Daftar Isi. Daftar Isi Daftar Gambar Bab 1. Pendahuluan... 5

dokumen-dokumen yang mirip
Daftar Isi. Daftar Isi Daftar Gambar Bab 1. Pendahuluan... 5

BUKU PANDUAN FLOOD EARLY WARNING EARLY ACTION SYSTEM. Institut Teknologi Bandung. Sistem Peringatan Dini dan Aksi Dini Banjir di Bengawan Solo

Buku Panduan. Sistem Peringatan Dini dan Aksi Dini Banjir di DAS Bengawan Solo

DAFTAR ISI DAFTAR ISI... 2 DAFTAR GAMBAR... 3 DAFTAR TABEL... 7 BAB 1. PENDAHULUAN Latar Belakang Tujuan Penelitian...

BAB I PENDAHULUAN. Banjir merupakan aliran air di permukaan tanah ( surface run-off) yang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB IV METODE PENELITIAN

ANALISIS UNSUR CUACA BULAN JANUARI 2018 DI STASIUN METEOROLOGI KLAS I SULTAN AJI MUHAMMAD SULAIMAN SEPINGGAN BALIKPAPAN

BAB I PENDAHULUAN. hortikultura,dan 12,77 juta rumah tangga dalam perkebunan. Indonesia

ANALISIS SPASIAL INDEKS KEKERINGAN KABUPATEN SUKOHARJO MENGGUNAKAN METODE SPI (STANDARDIZED PRECIPITATION INDEX)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Sistem Informasi Geografis (SIG) Geographic Information System (SIG)

I. PENDAHULUAN. Provinsi Lampung yang berada dibagian selatan Pulau Sumatera mempunyai alam

BAB I PENDAHULUAN. Pangan merupakan kebutuhan pokok manusia yang harus dipenuhi. Di

PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang

III. METODOLOGI. 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian

ALGORITMA C4.5 UNTUK PEMODELAN DAERAH RAWAN BANJIR STUDI KASUS KABUPATEN KARAWANG JAWA BARAT

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

USULAN PENELITIAN MANDIRI TAHUN ANGGARAN 2015

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang

BAHAN DAN METODE. Gambar 1 Peta Lokasi Penelitian

PENGENALAN DAN PEMANFAATAN

BAB I PENDAHULUAN. di negara ini berada hampir di seluruh daerah. Penduduk di Indonesia

Fenomena El Nino dan Perlindungan Terhadap Petani

BAB I PENDAHULUAN. sehingga masyarakat yang terkena harus menanggapinya dengan tindakan. aktivitas bila meningkat menjadi bencana.

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN HALAMAN PERNYATAAN INTISARI ABSTRACT KATA PENGANTAR DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL DAFTAR LAMPIRAN

persamaan regresi. Adapun rumus yang digunakan untuk menentukan curah hujan kritis adalah sebagai berikut: CH kritis = ( 0.

Karena tidak pernah ada proyek yang dimulai tanpa terlebih dahulu menanyakan: DIMANA?

BAB I PENDAHULUAN. Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) merupakan Lembaga

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

SEMINAR TUGAS AKHIR INVENTARISASI WILAYAH RAWAN BENCANA BANJIR DAN LONGSOR DI JAWA TIMUR MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS

Gambar 2.1. Diagram Alir Studi

3 METODE PENELITIAN. Gambar 7. Peta Lokasi Penelitian

BAB I PENDAHULUAN I-1

Sistem Informasi Geografis (SIG) Pemetaan Lahan Pertanian di Wilayah Mojokerto

PENYUSUNAN SOFTWARE APLIKASI SPASIAL UNTUK MENENTUKAN TINGKAT KEKERINGAN METEOROLOGI DI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

SISTEM PEMETAAN LOKASI LAHAN YANG KAITANNYA DENGAN PERUBAHAN IKLIM GLOBAL DI WILAYAH JAWA TIMUR BERBASIS WEB SKRIPSI. Oleh :

SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS PERTANIAN PADI DI KABUPATEN BANTUL, D.I. YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

ANALISIS KLIMATOLOGI HUJAN EKSTRIM BULAN JUNI DI NEGARA-BALI (Studi Khasus 26 Juni 2017)

PENGEMBANGAN MODEL SIG PENENTUAN KAWASAN RAWAN LONGSOR SEBAGAI MASUKAN RENCANA TATA RUANG Studi Kasus; Kabupaten Tegal TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

KAJIAN KAWASAN RAWAN BANJIR DENGAN MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFI DI DAS TAMALATE

BAB I. PENDAHULUAN. Kota Semarang berada pada koordinat LS s.d LS dan

1. Tempat Waktu Penelitian C. Subjek Penelitian D. Identifikasi Variabel Penelitian E. Definisi Operasional Variabel...

Penyebab Tsunami BAB I PENDAHULUAN

RENCANA OPERASIONAL DISEMINASI HASIL PENELITIAN (RODHP) GUGUS TUGAS KALENDER TANAM TERPADU DI PROVINSI BENGKULU

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Analisis Spasial untuk Menentukan Zona Risiko Banjir Bandang (Studi Kasus: Kabupaten Sinjai)

SMA/MA IPS kelas 10 - GEOGRAFI IPS BAB 8. SUPLEMEN PENGINDRAAN JAUH, PEMETAAN, DAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFI (SIG)LATIHAN SOAL 8.3.

BAB II METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang

SISTEM INFORMASI GEOGRAFI. Data spasial direpresentasikan di dalam basis data sebagai vektor atau raster.

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

KEKERINGAN TAHUN 2014: NORMAL ATAUKAH EKSTRIM?

PROSPEK IKLIM DASARIAN PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT Update: 01 Februari 2016

Gambar 3 Sebaran curah hujan rata-rata tahunan Provinsi Jawa Barat.

BAB I PENDAHULUAN. Utara yang mana secara geografis terletak pada Lintang Utara

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Analisis Spasial Untuk Menentukan Zona Risiko Bencana Banjir Bandang (Studi Kasus Kabupaten Pangkep)

VI. PENGEMBANGAN DECISION NETWORK YANG DIOPTIMASI DENGAN FUZZY INFERENCE SYSTEM UNTUK PENYUSUNAN KALENDER TANAM DINAMIK

NUR MARTIA

Bab 3 Metode Perancangan Model

ADAPTASI DAN MITIGASI FENOMENA EL NIÑO DI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

BAB I PENDAHULUAN I-1

Gambar 8. Pola Hubungan Curah Hujan Rata-rata Harian RegCM3(Sebelum dan Sesudah Koreksi) dengan Observasi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

EXECUTIVE SUMMARY PENELITIAN KARAKTERISTIK HIDROLOGI DAN LAJU EROSI SEBAGAI FUNGSI PERUBAHAN TATA GUNA LAHAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 TAHAPAN ZONASI DAERAH RAWAN LONGSOR DENGAN METODE SINMAP

Buletin Analisis Hujan Bulan Februari 2013 dan Prakiraan Hujan Bulan April, Mei dan Juni 2013 KATA PENGANTAR

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

EVALUASI MUSIM HUJAN 2007/2008 DAN PRAKIRAAN MUSIM KEMARAU 2008 PROVINSI BANTEN DAN DKI JAKARTA

TUGAS UTS SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS PEMETAAN DAERAH RAWAN BANJIR DI SAMARINDA

BAB II LINGKUP KEGIATAN PENELITIAN Lingkup Kegiatan Penelitian Komponen Lingkungan Kerangka Alur Penelitian...

Penyusunan PETA RISIKO

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

INFORMASI IKLIM UNTUK PERTANIAN. Rommy Andhika Laksono

KONSEP MANAJEMEN BASIS DATA Sistem Informasi Geografis

SKRIPSI PEMODELAN SPASIAL UNTUK IDENTIFIKASI BANJIR GENANGAN DI WILAYAH KOTA SURAKARTA DENGAN PENDEKATAN METODE RASIONAL (RATIONAL RUNOFF METHOD)

R. Prayudha Chandra Putra, Nurudin Santoso 1, Ekojono 2. Program Studi Teknik Informatika, Jurusan Teknologi Informasi, Politeknik Negeri Malang.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

ANALISA KEKERINGAN DAS AMPRONG MALANG DENGAN METODE SPI (STANDARDIZED PRECIPITATION INDEX) TUGAS AKHIR

ANALISIS TREN INDEKS CURAH HUJAN DAN PELUANG CURAH HUJAN UNTUK PENENTUAN AWAL TANAM TANAMAN PANGAN DI LAMPUNG

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi semakin pesat, banyak orang. mulai mencari berbagai produk yang dapat memudahkan

BAB I PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN

Analisis dan Pemetaan Lokasi Tempat Pembuangan Akhir (TPA) dengan Sistem Informasi Geografis dan Metode Simple Additive Weighting

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

ANALISIS CURAH HUJAN SAAT KEJADIAN BANJIR DI SEKITAR BEDUGUL BALI TANGGAL 21 DESEMBER 2016

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Buletin Analisis Hujan Bulan Januari 2013 dan Prakiraan Hujan Bulan Maret, April dan Mei 2013 KATA PENGANTAR

Buletin Analisis Hujan Bulan April 2013 dan Prakiraan Hujan Bulan Juni, Juli dan Agustus 2013 KATA PENGANTAR

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI SISTEM

PEMETAAN DAERAH RAWAN LONGSOR DENGAN MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS STUDI KASUS KABUPATEN BONDOWOSO

Gambar 4.15 Kenampakan Satuan Dataran Aluvial. Foto menghadap selatan.

Transkripsi:

Daftar Isi Daftar Isi... 2 Daftar Gambar... 4 Bab 1. Pendahuluan... 5 Bab 2. Metode Prediksi Iklim, Pola Tanam dan... 6 2.1 Pemodelan Prediksi Iklim... 6 2.2 Pengembangan Peta Prediksi Curah Hujan... 8 2.3 Pengembangan Prediksi Pola Tanam... 9 2.4 Prediksi Kekeringan... 9 2.5 Prediksi Banjir... 10 Bab 3. Petunjuk Teknis... 12 3.1 Informasi di Website... 13 3.1.1 Beranda Utama... 13 3.1.2 Prediksi Curah Hujan... 14 2

3.1.3 Prediksi Indeks Kerentanan Banjir... 17 3.1.4 Prediksi Indeks Kerentanan Kekeringan... 20 3.1.5 Kalender Tanam Padi... 23 3.1.6 Kalender Tanam Palawija... 25 3

Daftar Gambar Gambar 1 ITB Smart Climate Model... 7 Gambar 2 Tampilan beranda utama... 14 Gambar 3 Prediksi Curah Hujan... 15 Gambar 4 Indeks Kerentanan Banjir... 18 Gambar 5 Indeks Kerentanan Kekeringan... 21 Gambar 6 Kalender Tanam Padi... 24 Gambar 7 Kalender Tanam Palawija... 26 4

Bab 1. Pendahuluan merupakan wilayah dengan curah hujan yang rendah. Kondisi iklim di wilayah tersebut dipengaruhi oleh Laut Banda, Laut Arafura dan Samudra Indonesia, juga dibayangi oleh Pulau Irian di bagian timur dan Benua Australia di bagian Selatan. Secara umum, wilayah memiliki iklim yang kering dikarenakan tingkat curah hujan yang rendah kurang dari 2000 mm per tahun dan suhu rata rata harian yang relative tinggi. Perubahan pola curah hujan di wilayah Maluku Barat Daya telah menyebabkan para petani menjadi sulit dalam menentukan waktu yang tepat untuk tanam padi maupun palawija. Selain itu, perubahan pola curah hujan juga dapat menyebabkan frekuensi dan tingkat kejadian banjir maupun kekeringan semakin meningkat. Sistem informasi iklim berbasis website iuntuk prediksi pola tanam dan indeks kerentanan banjir ini akan menjadi panduan bagi masyarakat di Kabupaten Maluku Barat Daya dalam mengantisipasi kondisi perubahan pola curah hujan di masa mendatang. 5

Bab 2. Metode Prediksi Iklim, Pola Tanam dan 2.1 Pemodelan Prediksi Iklim Model ini menggunakan metode fast fourier transform yang mampu memprediksi iklim dengan ketelitian hingga 90 % dan telah teruji di beberapa wilayah di Indonesia. Untuk menghasilkan data prediksi yang baik, model ini melakukan 4 langkah analisis, yaitu analisis prediksi langsung, analisis anomali / analisis sifat periodik dan analisis prediksi akhir. Keempat langkah tersebut digunakan untuk mengoreksi hasil prediksi satu sama lain sehingga dapat dihasilkan prediksi yang stabil dan lebih akurat. Semua langkah analisis untuk melakukan prediksi iklim tersebut telah dapat dilakukan dalam suatu kompilasi software ITB Smart Climate Model (SCM) (lihat Gambar 1.1). Langkah kedua adalah analisis model secara langsung. Tujuannya adalah mencari model awal yang stabil dan stasioner dimana model ini mencerminkan suatu pola data cuaca murni tanpa ada gangguan variabel luar yang dapat mengakibatkan perubahan data (noise). Langkah Kedua adalah analisis sifat periodik data iklim dan cuaca. Tujuannya adalah untuk mendapatkan 6

informasi waktu berulangnya suatu data. Gambar 1 ITB Smart Climate Model Langkah Ketiga adalah analisis model anomali. Tujuannya untuk mengkoreksi model yang telah dihasilkan pada langkah kedua. Untuk mendapatkan data anomali, data cuaca dikurangkan dengan model awal, data yang dihasilkan adalah residu/simpangan dari data cuaca terhadap model awal. Langkah Keempat adalah melakukan kombinasi prediksi awal (langsung) dengan prediksi akhir. Dengan kombinasi prediksi tersebut dapat dihasilkan prediksi curah hujan dengan tingkat akurasi yang lebih baik dan stabil. 7

Untuk melakukan update pemodelan prediksi curah hujan, maka database harus diperbaharui dengan data yang terbaru. Adapun langkah untuk melakukan update prediksi curah hujan adalah sebagai berikut: a. Update database curah hujan yang terbaru b. Running model SCM untuk setiap titik stasiun c. Verifikasi dengan data observasi d. Lakukan pemetaan prediksi curah hujan dengan menggunakan software GIS seperti Surfer, ArcGIS, dan lain sebagainya. 2.2 Pengembangan Peta Prediksi Curah Hujan Untuk menghasilkan peta prediksi iklim di Indonesia beresolusi tinggi yang lebih akurat di semua daerah maka diperlukan Metode Kriging pada pemetaan data. Semua data yang diperlukan baik time series maupun spasial dimasukan ke dalam database untuk diolah secara komputerisasi. Peta wilayah administrasi juga akan diperlukan dalam proses overlay dengan peta hasil prediksi untuk membedakan masing-masing daerah yang memiliki perbedaan iklim. Hasil tersebut tentu dilakukan untuk dua parameter iklim yang akan dibangun, yaitu temperatur dan curah hujan. 8

2.3 Pengembangan Prediksi Pola Tanam Sistem informasi pola tanam dikembangkan untuk pola tanam padi dan palawija. Masa tanam padi dilakukan jika terdapat curah hujan lebih dari 50 mm per dasarian pada 3 dasarian berturut-turut. Sedangkan untuk tanam palawija, dilakukan jika terdapat curah hujan lebih dari 25 mm per dasarian pada 3 dasarian berturut-turut. Selain itu, dua pola tanam ini (padi & palawija) didasarkan juga pada kebiasaan pola tanam di wilayah tersebut. 2.4 Prediksi Kekeringan Kekeringan merupakan fenomena kompleks yang dapat dicirikan terutama oleh tingkat keparahan, durasi dan luas wilayah. Di antara tiga variabel ini, tingkat intensitas kekeringan adalah faktor kunci yang dapat digunakan untuk analisis kekeringan. Indeks kekeringan biasanya digunakan untuk menilai intensitas kekeringan dalam cara yang berarti. DrinC digunakan untuk perhitungan dua indeks yang belakangan ini dikembangkan, Reconnaissance Drought Index (RDI) dan Streamflow Drought Index (SDI), serta dua indeks luas diketahui, Standarization Precipitation Index (SPI) dan Precipitation Decile (PD). Selain itu, perangkat lunak ini memasukkan modul untuk estimasi 9

evapotranspirasi potensial (PET) melalui metode berdasarkan suhu, yang berguna untuk perhitungan RDI. Perangkat lunak ini dapat digunakan dalam berbagai aplikasi, seperti pemantauan kekeringan, penilaian dari distribusi spasial kekeringan, penyelidikan skenario iklim dan kekeringan dan lain sebagainya. DrinC telah diimplementasi di beberapa lokasi, terutama di daerah kering dan semi-kering, menunjukkan bahwa itu adalah mendapatkan tanah sebagai penelitian yang bermanfaat dan alat operasional untuk analisis kekeringan. 2.5 Prediksi Banjir Penentuan daerah rentan banjir di menggunakan Sistem Informasi Geografi dilakukan dengan mengidentifikasi wilayah-wilayah dengan data spasial. Beberapa parameter yang berpengaruh langsung terhadap analisis kerentanan banjir selain curah hujan, yaitu: a. Curah Hujan b. Kemiringan atau Kelerengan c. Elevasi Untuk tahapan analisis dilakukan dengan memberikan pembobotan terhadap tiap parameter penentu kerentanan. Setiap unsur dalam masing- masing parameter terlihat pada Tabel 1. Analisis kerentanan menggunakan analisis spasial dengan melakukan tumpang- tindih (overlay) tematik sehingga didapatkan 10

indeks kerentanan dengan perumusan berikut, N = Bi Si dengan, N sebagai total nilai variable, Bi untuk kriteria klasifikasi dan Si untuk skor pada tiap kriterian untuk masing parameter i. Hasil analisis tersebut kemudian dirumuskan kembali dalam bentuk spasial dengan persamaan berikut. Nkb = C10 + Sl + E Tabel 1. Indikator tingkatan rawan banjir No. Nilai Indeks Tingkat Rawan Banjir 1 1 Aman 2 2 Rendah 3 3 Sedang/Menengah 4 4 Rentan 5 5 Sangat Rentan Dengan, Nkb untuk nilai kerentanan banjir kewilayahan, C10 untuk curah hujan dasarian, Sl sebagai slope (Kemiringan) dan E sebagai elevasi. Jumlah total dari seluruh nilai tersebut diklasifikasikan dalam bentuk informasi kategori indikator tingkat kerawanan seperti yang terlihat pada Tabel 1. 11

Bab 3. Petunjuk Teknis Pada kegiatan ini telah dikembangkan sistem informasi pemodelan perubahan iklim untuk daerah rawan pangan dalam bentuk informasi pola tanam dan potensi bencana hidrometeorologi dengan resolusi dan ketepatan tinggi di Maluku Barat Daya. Sistem ini berupa aplikasi berbasis website yang mudah diakses oleh masyarakat maupun pemerintah. Pada dasarnya, penggunaan sistem informasi ini dapat dilakukan oleh berbagai kalangan karena tampilan dan informasi yang disediakan bersifat pengguna-friendly dan informatif. Informasi yang disediakan berupa prediksi curah hujan dan prediksi indeks kerentanan banjir skala desa selama 5 tahun kedepan. Selain itu pula ada informasi prediksi kalender tanam padi dan kalender tanam palawija sebagai pengambilan keputusan dalam menentukan jadwal tanam, pemupukan, dan masa panen. Berikut 12

petunjuk teknis terkait pemanfaatan sistem informasi pemodelan perubahan iklim untuk daerah rawan pangan. 3.1 Informasi di Website Tampilan informasi di website terdiri dari beberapa bagian, yaitu beranda utama, prediksi curah hujan, prediksi indeks kerentanan banjir, kalender tanam padi, dan kalender tanam palawija. Berikut penggunaan teknis untuk sistem informasi website : 3.1.1 Beranda Utama Di beranda utama terdapat pemilihan untuk fitur-fitur yang terdapat pada website (Gambar 2.1). 13

Gambar 2 Tampilan beranda utama 3.1.2 Prediksi Curah Hujan Halaman Prediksi curah hujan menampilkan prediksi curah hujan dengan interval dasarian hingga 2020. Prediksi iklim merupakan salah satu keluaran dari model SCM (Smart Climate Model) Berikut tampilan prediksi curah hujan. 14

Tampilkan lebih besar Simpan grafik Grafik Curah Hujan Gambar 3 Prediksi Curah Hujan Peta pada website menyediakan prediksi curah hujan interval dasarian secara spasial menggunakan kontur. Apabila pengguna mengklik 1 desa, akan muncul grafik curah hujan selama 1 tahun di panel sebelah kanan. Legenda untuk curah hujan ditunjukan dengan warna (satuan milimeter) dan dikategorikan menjadi 3 bagian yaitu hujan tinggi, menengah dan rendah. Pengguna juga dapat mengganti waktu untuk melihat tingkat curah hujan kedepan maupun kebelakang. Pengguna juga dapat memilih hasil untuk berbagai dasarian (1 sampai 15

3) di berbagai bulan hingga 2020. Grafik yang dihasilkan dapat disimpan dalam berbagai format seperti png, jpg, dsb dengan mengklik simbol disebelah kanan grafik. Contoh Kasus : Pengguna ingin melihat contour curah hujan pada Dasarian dua, bulan Juni, pada tahun 2017 Pengguna membuka link http://smartclim.info/sipt/maluku/petahujan.php Dari pilihan dasarian 1,2, dan 3, pengguna dapat memilih dasarian 2 pada pilihan bulan, pengguna memilih pilihan bulan Juni dan pada pilihan tahun, pengguna memilih pilihan tahun 2017 Tekan tombol tampilkan, makan pada peta akan tampil tampilan overlay Contoh Kasus : Pengguna ingin menampilkan Grafik curah hujan pada Desa Mahuan untuk tahun 2017 16

Pengguna membuka link http://smartclim.info/sipt/maluku/petahujan.php Letak Desa Damar akan tampil bila pengguna menunjuk pointer di atas desa lalu dapat menekan peta tersebut Grafik prediksi curah hujan akan tampil di bagian kanan website Bila pengguna ingin menampilkan grafik dengan tampil yang lebih besar, pengguna dapat mengklik tulisan Tampilkan lebih besar Maka Tampilan Grafik Curah Hujan akan tampil lebih besar 3.1.3 Prediksi Indeks Kerentanan Banjir Peta pada fitur ini menginformasikan indeks banjir dengan skala desa, apabila desa diklik, maka akan muncul grafik kerentanan banjir dari bulan Januari hingga Desember dari skala 0 hingga 5. Indeks banjir ditampilkan per 10 harian (dasarian) hingga 2020. 17

Legenda indeks di kiri peta merupakan kategori tingkat kerentanan dari tidak rentan hingga sangat rentan dengan variasi warna yang ditampilkan. Pengguna juga dapat mengganti waktu untuk melihat tingkat kerentanan kedepan maupun kebelakang. Pengguna juga dapat memilih hasil untuk berbagai dasarian (1 sampai 3) di berbagai bulan hingga 2020. Grafik yang dihasilkan dapat disimpan dalam berbagai format seperti png, jpg, dsb dengan mengklik simbol disebelah kanan grafik. Tampilkan lebih besar Simpan grafik Grafik Indeks Kerentanan Banjir Gambar 4 Indeks Kerentanan Banjir 18

Contoh Kasus : Pengguna ingin melihat contour indeks kerentanan banjir pada Dasarian dua, bulan Juni, pada tahun 2017 Pengguna membuka link http://smartclim.info/sipt/maluku/indeksbanjir.php Dari pilihan dasarian 1,2, dan 3, pengguna dapat memilih dasarian 2 pada pilihan bulan, pengguna memilih pilihan bulan Juni dan pada pilihan tahun, pengguna memilih pilihan tahun 2017 Tekan tombol tampilkan, makan pada peta akan tampil tampilan overlay Contoh Kasus : Pengguna ingin menampilkan Grafik Indeks Kerentanan Banjir pada Desa Mahuan untuk tahun 2017 Pengguna membuka link http://smartclim.info/sipt/maluku/indeksbanjir.php 19

Letak Desa Damar akan tampil bila pengguna menunjuk pointer di atas desa lalu dapat menekan peta tersebut Grafik prediksi indeks kerentanan banjir akan tampil di bagian kanan website Bila pengguna ingin menampilkan grafik dengan tampil yang lebih besar, pengguna dapat mengklik tulisan Tampilkan lebih besar Maka Tampilan Grafik Indeks Kerentanan Banjir akan tampil lebih besar 3.1.4 Prediksi Indeks Kerentanan Kekeringan Peta pada fitur ini menginformasikan indeks kekeringan dengan skala desa, apabila desa diklik, maka akan muncul grafik kerentanan kekeringan pertiga bulan dalam satu tahun hingga tahun 2020. Legenda indeks di kiri peta merupakan kategori tingkat kerentanan dari tidak rentan hingga sangat rentan dengan variasi warna 20

yang ditampilkan. Pengguna juga dapat mengganti waktu untuk melihat tingkat kerentanan kedepan maupun kebelakang. Grafik yang dihasilkan dapat disimpan dalam berbagai format seperti png, jpg, dsb dengan mengklik simbol disebelah kanan grafik. Tampilkan lebih besar Simpan grafik Grafik Indeks Kerentanan Kekeringan Gambar 5 Indeks Kerentanan Kekeringan Contoh Kasus : Pengguna ingin melihat contour indeks kerentanan kekeringan pada bulan April-Mei-Juni, pada tahun 2017 Pengguna membuka link 21

http://smartclim.info/sipt/maluku/kekeringan.php pada pilihan bulan, pengguna memilih pilihan bulan April-Mei-Juni dan pada pilihan tahun, pengguna memilih pilihan tahun 2017 Tekan tombol tampilkan, makan pada peta akan tampil tampilan overlay Contoh Kasus : Pengguna ingin menampilkan Grafik Indeks Kerentanan Kekeringan pada Desa Mahuan untuk tahun 2017 Pengguna membuka link http://smartclim.info/sipt/maluku/kekeringan.php Letak Desa Damar akan tampil bila pengguna menunjuk pointer di atas desa lalu dapat menekan peta tersebut Grafik prediksi indeks kerentanan kekeringan akan tampil di bagian kanan website Bila pengguna ingin menampilkan grafik dengan 22

tampil yang lebih besar, pengguna dapat mengklik tulisan Tampilkan lebih besar Maka Tampilan Grafik Indeks Kerentanan Kekeringan akan tampil lebih besar 3.1.5 Kalender Tanam Padi Peta pada fitur ini menginformasikan kalender tanam padi dengan skala desa, apabila desa diklik, maka akan muncul grafik berupa sistem pendukung keputusan per tahun di desa tersebut. Grafik tersebut menginformasikan waktu mulai tanam padi, pemupukan 1, pemupukan 2, panen, mulai tanam dengan pompa, dan pengairan dengan pompa pada tahun tertentu. Pengguna dapat grafik sistem pendukung keputusan tersebut dari tahun 2017 hingga 2020. Grafik yang dihasilkan dapat disimpan dalam berbagai format seperti png, jpg, dsb dengan mengklik simbol disebelah kanan grafik. 23

Tampilkan lebih besar Simpan grafik Grafik Sistem Pendukung Keputusan Gambar 6 Kalender Tanam Padi Contoh Kasus : Pengguna ingin menampilkan Grafik Kalender Tanam Padi pada Desa Mahuan untuk tahun 2017 Pengguna membuka link http://smartclim.info/sipt/maluku/katampadi.php Letak Desa Damar akan tampil bila pengguna menunjuk pointer di atas desa lalu dapat menekan peta tersebut Grafik Kalender Tanam Padi akan tampil di bagian kanan website 24

Bila pengguna ingin menampilkan grafik dengan tampil yang lebih besar, pengguna dapat mengklik tulisan Tampilkan lebih besar Maka Tampilan Grafik Kalender Tanam Padi akan tampil lebih besar 3.1.6 Kalender Tanam Palawija Peta pada fitur ini menginformasikan kalender tanam palawija dengan skala desa, apabila desa diklik, maka akan muncul grafik berupa sistem pendukung keputusan per tahun di desa tersebut. Grafik tersebut menginformasikan waktu mulai tanam palawija, pemupukan 1, pemupukan 2, panen, mulai tanam dengan pompa, dan pengairan dengan pompa pada tahun tertentu. Pengguna dapat grafik sistem pendukung keputusan tersebut dari tahun 2017 hingga 2020. Grafik yang dihasilkan dapat disimpan dalam berbagai format seperti png, jpg, dsb dengan mengklik simbol disebelah kanan grafik. 25

Tampilkan lebih besar Simpan grafik Grafik Indeks Kerentanan Banjir Gambar 7 Kalender Tanam Palawija Contoh Kasus : Pengguna ingin menampilkan Grafik Kalender Tanam Palawija pada Desa Mahuan untuk tahun 2017 Pengguna membuka link http://smartclim.info/sipt/maluku/katampalawija.p hp Letak Desa Damar akan tampil bila pengguna menunjuk pointer di atas desa lalu dapat menekan peta tersebut Grafik Kalender Tanam Palawija akan tampil di 26

bagian kanan website Bila pengguna ingin menampilkan grafik dengan tampil yang lebih besar, pengguna dapat mengklik tulisan Tampilkan lebih besar Maka Tampilan Grafik Kalender Tanam Palawijaya akan tampil lebih besar 27