BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tujuan pemeriksaan sediaan apus darah tepi antara lain menilai berbagai

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dapat dilakukan dengan banyak metoda. Salah satu metoda yang paling diyakini

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. apus ini adalah dengan meneteskan darah lalu dipaparkan di atas objek glass,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Malaria adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh protozoa obligat intraseluler dari

LAPORAN PRAKTIKUM HEMATOLOGI PEMBUATAN DAN PEWARNAAN SEDIAAN APUSAN DARAH

Tujuan Praktikum Menentukan waktu beku darah (waktu koagulasi darah) dari seekor hewan/manusia.

PEMERIKSAAN MIKROSKOPIS MALARIA BALAI LABORATORIUM KESEHATAN PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2013

BAB I PENDAHULUAN. sediaan mikroteknik atau yang juga dikenal sebagai sediaan Histologi.

PEWARNAAN HAPUSAN DARAH TEPI. Oleh, Kelompok 2: I Gusti Agung Ayu Krisma D. D (P ) I Putu Paramartha Wicaksana A.

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang di gunakan dalam penelitian ini adalah penelitian analitik.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

III. METODE PENELITIAN

Tri Wijayanti, SKM, M.Sc. Instalasi Parasitologi Balai Litbang P2B2 Banjarnegara

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sel darah putih ( lekosit ) rupanya bening dan tidak berwarna, bentuknya lebih besar

LAPORAN PRAKTIKUM ANATOMI FISIOLOGI MANUSIA SEDIAAN APUS DARAH

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Tempat penelitian dilakukan di Laboratorium Puskesmas Kemangkon Kabupaten

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS Jl. Perintis Kemerdekaan Padang Telp.: Fax:

Keterampilan Laboratorium PADA BLOK 2.2 HEMATOIMUNOLIMFOPOETIK:

PAPER HEMATOLOGI PEMBUATAN HAPUSAN DARAH

PEMERIKSAAN MIKROSKOPIK MALARIA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sel sel darah primitif dibentuk dalam saccus vitelinus. Sel sel darah disini masih

PERBANDINGAN PEMERIKSAAN HITUNG JENIS LEUKOSIT DENGAN PEWARNAAN KOMBINASI GIEMSA DAN WRIGHT

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dari tubuh yang jumlahnya 6-8% dari berat badan total. a. Plasma darah, merupakan bagian yang cair

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Penelitian dilaksanakan di Balai Kesehatan Paru Masyarakat Wilayah

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian analitik.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

III. TEKNIK PEWARNAAN GRAM IDENTIFIKASI BAKTERI

HASIL PENELITIAN UJI EFIKASI OBAT HERBAL UNTUK MENINGKATKAN KADAR HEMOGLOBIN, JUMLAH TROMBOSIT DAN ERITROSIT DALAM HEWAN UJI TIKUS PUTIH JANTAN

II. PEWARNAAN SEL BAKTERI

Teknik Pewarnaan Bakteri

CSL5_Manual apusan darah tepi_swahyuni 2015 Page 1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kalsium. Trombosit melekat pada lapisan pembuluh darah yang rombak. (luka) dengan membentuk plug trombosit (Rukman, 2010).

DESKRIPSI KEGIATAN Kegiatan Waktu Deskripsi 1. Pendahuluan 10 menit Instruktur menelaskan tujuan dari kegiatan ini

PEMERIKSAAN BTA ( BAKTERI TAHAN ASAM )

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian analitik. UNIMUS, Jl. Wonodri Sendang Raya 2A Semarang. Waktu penelitian yaitu

NAMA : JECKLYN. SHINDY. TEMARTENAN NIM :

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Materi Ternak Peralatan Prosedur

Dosen Jurusan Analis Kesehatan Poltekkes Kemenkes Yogyakarta

Teknik Pengelolaan Sediaan Sitologi

I. METODE PENELITIAN. Penelitian dan pembuatan preparat ulas darah serta perhitungan hematokrit sel

: Kirana patrolina sihombing

III. MATERI DAN METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September sampai Oktober 2011, di

Pemeriksaan mikroskopis tinja terhadap parasit metode kwantitatif : 1. Metode Stoll 2. Metode Kato-Katz

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan Agustus sampai Oktober 2011, di

Lampiran 1. Perhitungan dosis ekstrak air dan ekstrak etanol niruri L.)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Berbentuk cakram dan mengandung granula. Terdapat keping

: Kirana patrolina sihombing

BAB III METODE PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sisanya terdiri dari sel darah. ( Evelyn C. Pearce, 2006 ) sedang keberadaannya dalam darah, hanya melintas saja.

MODUL PRAKTIKUM PARASITOLOGI PARASIT DARAH DAN JARINGAN BLOK 14 (AGROMEDIS DAN PENYAKIT TROPIS)

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada April 2014 di Balai Inseminasi Buatan Daerah

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu

3. BAHAN DAN METODE 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian 3.2. Hewan Coba dan Pemeliharaannya 3.3. Alat dan Bahan

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 7 Maret 19 April 2016, bertempat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tubuh, membawa nutrisi, membersihkan metabolisme dan membawa zat antibodi

MAKALAH. PEWARNAAN SEDERHANA, NEGATIF, KAPSUL dan GRAM. Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Mikrobiologi yang Diampu Oleh. Drs. Bambang Iskamto, M.

SIGIT SULISTYA, A.Md, AK

BAB II. membran pembatas trombosit (Matulo dkk, 2015). sebagian dari sitoplasma megakariosit berbentuk cakram, tidak berinti,

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dilaksanakan bulan Desember 2016 Januari Lokasi

BAB I PENDAHULUAN. 1.2 Prinsip Pengukuran tegangan permukaan berdasarkan metode berat tetes

PEMERIKSAAN ERYTROSIT CARA PIPET

BAB III METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah ilmu farmakologi dan imunologi.

Lampiran 1. Road-map Penelitian

III METODE PENELITIAN. Penelitian menggunakan 60 itik lokal jantan asal Gunungmanik, Tanjung

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

SOAL UJIAN OLIMPIADE SAINS NASIONAL 2014

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Unit Pelayanan Tekhnis Daerah Balai

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan adalah analitik. Wonodri Sendang Raya 2A Semarang.

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan bulan Februari Maret 2016 di Desa Bocor,

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksplorasi yang dilakukan dengan cara

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Waktu penelitian dilakukan pada bulan Maret 2011.

3 BAHAN DAN METODE 3.1 Lokasi Penelitian Gambar 3.2 Waktu Penelitian 3.3 Metode Penelitian

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada 7 13 April 2014, di BIBD Lampung,

PEWARNAAN SITOKIMIA HEMATOLOGI XIV.1 PENDAHULUAN

OLEH JURUSAN BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS HALU OLEO KENDARI

METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan Januari - Februari 2010, di Laboratorium

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. terdiri dari sel darah. ( Evelyn C. Pearce, 2006 ) sedang keberadaannya dalam darah, hanya melintas saja.

MODUL III TRANSPORTASI MEMBRAN SEL

LARUTAN PENGENCER ALTERNATIF NaCl 0,9 % DALAM PENGECATAN GIEMSA PADA PEMERIKSAAN MORFOLOGI SPERMATOZOA

3 METODE PENELITIAN. Gambar 3 Garis besar jalannya penelitian

Teknik Identifikasi Bakteri

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Darah merupakan bagian penting dari sistem transportasi zat-zat. a. Plasma darah merupakan bagian cair.

Praktikum II UJI OKSIHEMOGLOBIN & DEOKSIHEMOGLOBIN

LAPORAN PRAKTIKUM HISTOTEKNIK Disusun oleh: Jekson Martiar Siahaan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

III. KEGIATAN PRAKTIKUM 1.3 : RESPIRASI PADA MAKHLUK HIDUP Bernapas berarti memasukkan oksigen dan mengeluarkan karbondioksida. Oksigen diangkut oleh

LAPORAN PRAKTIKUM ph METER DAN PERSIAPAN LARUTAN PENYANGGA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 3 METODE PERCOBAAN Penentuan Kadar Kebutuhan Oksigen Kimiawi (KOK) a. Gelas ukur pyrex. b. Pipet volume pyrex. c.

BAB III METODE PENELITIAN

OLIMPIADE SAINS NASIONAL Medan, 1-7 Agustus 2010 BIDANG KIMIA. Ujian Praktikum KIMIA ORGANIK. Waktu 150 menit. Kementerian Pendidikan Nasional

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang di lakukan adalah penelitian analitik. Tempat penelitian cara manual dan automatik dilakukan di

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian Karya Tulis Ilmiah ini adalah penelitian analitik.

PEWARNAAN TAHAN ASAM

II. METODELOGI PENELITIAN

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September sampai dengan Oktober 2013 di

MATERI DAN METODE. Metode Penelitian

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Sediaan Apus Darah Tepi Tujuan pemeriksaan sediaan apus darah tepi antara lain menilai berbagai unsur sel darah tepi seperti eritrosit, leukosit, dan trombosit dan mencari adanya parasit seperti malaria, tripanosoma, microfilaria dan lain sebagainya. Sediaan apus yang dibuat dan dipulas dengan baik merupakan syarat mutlak untuk mendapatkan hasil pemeriksaan yang baik. Dasar dari pewarnaan Romanowsky adalah penggunaan dua zat warna yang berbeda yaitu Azur B (Trimetiltionin) yang bersifat basa dan eosin y (tetrabromoflurescein) yang bersifat asam. Azur B akan mewarnai komponen sel yang bersifat asam seperti kromatin, DNA dan RNA. Sedangkan eosin y akan mewarnai komponen sel yang bersifat basa seperti granula eosinofil dan hemoglobin. Ikatan eosin y pada Azur B yang beragregasi dapat menimbulkan warna ungu, dan keadaan ini dikenal sebagai efek Romanowsky giemsa. Efek ini terjadi sangat nyata pada DNA tetapi tidak pada RNA sehingga menimbulkan kontras antara inti yang berwarna utnuk dengan sitoplasma yang berwarna biru. (Arjatmo Tjokronegoro, 1996). Bahan pemeriksaan yang terbaik adalah darah segar yang berasal dari kapiler atau vena, yang dihapuskan pada kaca obyek. Pada keadaan tertentu dapat pula digunakan darah EDTA. (Arjatmo Tjokronegoro, 1996).

Kriteria preparat yang baik: 1. Lebar dan panjangnya tidak memenuhi seluruh kaca benda sehingga masih ada tempat untuk pemberian label. 2. Secara granula penebalannya Nampak berangsur-angsur menipis dari kepala ke arah ekor. 3. Ujung atau ekornya tidak berbentuk bendera robek. 4. Tidak berlubang-lubang karena bekas lemak masih ada di atas kaca benda. 5. Tidak terputus-putus karena gerakan gesekan yang ragu-ragu. 6. Tidak terlalu tebal (karena sudut penggeseran yang sangat kecil) atau tidak terlalu tipis (karena sudut penggeserannya sangat besar). 7. Pewarnaan yang baik (Imam Budiwiyono 1995). Jenis Apusan darah: 1. Sediaan darah tipis Ciri-ciri sediaan apus darah tipis yaitu lebih sedikit membutuhkan darah untuk pemeriksaan dibandingkan dengan sediaan apus darah tebal,morfologinya lebih jelas,dan perubahaan pada eritrosit dapat terlihat jelas 2. Sediaan darah tebal Ciri-ciri sediaan apus darah tebal yaitu lebih banyak membutuhkan darah untuk pemeriksaan dibandingkan dengan sediaan apus darah tipis,jumlah selnya lebih banyak dalam satu lapang pandang,dan bentuknya tidak sama seperti dalam sediaan apus darah tipis. B. Pewarnaan Sediaan Darah

Macam macam pewarnaan menurut Romanowsky ada 4 yaitu Pewarnaan Wright s stain,pewarnaan Liesman,Pewarnaan May grunwald dan Pewarnaan giemsa. Prinsip pengecatan preparat darah : Sediaan apus darah difixaxi dengan methanol absolute selama 2-3 menit dan digenangi dengan zat warna giemsa yang sudah diencerkan dibiarkan selama 20-30 menit setelah itu dibilas dengan air ledeng dan dibiarkan sampai mengering (Arjatmo Tjokronegoro,1996) Kriteria kualitas pewarnaan yang baik 1. Makroskopis a) Sediaan darah kelihatan jernih dan transparan. b) Warna sel darah merupakan kombinasi warna warna merah, ungu dan biru c) Bentuk ekor pada preparat tidak runcing d) Preparatnya tidak terputus putus e) Preparatnya tidak berlubang -lubang 2. Mikroskopis a) Lapisan darah harus cukup tipis sehingga eritrosit-eritrosit dan leukositleukosit jelas terpisah satu dengan lainnya. b) Leukosit-leukosit tidak boleh menggerombol pada bagian terakhir dari hapusan c) Hapusan tidak boleh mengandung endapan cat d) Sel lekositnya tidak berlubang-lubang e) Sel lekositnya terwarnai semua

f) Sel lekositnya tidak pecah g) Sitoplasmanya terwarnai merah muda Faktor yang harus diperhatikan untuk mencapai pewarnaan yang baik 1) Kualitas dari stock giemsa yang digunakan standart mutu a) Stock giemsa yang belum tercemar air b) Zat warna pada giemsa masih aktif 2) Kualitas dari air pengencer giemsa a) Air pengencer harus jernih, tidak berbau b) Derajat keasaman pengencer hendaknya berada 6,8 7,2 perubahan ph pada larutan giemsa berpengaruh pada sel-sel darah 3) Kualitas pembuatan sediaan darah Ketebalan sel darah yang diwarnai mempengaruhi hasil pewarnaan, semakin berat Fixaxi akan semakin sukar bagi larutan giemsa menerobos plasma darah untuk mencapai sel darah merah untuk melakukan proses hemolisa. 4) Kebersihan sediaan darah Zat warna yang mengendap dipermukaan pada akhir pewarnaan tertinggal pada sel darah dan mengotorinya. Oleh karena itu pada akhir perwarnaan larutan giemsa harus dibilas dengan air yang mengalir. 5) Lakukan pewarnaan (Depkes RI, 1993) Prosedur pewarnaan apusan darah 1. Letakkan sediaan apus pada dua batang gelas di atas bak tempat pewarnaan 2. Fixaxi sediaan hapus dengan methanol absolute selama 2 3 menit

3. Genangi sediaan hapus dengan zat warna giemsa yang baru diencerkan. Larutan giemsa yang dipakai adalah 5% diencerkan dulu dengan larutan dapar yaitu larutan yang terdiri dari Na2HPO4 (Dinatrium Phospat ) KH2PO4 (Kalium Asam Phospat ), dan air suling. Biarkan selama 20 30 menit. 4. Bilas dengan air ledeng, mula-mula dengan aliran lambat kemudian lebih kuat dengan tujuan menghilangkan semua kelebihan zat warna. 5. Letakkan sediaan apus dalam rak dalam posisi tegak dan biarkan mengering. (Arjatmo Tjokronegoro, 1996). C. Giemsa Giemsa adalah zat warna yang terdiri dari eosin dan metilen azur memberi warna merah muda pada sitoplasma dan metilen biru memberi warna biru pada inti lekosit. Ketiga jenis zat warna ini dilarutkan dengan metil alcohol dan gliserin. Larutan ini dikemas dalam botol coklat (100 500 1000 cc) dan dikenal sebagai giemsa stock yang ph 7. Giemsa stock harus diencerkan lebih dulu sebelum dipakai mewarnai sel darah. Elemen-elemen zat warna giemsa melarut selama 40 90 menit dengan air atau aquadest atau air buffer. Setelah itu semua elemen zat warna akan mengendap dan sebagian lagi balik ke permukaan membentuk lapisan tipis seperti minyak sebab itu stock giemsa tidak boleh tercemar air. (Depkes RI, 1993). Pedoman pemakaian Giemsa

1. Giemsa stock baru boleh diencerkan dengan aquadest, air buffer atau air sesaat akan digunakan agar diperoleh efek pewarnaan yang optimal. 2. Encerkan giemsa sebanyak yang dibutuhkan, sebab bila berlebihan terpaksa harus dibuang. 3. Untuk mengambil stock giemsa dari botolnya, gunakan pipet khusus agar stock giemsa tidak dicemari. 4. Methanol dapat menarik air dari udara, sebab itu stock giemsa harus ditutup rapat dan tidak boleh sering dibuka. Pisahkan giemsa dibotol tetes atau botol kecil dari stock. 5. Pewarnaan giemsa adalah pewarnaan lambat, sehingga hasil baik bila menggunakan pewarnaan giemsa encer (5%). 6. Tolak ukur sebagai dasar perhitungan a. 1cc=20 tetes b. Seluruh permukaan kaca sediaan dapat ditutupi cairan sebanyak 1cc c. Berdasarkan tolak ukur ini dapat dihitung banyaknya giemsa encer yang harus dibuat sesuai denagn kebutuhan terutama bila melakukan pewarnaan 7. Takaran pewarnaan Untuk melakukan pewarnaan individu pada kegiatan stock giemsa 1 tetes tambah pengencer sepuluh tetes dengan lama pewarnaan 15 20 menit (giemsa 10%) atau stock giemsa 1 tetes ditambah pengencer 1 cc (20 tetes) dengan lama pewarnaan 45 60 menit (giemsa

Pewarna 8. Gunakan air pengencer yang mempunyai ph 6,8 7,2 dan yang paling ideal ph 7,2. (Depkes, 1993). Menguji mutu giemsa Apakah stock giemsa yang akan digunakan masih baik, perlu diadakan pengujian. Ada 2 cara menguji mutu giemsa: 1. Dilakukan pewarnaan 1 2 sel darah lalu diperiksa mikroskopis. Jika hasilnya sesuai dengan kriteria yang ada, berarti giemsa dan air pengencernya masih baik. Pengujian seperti ini perlu dilakukan setiap kali akan melakukan pewarnaan. 2. Dilakukan tes menggunakan kertas saring dan metil alkohol a. Meletakkan kertas saring di atas gelas supaya bagian tengah kertas saring tidak menyentuh sesuatu. b. Meneteskan 1 2 tetes stock giemsa pada kertas saring, menunggu sampai meresap dan melebar, kemudian meneteskan 3 5 tetes metil alkohol absolute dipertengahan bulatan giemsa satu persatu dengan jarak waktu beberapa detik, sampai garis tengah giemsa menjadi 5 7 cm maka akan berbentuk bulatan biru (metilen blue) di tengah, lingkaran cincin ungu (metilen azur) di luarnya serta lingkaran tipis warna merah (eosin) dipinggir sekali, jika warna ungu atau merah tidak terbentuk berarti giemsa sudah rusak dan tidak boleh dipakai lagi. (Depkes RI, 1993). D. Kerangka Teori Lama pewarnaan Apusan darah

Hasil pewarnaan sediaan apus darah Keterangan: Hasil pewarnaan sediaan apus darah dipengaruhi oleh faktor lama pewarnaan, apusan darah, pewarna (jenis, kualitas, dll), sumber daya manusia (tingkat ketrampilan, pengecatan dll). E. Kerangka Konsep Kualitas Giemsa Hasil Pewarnaan Keterangan: Kualitas giemsa mempengaruhi hasil pewarnaan pada sediaan apus darah. Kualitas giemsa dikatakan baik apabila giemsa dibuat baru dan dikatakan kurang baik

apabila giemsa yang dibuat sudah lama. Hasil pewarnaan dikatakan baik apabila lapisan darah cukup tipis sehingga eritrosit dan leukosit jelas terpisah satu dengan lainnya. Lekosit tidak boleh menggerombol pada bagian terakhir dari hapusan, hapusan tidak boleh mengandung endapan cat, bersih dari partikel zat warna giemsa,sel lekositnya tidak berlubang-lubang,sel lekositnya tidak pecah dan dikatakan kurang baik apabila lapisan darah tebal sehingga eritrosit dan lekosit tidak terpisah satu dengan lainnya, lekosit menggerombol pada bagian terakhir dari hapusan, hapusan mengandung endapan cat, terdapat partikel zat warna giemsa,sel lekositnya berlubang-lubang,sel lekositnya pecah.