SEMINAR REKAYASA KIMIA DAN PROSES 2010 ISSN :

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III PROSES DAN TEKNIK PENCIPTAAN

BAB IV KAJIAN KULIT BUAH KAKAO SEBAGAI PEWARNA ALAMI PADA TEKSTIL

Kerajinan Batik Tulis

PEMANFAATAN EKSTRAK WARNA DAUN ALPUKAT SEBAGAI ZAT PEWARNA ALAM (ZPA) TEKSTIL PADA KAIN SUTERA

TEKNOLOGI PROSES SASIRANGAN DENGAN VARIASI TEKNIK JELUJUR Sasirangan Process with Baste Technique Variation

Agus Haerudin, Dana Kurnia Syabana, Dwi Wiji Lestari Balai Besar Kerajinan dan Batik Jl. Kusumanegara No. 7 Yogyakarta

Laporan Tugas Akhir Pembuatan Zat Warna Alami dari Buah Mangrove Spesies Rhizophora stylosa sebagai Pewarna Batik dalam Skala Pilot Plan

SENI KERAJINAN BATIK TEKNIK/PROSES MEMBATIK. Oleh: ISMADI PEND. SENI KERAJINAN JUR. PEND. SENI RUPA FBS UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

INOVASI MOTIF JUMPUTAN. Eustasia Sri Murwati dan Suryawati Ristiani

ZAT WARNA BEJANA/INDHANTHREN UNTUK PEWARNAAN BATIK

SENI KERAJINAN BATIK. Oleh : Ismadi Pendidikan Seni Kerajinan Jur. Pend. Seni Rupa FBS UNY

HO-2 PROSES PEMBUATAN BATIK

BAB. III PROSES PENCIPTAAN. kriya tekstil berupa kain panjang, dalam hal ini data data yang dijadikan acuan

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

Membuat Tekstil Dengan Teknik Rekalatar

Dian Ramadhania, Kasmudjo, Panji Probo S. Bagian Teknologi Hasil Hutan,Fakultas Kehutanan, UGM Jl. Agro No : 1 Bulaksumur Yogyakarta.

PENGEMBANGAN TEKNIK PEWARNAAN ALAMI PADA KERAJINAN SERAT ALAMI DI CV BHUMI CIPTA MANDIRI SENTOLO, KULON PROGO, YOGYAKARTA

LAPORAN TUGAS AKHIR PEMBUATAN DAN APLIKASI ZAT WARNA ALAMI DARI BUAH MANGROVE JENIS Rhizophora stylosa

4 PENGETAHUAN BAHAN DAN ALAT

Emy Budiastuti dan Kapti Asiatun ( Dosen Jurusan Pendidikan Teknik Boga dan Busana FT UNY)

TEKNIK PEMBUATAN IKAT CELUP DAN PEWARNAAN

PEMANFAATAN DAUN INDIGOFERA SEBAGAI PEWARNA ALAMI BATIK

KRiYA TEKSTIL DAN BATIK 1 OLEH: TITY SOEGIARTY JURUSAN PENDIDIKAN SENI RUPA FAKULTAS PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2009

PENGARUH FIKSATOR PADA EKSTRAK AKAR MENGKUDU TERHADAP PEWARNAAN JUMPUTAN

PENELITIAN TEKNOLOGI PEMBATIKAN PADA TENUN SABUT KELAPA

NASKAH APA KABAR JOGJA

PENGGUNAAN LILIN DARI MINYAK BIJI KARET UNTUK PEMBUATAN KAIN BATIK THE USE OF WAX FROM RUBBER SEED OIL FOR THE MANUFACTURE OF BATIK FABRIC

BAB II METODE PERANCANGAN. A. Analisis Permasalahan. diperlukan analisis pada permasalahan tersebut ; analisa yang pertama diperoleh

LOMBA KOMPETENSI SISWA (LKS) KRIYA TEKSTIL

APLIKASI ZAT WARNA ALAM PADA TENUNAN SERAT DOYO UNTUK PRODUK KERAJINAN Application Natural Dyestuff On Woven Fibers Doyo For Handicraft Product

Titiek Pujilestari Balai Besar Kerajinan dan Batik, Jl. Kusumanegara No.7 Yogyakarta

Maulana Achmadi, Lisna Pekerti, Rizky Musfiati, Siti Juwariyah Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lambung Mangkurat, Banjarmasin

PENCELUPAN PADA KAIN SUTERA MENGGUNAKAN ZAT WARNA URANG ARING (ECLIPTA ALBA) DENGAN FIKSATOR TAWAS, TUNJUNG DAN KAPUR TOHOR

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. adalah salah satu tekstil tradisi yang memiliki nilai seni tinggi dan telah menjadi

PEMANFAATAN LIMBAH SERBUK KAYU MAHONI SEBAGAI PEWARNA ALAMI BATIK

IMPLEMENTASI EKO-EFISIENSI PADA INDUSTRI PRINTING BATIK

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. memanfaatkan limbah dari tanaman kelapa sawit yang selanjutnya diolah menjadi

BAB V KAJIAN TEORI. Batik di Cirebon adalah langgam arsitektur Neo-Vernakular. Dalam bahasa. Yunani, neo memiliki arti baru, sedangkan vernakular

BATIK KULIT DAN PRODUK BARANG-BARANG BATIK KULIT SEBAGAI PRODUK BERCIRI INDONESIA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. A. Tinjauan Pustaka. Nama daerah :tahi kotok (Sunda), kenikir (Jawa)

Bayu Wirawan D. S. 1, Hazbi As Siddiqi 2. Dosen Program Studi Teknik Batik, Politeknik Pusmanu

Prosiding Seminar Nasional Jurusan PTBB FT UNY, Volume 4, Tahun 2009

KERAJINAN DARI BAHAN ALAM

BAB 3 METODE PENELITIAN

Pengaruh Konsentrasi dan Jenis Bahan Fiksasi dalam Pemanfaatan Daun Jati (Tectona grandis Linn.f ) sebagai Bahan Pewarna Alami Batik

RINGKASAN LAPORAN PENELITIAN

TEKNIK EKSPLORASI ZAT PEWARNA ALAM DARI TANAMAN DI SEKITAR KITA UNTUK PENCELUPAN BAHAN TEKSTIL Noor Fitrihana,ST Jurusan PKK FT UNY

BAB II METODE PERANCANGAN

PENGOLAHAN BATANG KUDZU MENJADI BAHAN BAKU SERAT UNTUK PRODUK KERAJINAN Processing Kudzu Stem as Fiber Raw Material for Craft Product

BAB III PERANCANGAN PROSES

PENELITIAN POTENSI PENCEMARAN DARI 41 INDUSTRI BATIK DI KLASTER BATIK SRAGEN

A. Bagan Pemecahan Masalah. Cetak Saring. Desain Motif Fauna

Titiek Pujilestari dan Irfa ina Rohana Salma Balai Besar Kerajinan dan Batik, Jl. Kusumanegara No.7 Yogyakarta

KEWIRAUSAHAAN (Kode : G-02)

Bangga Menggunakan Batik Tulis. PROFIL PERUSAHAAN

Kajian Batik Tulis Riau

PEMANFAATAN TANAMAN KEMBANG TELEKAN SEBAGAI PEWARNA ALAM BATIK PADA KAIN MORI PRIMA SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

PENGUJIAN KETAHANAN LUNTUR TERHADAP PENCUCIAN DAN GOSOKAN TEKSTIL HASIL PEWARNAAN DENGAN EKSTRAK CURCUMIN INDUK KUNYIT

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III PROSES PERANCANGAN. A. Bagan Pemecahan Masalah. Perancangan Motif Batik Geometri

PERBANDINGAN UJI KETAHANAN GOSOK ZAT WARNA ALAM KULIT AKASIA GUNUNG MERAPI (ACACIA DECURRENS)

BAB I PENDAHULUAN. Jawa Barat merupakan salah satu propinsi di Indonesia, yang mempunyai

IMPLEMENTASI EKO-EFISIENSI PADA INDUSTRI BATIK CAP YANG MELAKUKAN PROSES PENCELUPAN PADDING

MANISAN BASAH JAHE 1. PENDAHULUAN 2. BAHAN

TEKNIK PENGOLAHAN ZAT WARNA ALAM (ZPA) UNTUK PEWARNAAN BATIK

OLEH: YULFINA HAYATI

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB II DESKRIPSI OBYEK PENELITIAN. A. Sejarah Balai Besar Kerajinan dan Batik. Balai Besar Kerajinan dan Batik (BBKB) adalah unit pelaksanan teknis

MANISAN KERING JAHE 1. PENDAHULUAN 2. BAHAN

PADA BENANG POLIESTER UNTUK KAIN SONGKET PALEMBANG. Luftinor. Abstrak

pelatihan ibu-ibu di Desa Sidomukti. - Batik Sidomukti struktur organisasi terdiri dari. 1. Ketua : Sri Wahyuni 2. Pendamping : Agus Sunarto

I. PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

MAKALAH PROGRAM PPM. PENGAWETAN SERAT ECENG GONDOK DENGAN EKSTRAK DAUN NIMBA (Azadirachta indica A.Juss)

MODUL 3 PENGOLAHAN IKAN TERI ASIN

Vivin Atika *, Agus Haerudin Balai Besar Kerajinan dan Batik, Jl. Kusumanegara No. 7 Yogyakarta, Indonesia

BAB III METODE PENELITIAN

IV. KONSEP PERANCANGAN

PEMBUATAN ABON MANDAI SEBAGAI ALTERNATIF TAMBAHAN PENDAPATAN MASYARAKAT

BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL

Dalam proses ekstraksi tepung karaginan, proses yang dilakukan yaitu : tali rafia. Hal ini sangat penting dilakukan untuk memperoleh mutu yang lebih

MANISAN KERING BENGKUANG

BAB III TINJAUAN DATA, EKSPERIMEN, DAN ANALISA. Pohon kapuk berbunga tiga atau empat kali dalam setahun dengan selang

III. METODE PENELITIAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. bagian akhir ini penulis dapat membuat beberapa kesimpulan sebagai berikut :

A. Bagan Pemecahan Masalah

III. METODOLOGI PENELITIAN. a. Motor diesel 4 langkah satu silinder. digunakan adalah sebagai berikut: : Motor Diesel, 1 silinder

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. proses pertumbuhannya yaitu berkisar antara ºc dan baik di tanam pada

KUESIONER PENELITIAN. tanda silang (X) pada salah satu jawaban yang Bapak/Ibu/Saudara anggap benar.

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN. Utara. Adapun pengujian yang akan dilakukan adalah pengujian kuat lentur,

BATIK DARI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN I. LATAR BELAKANG

BAB III BAHAN DAN METODE

PENGARUH VARIASI ph DAN FIKSASI PADA PEWARNAAN KAIN KAPAS DENGAN ZAT WARNA ALAM DARI KAYU NANGKA TERHADAP KUALITAS HASIL PEWARNAANNYA

4 KEADAAN UMUM UKM. Pulau Pasaran SKALA 1:

BAB I PENDAHULUAN. ragam bentuk seni kerajinan yang sudah sangat terkenal di seluruh dunia. Sejak

MANISAN BASAH BENGKUANG

Written by Anin Rumah Batik Friday, 20 December :46 - Last Updated Friday, 20 December :57

BAB III METODE PENELITIAN. dilakukan di pabrik genteng beton Mulia di jalan Gatot Subroto, Medan, Sumatera

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Transkripsi:

TEKNOLOGI PEMBUATAN BATIK KULIT KAYU JOMOK ( MORACEAE ) UNTUK PRODUK KERAJINAN Oleh : Eustasia Sri Murwati ABSTRAK Kulit kayu jomok dapat diproses menjadi lembaran kulit kayu yang tipis sampai ketebalan sesuai kebutuhan. Sementara ini kulit kayu jomok telah dimanfaatkan menjadi produk kerajinan seperti tas, dompet dan sebagainya. Dalam penelitian ini dilakukan dengan menerapkan teknologi proses batik dengan sistem cap dengan menggunakan zat warna indigosol biru dan coklat. Dari hasil evaluasi yang dilakukan di Laboratorium BBKB meliputi uji ketebalan, kekuatan tarik, waktu serap, daya serap, ketahan luntur warna terhadap gosokan dan sinar.diperoleh hasil sebagai berikut : ketebalan kulit kayu jomok yang ada dipasaran bervariasi antara 0,475 mm 1,02 mm, sesudah diproses menjadi 0,505 mm 1,178 mm. Waktu serap sebelum diproses berbeda dengan sesudah diproses batik, dari rata-rata 54, 28 detik 280,16 detik menjadi 17,6 detik 227,32 detik. Daya serap dari, rata-rata 226,28 % - 449.51 % menjadi 273,32 % - 360,43 %.. Kekutan tarik sebelum diproses bervariasi dari 23,56 kg 66,45 kg, sesudah diproses 23,37 kg 68,15 kg. Ketahanan luntur warna terhadap gosokan kering rata rata 3-4 ini cukup baik, sedangkan terhadap gosokan basah rata rata hasil ini kurang baik Kesimpulan, teknologi proses batik dapat diterapkan pada lembaran kulit kayu jomok dengan tidak merubah mutu bahan baku. Proses penghilangan lilin pada batik kulit kayu jomok berbeda dengan pada kain,karena tidak direbus tetapi hanya direndam pada temperatur 100 0 c.. Kata Kunci: Teknologi, Batik, Kulit kayu jomok E-15-1

PENDAHULUAN 1. Latar belakang Tanaman jomok termasuk familia Moraceae dengan nama Arthocarpus elastica yang banyak tumbuh di Indonesia. Di Bengkulu dikenal dengan nama Lantung, Padang dengan nama Tarok, Kalimantan Tengah dan Timur dengan nama Jomok, Irian jaya dengan nama Chombow. Potensi Lantung/ Jomo di Propinsi Bengkulu diperkirakan kurang lebih dua ton/ bulan/sepuluh hektar, dan di Kalimantan diperkirakan sekitar 7,382.000 Ha yang apabila diolah akan menghasilkan kulit lantung/jomok sebanyak 10 ton. Kulit kayu lantung/jomok dapat diproses menjadi lembaran kayu yang tipis dengan cara ditempa berulang ulang, sampai ketebalan sesuai dengan kebutuhan, Pada awalnya kulit kayu ini hanya dimanfaatkan sebagai tali dan rompi oleh suku Dayak. Sesuai dengan perkembangan zaman, lantung atau jomok dapat dimanfaatkan menjadi produk kerajinan; antara lain topi, tas, bahan interior, cinderamata dan lainnya sehingga mempunyai nilai ekonomis tinggi. Dalam rangka menunjang perkembangan pariwisata dan sekaligus sebagai upaya untuk menggali dan meningkatkan serta menganeka ragamkan produk daerah, maka peningkatan mutu dan disain produk IKM Lantung /Jomok perlu dilakukan agar produk kerajinan lantung dapat berkembang dan mampu bersaing dengan produk kerajinan sejenis yang lain. 2. Permasalahan Produk yang dihasilkan oleh para perajin kulit kayu jomok masih sangat terbatas terutama dalam hal desain dan kualitas produk sehingga kurang mampu menarik konsumen terhadap komoditas yang berpeluang ekspor ini. 3. Tujuan Meningkatkan kualitas dan penganeka ragam produk kulit kayu jomok 4. Sasaran Mendapatkan teknologi proses batik pada kulit kayu jomok. Mendapatkan aneka ragam produk kulit kayu jomok dengan teknologi batik 5. Ruang lingkup Identifikasi potensi kulit kayu jomok sebagai bahan baku produk kerajinan. Pengujian laboratorium awal (bahan baku) Ujicoba laboratorium teknologi pembatikan (pelekatan lilin, pewarnaan, penghilangan lilin). Pengujian laboratorium hasil proses pembatikan. Uji coba pembuatan prodokkerajinan batik kulit kayu. Evaluasi. METHODOLOGI PENELITIAN 1. Bahan dan Alat Bahan - Kulit kayu jomok dengan ketebalan tipis, sedang dan dan tebal. - Zat warna alam. - Zat warna sintetis ( Indigosol dan remasol). - Lilin batik. - Bahan pembantu ( kostik, soda abu,hcl, Na Nitrit, Tunjung, tawas dan kapur). - Bahan penyempurnaan. Alat Canting cap, Kenceng, Kompor, Loyang untuk pencapan, Meja cap, Ember, Bak celup, Timbangan, Gelas Ukur, Beker glass 2. Prosedur kerja/teknologi a. Lembaran kulit kayu jomo dihaluskan b. Diuji kekuatan tarik sesuai SNI No 08-0276-1989 cara uji kekuatan tarik, daya serap SNI No 08-0276-1989 cara uji Daya serap, kekuatan sobek SNI 08 0521-1989, ketebalan c. Dilakukan pembatikan sistem cap d. Dilakukan pembasahan dengan TRO e. Dilakukan proses pewarnaan dengan warna sintetis (indigosol ) f. Proses pewarnaan dengan Zat warna sintetis non karsinogen (indigosol) dengan resep : - Zat warna indigosol Brown IRRD 4 gr/liter - Natrium Nitrit 10 gr/liter - Fiksasi HCl 5 gr/liter E-15-2

- Zat warna indigosol Blue O4 B 4 gr/liter - Natrium Nitrit 10 gr/liter - Fiksasi HCl 5 gr/liter - Dilorod / Dihilangkan lilin batik dengan merendam lembaran kulit kayu - Yang telah dibatik tersebut kedalam air mendidih sampai hilang lilinnya - Dicuci bersih - Keringkan Lembaran kulit kayu jomo kemudian diuji kekuatan tarik, sobek, tebal, daya serap seperti sebelum dip roses dan diuji tahan luntur warna terhadap gosok sesuai SNI 080288 1989, uji sinar matahari sesuai SNI 080289-1989, dan pencucian sesuai SNI 080285-1998 3. Pengumpulan data dan analisa Data diperoleh dari pengujian sampel yang dilakukan di Laboratorium Uji BBKB..Sampel diambil secara random sebanyak 30 lembar untuk tiga jenis ketebalan (tipis, sedang,tebal ). Pengumpulan Data Awal Sebelum diproses batik, kulit jomo diuji terlebih dahulu untuk mendapatkan data awal meliputi : - Ketebalan lembaran kulit kayu dengan Cara uji ketebalan kain (SII 01104 75) atau (SNI 08 0274 1989) dengan alat thicknes gauge : - Cara uji daya serap/waktu serap terhadap air (cara keranjang) SII0391 80 atau SNI 080404 1989. - Cara uji kekuatan tarik ( kg ) dan mulur ( % ) SII 0106 75 atau SNI 08-0276 1989. Pengumpulan Data Akhir Setelah proses pembatikan dilakukan pengujian terhadap kulit kayu jomok seperti pada pengujian awal, ditambah dengan pengujian ketahanan luntur terhadap sinar matahari sesuai SNI 08-0289-1989 dan ketahanan luntur warna terhadap gosokan sesuai SNI 09-0288-1989 - Data kemudian dianalisa dengan analisa varian HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian Ketebalan Hasil pengujian terhadap ketebalan kulit kayu jomok yang ada di pasaran bervariasi dari ketebalan ratarata 0,475 mm sampai dengan 1,020 mm dan dikelompokkan menjadi 3, yaitu tipis (A) mempunyai ketebalan rata-rata 0,475 mm, sedang (B) mempunyai ketebalan rata-rata 0,913 mm dan tebal (C) mempunyai ketebalan rata-rata 1,02 mm. Dari hasil analisa test homogenitas varian ( tlihat lampiran), diperoleh probabilitas 0,771 > 0,05 sehingga Ho ditolak, yang artinya ketiga lembaran kulit jomok sebelum diproses batik mempunyai ketebalan yang tidak homogen. Dari hasil uji anova ( lihat lampiran ) diperoleh bahwa F tab 0,05 (2,6) = 5,14,< dari F hit ( 3179,987), sehingga Ho ditolak, yang artinya ketebalan jomok A,B.C tidak sama Setelah mengalami proses pembatikan dilakukan analisa test homogenitas varian, diperoleh probabilitas 0,109 > 0,05 sehingga Ho ditolak, yang artinya ketiga lembaran kulit jomok setelah diproses batik mempunyai ketebalan yang tidak homogen. Dari hasil uji anova, diperoleh bahwa F tab 0,05 (2,6) = 5,14,< dari F hit ( 883,3), sehingga Ho ditolak, yang artinya ketebalan jomok A,B.C setelah proses batik tidak sama Dari hasil uji menggunakan T test diperoleh T hit -189,66 < - T tab, sehinggai Ho ditolak yang berarti tebal sesudah diproses berbeda dengan sebelum diproses. Hal ini disebabkan selama proses kulit kayu jomo akan mengalami pengalami pemampatan serat (perubahan dimensi ) karena proses pelorodan, dan kemungkinan masih ada sedikit lapisan lilin yang tersisa. Kekuatan tarik Hasil analisa test homogenitas varian ( lihat lampiran), diperoleh probabilitas 0,685 > 0,05 sehingga Ho ditolak, yang artinya kekuatan tarikketiga lembaran kulit jomok sebelum diproses batik tidak homogen. Dari hasil uji anova, diperoleh bahwa F tab 0,05 (2,6) = 5,14,< dari F hit ( 1687,977), sehingga Ho ditolak, yang artinya kekuatan tarik jomok A,B.C sebelum proses batik tidak sama. Semakin tipis kulit kayu jomok akan semakin tipis semakin kecil. Setelah proses pembatikan Hasil analisa test homogenitas varian ( lihat lampiran), diperoleh probabilitas 0,993> 0,05 sehingga Ho ditolak, yang artinya kekuatan tarik ketiga lembaran kulit jomok setelah diproses batik tidak homogen. Dari hasil uji anova, diperoleh bahwa F tab 0,05 (2,6) = 5,14,< dari F hit ( 24125,072), sehingga Ho ditolak, yang artinya kekuatan tarik jomok A,B.C setelah proses batik tidak sama. Dari hasil uji menggunakan T test untuk kulit jomok diperoleh T hit 0,830, >Ttab:4,303 sehingga H0 diterima berarti kekuatan tarik sesudah proses batik sama dengan sebelum diproses.batik. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa proses pembatikan tidak akan mengurangi kekuatan tarik kulit kayu jomok. Waktu Serap Hasil pengujian awal menjukkan bahwa waktu serap antara kulit jomok A, B dan C bervariasi, dari 54,26 detik sampai 280,16 detik. Sebelum proses pembatikan hasil analisa test homogenitas varian ( lihat E-15-3

lampiran), diperoleh probabilitas 0,495 > 0,05 sehingga Ho ditolak, yang artinya waktu serap ketiga lembaran kulit jomok sebelum diproses tdak homogen. Dari hasil uji anova, diperoleh bahwa F tab 0,05 (2,6) = 5,14,< dari F hit ( 477,445), sehingga Ho ditolak, yang artinya waktu serap jomok A,B.C sebelum proses batik tidak sama. Semakin tipis kulit kayu jomok akan semakin mudah menyerap air, sehingga waktu lebih cepat. Hasil analisa test homogenitas varian sesudah proses ( lihat lampiran), diperoleh probabilitas 0,341 > 0,05 sehingga Ho ditolak, yang artinya waktu ketiga lembaran kulit jomok sesudah diproses batik tidak homogen. Dari hasil uji anova, diperoleh bahwa F tab 0,05 (2,6) = 5,14,< dari F hit ( 2304,257), sehingga Ho ditolak, yang artinya waktu serap jomok A,B.C sesudah proses batik tidak sama. Semakin tipis kulit kayu jomok akan semakin mudah menyerap air, sehingga waktu lebih cepat.dari hasil uji menggunakan T test diperoleh T hit 10,758 >Ttab: 4,303 sehingga H0 ditolak berarti waktu serap sesudah proses batik berbeda dengan sebelum diproses.batik. Waktu serap sebelum diproses batik lebih kecil dari pada sesudah dibatik, hal ini sesuai dengan daya serap yang semakin berkurang setelah proses batik. Daya Serap Pengujian daya serap dan waktu serap dilakukan karena sangat erat hubungannya dengan daya tahan terhadap tumbuhnya jamur. Semakin mudah menyerap air akan semakin lembab sehingga kemungkinan untuk tumbuhnya jamur akan semakin cepat. Hasil analisa test homogenitas varian ( tabel lampiran), diperoleh probabilitas 0,971 > 0,05 sehingga Ho ditolak, yang artinya daya serap ketiga lembaran kulit jomok sebelum diproses batik tidak homogen. Dari hasil uji anova, diperoleh bahwa F tab 0,05 (2,6) = 5,14,< dari F hit ( 721,089), sehingga Ho ditolak, yang artinya daya serap jomok A,B.C sebelum proses batik tidak sama. Semakin tipis kulit kayu jomok akan semakin mudah menyerap air, sehingga daya serap akan semakin besar. Setelah proses pembatikan Hasil analisa test homogenitas varian ( lihat lampiran), diperoleh probabilitas 0,201> 0,05 sehingga Ho ditolak, yang artinya daya serap ketiga lembaran kulit jomok setelah diproses batik tidak homogen. Dari hasil uji anova, diperoleh bahwa F tab 0,05 (2,6) = 5,14,< dari F hit ( 167,022), sehingga Ho ditolak, yang artinya waktu serap jomok A,B.C setelah proses batik tidak sama. Semakin tipis kulit kayu jomok akan semakin mudah menyerap air, sehingga waktu lebih cepat. Dari hasil uji menggunakan T test diperoleh T hit 22,217,00 >Ttab:4,303 sehingga H0 ditolak berarti daya serap sesudah proses batik berbeda dengan sebelum diproses.batik. Daya serap sebelum diproses batik lebih besar dari pada sesudah dibatik. Hal ini disebabkan selama proses batik pori-pori serat akan terisi bahan-bahan lain ( pewarna, malam dll ) sehingga akan mengurangi permeabilitas bahan. Ketahanan luntur warna Hasil uji ketahanan luntur warna terhadap gosok dan terhadap sinar matahari. No. Warna Perubahan Warna Gosokan (Grey Scale) Perubahan Warna Terhadap Sinar Matahari 1. Biru 2. Coklat Keterangan : 4-5 : sangat baik 3 : baik : Cukup 4 : Cukup : kurang baik 2 : kurang Ketahan luntur warna terhadap gosok kering mempunyai nilai rata-rata untuk jomok berwarna biru, sehingga dapat disimpulkan ketahanan luntur warnanya cukup baik. Untuk ketahan luntur warna terhadap gosok basah mempunyai nilai rata-rata, yang berarti kurang. Untuk warna coklat ketahanan luntur warna terhadap gosokan kering mempunyai nilai rata rata 3-4, maka dapat disimpulkan ketahanan lu ntur warna cukup baik. Untuk ketahanan luntur warna terhadap gosokan cara basah mempunyai nilai 2 3 dapat disimpulkan ketahanan luntur warna kurang. E-15-4

Ketahanan luntur warna terhadap sinar matahari. Ketahan luntur warna terhadap sinar matahari untuk warna biru maupun coklat mempunyai nilai rata-rata, sehingga dapat disimpulkan ketahanan luntur warna kurang baik. Aspek Teknologi Dilihat dari aspek teknologi, teknologi proses batik kayu jomok merupakan teknologi tepat guna yang nantinya dapat diaplikasikan ke UKM batik dan kerajinan. Teknologi tersebut tersebut meliputi : a. Teknologi pengambilan kulit kayu jomok menjadi lembaran kulit Teknologi pengambilan kulit kayu jomok menjadi lembaran kulit kayu masih sangat sederhana yaitu dengan menggunakan peralatan tradisional (alat tempa/pukul) seperti yang dilakukan oleh perajin di Kaltim, Bengkulu dan Irian Jaya. Mereka memanfaatkan sumber daya alam ini untuk dijadikan lembaran jomok, dengan melalui tapan proses antara lain : penebangan pemotongan pengelupasan pemipihan / penempaan pengeringan menjadi lembaran kulit kayu Pada umumnya lembaran tersebut belum mengalami proses penyempurnaan (penghalusan dan pengawetan), Dalam hal ini Balai Besar Kerajinan dan Batik telah melakukan penelitian mengenai penyempurnaan tersebut. b. Teknologi pembatikan Sebelum proses pembatikan perlu dilakuan persiapan dengan cara penghalusan lembaran kemudian dilakukan proses pembatikan dengan canting cap ataupun canting tulis. Lilin batik yang digunakan dipilih lilin yang mudah dihilangkan/dilorod. Untuk batik tulis setelah dihaluskan di pola terlebih dulu menurut motif yang telah ditentukan, baru dibatik dengan canting tulis. c. Teknologi pewarnaan batik kulit kayu jomok Pewarnaan dilakukan dengan pencelupan maupun penguasan/coletan, sedang penggunaan zat warna bisa zat warna sintetis maupun zat warna alam. d. Teknologi penghilangan lilin batik Teknik penghilangan lilin batik agak berbeda dengan kain batik, karena serat kayu jomok tidak tahan terhadap gesekan air mendidih, maka perlakuan penghilangan lilin lebih halus dan hati-hati agar produk tidak rusak/cacat. Penghilangan lilin dengan cara dimasukkan kedalam bejana berisi air mendidih (suhu 100 C) dan apabila air sudah agak dingin, didihkan lagi (dijaga agar air tersebut tetap dalam suhu 100 C) tetapi kulit jomok dikeluarkan dari bejana, Setelah lilin hilang, kemudian dicuci bersih secara halus dan hati-hati baru dikeringkan. e. Teknologi pembuatan produk kerajinan Produk kerajinan kulit kayu jomok dapat berupa tas, dompet, map, sampul buku dan lain-lain. Teknologi pembuatan produk tersebut secara garis besar ádalah pembuatan pola, pemolaan pada kulit kayu jomok, pengguntingan, pelapisan, penjahitan, pemasangan asesoris, produk jadi. Aspek Ekonomi Ditinjau dari aspek ekonomi dengan memanfaatkan sumber daya alam yang melimpah tersebut diatas akan menyerap tenaga kerja yang akan mengurangi pengangguran dan meningkatkan pendapatan daerah di sektor industri. Industri kerajinan kulit kayu jomok ini akan menumbuhkan tiga simpul industri, yaitu : 1). industri yang mengolah bahan baku menjadi lembaran kulit kayu. 2). Industri yang memproses batik dari kulit kayu. 3) Industri yang membuat barang jadi. Secara ekonomi kulit kayu jomok layak untuk dikembangkan sebagai bahan kerajinan dan batik. Harga lembaran kulit kayu jomok sekitar Rp 15.000 Rp 20.000.lembar. Sementara harga jual produk kerajinan dari jomok sekitar Rp 50.000,- sampai Rp 70.000,- untuk produk dompet atau tas. Keuntungan yang diperoleh : - Bahan baku Rp 20.000,- - Pembuatan produk Rp 30.000,- per produk. ( 1 lembar menjadi 2 produk) - Harga jual Rp 60.000,- per produk Kentungan,= Rp 120.000,- - Rp 80,00,- = Rp 40,000,- untuk 2 produk atau 50 % Penambahan desain batik tersebut akan mengangkat desain khas batik dari daerah asal karena dapat menjadi produk cinderamata khas daerah yang merupakan pendapatan Daerah dari sector Pariwisata. Seperti halnya daerah Bengkulu, terkenal dengan motif khas Batik Basurek, Kalimantan Selatan dengan motif khas Batik Banjar, Kalimantan Barat motif Batik Ketapang, Kalimantan Timur motif Batik Dayak Pasir, Irian motif Batik Asmat dan Sentani Dengan adanya proses batik akan menambah biaya proses per lembar sekitar Rp 30.000,- dengan zat warna sintetis. Namun dengan proses tersebut dapat meningkatkan keragaman produk, meningkatkan daya tarik konsumen, dan nilai tambah produk, karena nilai jualnya meningkat sekitar Rp 100.000,- samapi Rp 150.000,- dalam bentuk dompet dan tas. Kentungan yang diperoleh : E-15-5

- Bahan baku Rp 20.000,- - Proses pembatikan Rp 30.000,- per lembar - Pembuatan produk Rp 35.000,- per produk. ( 1 lembar menjadi 2 produk) - Harga jual Rp 150..000,- per produk Keuntungan,= Rp 300.000,- - Rp 120,000,- = Rp180,000,- untuk 2 produk atau sekitar 150 % Dengan demikian proses pembuatan produk batik kulit kayu jomok dapat menaikkan keuntungan sekitar Rp90.000/produk. Tanaman jomok banyak terdapat di hutan tropis seperti di Indonesia, seperti di Sumatera. Kalimantan, Jawa dan Irian jaya, maka dengan meningkatnya pendapatan daerah tersebut secara otomatis akan meningkatkan pendapatan nasional Keunggulan/Kemungkinan Diterapkan/Diimplementasikan Di UKM Proses pembatikan, secara umum sudah dikenal di UKM penghasil batik.proses ini cukup sederhana baik proses maupun peralatannyan.di daerah penghasil kulit kayu jomok sudah banyak UKM yang memproses batik se-hingga produk batik kulit jomokpun diharapkan bisa dibuat di UKM di daerah penghasil kulit kayu tersebut. Dengan sentuhan desain yang bagus dan sesuai dengan khas daerah setempat akan meningkatkan deversifikasi produk,disamping itu akan melestarikan budaya daerah serta dapat mengembangkan pertumbuhan industri kerajinan sebagai industri penunjang pariwisata Teknologi proses batik kulit kayu jomok telah diimplementasikan ke perajin batik di Bengkulu melalui workshop. UKM batik di Bengkulu juga pernah dilatih tentang teknologi proses batik yang diterapkan pada kulit kayu jomok atas kerjasama Balai Besar Industri Kerajinan dan Batik dengan Dinas Perindustrian Propinsi Bengkulu. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Dari hasil penelitian teknologi proses batik kulit kayu jomok dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Teknologi proses batik dapat diterapkan pada lembaran kulit kayu jomok dengan tidak merubah mutu bahan baku. 2. Proses penghilangan lilin pada batik kulit kayu jomok berbeda dengan pada kain,karena tidak direbus tetapi hanya direndam pada temperatur 100 0 c. 3. Hasil penelitian ini dapat menambah deversifikasi produk. Dari aspek ekonomi dapat meningkatkan nilai tambah kulit kayu jomok, serta dapat menyerap tenaga kerja. Dengan adanya sumber daya alam yang banyak di Indonesia akan meningkatkan pendapatan Daerah dan pendapatan Nasional Saran Berdasarkan hasil penelitian diatas dan melihat potensi SDA dari jomok yang tersebar di hampir seluruh hutan tropis di Indonesia, maka industri tersebut perlu lebih dikembangkan untuk membudayakan ekonomi masyarakat setempat. Untuk itu kerjasama yang lebih intensif antara Pemda/ Disperindagkop setempat dengan BBKB sangat diperlukan untuk mendorong dan menumbuhkembangkan industri kerajinan kulit jomok tersebut. DAFTAR PUSTAKA 1. BBKB.Penerapan Teknologi Proses batik Kulit kayu Chombow di Irian, Yogyakarta 2001 2. Djufri, dkk.teknologi Pengelantangan, Pencelupan dan Pencapan. Bandung. Cetakan ke 2. Institut Teknologi textil. 1976 3. Djufri,Rasjid.Kimia Zat Warna.bandung. Institut Teknologi textil. 1976 4. Heyne K, De Nuttige Planten van Indonesie. Jilid I dan II Nu Vitsggeruw van Hoeves Graven, 1950. 5. Indonesia,SNI No 08-0274-1989. Cara uji Ketebalan. 6. Indonesia, SNI No 08-0404-1989. 7. Indonesia SNI No 08-0276-1989. Cara Uji Kekuatan Tarik ( kg ). 8. Purwanti, Arifin Lubis, Budiarti, RGA Kasoenarno, Pencelupan dan Penyempurnaan. Bandung, Institut Teknologi Tekstil, 1978. 9. Soeparman, N.M. Surdia, Budiarti, Hendrodyantopo,Teknologi Penyempurnaan Tekstil, Cetaan ke 2, Bandung, Institut Teknologi Tekstil, 1977. 10. Sujana, Metode Statistik, Bandung, Tarsito. 1984 11. Suparman, Statistik sosial, Jakarta CV Rajawali, 1983 12. Supriyono P, Purwanti, Widayat, Jumaeri, Serat-serat Tekstil, Cetakan ke 2 Bandung, Institut Teknologi Tekstil, 1974. E-15-6