Analisa Sebaran Fosfat dengan Menggunakan Metode Geolistrik Konfigurasi Wenner- Schlumberger : Studi Kasus Saronggi, Madura

dokumen-dokumen yang mirip
IDENTIFIKASI BIDANG GELINCIR DI TEMPAT WISATA BANTIR SUMOWONO SEBAGAI UPAYA MITIGASI BENCANA LONGSOR

Unnes Physics Journal

Pemodelan Fisis Aplikasi Metode Geolistrik untuk Identifikasi Fosfat dalam Batuan Gamping

Cross Diagonal Survey Geolistrik Tahanan Jenis 3D untuk Menentukan Pola Penyebaran Batuan Basal di Daerah Pakuan Aji Lampung Timur

PENENTUAN ZONA PENGENDAPAN TIMAH PLASER DAERAH LAUT LUBUK BUNDAR DENGAN MARINE RESISTIVITY Muhammad Irpan Kusuma 1), Muhammad Hamzah 2), Makhrani 2)

PENENTUAN SEBARAN DAN KANDUNGAN UNSUR KIMIA KONTAMINASI LIMBAH CAIR BAWAH PERMUKAAN DI TPA CAHAYA KENCANA, KABUPATEN BANJAR

Identifikasi Pola Persebaran Sumber Lumpur Bawah Tanah Pada Mud Volcano Gunung Anyar Rungkut Surabaya Menggunakan Metode Geolistrik

APLIKASI METODE GEOLISTRIK KONFIGURASI POLE-POLE UNTUK MENENTUKAN SEBARAN DAN KEDALAMAN BATUAN SEDIMEN DI DESA WONOSARI KECAMATAN NGALIYAN SEMARANG

e-issn : Jurnal Pemikiran Penelitian Pendidikan dan Sains Didaktika

Metode Geolistrik (Tahanan Jenis)

PRISMA FISIKA, Vol. III, No. 2 (2015), Hal ISSN :

METODE EKSPERIMEN Tujuan

PRISMA FISIKA, Vol. IV, No. 01 (2016), Hal ISSN :

PENENTUAN TAHANAN JENIS BATUAN ANDESIT MENGGUNAKAN METODE GEOLISTRIK KONFIGURASI SCHLUMBERGER (STUDI KASUS DESA POLOSIRI)

APLIKASI METODE GEOLISTRIK RESISTIVITAS KONFIGURASI DIPOLE-DIPOLE UNTUK IDENTIVIKASI POTENSI SEBARAN GALENA (PBS) DAERAH-X, KABUPATEN WONOGIRI

IDENTIFIKASI BATUAN GRANIT KECAMATAN SENDANA KOTA PALOPO MENGGUNAKAN METODE GEOLISTRIK TAHANAN JENIS (RESISTIVITY)

PROFIL RESISTIVITAS 2D PADA GUA BAWAH TANAH DENGAN METODE GEOLISTRIK KONFIGURASI WENNER-SCHLUMBERGER (STUDI KASUS GUA DAGO PAKAR, BANDUNG)

Analisis Respon Resistivitas Sampel Tanah TPA Ngipik Kabupaten Gresik Berdasarkan Uji Resistivitas Skala Laboratorium

PEMODELAN INVERSI DATA GEOLISTRIK UNTUK MENENTUKAN STRUKTUR PERLAPISAN BAWAH PERMUKAAN DAERAH PANASBUMI MATALOKO. Abstrak

FOTON, Jurnal Fisika dan Pembelajarannya Volume 18, Nomor 2, Agustus 2014

Jurnal Einstein 3 (2) (2015): Jurnal Einstein. Available online

APLIKASI METODE GEOLISTRIK UNTUK MENENTUKAN CADANGAN FOSFAT: STUDI KASUS SUKOLILO, PATI JAWA TENGAH

PENETROMETER TEST (DCPT) DI JALAN ARTERI

PRISMA FISIKA, Vol. III, No. 2 (2015), Hal ISSN :

Analisa Resistivitas Batuan dengan Menggunakan Parameter Dar Zarrouk dan Konsep Anisotropi

III. METODE PENELITIAN

SURVAI SEBARAN AIR TANAH DENGAN METODE GEOLISTRIK TAHANAN JENIS KONFIGURASI WENNER DI DESA BANJAR SARI, KEC. ENGGANO, KAB.

Analysis of Chromite Vein At The Subsurface Using Geoelectrical Method Wenner-Schlumberger Configuration

PENYELIDIKAN BIJIH BESI DENGAN METODE GEOMAGNET DAN GEOLISTRIK

PENENTUAN RESISTIVITAS BATUBARA MENGGUNAKAN METODE ELECTRICAL RESISTIVITY TOMOGRAPHY DAN VERTICAL ELECTRICAL SOUNDING

PEMANFAATAN METODE GEOLISTRIK RESISTIVITAS UNTUK MENGETAHUI STRUKTUR GEOLOGI SUMBER AIR PANAS DI DAERAH SONGGORITI KOTA BATU

ANALISIS DATA INVERSI 2-DIMENSI DAN 3-DIMENSI UNTUK KARAKTERISASI NILAI RESISTIVITAS BAWAH PERMUKAAN DI SEKITAR SUMBER AIR PANAS KAMPALA

Interpretasi Kondisi Geologi Bawah Permukaan Dengan Metode Geolistrik

Jurnal Sains dan Teknologi Lingkungan Volume 2, Nomor 2, Juni 2010, Halaman ISSN:

Pendugaan Akuifer serta Pola Alirannya dengan Metode Geolistrik Daerah Pondok Pesantren Gontor 11 Solok Sumatera Barat

Pemodelan Inversi Data Geolistrik untuk Menentukan Struktur Perlapisan Bawah Permukaan Daerah Panasbumi Mataloko

Riad Syech, Juandi,M, M.Edizar Jurusan Fisika FMIPA Universitas Riau Kampus Bina Widya Km 12,5 Pekanbaru ABSTRAK

Penentuan Lapisan Bawah Permukaan di Tempat Pengolahan Akhir Sampah (TPAS) Banjarbaru dengan Metode Geolistrik

Identifikasi Keretakan Beton Menggunakan Metode Geolistrik Resistivitas Timotius 1*), Yoga Satria Putra 1), Boni P. Lapanporo 1)

EKSPLORASI BIJIH BESI DENGAN METODE DIPOLE-DIPOLE DAN GEOMAGNET DI WILAYAH GANTUNG, KABUPATEN BLITUNG TIMUR, PROVINSI BLITUNG

Optimalisasi Desain Parameter Lapangan Untuk Data Resistivitas Pseudo 3D

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN I.1.

IDENTIFIKASI ZONA SESAR OPAK DI DAERAH BANTUL YOGYAKARTA MENGGUNAKAN METODE SEISMIK REFRAKSI

Analisis Respon Resistivitas Sampel Tanah TPA Ngipik Kabupaten Gresik Berdasarkan Uji Resistivitas Skala Laboratorium

SURVEI GEOLISTRIK METODE RESISTIVITAS UNTUK INTERPRETASI KEDALAMAN LAPISAN BEDROCK DI PULAU PAKAL, HALMAHERA TIMUR

Prosiding Seminar Nasional XII Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi 2017 Sekolah Tinggi Teknologi Nasional Yogyakarta

JURNAL SAINS DAN SENI ITS Vol. 6, No.2, (2017) ( X Print) B-29

APLIKASI METODE GEOLISTRIK RESISTIVITY UNTUK PENDUGAAN SEBARAN INTRUSI AIR LAUT DI KELURAHAN KLEGO KOTA PEKALONGAN

REVISI, PEMODELAN FISIKA APLIKASI METODE GEOLISTRIK KONFIGURASI SCHLUMBERGER UNTUK INVESTIGASI KEBERADAAN AIR TANAH

PRISMA FISIKA, Vol. III, No. 3 (2015), Hal ISSN :

Gambar 3.1 Lokasi lintasan pengukuran Sumber: Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI)

ANALISA RESISTIVITAS BATUAN DENGAN MENGGUNAKAN PARAMETER DAR ZARROUK DAN KONSEP ANISOTROPI

POSITRON, Vol. VI, No. 2 (2016), Hal ISSN :

Muhammad Kadri and Eko Banjarnahor Jurusan Fisika, FMIPA Universitas Negeri Medan ABSTRAK. Kata Kunci: metode resistivitas, XRD, dan batu kapur.

Pengaruh Kadar Air Tanah Lempung Terhadap Nilai Resistivitas/Tahanan Jenis pada Model Fisik dengan Metode ERT (Electrical Resistivity Tomography)

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

PENERAPAN FORWARD MODELING 2D UNTUK IDENTIFIKASI MODEL ANOMALI BAWAH PERMUKAAN

ρ i = f(z i ) (1) V r = ρ ii 2π ρ a = K V AB 2

APLIKASI METODE GEOLISTRIK RESISTIVITAS KONFIGURASI SCHLUMBERGER UNTUK IDENTIFIKASI AKUIFER DI KECAMATAN PLUPUH, KABUPATEN SRAGEN

MENENTUKAN LITOLOGI DAN AKUIFER MENGGUNAKAN METODE GEOLISTRIK KONFIGURASI WENNER DAN SCHLUMBERGER DI PERUMAHAN WADYA GRAHA I PEKANBARU

Dinas Pertambangan dan Energi Provinsi Sumatera Barat, Jalan Jhoni Anwar No. 85 Lapai, Padang 25142, Telp : (0751)

Identifikasi Bidang Patahan Sesar Lembang dengan Metode Electrical Resistivity Tomography untuk Mitigasi Bencana Gempa Bumi dan Longsor

PENERAPAN METODE RESISTIVITAS UNTUK IDENTIFIKASI PENYEBAB RAWAN LONGSOR PADA DAERAH ALIRAN SUNGAI BRANTAS KECAMATAN SUKUN KOTA MALANG

Nurun Fiizumi, Riad Syech, Sugianto.

Jurnal Fisika Unand Vol. 2, No. 2, April 2013 ISSN

PENERAPAN GEOLISTRIK RESISTIVTY 2D DAN BANTUAN PROGRAM GEOSOFT UNTUK ESTIMASI SUMBERDAYA ANDESIT DI PT. MDG KULONPROGO DIY

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 5 Mei 2015, mulai dari pukul

ANALISIS DATA GEOLISTRIK UNTUK IDENTIFIKASI PENYEBARAN AKUIFER DAERAH ABEPURA, JAYAPURA

INVESTIGASI LAPISAN BEDROCK DENGAN MENGGUNAKAN METODA GEOLISTRIK (Studi Kasus: Gedung Olah Raga Universitas Hasanuddin)

IDENTIFIKASI PENYEBARAN LIMBAH CAIR DENGAN MENGGUNAKAN METODE TAHANAN JENIS 3D (MODEL LABORATORIUM)

ESTIMASI CADANGAN BATU GAMPING DI DESA MELIRANG, KECAMATAN BUNGAH, KABUPATEN GRESIK DENGAN METODE RESISTIVITAS 2-DIMENSI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

*

Rustan Efendi 1, Hartito Panggoe 1, Sandra 1 1 Program Studi Fisika Jurusan Fisika FMIPA, Universitas Tadulako, Palu, Indonesia

UJI NILAI TAHANAN JENIS POLUTAN AIR LAUT DENGAN METODE OHMIK DAN GEOLISTRIK TAHANAN JENIS SKALA LABORATORIUM

BAB I PENDAHULUAN. memiliki kerentanan longsor yang cukup besar. Meningkatnya intensitas hujan

PENENTUAN LITOLOGI BATUAN DAN MUKA AIR TANAH DENGAN METODE GEOLISTRIK KONFIGURASI WENNER SCHLUMBERGER DI DAERAH LANDFILL PLTU LABUHAN ANGIN SIBOLGA

PEMODELAN FISIKA APLIKASI METODE GEOLISTRIK KONFIGURASI SCHLUMBERGER UNTUK INVESTIGASI KEBERADAAN AIR TANAH

APLIKASI METODE GEOLISTRIK RESISTIVITAS 2 DIMENSI UNTUK MENENTUKAN PERSEBARAN AIR TANAH DI DESA GUNUNGJATI KECAMATAN JABUNG KABUPATEN MALANG

BAB III METODE PENELITIAN

ENDAPAN FOSFAT DI DAERAH MADURA

Penyelidikan daerah rawan gerakan tanah dengan metode geolistrik tahanan jenis (studi kasus : longsoran di desa cikukun)

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

POLA ALIRAN AIR BAWAH TANAH DI PERUMNAS GRIYA BINA WIDYA UNRI MENGGUNAKAN METODE GEOLISTRIK KONFIGURASI ELEKTRODA SCHLUMBERGER

IDENTIFIKASI JENIS BATUAN BAWAH PERMUKAAN SEBAGAI KAJIAN AWAL PERENCANAAN PEMBUATAN PONDASI BANGUNAN MENGGUNAKAN METODE RESISTIVITAS

STUDI BIDANG GELINCIR SEBAGAI LANGKAH AWAL MITIGASI BENCANA LONGSOR

IDENTIFIKASI STRUKTUR BAWAH PERMUKAAN JALUR SESAR DI DUSUN PATEN DENGAN METODE GEOLISTRIK KONFIGURASI DIPOLE-DIPOLE

Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. utama, yaitu lempeng Indo-Australia di bagian Selatan, lempeng Eurasia di bagian

IDENTIFIKASI POLA AKUIFER DI SEKITAR DANAU MATANO SOROAKO KAB. LUWU TIMUR Zulfikar, Drs. Hasanuddin M.Si, Syamsuddin, S.Si, MT

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Aplikasi Penginderaan Jauh dan Metode Geolistrik untuk Analisa Potensi Batuan Fosfat (Studi Kasus : Kecamatan Saronggi, Kabupaten Sumenep)

Aplikasi Metode Geolistrik Resistivitas Konfigurasi Wenner Untuk Menentukan Struktur Tanah di Halaman Belakang SCC ITS Surabaya

Bab II Metoda Geolistrik Tahanan Jenis 2D

ANALISIS AIR BAWAH TANAH DENGAN METODE GEOLISTRIK

Interpretasi Bawah Permukaan. (Aditya Yoga Purnama) 99. Oleh: Aditya Yoga Purnama 1*), Denny Darmawan 1, Nugroho Budi Wibowo 2 1

STUDI TAHANAN JENIS BATUAN UNTUK IDENTIFIKASI MINERAL BIJIH BESI DI TEGINENENG LIMAU TANGGAMUS

SURVEI SEBARAN AIR TANAH DENGAN METODE GEOLISTRIK TAHANAN JENIS DI KELURAHAN BONTO RAYA KECAMATAN BATANG KABUPATEN JENEPONTO

PENGOLAHAN DATA GEOLISTRIK PADA EKPLORASI SUMBER AIR TANAH DI KECAMATAN KONGBENG KABUPATEN KUTAI TIMUR DENGAN PERANGKAT LUNAK RES2DINV

Transkripsi:

JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 2, No.1, (2013) 2337-3520 (2301-928X Print) B-9 Analisa Sebaran Fosfat dengan Menggunakan Metode Geolistrik Konfigurasi Wenner- Schlumberger : Studi Kasus Saronggi, Madura Faza Nabeel, Dwa Desa Warnana, dan Ayi Syaeful Bahri Jurusan Fisika, Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111 E-mail: syaeful_b@physics.its.ac.id Abstrak Telah dilakukan penelitian tentang batuan fosfat, yang bertujuan untuk menentukan sebaran serta kualitas batuan fosfat (kadar P 2 O 5 ) di lokasi penelitian yaitu di daerah kecamatan Saronggi kabupaten Sumenep Madura. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode geolistrik konfigurasi Wenner-Schlumberger pada proses pengambilan data lapangan. Pemodelan dan inversi data lapangan dilakukan dengan menggunakan software Res2Dinv. Nilai resistivitas yang terukur dibandingkan dengan hasil pengukuran nilai resistivitas skala laboratorium pada sampel batuan fosfat yang diambil dari lokasi penelitian menggunakan LCR meter. Sedangkan uji kimiawi dilakukan untuk mengetahui kandungan P 2 O 5 pada batuan fosfat yang telah terukur nilai resistivitasnya. Berdasarkan pada hasil pengukuran di laboratorium, didapatkan nilai resistivitas batuan fosfat sebesar 96 Ωm hingga 353 Ωm. Hasil ini nantinya dijadikan sebagai acuan dalam menentukan letak sebaran fosfat pada kontur resistivitas hasil inversi menggunakan Res2Dinv. Kemudian setelah dilakukan uji kimiawi, didapatkan kadar P 2 O 5 sebesar 12,30% hingga 15%. Jadi, batuan fosfat di daerah penelitian dapat digunakan sebagai bahan baku pembuatan pupuk Super Phosphate jenis Single Super Phosphate. Kata Kunci konfigurasi Wenner-Schlumberger, resistivitas, fosfat, kadar P 2 O 5, Saronggi Sumenep. I. PENDAHULUAN ebutuhan akan pupuk di Indonesia semakin meningkat K tiap tahunnya. Kelangkaan pupuk seringkali menganggu kebutuhan dasar para petani di Indonesia, sehingga dampaknya harga pupuk melonjak di pasaran. Permintaan pupuk jenis TSP, ZA dan SP-36 sejak tahun 2003 tidak dapat dipenuhi oleh produksi dalam negeri, sehingga kekurangan pasokan jenis pupuk ini dipenuhi melalui impor. Bahan baku pupuk jenis TSP, SP-36 dan NPK adalah fosfat. Unsur fosfat (P) adalah salah satu nutrisi utama yang sangat penting bagi tanaman di samping Nitrogen (N) dan Kalium (K). Peranan fosfat yang terpenting adalah memacu pertumbuhan akar dan pembentukan sistem perakaran serta memacu pertumbuhan generatif tanaman [1]. Umumnya deposit fosfat alam ditemukan di daerah-daerah yang banyak mengandung kapur. Namun fosfat alam di Indonesia umumnya mempunyai kandungan P yang rendah, sebagian besar kelas D atau E. Artinya kandungannya dibawah 20% dan jumlahnya hanya cocok untuk penambangan kecil. Berdasarkan hasil Survei Explorasi tahun 1968-1985 oleh Direktorat Geologi dan Mineral, Departemen Pertambangan telah ditemukan cadangan fosfat alam yang diperkirakan sebesar 895 ribu t yang tersebar di Pulau Jawa (66%), Sumatera Barat (17%), Kalimantan (8%), Sulawesi (5%), dan sekitar 4% tersebar di Papua, Aceh, Sumatera Utara, dan Nusa Tenggara. Perkiraan cadangan deposit fosfat alam terbesar terdapat di Jawa Timur yaitu di daerah Tuban, Lamongan, Gresik, dan Madura sekitar 313 ribu ton [2]. Dengan mengacu pada kondisi diatas, Oleh karena itu perlu dilakukan suatu studi geofisika agar dapat diketahui sebaran serta potensi fosfat di Jawa Timur, khususnya di daerah Saronggi kabupaten Sumenep Madura. Pada penelitian ini menggunakan metode geolistrik resistivitas dengan konfigurasi elektroda Wenner-Schlumberger. Survei geolistrik dapat digunakan untuk menentukan secara tidak langsung keberadaan dan posisi serta dimensi material geologi di bawah permukaan, kedalaman, ketebalan serta evaluasi endapan. Penelitian ini merupakan survei awal sebagai penunjang dilakukannya eksploitasi lebih lanjut terhadap batuan fosfat. A. Batasan Masalah Batasan masalah pada penelitian ini adalah interpretasi sebaran fosfat pada lokasi penelitian yaitu di daerah Saronggi, Sumenep, Madura. Kemudian dalam proses akuisisi data lapangan menggunakan metode geolistrik konfigurasi Wenner- Schlumberger. Pada proses pengolahan data dilakukan dengan menggunakan Res2Dinv untuk interpretasi persebaran fosfat daerah penelitian. Serta untuk pengukuran nilai resistivitas di laboratorium menggunakan alat LCR meter. B. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk sebagai identifikasi struktur bawah permukaan tanah dengan menggunkan metode geolistrik yang memanfaatkan sifat tahanan jenis, mempelajari nilai tahanan jenis batuan daerah penelitian terutama batuan fosfat dalam skala laboratorium dan lapangan, menentukan persebaran fosfat di daerah penelitian serta menentukan kadar kandungan P 2 O 5.

JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 2, No.1, (2013) 2337-3520 (2301-928X Print) B-10 II. DASAR TEORI A. Fosfat Fosfat adalah unsur dalam suatu batuan beku (apatit) atau sedimen dengan kandungan fosfor ekonomis. Biasanya, kandungan fosfor dinyatakan sebagai bone phosphate of lime (BPL) atau triphosphate of lime (TPL), atau berdasarkan kandunganp 2 O 5.Fosfat apatit termasuk fosfat primer karena gugusan oksida fosfatnya terdapat dalam mineral apatit (Ca 10 (PO 4 ) 6.F 2 ) yang terbentuk selama proses pembekuan magma. Fosfat merupakan satu -satunya bahan galian (diluar air) yang mempunyai siklus, unsur fosfor di alam diserap oleh mahluk hidup, senyawa fosfat pada jaringan mahluk hidup yang telah mati terurai, kemudian terakumulasi dan terendapkan di lautan. Proses terbentuknya endapan fosfat ada tiga, yaitu [3]: 1. Fosfat primer, terbentuk dari pembekuan magma alkalin pada intrusi hidrotermal yang terkadang berasosiasi dengan batuan beku alkalin yang mengandung mineral fosfat apatit. Terutama fluor apatit {Ca 5 (PO 4 ) 3 F}dalam keadaan murni mengandung 42 % P 2 O 5 dan 3,8 % F 2. 2. Fosfat sedimen, merupakan endapan fosfat sedimen yang terendapkan di laut dalam. Endapan laut terbentuk dari hasil penguraian berbagai kehidupan yang ada di laut, atau akibat erosi mineral-mineral yang mengandung fosfat oleh aliran sungai yang kemudian dibawa kelaut dan masuk ke dalam urat-urat batu gamping. Akibat adanya peristiwa geologi, endapan akan terangkat dan membentuk daratan. 3. Fosfat guano, merupakan hasil akumulasi sekresi hewanhewan darat, burung pemakan ikan dan kelelawar yang terlarut dan bereaksi dengan batu gamping karena pengaruh air hujandan air tanah [3]. B. Sifat Kelistrikan Batuan Batuan merupakan suatu materi yang mempunyai sifat sifat kelistrikan. Sifat listrik ini merupakan karakteristik dari batuan tersebut yang besarnya sangat bergantung dari media pembentuk batuan tersebut. Sifat listrik ini dapat berasal dari alam itu sendiri yang akan muncul jika terjadi gangguan kesetimbangan atau dengan sengaja dimasukkan arus listrik ke dalam batuan sehingga terjadi ketidakseimbangan muatan di dalamnya [4]. C. Teori Potensial Listrik Hukum yang dapat menjelaskan mengenai hambatan adalah hukum Ohm. Hambatan listrik material biasanya dinyatakan dengan tahanan jenis atau resistivitas. Untuk selanjutnya digunakan istilah resistivitas untuk tahanan jenis. Jika suatu material mempunyai hambatan (R) dengan panjang (l) dan luas (A), maka harga resistivitas ( ) dirumuskan ; RA/l atau R l / A (1) dinyatakan dalam ohm meter (Ωm), R dalam ohm (Ω), l dalam meter dan A dalam meter persegi (m 2 ). D. Elektroda Arus Pada Medium Homogen Pada prakteknya arus listrik dimasukkan melalui elektroda C 1 dan C 2. sedangkan beda potensial diukur dengan elektroda potensial P 1 dan P 2 yang terletak antara C 1 dan C 2 (Gambar1). Susunan elektroda arus ganda di permukaanmedium homogen ditunjukkan dalam gambar 1 di bawah ini : Gambar 1. Susunan elektroda ganda di permukaan untuk model mediumhomogen. Gambar 2. Distribusi potensial dan aliran arus oleh sumber arus ganda di permukaan Sehingga beda potensial pada P 1 akibat arus yang diinjeksikan pada C 1 dan C 2 didapatkan persamaan sebagai berikut ; I 1 1 V P 1 ( ) (2) 2 r1 r2 dan beda potensial di P 2 dirumuskan sebagai berikut ; I 1 1 V P 2 ( ) (3) 2 r3 r4 sehingga bisa kita dapatkan beda potensial antara P 1 dan P 2 dari persamaan (2) dan (3) sebagai berikut ; I 1 1 1 1 V 2 r1 r2 r3 r4 atau dapat ditulis KV / I 1 1 1 1 1 dimana K = 2 r1 r2 r3 r (4) 4 K adalah faktor geometri yang besarnya sangat tergantung dari jarak antar elektroda yang digunakan dalam pengolahan data. Gambar 2 adalah ilustrasi penjalaran arus oleh dua elektroda arus dalam media homogen dengan titik sounding berada di tengah elektroda arus. Pada gambar 2 di atas, garis aliran arus dan bidang equipotensial pada C1 terdistorsi akibat adanya penjalaran arus pada C2. Dalam medium yang homogen isotropis, besar potensial adalah konstan dan simetris terhadap elektroda. Akibat pengaruh arus pada elektroda C2, maka bidang equipotensial yang terbentuk akan semakin berbentuk tidak setengah bola silinder. Jika jarak antar elektroda C1 dan C2 diperbesar, maka equipotensial bernilai lebih kecil dari setengah permukan bola silinder.

JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 2, No.1, (2013) 2337-3520 (2301-928X Print) B-11 Gambar 3. Pengukuran Resistivitas 2D dengan Konfigurasi Elektroda Wenner-Schlumberger. Gambar 5. Diagram alir pelaksanaan penelitian Gambar 4. Peta Geologi Sumenep (Situmorang, 1992). Qa merupakan daerah endapan alluvium, Qpp daerah formasi Pamekasan, Tpm daerah formasi Madura, Tmp daerah formasi Pasean, Tmb daerah formasi Bulu, Tmtn daerah formasi Ngrayong dan Tmtmerupakan daerah Formasi Tawun. Bila mediumnya tidak homogen isotropi, maka resistivitasnya disebut resistivitas semu. Dengan menggunakan susunan elektroda tertentu maka harga K (persamaan 4) dapat diketahui. Sehingga beda potensial dan arus yang dialirkan dapat diukur. Dengan demikian resistivitas semu dapat dihitung. E. Konfigurasi Wenner-Schlumberger Konfigurasi ini merupakan gabungan antara konfigurasi Wenner dan konfigurasi Schlumberger. Konfigurasi Wenner- Sclumberger mempuyai penetrasi maksimum kedalaman 15% lebih baik dari konfigurasi Wenner. Faktor geometri dari konfigurasi elektroda Wenner- Schlumberger adalah : K = n (n + 1) a (5) Dimana a adalah jarak antara elektroda P1 dan P2, serta r adalah perbandingan antara jarak elektroda C1 P1 dengan P1 P2. Nilai reistivitas semu dirumuskan : ρ. (6) Berdasarkan pada gambar 4, peta geologi Lembar Waru Sumenep [5], daerah penelitian termasuk dari bagian Cekungan Jawa Timur utara. Tataan stratigrafinya dari tua ke muda adalah Formasi Tawun, Formasi Ngrayong, Formasi Bulu, Formasi Pasean, Formasi Madura, Formasi Pamekasan, dan Aluvium. III. METODOLOGI Pada penelitian ini,tahap pertama yang dilakukan adalah kajian literatur seperti : buku, internet, jurnal dan sebagainya. Tahap kedua yaitu melakukan survei geologi dan morfologi daerah penelitian, merencanakan bentuk lintasan yang akan digunakan. Tahapan selanjutnya adalah pengambilan data. Pengambilan data dibagi menjadi dua bagian. Yang pertama yaitu pengambilan data di laboratorium, meliputi analisa kimiawi batuan fosfat dan pengambilan data resistivitas sampel batuan. Kemudian yang kedua adalah pengambilan data di lapangan. Setelah itu tahap pengolahan data dan tahapterakhir adalah interpretasidata dari hasil yang diperoleh di lapangan. Adapun diagram alirnya sebagai berikut: IV. ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN A. Hasil Pengukuran Resistivitas di Laboratorium Pada proses pengukuran pada sampel batuan, sampel batuan yang telah diambil dari lokasi penelitian (Saronggi,Sumenep) selanjutnya diukur nilai resistivitasnya dan diuji kadar P 2 O 5 di laboratorium. Untuk pengukuran nilai resistivitasnya, pengukuran sampel batuan telah dilakukan terhadap 10 sampel batuan yang berbeda. Pengukuran dilakukan dengan menggunakan alat Automatic LCR meter Fluke and Philips The T&M Alliance PM 6303. Hasil pengukuran sampel di laboratorium dapat dilihat pada Tabel 1. Dari hasil pengukuran nilai resistivitas tersebut akan dijadikan dasar untuk interpretasi persebaran fosfat pada pengolahan data lapangan.

JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 2, No.1, (2013) 2337-3520 (2301-928X Print) B-12 Tabel 1. Hasil Pengukuran Resistivitas Sampel Batuan No Kode A (m 2 ) L (m) R (ohm) ρ (Ωm) 1 Sampel 1 0,000121 0,015 22410 180,774 2 Sampel 2 0,00013 0,023 62494 353,2269 3 Sampel 3 0,000156 0,022 27578 195,553 4 Sampel 4 0,000224 0,022 9488,6 96,6112 5 Sampel 5 0,00021 0,02 18030 189,315 6 Sampel 6 0,000196 0,023 141772 1208,144 7 Sampel 7 0,00018 0,02 73150 658,35 8 Sampel 8 0,000156 0,023 102918 698,0525 9 Sampel 9 0,00018 0,029 263260 1634,027 10 Sampel 10 0,00021 0,028 227220 1704,15 Gambar 6. Pemodelan penampang 2D lintasan 1 Tabel 2. Hasil Uji Kimiawi Kadar P 2 O 5 Pada Sampel Batuan No Kode ρ (Ωm) Kadar P 2 O 5 (%) 1 sampel 1 180,774 14,90 2 sampel 2 353,2269 14,40 3 sampel 3 195,553 12,30 Gambar 7.Pemodelan penampang 2D lintasan 2 Selanjutnya dilakukan Analisa kimiawi. Analisa ini dilakukan terhadap 3 sampel batuan fosfat yang telah diukur nilai resistivitasnya. Metode yang digunakan adalah spektrofotometer. Uji ini dilakukan untuk mengetahui kandungan fosfat khususnya P 2 O 5 dalam satuan % berat. Kandungan P 2 O 5 pada batuan fosfat dapat dilihat pada tabel 2. Sampel batuan pertama sampai sampel batuan kelima merupakan batuan fosfat sedangkan lima batuan lainnya merupakan batuan selain fosfat (limestone dan lempung pasiran), yang nantinya nilai dari resistivitas batuan tersebut digunakan sebagai pembanding dari nilai sampel batuan fosfat yang telah diukur. B. Pengolahan Data Lapangan Setelah dilakukan pengambilan data geolistrik di lapangan menggunakan metode Wenner-Schlumberger, selanjutnya data diolah dengan menggunakan software Res2Dinv untuk mendapatkan tampilan 2 dimensi kontur resistivitas dari lapisan bawah permukaan tanah. Tampilan 2 dimensi yang dihasilkan tediri dari 3 kontur isoresistivitas pada penampang kedalaman semu (Pseudoseph Resistivity). Penampang pertama adalah measure apparent resistivity yang menunjukkan kontur resistivitas semu hasil pengukuran, penampang kedua menunjukkan kontur resistivitas semu dari hasil perhitungan (calculated apparent resistivity), dan penampang yang ketiga adalah inverse model resistivitysection yang menggambarkan kontur resistivitas sebenarnya (true resistivity) setelah melalui permodelan inversi. Berikut model kontur resistivitas hasil inversi menggunakan Res2Dinv pada tiap-tiap lintasan: Gambar 8. Pemodelan penampang 2D lintasan 3 Gambar 9.Pemodelan penampang 2D lintasan 4 Gambar 10. Pemodelan penampang 2D lintasan 5 Gambar 11. Pemodelan penampang 2D lintasan 6

JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 2, No.1, (2013) 2337-3520 (2301-928X Print) B-13 Gambar 12. Pemodelan penyebaran fosfat pada Petak A. Gambar 14. Peta sebaran fosfat pada Garmin MapSource Gambar 13. Pemodelan penyebaran fosfat pada Petak B. Setelah didapatkan hasil pemodelan pada penampang resistivitas 2D pada masing-masing lintasan (gambar 6 gambar 11), ditunjukkan bahwa anomali dengan nilai resistivitas rendah mempunyai nilai resistivitas antara 101Ωm hingga 396 Ωm yang digambarkan dengan warna hijau, biru kehijauan dan biru muda pada model penanmpang 2D nilai resistivitas. Letak anomali berada pada kedalaman 1,5 hingga 15 meter. Sedangkan anomali dengan nilai resistivitas tinggi, dengan nilai resistivitas antara 1027 Ωm hingga 8000 Ωm yang diinterpretasikan dengan warna coklat dan coklat kemerahan. C. Pembahasan Setelah semua data telah didapat, kemudian dilakukan pengolahan data lapangan dengan menggunakan software Res2Dinv. Selanjutnya dilakukan interpretasi data untuk menentukan pendugaan sebaranfosfat.interpretasi ini didasarkan pada karakteristik atau kecenderungan harga resistivitas yang diperoleh dari permodelan dengan menggunakan software Res2Dinv dan nilai resistivitas hasil pengukuran pada sampel batuan fosfat skala laboratorium sebagai acuan. Untuk menunjang interpretasi hasil pengolahan data resistivitas software Res2Dinv, harus dilakukan korelasi terhadap hasil pengukuran di laboratorium dan pengukuran resistivitas batuan fosfat di lapangan, serta data-data geologi yang ada. Berdasarkan pada hasil pengukuran nilai resistivitas di laboratorium pada 5 sampel batuan fosfat yang diambil dari lokasi penenitian, didapatkan nilai resistivitas batuan fosfat antara 96,611 Ωm hingga 353,226 Ωm. Hasil tersebut nantinya digunakan sebagai acuan dalam menunjukkan sebaran fosfat pada penampang resistivitas 2D hasil pengukuran di lapangan. Kemudian dilakukan korelasi terhadap hasil pengukuran skala laboratorium dengan hasil pengukuran skala lapangan. Sehingga bisa didapatkan sebaran fosfat di lokasi penelitian. Berdasarkan dari model penampang 2D dari hasil pengolahan data lapangan menggunakan software Res2Dinv, menunjukkan bahwa pada nilai resistivitas tersebut (hasil pengukuran di laboratorium) digambarkan dengan warna hijau, biru kehijauan dan biru muda. Dengan letak pada penampang resistivitas 2D berada pada kedalaman 1,5 hingga 15 meter. Sedangkan anomali dengan nilai resistivitas tinggi, dengan nilai resistivitas antara 1027 Ωm hingga 8000 Ωm yang diinterpretasikan dengan warna coklat dan coklat kemerahan. Yang diindikasikan sebagai batu gamping (limestone). Berdasarkan pada literatur yang telah ada, nilai resistivitas batu gamping berkisar antara50 Ωm hingga 4x10 2 Ωm [6]. D. Persebaran Batuan Fosfat Berdasarkan dari hasil penampang kontur resistivitas tiap-tiap lintasan, kemudian masing-masing penampang dikorelasikan menurut petak lokasi penelitiannya. Petak A meliputi lintasan 1 dan lintasan 2. Sedangkan petak B meliputi lintasan 3, lintasan 4, lintasan 5 dan lintasan 6. Dari pemodelan tersebut diperoleh tiga buah persebaran batuanfosfat pada area penelitian. Satu sebaran di petak A (gambar 12), dan dua sebaran di petak B (gambar 13). Pada petak A terdapat sebuah sebaran yang memotong lintasan 1 dan lintasan 2 dengan arah sebaran ke arah timur. Sedangkan pada petak B terdapat 2 buah sebaran, sebaran pertama memotong lintasan 3, lintasan 4, lintasan5 dan lintasan 6 dengan arah sebaran ke arah barat daya. Sebaran kedua memotong lintasan 4, lintasan 5 dan lintasan 6 dengan arah sebaran mengarah ke barat daya. Berikut pola sebaran fosfat dapat dilihat dari Garmin map source (Gambar 14).

JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 2, No.1, (2013) 2337-3520 (2301-928X Print) B-14 V. KESIMPULAN Kesimpulan yang bisa diambil berdasarkan hasil pengukuran, pengolahan data dan pembahasan pada penelitian ini adalah: 1. Harga resistivitas batuan fosfat berdasarkan hasil pengukuran dilaboratorium adalah 96,6112Ωm hingga 353,2269 Ωm. Hasil ini kemudian dijadikan sebagai acuan dalam menentukan sebaran fosfat pada kontur resistivitas penampang 2D hasil pengukuran di lapangan. 2. Pada area penelitian ditemukan 3 buah sebaran batuan fosfat. Sebaran pertama terletak pada petak A, yang memotong lintasan 1 dan 2 dengan arah sebaran ke barat. Sedangkan sebaran kedua dan ketiga terletak pada petak B. Sebaran kedua memotong lintasan 3, lintasan 4, lintasan 5 dan lintasan 6, dan sebaran ketiga memotong lintasan 4, lintasan 5 dan lintasan 6 dengan arah sebaran (sebaran 2 dan 3) ke barat daya. 3. Berdasarkan hasil analisa kimiawi pada 3 sampel batuan fosfat, diketahui nilai kandungan P 2 O 5 masing-masing sampel adalah sebesar 14,90%; 14,40% dan 12,30%. UCAPAN TERIMA KASIH Terima kasih kepada kedua orang tua, dosen pembimbing Dr.A.Syaeful Bahri, S.Si, MT, Bapak Dwa Desa Warnana, S.Si, M,Si, dan teman-teman yang telah membantu penelitian ini.terima kasih kepada Geoadvance dan Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya atas fasilitas yang telah ada. Terima kasih juga kepada orang-orang yang telah mendukung penelitian ini, sehingga penelitian ini dapat terselesaikan. DAFTAR PUSTAKA [1] P. Lingga, Hakim. Petunjuk Penggunaan Pupuk. Penebar Swadaya, Jakarta, (1986). [2] M. Sediyarso, Fosfat Alam sebagai Bahan Baku dan Pupuk Fosfat. Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat, Bogor, (1999). [3] Adiningsih, S. Rochayati, M. Sediarso, dan A. Kasno. Prospek Penggunaan Pupuk Fosfat Alam untuk Budidaya Pertanian Tanaman Pangan. disajikan dalam Seminar, (1997). [4] M.B. Dobrin, Introduction to Geophysical Prospecting, New York: McGraw-Hill, (1981). [5] R. L. Situmorang, D.A. Agustianto, dan M. Suparman, Geologi Lembar Waru Sumenep, Skala 1:1.00.000.Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi, Bandung, (1992). [6] M.H. Loke and R. D. Barker, Rapid Least-Squares Inversion of Apparent Resistivity Pseudosection by A Quasi-Newton Method, Geophysical Prospecting, 44, (1996) 131-152.