LAPORAN KEMAJUAN INSENTIF RISET

dokumen-dokumen yang mirip
LAPORAN KEMAJUAN INSENTIF RISET

LAPORAN PRA SURVEI KEGIATAN INSENTIF RISET

Badan Koordinasi Survei dan Pemetaan Nasional 2012

PEMETAAN RISIKO BENCANA PADA DAERAH PARIWISATA KABUPATEN LOMBOK BARAT, NUSA TENGGARA BARAT

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

LAMPIRAN III LAPORAN FORM A, B, C DAN D

RENCANA AKSI PENGURANGAN RESIKO BENCANA KABUPATEN SUMBAWA ( 2016 S/D 2021 )

KERANGKA ACUAN KERJA (KAK) PEMBENTUKAN DESA TANGGUH BENCANA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN BOYOLALI TAHUN ANGGARAN 2015

IDENTIFIKASI ATRIBUT DATA SPASIAL KAWASAN RAWAN BENCANA SIGDa LOMBOK BARAT

Pengembangan Sumberdaya Ekowisata Bahari Berbasis Masyarakat di Lombok Barat

PENGEMBANGAN SUMBERDAYA EKOWISATA BAHARI BERBASIS MASYARAKAT DI LOMBOK BARAT

LAPORAN KEMAJUAN KEGIATAN PKPP

BAB I PENDAHULUAN. yaitu Lempeng Euro-Asia dibagian Utara, Lempeng Indo-Australia. dibagian Selatan dan Lempeng Samudera Pasifik dibagian Timur.

U R A I A N BELANJA BELANJA TIDAK LANGSUNG 10,262,024, BELANJA LANGSUNG 9,414,335,000.00

BAB I PENDAHULUAN. strategis secara geografis dimana letaknya berada diantara Australia dan benua Asia

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Barat, Kabupaten Lombok Tengah, Kabupaten Lombok Utara, Kabupaten Lombok

LAPORAN KEMAJUAN PENERAPAN GREEN COMPUTING DI PROVINSI JAWA BARAT

BAB I P E N D A H U L U A N

Laporan Kemajuan INSENTIF PENINGKATAN KEMAMPUAN PENELITI DAN PEREKAYASA MODEL PERMUKIMAN BERBASIS EC0-SETTLEMENTS

PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PENANGANAN KAWASAN BENCANA ALAM DI PANTAI SELATAN JAWA TENGAH

PENGEMBANGAN POTENSI WISATA ALAM KABUPATEN TULUNGAGUNG DENGAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS

Finalisasi RENCANA AKSI PENGURANGAN RESIKO BENCANA KOTA MATARAM TAHUN KALENDER : JANUARY - DECEMBER 2016

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

FORM D A. URAIAN KEGIATAN

BAB VII KESIMPULAN DAN REKOMENDASI KEBIJAKAN

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

DAFTAR ISI. Tabel SD-1 Luas Wilayah Menurut Penggunaan Lahan Utama Tabel SD-2 Luas Kawasan Hutan Menurut Fungsi/Status... 1

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia dengan keadaan geografis dan kondisi sosialnya berpotensi rawan

INSTRUKSI GUBERNUR JAWA TENGAH

KEDEPUTIAN PENCEGAHAN DAN KESIAPSIAGAAN BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN BENCANA

BAB I PENDAHULUAN. hidrologis dan demografis, merupakan wilayah yang tergolong rawan bencana,

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS

KATA PENGANTAR RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN PACITAN

BAB I PENDAHULUAN. mengakibatkan terjadinya kerusakan dan kehancuran lingkungan yang pada akhirnya

BUPATI TRENGGALEK SALINAN PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 62 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN REHABILITASI DAN REKONSTRUKSI PASKA BENCANA

REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL

DAFTAR ISI 1. PENDAHULUAN.5 2. MENGENAL LEBIH DEKAT MENGENAI BENCANA.8 5W 1H BENCANA.10 MENGENAL POTENSI BENCANA INDONESIA.39 KLASIFIKASI BENCANA.

BAB I PENDAHULUAN. positif yang cukup tinggi terhadap pendapatan negara dan daerah (Taslim. 2013).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Jenis Bencana Jumlah Kejadian Jumlah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang

EXECUTIVE SUMMARY PROGRAM INSENTIF PENINGKATAN KEMAMPUAN PENELITI DAN PEREKAYASA (IPKPP) TAHUN ANGGARAN 2012

PERAN BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH DALAM PENGUATAN KOORDINASI PENANGGULANGAN BENCANA DAN PENGANGGARAN BTT

PERATURAN DAERAH KOTA BANJARBARU NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG PEMBENTUKAN, ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KOTA BANJARBARU

BAB I PENDAHULUAN. sehingga masyarakat yang terkena harus menanggapinya dengan tindakan. aktivitas bila meningkat menjadi bencana.

xvii Damage, Loss and Preliminary Needs Assessment Ringkasan Eksekutif

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 70 TAHUN 2012 TENTANG

IDENTIFIKASI POTENSI DAN PEMETAAN SUMBERDAYA PULAU-PULAU KECIL

METODE PENELITIAN Kerangka Pemikiran Ruang Lingkup Penelitian

SLHD Provinsi DKI Jakarta Tahun 2015

BAB I PENDAHULUAN. repository.unisba.ac.id

RANCANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI,

BAB I PENDAHULUAN. Daerah dan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan

PROCEEDING KEGIATAN PENYELENGGARAN PRA FOCUS GROUP DISCUSSION (PRA FGD 3) RPKPP KABUPATEN JOMBANG

PENGEMBANGAN MODA ALTERNATIF ANGKUTAN WISATA DI BALI DAN LOMBOK

PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KENDAL NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN PENANGGULANGAN BENCANA DI KABUPATEN KENDAL

ARTIKEL STRATEGI PENANGANAN KEBENCANAAN DI KOTA SEMARANG (STUDI BANJIR DAN ROB) Penyusun : INNE SEPTIANA PERMATASARI D2A Dosen Pembimbing :

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2011 NOMOR 32 SERI E

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 4 TAHUN 2016 SERI D.4 PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI PURBALINGGA PERATURAN BUPATI PURBALINGGA NOMOR 26 TAHUN 2011 TENTANG PENJABARAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH

PENERAPAN KERANGKA KERJA BERSAMA SEKOLAH AMAN ASEAN UNTUK PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN DI INDONESIA

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 4 Tahun : 2011 Seri : D

PROCEEDING KEGIATAN PENYELENGGARAN FOCUS GROUP DISCUSSION (FGD 2) RPKPP KABUPATEN JOMBANG

BAB 1 PENDAHULUAN. Secara geografis, geologis, hidrologis, dan sosio-demografis, Indonesia

Strategi Sanitasi Kabupaten Malaka

LAPORAN KEMAJUAN PENELITIAN PKPP RISTEK TA. 2012

Bencana terkait dengan cuaca dan iklim [Renas PB ]

PROGRAM PRIORITAS FORUM KERJASAMA DAERAH MITRA PRAJA UTAMA TAHUN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PELAKSANAAN PROGRAM Bidang Pencegahan dan Kesiapsiagaan

PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 9 TAHUN 2011 TENTANG PENJABARAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

MITIGASI BENCANA ALAM TSUNAMI BAGI KOMUNITAS SDN 1 LENDAH KULON PROGO. Oleh: Yusman Wiyatmo ABSTRAK

PENGEMBANGAN MODEL PENCEGAHAN PENULARAN HIV DAN AIDS DALAM KONTEKS PENGELOLAAN SEKTOR PARIWISATA

BUPATI LOMBOK BARAT PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT KEPUTUSAN BUPATI LOMBOK BARAT

BUPATI ALOR PERATURAN BUPATI ALOR NOMOR 19 TAHUN 2013 TENTANG PEMBENTUKAN BADAN PENGELOLA KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN DAERAH

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gambar 1.1 Gambar 1.1 Tabel 1.1

PROCEEDING KEGIATAN PENYELENGGARAN PRA FOCUS GROUP DISCUSSION (PRA FGD 2) RPKPP KABUPATEN JOMBANG

W A L I K O T A Y O G Y A K A R T A

BAB I PENDAHULUAN. lempeng raksasa, yaitu Lempeng Eurasia, Lempeng Indo-Australia, dan

LAMPIRAN. Kuesioner Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Becana Nomor 1 Tahun 2012 Tentang Pedoman Umum Desa/Kelurahan Tangguh Bencana

PERAN PEMERINTAH KOTA DALAM ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM

Peneliti Utama Anggota

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 64 TAHUN 2010 TENTANG MITIGASI BENCANA DI WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL

1. Melibatkan masyarakat 1.1 Pengenalan karakter umum dan

BAB I PENDAHULUAN. Suatu bencana alam adalah kombinasi dari konsekuensi suatu resiko alami

PERATURAN DAERAH KOTA KUPANG NOMOR 6 TAHUN 2010 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KOTA KUPANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LEBAK

BAB V KESIMPULAN, SARAN, DAN KETERBATASAN. 1.1 Kesimpulan. Dari hasil analisis data dan pembahasan dapat diambil kesimpulan sebagai

METODE PENELITIAN. Lokasi dan Waktu Penelitian

PEMERINTAH KABUPATEN NUNUKAN

BAB I PENDAHULUAN. subduksi yaitu pertemuan Lempeng Indo-Australia dengan Lempeng

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Transkripsi:

LAPORAN KEMAJUAN INSENTIF RISET PENGURANGAN RISIKO BENCANA PADA DAERAH PARIWISATA DI KABUPATEN LOMBOK BARAT, NUSA TENGGARA BARAT Peneliti Utama : Mone Iye Cornelia M., M.Sc. Produk Target: 9.03.04 Kajian Strategi Pengembangan Budaya Sadar Lingkungan Bagi Masyarakat Jenis Insentif : PROGRAM RISET TERAPAN BALAI PENELITIAN GEOMATIKA BADAN KOORDINASI SURVEI DAN PEMETAAN NASIONAL Jl. Raya Jakarta Bogor Km 46 Cibinong 16911 Telepon/Fax.: (021) 87906041

BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia dikenal sebagai negara kepulauan yang memiliki garis pantai sepanjang kurang lebih 81,000 km, ditambah lagi dengan keanekaragaman hayati yang terkandung baik didarat maupun di laut, merupakan modal dasar yang tak ternilai bagi bangsa Indonesia. Dengan pantai yang mempunyai keindahan alam tropis ini akan menjadi daya tarik wisata yang luar biasa bagi para wisatawan baik domestik maupun manca negara. Sektor pariwisata menurut John Naisbitt (1994), dalam bukunya Global Paradox, merupakan salah satu industri besar yang akan berkembang pada abad millenium ke 3 ini, setelah telekomunikasi dan transportasi. Sektor pariwisata telah menjadi roda penggerak utama bagi pertumbuhan sosial maupun ekonomi dunia. Provinsi Nusa Tenggara Barat terkenal dengan daerah tujuan wisata baik wisata alam maupun budaya. Wisata pesisir di Pantai Senggigi telah terkenal hingga ke manca negara dan merupakan salah satu lokasi tujuan wisata di Nusa Tenggara Barat. Pemandangan bawah lautnya sangat indah dan wisatawan bisa melakukan snorkeling di lokasi tersebut. Selain dikenal sebagai daerah tujuan wisata, Provinsi Nusa Tenggara Barat juga dikenal sebagai daerah yang rawan terhadap bencana alam seperti gempa bumi, tsunami, tanah longsor, banjir dsb. Kejadian bencana dapat menghancurkan properti dan mengambil banyak korban (nyawa) manusia. Sejarah menunjukkan bahwa industri pariwisata juga mengalami dampak yang signifikan akibat kejadian bencana (Sharpley, 2005). Seringkali kejadian bencana mengakibatkan penurunan jumlah wisatawan yang datang ke daerah tersebut akibat ketakutan para wisatawan terhadap suatu bencana. Hal ini tidak mengherankan karena menurut World Tourism Organization (2003), faktor keamanan merupakan faktor utama pertimbangan para wisatawan untuk memilih tempat tujuan wisata. Untuk itu, sebagai wilayah yang secara geografis termasuk rawan bencana, maka diperlukan perencanaan dan pengelolaan wilayah pariwisata yang mempertimbangkan aspek kebencanaan.hal ini sejalan dengan program MP3EI yang mengamanatkan bahwa provinsi NTB berada dalam koridor yang sama dengan Provinsi Bali dan NTT yang memprioritaskan pembangunan di bidang pariwisata. Saat ini wacana manajemen risiko bencana untuk sektor pariwisata sudah banyak dikembangkan. Manajemen risiko ini membutuhkan peta tematik kebencanaan sebagai informasi kebencanaan spasial. Peta tematik kebencanaan ini juga merupakan informasi yang sangat dibutuhkan dalam perencanaan dan pelaksanaan kegiatan pariwisata. Dari peta tematik kebencanaan tersebut nantinya dapat digunakan oleh badan kebencanaan di tingkat lokal maupun nasional serta para pelaku pariwisata di daerah yang bersangkutan untuk menyusun rencana aksi dalam rangka mitigasi bencana. Tujuan dari penelitian ini yaitu melakukan kajian dan pemetaan kebencanaan untuk mendukung pembuatan rencana aksi bencana di daerah pariwisata. Sedangkan sasarannya adalah untuk memberi masukan kepada pemerintah dan masyarakat yang bergerak di sektor pariwisata dan meningkatkan kapasitas masyarakat dalam rangka pengurangan risiko bencana di lokasi penelitian.

1.2 Pokok Permasalahan Pokok permasalahan yang mendasari pelaksanaan penelitian ini adalah: a. Banyak peta tematik bencana dibuat tapi tidak disosialisasikan kepada masyarakat. b. MP3EI wilayah Nusa Tenggara Barat yang menjadikan NTB sebagai koridor yang memprioritaskan pembangunan di bidang Pariwisata. c. Pariwisata di Kabupaten Nusa Tenggara Barat merupakan sumber potensi bagi pemasukan daerah dan merupakan pilar ekonomi utama. Posisi geografis Pulau Lombok yang termasuk dalam zona bencana merupakan bahan pertimbangan dalam pelaksanaan manajemen risiko bencana. Dengan demikian, sebagai penelitian terapan maka yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimana sebaran wilayah risiko bencana di daerah pariwisata dapat dipetakan dengan menggunakan teknologi SIG. 1.3 Metodologi Pelaksanaan a. Lokus Kegiatan Penelitian ini akan dilakukan di Kabupaten Lombok Barat, Nusa Tenggara Barat. Kabupaten Lombok Barat terletak antara 115 o 46-116 o 28 Bujur Timur dan 8 o 12 8 o 55 Lintang Selatan, dengan batas wilayah: Sebelah Barat : Selat Lombok dan Kota Mataram Sebelah Timur : Kabupaten Lombok Tengah Sebelah utara : Kabupaten Lombok Utara Sebelah Selatan : Samudera Indonesia Lombok Barat dipilih sebagai lokasi penelitian dikarenakan kondisi wilayahnya yang sesuai untuk pelaksanaan kegiatan penelitian ini. Dari segi pariwisata, Kabupaten Lombok Barat terletak pada Segi Tiga Emas Daerah Tujuan Wisata di Indonesia, yaitu disebelah Barat adalah Pulau Bali, disebelah Utara adalah Tana Toraja dan disebelah Timur adalah Pulau Komodo. Disamping itu Kabupaten Lombok Barat sangat didukung oleh kekayaan alam serta keanekaragaman budaya sebagai aset wisata. Dari segi kebencanaan, Kabupaten Lombok Barat memiliki tingkat kerawanan bencana yang cukup tinggi yaitu menduduki peringkat 17 dalam hal peringkat rawan bencana nasional (BNPB, 2011), sedangkan datadata spasial yang dibutuhkan guna mitigasi bencana masih sangat kurang. Sehingga diharapkan melalui penelitian ini dapat dihasilkan data-data spasial yang dapat digunakan sebagai masukan perencanaan terkait kebencanaan di wilayah tersebut. Lokasi penelitian akan difokuskan di Kabupaten Batulayar dengan pertimbangan sebagian besar wisata yang telah dikembangkan oleh Kabupaten Lombok Barat terletak pada wilayah ini.

Gambar 1. Peta Lokasi Kegiatan Riset PKPP b. Fokus Kegiatan Kegiatan ini difokuskan pada kegiatan penyusunan peta risiko bencana sebagai bentuk pelaksanaan mitigasi bencana guna meminimalkan risiko yang mungkin timbul dari bencana alam di daerah Lombok Barat dilihat dari perspektif pariwisata. c. Bentuk Kegiatan Bentuk kegiatan yang dilaksanakan dalam penelitian ini adalah berupa diskusi internal di lingkungan RISTEK khususnya koridor ekonomi V (Bali dan Nusa Tenggara) bidang pariwisata, diskusi intern para peneliti di BAKOSURTANAL/BIG melalui monitoring kegiatan, koordinasi dengan pemerintah lokal yang terkait seperti Bappeda Kabupaten Lombok Barat, Dinas Pariwisata Kabupaten Lombok Barat, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Lombok Barat, dan BPS Kabupaten Lombok Barat, pelaksanaan survei lapangan untuk pengumpulan data primer sekaligus verifikasi data citra satelit, Focus Group Discussion (FGD) dengan instansi pemerintah daerah dan para pemangku kepentingan di sektor pariwisata seperti para pengusaha hotel/losmen/penginapan, rumah makan, dll, serta sosialisasi guna mendesiminasikan hasil kegiatan yang telah dicapai. 1.4 Tahapan Pelaksanaan Kegiatan Pelaksanaan kegiatan penelitian ini dibagi atas beberapa tahap, yaitu: 1) Pengumpulan data

Data yang dikumpulkan berupa data demografi, RTRW, data spasial seperti peta-peta terkait dengan kebencanaan akan dikumpulkan dari berbagai instansi seperti Bakosurtanal, BAPPEDA, BPS atau instansi lainnya. 2) Penyiapan peta risiko bencana Identifikasi sektor kunci, fasilitas vital dan networks Resort, hotel Polisi dan kantor pemadam kebakaran RS, klinik Gedung pemerintah Sekolah, lapangan atau tempat lain yang dpt dijadikan tempat pengungsian bencana Pembangkit listrik, fasilitas air, dll 3) Focus Group Discussion Focus Group Discussion yang dilakukan dengan mengundang BPBD, pemerintah desa/kecamatan dan tokoh masyarakat untuk mensosialisasikan dan mengenalkan peta tematik bencana yang sudah ada untuk kemudian bisa digunakan pada daerah penelitian sebagai pendukung pengembangan pariwisata yang berbasis bencana. Selain itu juga sekaligus dilakukan verifikasi data serta mengumpulkan aspirasi pihak-pihak yang diundang mengenai informasi spasial yang dibutuhkan dan diinginkan oleh para pelaku di sektor pemerintah dan pariwisata dalam rangka penyusunan rencana aksi guna mendukung pengurangan risiko bencana. 4) Analisis Data Analisis data diarahkan untuk menghasilkan Kajian ilmiah yang memuat rencana aksi pengurangan risiko bencana serta peta tematik kebencanaan untuk daerah pariwisata. 5) Penyusunan peta tematik kebencanaan di daerah pariwisata Berdasarkan hasil dari FGD kemudian akan disusun peta tematik kebencanaan yang memuat informasi kebencanaan terkait kegiatan pariwisata. 6) Rekomendasi PRB di daerah pariwisata. Selain peta (data spasial), hasil dari penelitian ini juga berupa beberapa rekomendasi yang dapat digunakan sebagai masukan bagi para pengambil keputusan di tingkat daerah guna menentukan dan memutuskan kebijakan terkait mitigasi bencana di daerah pariwisata. 7) Sosialisasi Hasil Pertemuan dan sosialisasi hasil riset dilaksanakan dengan bersinergi dengan pemerintah daerah, BPBD, peneliti dan masyarakat.

BAB II. PERKEMBANGAN PELAKSANAAN KEGIATAN 2.1 Perkembangan Administrasi Manajerial a. Perencanaan Anggaran Perencanaan anggaran tahap I sebesar 30% (Rp 75.000.000) semula direncanakan akan digunakan guna melaksanakan kegiatan seperti pembayaran gaji upah (tim pelaksana kegiatan, honor untuk monitoring dan evaluator serta pembantu lapangan) sebesar 33%, pembelian ATK dan Bahan Komputer (3%), perjalanan dalam negeri dalam rangka pra survey dan survey lapangan (53%) serta untuk sewa mobil, pelaksanaan rapat teknis serta biaya operasional kegiatan (12%). Komponen perjalanan menjadi komponen utama dalam tahap I dikarenakan komponen ini menunjang pelaksanaan kegiatan tahap awal dalam rangka pengumpulan data serta koordinasi dengan pemerintah daerah. Komponen kedua yang cukup besar dialokasikan anggarannya adalah komponen honor baik yang mencakup honor tim pelaksana (termasuk didalamnya pembantu peneliti), tim monitoring dan evaluasi serta honor pembantu lapangan. b. Pengelolaan Anggaran Pengelolaan anggaran dilakukan dibantu oleh pengelola PKPP di Instansi Bakosurtanal dan PPK yang terkait. Para peneliti utama membuat rancangan pencairan anggaran sebesar dana tahap I yaitu sebesar Rp 75.000.000 (30%) untuk kemudian diserahkan pada pengelola keuangan. Setelah dana cair, peneliti utama bertanggung jawab untuk membuat pertanggungjawaban keuangan sesuai dengan dana yang sudah cair tersebut dalam jangka waktu hingga Akhir Juni 2012. Hingga Juli 2012, realisasi anggaran yang digunakan adalah: untuk pembayaran gaji upah (67%), belanja bahan (3%), perjalanan dinas (23%), sewa mobil (4%), transportasi lokal (2%), dan pelaksanaan rapat teknis (2%). Kendala dan hambatan terkait pengelolaan anggaran adalah belum dilaksanakannya pencairan dana termin 2, sehingga pelaksanaan kegiatan masih menggunakan dana talangan untuk menghindari keterlambatan pelaksanaan kegiatan. Pelaksanaan ini termasuk untuk pelaksanaan survey utama serta pelaksanaan FGD serta kebutuhan lainnya. Dana tahap 2 direncanakan untuk mengganti dana yang sudah dikeluarkan selama ini. 2.2 Metode-Proses Pencapaian Target Kinerja a. Kerangka Metode-Proses Kerangka metode yang digunakan dalam pencapaian target dan informasi rangkaian proses kegiatan untuk memenuhi target dalam kegiatan ini disusun dalam bentuk diagram alir rencana penelitian (Gambar 1), yaitu mencakup: 1. Pelaksanaan Koordinasi dan Persiapan Pelaksanaan Kegiatan 2. Studi pustaka 3. Pelaksanaan pra survei guna pengumpulan data sekunder 4. Pengolahan data awal (penyusunan peta risiko bencana) 5. Pelaksanaan Focus Group Discussion (FGD) 6. Pengolahan data lanjutan 7. Penyusunan laporan dan rekomendasi

Gambar 2. Diagram Alir Rencana Penelitian b. Indikator Keberhasilan Indikator yang menjadi tolok ukur keberhasilan pencapaian target kegiatan dalam penelitian ini didasari oleh pencapaian tahapan kegiatan sesuai dengan yang telah dijabarkan pada kerangka metode proses (diagram alir rencana penelitian). Dimana, setiap tahapan yang telah dilaksanakan menunjukkan bahwa penelitian berada pada jalur yang seharusnya dan penelitian dapat terus dilanjutkan serta diharapkan dapat menghasilkan hasil yang optimal. c. Perkembangan Pencapaian Target Hingga saat ini, kegiatan yang sudah dilakukan mencakup: 1. Koordinasi dengan RISTEK (koridor 5 - pariwisata) melalui email 2. Koordinasi dengan pemerintah daerah melalui telepon terkait kegiatan (pelaksanaan pra survey, pelaksanaan survey dan Focus Group Discussion) dengan Pak Ispan (Humas Pemkab. Lombok Barat), Bpk. Baihaki (Ka. Bappeda Lombok Barat), Bpk. Muridun (Ka. BPBD Kab. Lombok Barat), dan Bpk. Gde Renjane (Ka. Dinas Pariwisata Kab. Lombok Barat). 3. Ekspose internal dihadiri reviewer PKPP Bakosurtanal untuk penajaman metodologi. 4. Studi Literatur mengenai Konsep Pengurangan Risiko Bencana, profil Kab. Lombok Barat, konsep wisata dengan mempertimbangkan unsur kebencanaan.

5. Pra Survei Pra survei ke Kabupaten Lombok Barat dilaksanakan pada tanggal 22-26 April 2012 untuk mengumpulkan data yang paling baru, seperti: Demografi (BPS) Peta Rawan Bencana (BPBD Kab. Lombok Barat) Histori Bencana + Jumlah korban bencana, dll (BPBD/BNPB) Data infrastruktur, fasilitas, permukiman Obyek Pariwisata (Dinas Pariwisata Kab. Lombok Barat) Jumlah Turis (Dinas Pariwisata Kab. Lombok Barat) Infrastruktur Pariwisata (Dinas Pariwisata Kab. Lombok Barat) Pra survei ini juga akan digunakan sebagai wadah koordinasi dengan instansi-instansi di daerah guna mempersiapkan Focus Group Discussion (FGD) yang direncanakan akan dilaksanakan pada pertengahan Juni 2012. Hasil yang diharapkan dari pra survei: data-data spasial yang paling update terkait bencana dan pariwisata dan bahan masukan untuk menyusun daftar pertanyaan yang akan dibahas dalam FGD. 6. Pengolahan data awal: - Pengecekan data spasial yang sudah terkumpul Penyamaan format dan sistem transformasi/koordinat. - Menspasial-kan data non-spasial (Data BPS, data kejadian bencana). - Pengolahan citra. - Penyusunan peta risiko bencana mempertimbangkan unsur elements at risk seperti permukiman dan infrastruktur pariwisata. 7. Pelaksanaan survei, pada tanggal 2-7 Juli 2012 Tujuan Survei: mendapatkan data koordinat obyek pariwisata dan infrastruktur wisata seperti hotel dan kafe di Kecamatan Batulayar. Lokasi Survei: Kecamatan Batulayar. 8. Pelaksanaan Focus Group Discussion, pada tanggal 5 Juli 2012 - Focus Group Discussion yang dilakukan dengan mengundang BPBD, pemerintah desa/kecamatan dan tokoh masyarakat untuk mensosialisasikan dan mengenalkan peta tematik bencana yang sudah ada untuk kemudian bisa digunakan pada daerah penelitian sebagai pendukung pengembangan pariwisata yang berbasis bencana. Selain itu juga sekaligus dilakukan verifikasi data serta mengumpulkan aspirasi pihak-pihak yang diundang mengenai informasi spasial yang dibutuhkan dan diinginkan oleh para pelaku di sektor pemerintah dan pariwisata dalam rangka penyusunan rencana aksi guna mendukung pengurangan risiko bencana. - FGD dihadiri oleh: SKPD di Kecamatan Batulayar (Bappeda, Dinas PU, BPBD, KKP), para pengelola hotel dan kafe, Camat dan Kepala Desa, dan Kelompok Nelayan. Dinas Pariwisata tidak dapat hadir dalam forum tersebut karena bertepatan dengan pelaksanaan event: Senggigi Festival.

9. Analisa / pengolahan data Data-data hasil survei lapangan yang telah dikumpulkan kemudian diplotkan dalam peta kebencanaan yang sudah dibuat sebelumnya. Peta Risiko Bencana yang terdiri dari 6 jenis bencana, yaitu: 1. Gempa 2. Banjir 3. Rob 4. Erosi 5. Abrasi 6. Tsunami Selain itu, dari hasil lapangan dibuat peta sebaran obyek wisata serta infrastruktur wisata di Kec. Batulayar. Untuk melengkapi data risiko bencana, estimasi kerugian tiap jenis bencana juga dihitung dengan 2 skenario yaitu pada saat kunjungan wisatawan sedang normal dan pada saat tingkat kunjungan wisatawan tinggi. 10. Persiapan Penyusunan Laporan Akhir 2.3 Sinergi Koordinasi Kelembagaan Program a. Kerangka Sinergi Koordinasi Sinergi Koordinasi yang akan dilaksanakan dalam penelitian ini mencakup koordinasi dengan RISTEK, koordinasi internal di BAKOSURTANAL, koordinasi dengan para peneliti PKPP lainnya terutama di Koridor Ekonomi V bidang Pariwisata, dan koordinasi dengan pemerintah daerah. Dalam penelitian ini, pemerintah daerah yang terkait adalah Bappeda, Dinas Pariwisata, dan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Lombok Barat. b. Indikator Keberhasilan Sinergi Tolok ukur keberhasilan sinergi ini dapat dilihat dalam bentuk pelaksanaan koordinasi baik di tingkat pusat (internal dan eksternal) maupun di tingkat daerah. Bentuk sinergi koordinasi ini dapat berupa komunikasi langsung maupun tidak langsung. Komunikasi langsung berupa: - Diskusi tatap muka - Ekspose/monitoring Komunikasi tidak langsung berupa: - Email - Telpon c. Perkembangan Sinergi Koordinasi Selama ini telah dilakukan koordinasi dengan Bappeda Kab. Lombok Barat, BPBD Lombok Barat dan Dinas Pariwisata Kab. Lombok Barat guna menginformasikan kegiatan penelitian ini sekaligus mengumpulkan data-data baik spasial maupun non-spasial. Koordinasi dengan pemerintah daerah telah dilaksanakan melalui kegiatan pra survei, survey serta pelaksanaan FGD. Secara umum, semua instansi

tersebut menyambut baik kegiatan penelitian ini dan menganggap bahwa hasil penelitian ini nantinya akan sangat berguna bagi instansi di daerah. Selain dengan instansi daerah, tim juga sudah berkoordinasi dengan RISTEK melalui email dan milis koridor 5 pariwisata dan pelaksanaan koordinasi internal di BAKOSURTANAL terkait hal-hal yang perlu dilakukan dalam penelitian ini. 2.4 Pemanfaatan Hasil Litbangyasa a. Kerangka Pemanfaatan Hasil Hasil penelitian ini diharapkan dapat berdaya guna dan dapat dimanfaatkan oleh berbagai pihak terutama oleh pemerintah daerah. Untuk itu dibutuhkan kerangka pemanfaatan hasil litbangyasa yang mencakup: konsep pemanfaatan, bentuk pemanfaatan dan tahapan pemanfaatan hasil litbangyasa. Secara umum, pemanfaatan hasil penelitian ini akan lebih dapat berguna apabila nantinya salah satu rekomendasi yang dihasilkan dalam penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan dalam perencanaan mitigasi bencana di daerah pariwisata di Kabupaten Lombok Barat. Bentuk Pemanfaatan Hasil Litbangyasa berupa Peta-peta tematik kebencanaan dapat menjadi bahan pertimbangan pemerintah daerah dalam membuat peraturan-peraturan serta kebijakan-kebijakan terkait kebencanaan. b. Strategi Pemanfaatan Hasil Strategi pemanfaatan hasil litbangyasa antara lain dilakukan dengan : Penulisan di jurnal ilmiah, seminar nasional dan publikasi ilmiah untuk didistribusikan ke lembaga-lembaga terkait. c. Indikator Keberhasilan Pemanfaatan Tolok ukur keberhasilan pemanfaatan hasil litbangyasa ini adalah apabila hasil penelitian ini dapat didistribusikan dan didiseminasikan kepada semua pihak yang membutuhkan informasi ini sehingga nantinya arah pengambilan kebijakan dapat dilakukan dengan perencanaan yang lebih matang dan lebih berdaya guna. d. Perkembangan Pemanfaatan Hasil Hasil kegiatan akan menjadi masukan bagi rencana aksi pengurangan risiko bencana di daerah pariwisata Kab. Lombok Barat, untuk itu harus disosialisasikan kepada semua pihak terkait. Peta tematik kebencanaan masih belum tersosialisasikan kepada masyarakat, perlu pendekatan dan strategi yang lebih mendalam untuk merangkul semua pemangku kepentingan sehingga bencana di daerah pariwisata dapat diminimilisir. 2.5 Potensi Pengembangan Ke Depan a. Kerangka Pengembangan Ke Depan Hasil litbangyasa yang dicapai dalam penelitian ini hanya akan melihat risiko bencana di daerah pariwisata tanpa melihat unsur local wisdom didalamnya. Local wisdom perlu digali lebih dalam lagi sehingga nantinya didapatkan informasi mengenai cara menangani bencana yang telah dikembangkan oleh masyarakat lokal di Kabupaten Lombok Barat.

b. Strategi Pengembangan Ke Depan Strategi pengembangan hasil penelitian ini dengan melihat isu-isu terkini terkait kebencanaan dan pariwisata sehingga kedepannya, hasil penelitian ini tidak hanya merupakan dokumen hasil penelitian tetapi lebih jauh lagi dapat dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai acuan dalam penanganan bencana di daerah.

BAB III. RENCANA TINDAK LANJUT 3.1 Rencana Tindak Lanjut Pelaksanaan Pencapaian Target Kinerja Rencana tindak lanjut pelaksanaan pencapaian target kinerja yang akan dilaksanakan adalah melanjutkan pengolahan data serta penyusunan laporan akhir. 3.2 Rencana Tindak Lanjut Koordinasi Kelembagaan Program Rencana tindak lanjut koordiansi kelembagaan program melanjutkan koordinasi yang telah dilakukan selama ini yaitu melalui koordinasi dengan RISTEK melalui milis dan email, koordinasi dengan tim peneliti PKPP lainnya terkait sharing data dan informasi, koordinasi internal di BAKOSURTANAL berupa ekspose dan monitoring dengan melibatkan para reviewer, serta koordinasi dengan pemerintah daerah guna terus mendesiminasikan hasil kegiatan yang telah dicapai serta rencana pelaksanaan kegiatan selanjutnya. 3.3 Rencana Tindak Lanjut Pemanfaatan Hasil Litbangyasa Rencana tindak lanjut pemanfaatan hasil litbangyasa yang akan dilakukan adalah menulis paper/tulisan ilmiah untuk kemudian dapat disosialisasikan dalam berbagai forum seminar ilmiah. 3.4 Rencana Tindak Lanjut Pengembangan ke Depan Rencana tindak lanjut pengembangan ke depan akan dilakukan studi literatur dan penggalian informasi dini mengenai local wisdom sehingga diharapkan dari penelitian ini dapat membahas mengenai hal ini walaupun tidak sampai detil.

BAB IV. PENUTUP Selama periode 6 bulan pertama, telah dilakukan : 1. Pra Survei Kegiatan Pengurangan Risiko Bencana pada Daerah Pariwisata di Kabupaten Lombok Barat, Nusa Tenggara Barat dilaksanakan pada tanggal 22 26 April 2012. Adapun tujuan dari pelaksanaan pra survei ini adalah untuk koordinasi awal dengan pemerintah daerah, khususnya Bappeda Kabupaten Lombok Barat, Badan Pengurangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Lombok Barat, dan Dinas Pariwisata Kabupaten Lombok Barat. Pra survei ini juga akan digunakan sebagai wadah koordinasi dengan instansi-instansi di daerah guna mempersiapkan Focus Group Discussion (FGD) yang direncanakan akan dilaksanakan pada pertengahan Juni 2012. Kegiatan yang dilakukan selama pra survey dapat dilihat pada Tabel 1 di bawah ini. Tabel 1. Kegiatan pra survei di Kabupaten Lombok Barat (22-26 April 2012) Hari/ Tanggal Minggu/ 22 April 2012 Lokasi Jenis Kegiatan Kontak Person Hasil Jakarta- Mataram Perjalanan dari Jakarta Mataram Bappeda Provinsi NTB Koordinasi awal dan cari data Abel Syamsul Hatuina (087882217676) Informasi umum mengenai kondisi Lombok Barat dan kejadian bencana di NTB. Senin/ 23 April 2012 BPBD NTB Prov. Koordinasi awal dan cari data Ka. BPBD Prov. NTB: Husnuddin (08123764356 / 081803621237) Sekretaris BPBD: Heru (087865327086) Informasi umum mengenai kebencanaan di NTB terkait kejadian bencana, mitigasi bencana, dan kontak person di BPBD Kab. Lombok Barat. Selasa/ 24 April 2012 Kecamatan Batulayar Koordinasi awal dan cari data Camat Batulayar, Kades Meninting, Kades Batulayar Informasi kejadian bencana dan pariwisata Bappeda Kab. Lombok Barat Koordinasi awal dan cari data Kabid. Fispra: Arief Nuradhi N. Data RTRW Kab. Lombok Barat. Rabu/ 25 April 2012 Dinas Pariwisata Kab. Lombok Barat BPBD Lombok Barat Koordinasi awal dan cari data Koordinasi awal dan cari data Kabid. Promosi: Sri Kabid. Destinasi Wisata: Patriotika Sekretaris: Nyoman Nengah Kasie. Kesiapsiagaan: Tohri (081907325300) Profil pariwisata Lombok Barat Data bencana Lombok Barat

Gambar 3. Koordinasi dengan pemerintah Kab. Lombok Barat Data yang terkumpul sampai saat ini yaitu: Demografi: Lombok Barat dalam angka 2010, Podes 2008 (BPS) -- pdf Peta Rawan Bencana: tsunami, banjir, longsor, kekeringan (BPBD Kab. Lombok Barat) -- shp Histori Bencana + Jumlah korban bencana, dll (BPBD/BNPB) -- excel Data infrastruktur, fasilitas, permukiman -- shp Obyek Pariwisata (Dinas Pariwisata Kab. Lombok Barat) -- laporan Jumlah Turis (Dinas Pariwisata Kab. Lombok Barat) -- laporan Infrastruktur Pariwisata (Dinas Pariwisata Kab. Lombok Barat) laporan RTRW Kabupaten Lombok Barat -- shp Citra satelit Quickbird 2. Survei Kegiatan Pengurangan Risiko Bencana pada Daerah Pariwisata di Kabupaten Lombok Barat, Nusa Tenggara Barat dilaksanakan pada tanggal 2 7 Juli 2012. Kegiatan yang dilakukan adalah berupa

koordinasi dengan Bappeda Kabupaten Lombok Barat, survei pengumpulan data koordinat hotel, obyek wisata dan infrastruktur penunjang serta FGD. Adapun tujuan dari pelaksanaan survei ini adalah untuk pengumpulan data primer terutama terkait poin-poin lokasi hotel, obyek wisata dan infrastruktur pendukung lainnya. Dalam pelaksanaan survey ini juga dilaksanakan Focus Group Discussion (Diskusi Terarah) yang bertujuan sebagai wadah diskusi sekaligus menggali informasi sebanyak-banyaknya mengenai strategi penanganan bencana di daerah Kecamatan Batulayar. Kegiatan yang dilakukan selama survei dapat dilihat pada Tabel 1 di bawah ini. Tabel 2. Kegiatan survei di Kabupaten Lombok Barat (2 7 Juli 012) Hari/Tanggal Lokasi Jenis Kegiatan Jakarta- Mataram Perjalanan dari Jakarta Mataram Senin/ 2 Juli 2012 Survei pengambilan data Selasa/3 Juli 2012 Rabu/ 4 Juli 2012 Kecamatan Batulayar Bappeda Kab. Lombok Barat Survei pengambilan data Koordinasi dan persiapan pelaksanaan FGD Pengolahan data hasil survey Analisis awal CP: Kabid. Fispra: Arief Nuradhi N. Kamis/5 Juli 2012 Kecamatan Batulayar FGD Jumat/6 Juli 2012 Bappeda Kab. Lombok Barat Koordinasi dan penyusunan laporan FGD CP: Kabid. Fispra: Arief Nuradhi N. Sabtu/7 Juli 2012 Mataram - Jakarta Perjalanan dari Mataram Jakarta

Gambar 4. Focus Group Discussion Hasil yang dicapai hingga saat ini adalah: 1. Pengolahan data awal yaitu penyamaan format, cropping data sesuai daerah yang menjadi fokus dalam penelitian ini yaitu Kecamatan Batulayar dan pengolahan data tabular menjadi data spasial (excel to shp). 2. Peta tematik kebencanaan Kecamatan Batulayar. Peta rawan bencana: a. Banjir rob b. Banjir (sungai) c. Longsor d. Abrasi e. Gempa f. Kekeringan g. Angin ribut h. Tsunami

Peta Rawan Bencana Tsunami Kec. Batulayar Peta Rawan Bencana Abrasi Kec. Batulayar Peta Rawan Bencana Erosi Kec. Batulayar Peta Rawan Bencana Banjir Kec. Batulayar

Peta Rawan Bencana Banjir Rob Kec. Batulayar Peta Rawan Bencana Gempa Kec. Batulayar Berdasarkan hasil survei lapangan dan pengolahan data, didapatkan hasil bahwa semua desa di Kecamatan Batulayar merupakan wilayah yang rawan bencana banjir, pasang air laut (rob), gempa, abrasi, erosi, dan tsunami. Desa Gempa Tsunami Erosi Rob Banjir Abrasi Senggigi Batulayar Meninting Senteluk Sandik Lembah Sari Peta kerentanan total: merupakan hasil overlay antara kerentanan dan kapasitas. Kerentanan disusun menggunakan data Podes. Parameter kerentanan yang digunakan adalah: Parameter Kerentanan Bobot Sosial (Kependudukan) 60 % Perempuan Total Penduduk Jumlah Penyandang Cacat % Kemiskinan

Infrastruktur (Fisik) 40 Jumlah Sekolah Jarak ke Ibukota Kecamatan (km) Waktu tempuh Dengan Kendaraan Tercepat Ke Ibukota Kecamatan (menit) Jumlah Sarana Kesehatan Petugas Kesehatan Sedangkan data kapasitas, disusun menggunakan data Podes dengan parameter sebagai berikut: Parameter Kapasitas Bobot Histori Bencana 30 Kejadian longsor Kejadian banjir Kejadian rob Kejadian angin puting beliung Dukungan bantuan 20 Warga Pemerintah desa Pemerintah kabupaten Pemerintah propinsi Pemerintah pusat Partai politik Lembaga kemasyarakatan Media massa LSM LN Lainnya Mitigasi Bencana 50 Sistem pengamanan dini Perlengkapan keselamatan Gotong royong Penyuluhan keselamatan Rambu-rambu bencana Lainnya Data kerentanan dan kapasitas kemudian diskoring dan dihitung berdasarkan bobotnya. Hasil perhitungan yang didapatkan kemudian dikelaskan menjadi 3 kelas, yaitu kerentanan tinggi, sedang, dan rendah. Peta kerentanan terhadap bencana untuk Kecamatan Batulayar dapat dilihat pada Gambar di bawah ini.

Peta Kerentanan Total Kec. Batulayar Desa yang memiliki kerentanan tinggi terhadap bencana adalah Desa Sandik dan Lembah Sari. kerentanan sedang adalah Desa Meninting, Batulayar, Senggigi, sedangkan desa dengan kerentanan rendah adalah Desa Senteluk. Peta Risiko Bencana Peta Risiko Bencana Kecamatan Batulayar disusun berdasarkan peta rawan bencana dan peta kerentanan bencana Kecamatan Batulayar.

Peta Risiko Tsunami Kecamatan Batulayar Peta Risiko Abrasi Kecamatan Batulayar Peta Risiko Erosi Kecamatan Batulayar Peta Risiko Banjir Kecamatan Batulayar

Peta Risiko Rob Kecamatan Batulayar Peta Risiko Gempa Kecamatan Batulayar 3. Sebaran obyek wisata dan infrastruktur pariwisata Sebaran obyek wisata dan infrastruktur pariwisata seperti hotel baik hotel berbintang maupun hotel melati serta kafe diplotkan dalam Peta Sebaran Obyek Wisata dan Infrastruktur Wisata Kecamatan batulayar. Data atribut peta tersebut juga memuat informasi mengenai masingmasing obyek wisata serta infrastruktur wisata, seperti nama pemilik hotel, alamat, jumlah kamar, jumlah tempat tidur, dan jumlah tenaga kerja. Peta sebaran obyek wisata, hotel dan infrastruktur di Kecamatan Batulayar dapat dilihat di bawah ini.

Peta Sebaran Obyek Wisata Kec. Batulayar Peta Sebaran Hotel Kec. Batulayar Peta Sebaran Hotel Kec. Batulayar Dari informasi yang dikumpulkan dari survei lapangan kemudian dibuat estimasi kerugian apabila terjadi bencana alam di Kabupaten Batulayar dengan menggunakan dua skenario, yaitu

apabila bencana terjadi saat musim kunjungan wisatawan normal dan musim kunjungan tinggi (Lihat Tabel). 4. Kesimpulan sementara: a. Seluruh wilayah Kecamatan Batulayar merupakan daerah rawan bencana sehingga dibutuhkan manajemen pengurangan risiko yang tepat untuk meminimalisir risiko yang mungkin timbul. Selama ini yang dilakukan pihak pemerintah baik di di BPBD maupun di tingkat pemerintahan desa masih terbatas dalam hal pembangunan infrastruktur guna menangani bencana, terutama banjir. Untuk selanjutnya, pengurangan risiko bencana yang perlu ditingkatkan adalah: a. Penguatan kapasitas masyarakat terhadap bencana berupa pelatihan serta sosialisasi kebencanaan kepada masyarakat umum. Didalamnya termasuk pula training kepada pengelola atau pekerja di sektor pariwisata. b. Penambahan rambu-rambu bencana didaerah obyek wisata (terutama daerah sepanjang pantai) dan sarana pariwisata seperti hotel dan restoran/café. c. Pembuatan leaflet atau buku informasi mengenai kebencanaan di sekitar daerah pariwisata guna meningkatkan pengetahuan orang akan bencana yang ada di daerahnya sekaligus meningkatkan kewaspadaan dalam menghadapi bencana. b. Berdasarkan data yang ada, bencana yang memiliki risiko paling tinggi terhadap aktifitas pariwisata di Kec. Batulayar adalah Tsunami, sedangkan yang paling rendah adalah abrasi. Hasil ini berbeda dengan yang didapatkan dari FGD, dimana banjir merupakan bencana yang memiliki risiko paling tinggi di Kec. Batulayar. Hal ini dikarenakan banjir merupakan bencana yang kerap melanda daerah ini dan seringkali menimbulkan kerugian.