BAB I PENDAHULUAN. Elka Desty Ariandy TGA PONDOK PESANTREN DI YOGYAKARTA

dokumen-dokumen yang mirip
SURAT PERNYATAAN. Yang bertanda-tangan di bawah ini, saya: Nama : Elka Desty Ariandy NPM :

BAB I PENDAHULUAN. terlepas dari kondisi sosial kultural masyarakat. Pendidikan memiliki tugas

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Latar Belakang Pengadaan Proyek

BAB I PENDAHULUAN. 1 diakses tanggal 25 Juni 2009.

BAB I PENDAHULUAN. Museum Budaya Dayak Di Kota Palangka Raya Page 1

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG LATAR BELAKANG PENGADAAN PROYEK

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Latar Belakang Eksistensi Proyek

BAB I PENDAHULUAN. [Pick the date]

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Tengah berasal dari sebuah kota kecil yang banyak menyimpan peninggalan. situs-situs kepurbakalaan dalam bentuk bangunan-bangunan candi pada masa

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 2010/ / / /2014. Jenjang Pendidikan (Negeri dan Swasta) No. 1. SMP

BAB I PENDAHULUAN. memenuhi kebutuhan kehidupan manusia. Alangkah lebih baiknya. Terlebih lagi jika ingin mendalami segala sesuatu yang berkaitan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengadaan Proyek

BAB I. PENDAHULUAN. J.I.C (Jogja Islamic Centre) sebagai architecture for urban yang berbasis

BAB IV ANALISIS IMPLEMENTASI SEKOLAH BERBASIS PESANTREN DI SMP DARUL MA ARIF BANYUPUTIH KABUPATEN BATANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Konteks Penelitian. Bangsa Indonesia sebagai bagian dari dunia, apabila

DI PURWOKERTO BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Pengertian Judul. Pengertian judul : PONDOK PESANTREN INTERNASIONAL DI SURAKARTA sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN. I. 1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1. JUDUL LEMBAGA PEMASYARAKATAN Yang Berorientasi Kepada Pembentukan Suasana Pendukung Proses Rehabilitasi Narapidana

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1

PONDOK PESANTREN TERPADU. DAAR EL-ISHLAH PUTRA, ingin BAB I PENDAHULUAN

BAB III METODE PERANCANGAN. sebuah proses perancangan, metode ini dibutuhkan untuk memudahkan perancang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Di jaman yang mengangkat emansipasi wanita kini, banyak wanita atau ibuibu

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PELATIHAN ANIMASI DI YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan. Pondok Pesantren bertugas untuk mencetak manusia yang benarbenar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Perancangan

BAB VI KONSEP PERANCANGAN DAN PERENCANAAN PONDOK PESANTREN

Panti Asuhan Anak Terlantar di Solo BAB I PENDAHULUAN

1.1 MAKSUD, TUJUAN DAN SASARAN

TK DAN SD BERTARAF INTERNASIONAL DI SEMARANG

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Eksistensi Proyek BAB 1 PENDAHULUAN

LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR

BAB I PENDAHULUAN. Tengah. 3 Neo Vernakular : suatu bentuk yang mengacu pada bahasa setempat dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Piramida Hirarki Kebutuhan (Sumber : en.wikipedia.org)

1BAB I PENDAHULUAN. KotaPontianak.Jurnal Lanskap Indonesia Vol 2 No

I.1 LATAR BELAKANG I.1.1

BAB I PENDAHULUAN. maupun sekelompok bangunan yang memfasilitasi kegiatan penelitian dan

JOGJA POST dan TV BAB 1 PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. kepemimpinan

BAB III METODE PERANCANGAN. memudahkan seorang perancang dalam mengembangkan ide rancangannya.

BAB I PENDAHULUAN. untuk melaksanakan proses belajar mengajar yang diarahkan untuk

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Eksistensi Proyek

BAB I PENDAHULUAN. permasalahan yang pasti akan dialami oleh setiap individu atau organisasi. Ketika

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

RUMAH RETRET DI YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. merupakan kota yang cukup padat dan banyak di datangi. Selain. terdapat di Yogyakarta. Keberadaan kampus-kampus di

ISLAMIC CENTRE BAB I PENDAHULUAN

[PONDOK PESANTREN MODERN DI KABUPATEN DEMAK] LP3A BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. PLAY GROUP DAN TPA DI YOGYAKARTA Berdasarkan pada nilai-nilai kebudayaan Jawa

GAME CENTRE DI YOGYAKARTA (Transformasi Game DotA Warcraft III The Frozen Throne)

BAB I PENDAHULUAN. Untuk mencapai tujuan pendidikan yang lebih optimal, berdaya guna,

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengadaan Proyek

JURUSAN ARSITEKTUR-FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS BINA NUSANTARA JAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

ISLAMIC CENTRE DI SLAWI KABUPATEN TEGAL

BAB I PENDAHULUAN. Museum Permainan Tradisional di Yogyakarta AM. Titis Rum Kuntari /

Sekolah Dasar Eksperimental Di Yogyakarta BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.2 Menurut PP No.

BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Upaya pembangunan pendidikan di Indonesia dilaksanakan dalam berbagai

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

DAFTAR ISI. Halaman Judul Lembar Pengesahan Lembar Persembahan. Abstraksi Kata Pengantar. Daftar Gambar Daftar Tabel Daftar Lampiran

BAB I PASAR SENI DI WAIKABUBAK SUMBA BARAT NTT ARSITEKTUR TRADISIONAL SEBAGAI ACUAN PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Membangun karakter, character building is never ending process

BAB I PENDAHULUAN. cukup mendasar, terutama setelah diberlakukannya Undang-Undang Republik

BAB 3 METODE PERANCANGAN. data dari sumber literatur hingga survey langsung obyek-obyek komparasi untuk

MUSEUM BUDAYA DI PONTIANAK, KALIMANTAN BARAT

BAB I PENDAHULUAN. (Bandung: Mizan,1995), hlm Martin Van Bruinessen, Kitab Kuning, Pesantren dan Tarekat,

[SEKOLAH KHUSUS AUTIS DI YOGYAKARTA]

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PONDOK PESANTREN YATIM PUTRA SEBAGAI WUJUD TRANSFORMASI DESIGN HABLUMINALLAH DAN HABLUMINANNAS DI WONOGIRI

LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR ISLAMIC CENTER DI KABUPATEN DEMAK

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Asrama Mahasiswa Universitas Atma Jaya Yogyakarta

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia tersebut adalah pendidikan. Tujuan pendidikan adalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN I.1

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. Umbara, Bandung, 2003, hlm Ahmad Juntika Nurihsan dan Akur Sudiarto, Manajemen Bimbingan dan Konseling di

GBI Keluarga Allah Yogyakarta

Dukuh Atas Interchange Station BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

PERANCANGAN PONDOK PESANTREN MADINATUL QUR AN JONGGOL. Landasan Konseptual Perencanaan dan Perancangan BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Pendidikan menjadi sebuah kebutuhan mutlak dan primer saat ini. Sebelumnya, pendidikan hanya menjadi milik kalangan atas namun

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN KATA PENGANTAR DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL/DIAGRAM

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB III METODE PERANCANGAN. kualitatif. Dimana dalam melakukan analisisnya, yaitu dengan menggunakan konteks

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang I.1.1 Latar Belakang Eksistensi Proyek DPR RI secara resmi mengesahkan Undang Undang Sistem Pendidikan Nasional ( UU sisdiknas ) yang sebelum disahkan UU ini mengundang banyak kontroversi. Terlepas dari kontroversi yang ada, ada beberapa hal yang patut diperhatikan terkait isi Undang Undang tersebut, terutama berkaitan dengan agama dan pendidikan agama. Pertama, dalam undang undang ini pemerintah secara resmi mengatur pelaksanaan pendidikan agama di lembaga pendidikan formal. Kedua, pemerintah memasukkan ke dalam undang undang lembaga lembaga pendidikan agama seperti pesantren 1. Sejarah sudah mencatat bahwa pondok pesantren adalah lembaga pendidikan, keagamaan dan kemasyarakatan yang sudah sejak lama dikenal sebagai wahana pengembangan masyarakat ( community development ) 2. Dengan orientasi tersebut, pondok pesantren telah mampu menunjukkan partisipasi aktifnya bersama sama pemerintah dalam menyukseskan program program pembangunan, lebih lebih dalam hal kehidupan beragama dan pencerdasan kehidupan bangsa. Memang istilah mencari ilmu setinggi mungkin adalah benar karena merupakan salah satu kebutuhan yang penting bagi manusia. Akan tetapi pada kondisi saat ini pencarian ilmu yang dilengkapi dengan pendidikan non formal khususnya pendidikan keagamaan kurang begitu diminati. Hal itu dikarenakan dalam penerapan pendidikan non formal terbilang masih tradisional, sarana pendidikan pun masih terbatas belum sesuai dengan pendidikan pendidikan formal tinggi lainnya yang sekarang telah merambah luas. Maka dari itu perlu adanya suatu wadah yang dapat memfasilitasi kegiatan belajar mengajar serta berbagai aktivitas yang masih berbau tradisi keagamaan 1. Ma mur Asmani, Jamal, 2003, Menggagas Pesantren Masa Depan, Qirtas, Yogyakarta, hlm 3. 2. Ma mur Asmani, Jamal, 2003, Menggagas Pesantren Masa Depan, Qirtas, Yogyakarta, hlm 3. Elka Desty Ariandy 11660 1

sehingga dapat mengangkat nilai keagamaan dengan jalur pendidikan selain itu juga untuk pembelajaran akan pentingnya hubungan dengan masyarakat. Berdasarkan pertimbangan kurangnya fasilitas yang tersedia pada pondok pesantren yang sudah ada dan kurangnya penyetaraan pendidikan non formal dengan pendidikan formal maka patutlah untuk dibangun sebuah pondok pesantren. Pondok pesantren adalah suatu lembaga pendidikan dan pengajaran agama Islam, yang umumnya dengan cara non-klasikal dimana selain mempunyai tugas pokok membantu pemerintah melengkapi dunia pendidikan dengan corak keagamaan. Juga mempunyai fungsi, selain sebagai tempat menuntut ilmu juga sebagai tempat pengendalian diri, tempat pembelajaran kebribadian, tempat pendalaman agama dan pembentukan yang akan banyak membantu dalam penyiapan insan pembangunan yang tangguh mentalnya sesuai tuntutan hidup masa kini. Kota Yogyakarta selain dikenal sebagai kota budaya, juga merupakan kota pendidikan dimana setiap tahunnya banyak pelajar yang ingin mencari ilmu dengan melanjutkan pendidikannya di Yogyakarta. Sekurang kurangnya terdapat 18 sekolah negri, 50 sekolah menengah keatas, 31 sekolah menengah kejuruan, 60 sekolah menengah pertama dan tak kurang dari 240 sekolah dasar baik negri maupun swasta, tumbuh berkembang di kota Jogja 3. Tetapi diantara sekian banyak tempat menimba ilmu yang telah disebutkan keberadaan pondok pesantren masih jarang ditemukan. Pada hakekatnya pondok pesantren juga turut berperan bagi suatu bangsa yang merdeka dan memiliki tujuan nasional seperti bangsa Indonesia yang salah satu tujuannya tersirat dalam pembukaan UUD 45 dan Rumusan Garis Garis Besar Haluan Negara, yaitu meningkatkan kesejahteraan rakyat dan mencerdaskan kehidupan bangsa, selain untuk mendukung program pemerintah disektor pendidikan melalui pondok pesantren yang ada, juga diharapkan dapat tercapainya pertanggungjawaban nasional terhadap generasi yang akan datang dalam menyelamatkan tradisi bangsa. 3. Harian Kompas, Senin 20 Agustus 2007. Elka Desty Ariandy 11660 2

Prespektif historis menempatkan pesantren pada posisi yang cukup istimewa dalam khasanah perkembangan sosial budaya masyarakat Indonesia. Abdurrahman Wahid menempatkan pesantren sebagai subkultur tersendiri dalam masyarakat Indonesia. Menurutnya lima ribu buah pondok pesantren yang tersebar di Indonesia merupakan bukti tersendiri untuk menyatakan sebagai sebuah subkultur 4. Bertolak dari pandangan Wahid di atas, tidak terlalu berlebihan apabila pesantren diposisikan sebagai satu elemen determian dalam struktur piramida sosial masyarakat Indonesia. Adanya posisi penting yang disandang pesantren menuntutnya untuk memainkan peran penting pula dalam setiap proses proses pembangunan sosial baik melalui potensi pendidikan maupun potensi pengembangan masyarakat yang dimilikinya. Seperti dimaklumi, pesantren selama ini dikenal dengan fungsinya sebagai lembaga pendidikan yang memiliki misi untuk membebaskan peserta didiknya, ( santri ) dari belenggu kebodohan yang selama ini menjadi musuh dari dunia pendidikan secara umum. Pada tataran berikutnya, keberadaan para santri dalam menguasai ilmu pengetahuan dan keagamaan akan menjadi bekal mereka dalam berperan serta dalam proses pembangunan yang pada intinya tiada lain adalah perubahan sosial menuju terciptanya tatanan masyarakat yang lebih sempurna. I.1.2 Latar Belakang Permasalahan Dalam konteks ini, praktek pembangunan sosial itu bukan saja menjadi milik dan tanggung jawab institusi pemerintah, melainkan tanggung jawab bersama antar pemerintah dan masyarakat. Hanya saja keberadaan pesantren tidak memiliki kewenangan langsung untuk merumuskan aturan sehingga perannya dapat dikategorikan ke dalam apa yang dikenal dengan partisipasi. Dalam hal ini, pesantren melalui kyai dan santri didikannya cukup potensial untuk menggerakkan masyarakat secara umum. Sebab bagaimana pun keberadaan kyai sebagai elit sosial dan agama menempati posisi dan peran sentral dalam struktur 4. Sulthon. H. M. dan Khusnuridlo. Moh. 2006, Manajemen Pondok Pesantren Dalam Prespektif Global, LaksBang PRESSindo, Yogyakarta. Hal 22. Elka Desty Ariandy 11660 3

sosial masyarakat Indonesia 5. Salah satu sektor penting dalam pembangunan sosial yang mendapatkan perhatian serius hampir dalam setiap proses pelaksanaan pembangunan adalah aspek pendidikan. Bidang pendidikan itu sendiri telah menjadi pilar utama penyangga keberhasilan pelaksanaan pembangunan sosial. Hampir bisa dipastikan, bagi suatu daerah yang masyarakatnya memiliki tingkat pendidikan tinggi cenderung memiliki tingkat keberhasilan pembangunan yang cukup tinggi bila dibandingkan dengan daerah yang rata rata tingkat pendidikan masyarakatnya masih relatif rendah. Jadi secara tidak langsung pesantren sangat erat kaitannya dalam membangun masyarakat, maka dari itu bagaimana mewujudkan pondok pesantren yang desainnya dapat membaur dengan masyarakat sekitar, mengingat pesantren juga turut berpengaruh dalam pelaksanaan pembangunan sosial. Dari uraian diatas dapat dirasakan masih kurangnya upaya untuk mencari desain yang mampu menjadi jawaban atas permasalahan tersebut. Maka diharapkan bangunan pondok pesantren ini nantinya menjadi tempat yang justru membuat masyarakat terdorong untuk mengenalkan anak anak mereka dengan pendidikan pendidikan di dalamnya. Selain tujuan diatas, pondok pesantren ini juga harus mampu menampilkan citra, kualitas serta ekspresi dari kaidah Islam mengenai kemasyarakatan : kesetaraan, kesederhanaan, mengajak dan keteraturan yang dituangkan kedalam bentuk bangunan maupun tata lansekapnya melalui pentransformasian elemen elemen arsitektural, seperti skala, bentuk, warna, tekstur material serta tatanan masa.. I.2 Rumusan Masalah Bagaimana wujud rancangan Pondok Pesantren di Yogyakarta yang didasarkan pada kaidah Islam mengenai kemasyarakatan : kesetaraan, kesederhanaan, mengajak dan teratur. Dimana kaidah kaidah Islam tersebut membahas tentang hubungan dan 5. Sulthon. H. M. dan Khusnuridlo. Moh. 2006, Manajemen Pondok Pesantren Dalam Prespektif Global, LaksBang PRESSindo, Yogyakarta. Hal 23. Elka Desty Ariandy 11660 4

tanggung jawab terhadap sesama manusia dalam lingkup masyarakat. I.3 Tujuan dan Sasaran I.3.1 Tujuan Merencanakan sebuah bangunan pondok pesantren yang nantinya diharapkan melalui transformasi bentuk dari point - point kesimpulan hadits yang terkait dengan kemasyarakatan dapat memenuhi kebutuhan ruang yang sesuai dengan sarana pendidikan keagamaan. Dengan menyediakan wadah yang dapat memberi kenyamanan bagi siswa dalam beraktivitas belajar, bermasyarakat dan beribadah. I.3.2 Sasaran 1. Membuat konsep dasar perencanaan dan perancangan dalam kesatuan bentuk desain melalui dasar dasar kemasyarakatan. 2. Membuat analisis pengolahan bentuk dan tatanan ruang pondok pesantren melalui transformasi bentuk. 3. Mempelajari keterkaitan fungsi dan aktifitas yang diwadahi dalam pondok pesantren. I.4 Materi Studi Materi yang akan dibahas adalah penataan ruang yang mendukung perwujudan suasana ruang melalui pengolahan bentuk berdasarkan transformasi bentuk melalui ayat ayat yang membahas hubungan manusia dengan masyarakat dalam Quran hadits. Dalam membicarakan suasana ruang, pembahasan mengenai elemen elemen tersebut diatas berkaitan dengan suprasegmen seperti bentuk, warna, bahan, tekstur dan ukuran ( proporsi / skala / modul ). Keterkaitan elemen elemen ruang diatas dengan suprasegmennya bila disesuaikan dengan fungsi bangunan akan menciptakan karakter ruang yang menggambarkan intelektual mengenai kegiatan yang terjadi di dalamnya serta keterbukaan pesantren terhadap masyarakat sekitar. Obyek dan penerapan dari pembahasan ini disesuaikan dengan Elka Desty Ariandy 11660 5

kondisi kota Yogyakarta sebagai lokasi dimana pondok pesantren ini akan diwujudkan. I.5 Pendekatan Studi Pendekatan studi diharapkan dapat menghasilkan faktor penentu perancangan fisik dan pembahasan diutamakan menggunakan pendekatan kata kunci yang didapat dari kesimpulan ayat ayat mengenai kemasyarakatan yang ditransformasikan kedalam desain bangunan. I.6 Pola Prosedural Pola prosedural menggunakan polakerja penalaran deduktif yang berdasarkan pada : - teori - persyaratan / peraturan standar - landasan umum - psikologi arsitektur faktor-faktor tersebut diatas diuraikan kemudian hasil dari penguraian dibuat dalam suatu kesimpulan yang akhirnya diterapkan dalam rumusan permasalahan desain. I.7 Tata Langkah Langkah-langkah yang ditempuh dalam penyelesaian masalah desain pondok pesantren, yaitu dengan : 1. Melakukan studi lapangan secara tidak langsung, dengan cara mengumpulkan data-data lapangan melalui internet dan sumber-sumber informasi lain. 2. Mencari dan mengumpulkan data-data yang berhubungan dengan materi acuan dari internet ataupun buku-buku pustaka. 3. Data yang ada dianalisis lebih lanjut, dengan menjawab permasalahan desain berupa pengembangan dari dasar latar belakang proyek sebagai konsep desain. Elka Desty Ariandy 11660 6

4. Permulaan proses perencanaan dan perancangan proyek berupa konsepkonsep mengenai tata ruang dan bentuk. 5. Studio rancangan proyek. 6. Mewujudkan rancangan proyek. Diagram Sistematik Landasan Konseptual Perencanaan dan Perancangan Pondok Pesantren di Yogyakarta Latar belakang permasalahan -Tempat belajar, bermasyarakat dan beribadah dalam 1 lingkup bangunan -sebagai filer kebudayaan asing -Kurang berkembangnya pondok pesantren di Yogyakarta Rumusan masalah Bagaimana wujud rancangan pondok pesantren Merencanakan dan merancang pondok pesantren Disesuaikan dengan rumusan permasalahan yang ada Mencari data-data secara teoritis yang didasarkan pada kaidah islam mengenai kemasyarakatan melalui hadits Data primer dan skunder Pencarian data-data lapangan mengenai site di Yogyakarta yang cocok untuk proyek pondok pesantren Hasil dianalisis dan ditarik kesimpulan Pengembangan point - point Analisis dan konsep desain Analisis site Analisis pelaku dan kegiatan Analisis program, hubungan dan besaran ruang Analisis sistem struktur dan utilitas Konsep penataan ruang luar dan dalam Konsep penataan massa Konsep tampilan bangunan Wujud rancangan pondok pesantren Bagan.I.1. Bagan Sistematika Sumber: Analisis Penulis Elka Desty Ariandy 11660 7

I.8 Sistematika Pembahasan 1. PENDAHULUAN Memuat tentang latar belakang, rumusan permasalahan, tujuan dan sasaran, lingkup studi, metode studi serta sistematika pembahasan. 2. TINJAUAN UMUM PONDOK PESANTREN Menyangkut tinjauan materi secara umum mengenai pondok pesantren, berisi perkembangan, manajemen dan relevansinya dengan kehidupan saat ini. 3. TINJAUAN KHUSUS PONDOK PESANTREN Menyangkut tinjauan materi secara khusus mengenai ayat ayat yang membahas hubungan manusia dengan masyarakat dalam Quran hadits. 4. LANDASAN TEORI PONDOK PESANTREN Berisi berbagai landasan teori yang terkait dengan penekanan dan metoda pondok pesantren. 5. ANALISIS PERANCANGAN DAN PERENCANAAN PONDOK PESANTREN Memuat analisis dasar mengenai penerapan ayat ayat yang yang ditransformasikan ke dalam desain bangunan pondok pesantren. 6. KONSEP PERANCANGAN DAN PERENCANAAN Konsep yang menghasilkan wujud rancangan pondok pesantren yang didasarkan pada kaidah Islam mengenai kemasyarakatan Elka Desty Ariandy 11660 8