunakan pembelajaran berbasis masalah open-ended. D. Kegunaan Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran yang positif pada lembaga pendidikan untuk proses pembelajaran dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan sehingga menghasilakan output yang berkualitas, dan wawasan tentang kemampuan pemahaman konsep dalam pelaksanaan pembelajaran berbasis masalah open-ended. E. Ruang Lingkup Ruang lingkup peneliatian ini adalah : 1. Pembelajaran berbasis masalah open-ended yaitu pembelajaran yang menyajikan suatu permasalahan yang memiliki metode penyelesaian dengan banyak cara dan atau banyak solusi dalam penyelesaian suatu masalah. Adapun langkah-langkah pembelajarannya sebagai berikut : 1. Masalah diberikan di awal pembelajaran sebelum persiapan atau saat belajar. 2. Situasi masalah disajikan kepada siswa dengan cara yang sama tetapi nantinya harus disajikan sendiri dengan cara yang nyata.

10 3. Siswa bekerja dengan masalah yang sesuai dengan tingkat pengetahuan mereka sehingga memungkinkan bagi mereka untuk memberi alasan dan menerapkan pengetahuan untuk menjawab tantangan dan untuk dinilai. 4. Dibutuhkan area pembelajaran yang dinyatakan sebagai masalah, yang dikembangkan dan digunakan sebagai pemandu dalam belajar individual. 5. Keterampilan dan pengetahuan yang diperoleh dalam belajar individual diaplikasikan dalam masalah untuk mengevaluasi evektifitas pembelajaran dan untuk lebih memahami pembelajaran. 6. Pembelajaran yang didapat melalui bekerja dengan masalah dan kemandirian belajar dirangkum dan dihubungkan dalam pengetahuan dan ketrampilan-keterampilan yang dimiliki oleh siswa. 2. Pemahaman konsep siswa merupakan pengertian yang benar tentang suatu rancangan atau ide abstrak pada siswa. Adapun indikator pemahaman konsep yang digunakan dalam penelitian ini adalah: a. Menyatakan ulang suatu konsep. b. Mengklasifikasikan objek-objek menurut sifat-sifat tertentu. c. Memberi contoh dan non-contoh dari konsep. d. Menyajikan konsep dalam berbagai bentuk representasi matematika. e. Mengembangkan syarat perlu dan syarat cukup suatu konsep. f. Menggunakan, memanfaatkan, dan memilih prosedur atau operasi tertentu. 3. Pembelajaran konvensional adalah pembelajaran dimana seorang guru di kelas dengan jumlah siswa (30 40 peserta didik) dalam waktu yang sama menyampaikan bahan pelajaran yang sama dan metode yang sama. Dalam

11 pembelajaran ini guru beranggapan semua peserta didik mempunyai kemampuan, kesiapan, kematangan dan kecepatan berfikir yang sama. Dalam hal ini guru sangat berperan dan aktif dalam berlangsungnya sistem belajar mengajar di kelas. 4. Materi yang digunakan pada penelitian ini adalah bangun ruang yang terdiri dari: Unsur-unsur, jaring-jaring, luas permukaan dan volume kubus, balok, prisma dan limas.