TINJAUANPUSTAKA. ujung tanaman. Semua bagian tanaman dari buah, daun, maupun batang

dokumen-dokumen yang mirip
TINJAUAN PUSTAKA. Buah labu kuning atau buah waluh (Jawa Tengah), labu parang (Jawa Barat),

TINJAUAN PUSTAKA. menjadi tegas, kering, berwarna terang segar bertepung. Lembab-berdaging jenis

Gambar 1. Beberapa varietas talas Bogor

BAB I PENDAHULUAN. Kandungan gizi pada ikan adalah protein, lemak, vitamin-vitamin, mineral,

TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman dan Buah Manggis (Garcinia mangostana L.)

Buah pepaya kaya akan antioksidan β-karoten, vitamin C dan flavonoid. Selain itu buah pepaya juga mengandung karpoina, suatu alkaloid yang dapat

TANAMAN PERKEBUNAN. Kelapa Melinjo Kakao

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. buahnya. Dilihat dari bentuk daun dan buah dikenal ada 4 jenis nanas, yaitu Cayene

BAB I PENDAHULUAN. lagi bagi bangsa Indonesia, dapat dikatakan bahwa di setiap daerah di

BAB I PENDAHULUAN. makanan sangat terbatas dan mudah rusak (perishable). Dengan pengawetan,

Prinsip-prinsip Penanganan dan Pengolahan Bahan Agroindustri

HASIL DAN PEMBAHASAN

PENDAHULUAN. Buah-buahan tidak selalu dikonsumsi dalam bentuk segar, tetapi sebagian

TINJAUAN PUSTAKA. Sawi hijau sebagai bahan makanan sayuran mengandung zat-zat gizi yang

KOMPARASI UJI KARBOHIDRAT PADA PRODUK OLAHAN MAKANAN DARI TEPUNG TERIGU DAN TEPUNG BIJI NANGKA (Artocarpus heterophyllus)

Kingdom : Plantae. Divisi : Spermatophyta. Class : Dicotyledoneae. Ordo : Cistales. Famili : Caricaceae. Genus : Carica. Spesies : Carica papayal.

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Salah satu bagian tanaman pepaya yang dapat dimanfaatkan sebagai obat

PENDAHULUAN. segar mudah busuk atau rusak karena perubahan komiawi dan kontaminasi

TINJAUAN PUSTAKA Asal-usul dan Penyebaran Geografis Sifat Botani

BAB I PENDAHULUAN. selai adalah buah yang masak dan tidak ada tanda-tanda busuk. Buah yang

BAB I PENDAHULUAN. pertambahan penduduk, perkembangan ekonomi, perubahan gaya hidup serta kesadaran

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi tanaman mentimun ( Cucumis sativus L.) (Cahyono, 2006) dalam tata nama tumbuhan, diklasifikasikan kedalam :

: Plantae (Tumbuhan) Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh) Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji)

OSMOSIS LATAR BELAKANG

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. Tanaman kedelai (Glycine max L. Merrill) memiliki sistem perakaran yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pepaya (Carica papaya L.) merupakan tanaman yang berasal dari Meksiko

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. bahan dalam pembuatan selai adalah buah yang belum cukup matang dan

BAB II DATA DAN ANALISA

II. TINJAUAN PUSTAKA. disertai dengan proses penggilingan dan penjemuran terasi. Pada umumnya

BAB 1 PENDAHULUAN. disukai oleh masyarakat mulai dari anak-anak, remaja, dewasa, hingga

TINJAUAN PUSTAKA. antara cm, membentuk rumpun dan termasuk tanaman semusim.

BAB I PENDAHULUAN. Tanaman bayam merupakan sayuran daun yang sudah lama dikenal dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi

TINJAUAN PUSTAKA Botani

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. akar-akar cabang banyak terdapat bintil akar berisi bakteri Rhizobium japonicum

I. PENDAHULUAN. kuning atau merah (Prajnanta, 2003).

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Klasifikasi dan Deskripsi Tanaman Cabai Merah (Capsicum annuum L.)

TANAMAN PENGHASIL PATI

TINJAUAN PUSTAKA. Deskripsi Tanaman Sukun (Artocarpus communis Frost) Dalam sistematika tumbuh-tumbuhan tanaman sukun dapat

PELUANG BISNIS BUDIDAYA JAMBU BIJI

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan akan vitamin dan mineral yang diperoleh dari buah-buahan

BAB I PENDAHULUAN. yang seharusnya kita dapat mempelajari dan bersyukur kepadanya. Kekayaan yang

BAB I PENDAHULUAN. panjang cm dan garis tengah cm. Buah nangka terdiri atas

Buletin Peternakan Edisi IV 2017 Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Prov. Sulawesi Selatan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Produktivitas tanaman ditentukan oleh interaksi antara lingkungan dan

BAB I PENDAHULUAN. Telur adalah salah satu bahan makanan hewani yang dikonsumsi selain

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL BUDIDAYA TEMULAWAK. Mono Rahardjo dan Otih Rostiana

BAB I PENDAHULUAN. terlebih keuntungan dalam sektor pertanian. Sektor pertanian terutama

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Pepaya

PENGOLAHAN BUAH-BUAHAN

TEKNIK SELEKSI BIJI PEPAYA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Sorgum (Sorghum bicolor (L.) Moench) banyak ditanam di daerah beriklim panas

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman Sorgum (Sorghum bicolor (L.) Moench) berasal dari negara Afrika.

LAPORAN ILMU TEKNOLOGI PANGAN Pembotolan Manisan Pepaya. Oleh :

BAB I PENDAHULUAN. tahun 1960-an ubi jalar telah menyebar hampir di seluruh Indonesia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. nama latin Carica pubescens atau Carica candamarcencis. Tanaman ini masih

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai : (1) Llatar Belakang, (2) Identifikasi

TINJAUAN PUSTAKA. A. Klasifikasi Tanaman Pisang. Menurut Cronquist (1981) Klasifikasi tanaman pisang kepok adalah sebagai. berikut: : Plantae

I. PENDAHULUAN. Tenggara yang beriklim tropis basah seperti Indonesia, Thailand dan Malaysia

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL BUDIDAYA KUNYIT. Mono Rahardjo dan Otih Rostiana

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. diikuti oleh akar-akar samping. Pada saat tanaman berumur antara 6 sampai

TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman pepaya (Carica papaya L.) termasuk ke dalam family

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. aroma spesifik dan mempunyai nilai gizi cukup tinggi. Bagian kepala beratnya

I. PENDAHULUAN. makanan selingan berbentuk padat dari gula atau pemanis lainnya atau. makanan lain yang lazim dan bahan makanan yang diijinkan.

BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

Faktor Pembatas (Limiting Factor) Siti Yuliawati Dosen Fakultas Perikanan Universitas Dharmawangsa Medan 9 April 2018

I PENDAHULUAN. selain sebagai sumber karbohidrat jagung juga merupakan sumber protein yang

I. PENDAHULUAN. yaitu permen keras, permen renyah dan permen kenyal atau permen jelly. Permen

TINJAUAN PUSTAKA. dan kini sudah tersebar luas ke seluruh dunia termasuk Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. yang melimpah. Dalam sektor pertanian, Indonesia menghasilkan berbagai produk

TINJAUAN PUSTAKA. Species: Allium ascalonicum L. (Rahayu dan Berlian, 1999). Bawang merah memiliki batang sejati atau disebut discus yang bentuknya

PETUNJUK LAPANGAN 3. PANEN DAN PASCAPANEN JAGUNG

BAB I PENDAHULUAN. Protein (KEP). KEP merupakan suatu keadaan seseorang yang kurang gizi

IKAN ASIN CARA PENGGARAMAN KERING

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BABI PENDAHULUAN. Komoditas pertanian umumnya memiliki mas a slmpan yang singkat. karena mudah rusak (perishable). Usaha memperpanjang umur slmpan dan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Semangka merupakan tanaman semusim yang termasuk ke dalam famili

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA. merata sepanjang tahun. Curah hujan (CH) untuk pertanaman pepaya berkisar

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN

KARYA TULIS ILMIAH Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan Diploma III (Tiga) Gizi Ilmu Kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. Bergesernya selera masyarakat pada jajanan yang enak dan tahan lama

BAB I PENDAHULUAN. seperti Indonesia. Salah satu genus umbi-umbian yaitu genus Dioscorea atau

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA Padi Varietas Way Apoburu Pupuk dan Pemupukan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara tropis yang kaya akan buah-buahan. Dari sekian

PENINGKATAN KUALITAS PRODUK DAN EFISIENSI ENERGI PADA ALAT PENGERINGAN DAUN SELEDRI BERBASIS KONTROL SUHU DAN HUMIDITY UDARA

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

I. PENDAHULUAN. tidak rata karena mata tunas dan warna daging dari putih hingga kuning

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman bawang merah berakar serabut dengan sistem perakaran dangkal

Transkripsi:

5 II. TINJAUANPUSTAKA A. Pepaya 1. Botani Pepaya Tanaman pepaya mungkin berasal dari kawasan sekitar Meksiko dan Costa Rica. Tanaman pepaya berupa pohon kecil atau perdu dengan daunnya terletak pada ujung tanaman. Semua bagian tanaman dari buah, daun, maupun batang mengandung getah. Getahnya mengandung papain, yaitu enzim yang bersifat proteolitik (merombak protein) yang dapat digunakan untuk melunakkan daging serta untuk meningkatkan daya tahan wol dari tarikan. Daunnya tersusun secara spiral melingkar batang, lembaran daun bercelah-celah menjari dan bunganya biasanya berumah dua (dioecious). Tanaman pepaya memiliki umur yang pendek dibandingkan dengan tanaman tahunan lainnya. Batangnya tidak bercabang, namun apabila bagian pucuknya dipotong cabang akan terbentuk. Bentuk batangnya lurus, bulat, berongga di dalam, lunak dan dapat mencapai ketinggian hingga 10 m. Daunnya bertangkai panjang sekali, berkelompok pada pucuk kanopi. Daun yang sudah tua akan menguning dan gugur meninggalkan bekas pada batangnya. Buah papaya mengandung gula sekitar 4-10% dan kandungan airnya mencapai hingga 90% (Ashari, 1995).

6 Di Indonesia, pepaya dapat ditanam hingga 1000 m di atas permukaan air laut, akan tetapi lebih baik jika pepaya ditanam di bawah 600 700 m. Di daerah tropis seperti di negara India dan Kenya, pepaya dapat ditanam hingga 1200 1500 m di atas permukaan air laut ( AAK, 1975). Tanaman ini lebih senang tumbuh di lokasi yang banyak hujan (cukup tersedia air) dengan curah hujan 1.000-2.000 mm per tahun dan merata sepanjang tahun. Tanaman pepaya masih mampu berbuah di daerah yang iklimnya kering yang musim hujannya 2-5 bulan dan musim kemaraunya 6-8 bulan, asalkan kedalaman air tanahnya 50-150 cm dari permukaan tanah. Daerah yang terbuka (tidak ternaungi), tidak tergenang air dan mempunyai tanah yang subur dengan porositas yang baik dengan ph 6-7 adalah yang paling disenangi oleh tanaman pepaya. Tanah yang mempunyai drainase tidak baik akan menyebabkan tanaman mudah terserang penyakit pada akarnya (Sunarjono, 2000). Sebagian besar penanaman pepaya dimanfaatkan untuk dikonsumsi buahnya yang telah matang sebagai buah segar. Buah pepaya juga dapat digunakan sebagai selai atau salad serta minuman segar. Buah dan daunnya yang masih muda juga dapat digunakan sebagai sayuran (Ashari, 1995). Menurut Sunarjono (2000), selain untuk konsumsi buah segar, buah pepaya matang juga dapat diolah menjadi saus pepaya. Buah yang setengah matang biasanya diolah menjadi manisan buah. Daunnya yang masih muda serta bunganya juga dapat digunakan sebagai urap (lalap masak).

7 2. Kandungan Kimia Buah Pepaya Buah pepaya memiliki banyak manfaat karena tingginya kandungan vitamin A, B dan C serta enzim protoelitik seperti papain dan chymopapain yang memiliki sifat antivirus, antifugal dan antibakteri. Pepaya dapat digunakan sebagai obat berbagai macam penyakit seperti kutil, sinusitis, eksim, tuberkel, kelenjar tumor, tekanan darah, dispepsia, sembelit, amenorea, membasmi cacing dan masih banyak lagi, sehingga pepaya dapat dianggap sebagai nutraceutikal (Aravind et al., 2013). Kandungan kimia buah pepaya dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Kandungan kimia buah pepaya per 100 gram Komponen Buah Matang Buah Mentah Energi (kkal) 46 26 Air (g) 86,7 92,3 Protein (g) 6,5 2,1 Lemak (g) - 0,1 Karbohidrat (g) 12,2 4,9 Vitamin A (IU) 365 50 Vitamin B (mg) 0,04 0,02 Vitamin C (mg) 78 19 Kalsium (mg) 23 50 Besi (mg) 1,7 0,4 Fosfor (mg) 12 16 Sumber : Kalie (1980) dalam Pratiwi (2007) 3. Varietas Pepaya di Indonesia Menurut Nuswamarhaeni, dkk (1999), varietas pepaya yang unggul diarahkan pada sifat sebagai berikut : produktivitasnya tinggi, produksinya tidak dipengaruhi oleh perubahan iklim. buahnya berbentuk bulat panjang atau panjang. rongga buah kecil sehingga daging buah tebal.

8 daging buah berwarna merah dan rasanya manis. kulit buah kuat, tidak terlalu lembek supaya tahan saat pengangkutan, serta resisten terhadap penyakit akar yang berbahaya. Varietas pepaya yang banyak ditanam di Indonesia termasuk kultivar yang dianjurkan adalah pepaya semangka, pepaya jinggo, pepaya cibinong, dan pepaya bangkok. Pepaya semangka Pepaya ini mempunyai bentuk lonjong berputing, daging buahnya berwarna merah semangka, rasanya manis dan banyak mengandung air. Bila telah matang kulit buahnya akan berwarna kuning menarik. Rata-rata berat pepaya ini mencapai 1 kg. Pepaya jinggo Pepaya jinggo mirip dengan pepaya semangka. Daging buahnya berwarna merah dan banyak mengandung air, kulitnya berwarna jingga dan beratnya sekitar 1,5 kg. Bila dibandingkan dengan pepaya semangka, rasanya kurang manis, tetapi lebih tahan dalam pengangkutan. Pepaya cibinong Pepaya cibinong berbentuk panjang besar dan lancip pada bagian ujungnya. Kulit buahnya tebal, tidak merata dan warnanya tetap hijau jika buah telah matang, kecuali pada bagian ujungnya berwarna kuning. Berat pepaya cibinong sekitar 2,5 kg, rasa buahnya kurang manis, tetapi daging buahnya lebih keras sehingga lebih tahan selama dalam pengangkutan.

9 Pepaya bangkok Pepaya bangkok mirip dengan pepaya cibinong, tetapi bentuknya lebih bulat dan lebih besar. Berat buah ini sekitar 3,5 kg, daging buah berwarna jingga kemerah-merahan dan keras. Kulit buah kasar dan tidak rata serta tahan selama pengangkutan. Gambar 1. Buah pepaya varietas bangkok Selain jenis pepaya tersebut, di Indonesia dikenal juga jenis pepaya burung, seperti pepaya ijo, pepaya mas, pepaya solo dan pepaya item panjang. Walaupun rasa buahnya manis, daging buahnya berwarna kuning dan aromanya enak, ternyata konsumen kurang menyukai, sehingga pepaya ini sering diberikan untuk makanan burung. Di Indonesia umumnya konsumen lebih menyukai buah pepaya yang besar, bulat panjang atau panjang, dengan daging buah berwarna merah serta rasanya yang manis (Nuswamarhaeni, dkk., 1999). Sumoprastowo (2004), menambahkan bahwa sebagian konsumen gemar terhadap buah pepaya yang manis dengan daging buah yang keras.

10 Menurut Indriyani, dkk (2008), tingkat kemasakan buah pepaya biasanya dibagi menjadi lima kriteria yaitu : 1. Buah muda Buah muda adalah buah yang masih dalam proses pertumbuhan dan pembentukan ke arah tingkat buah tua. Bentuk, berat dan komposisi buah masih belum utuh dan belum lengkap. Kulit buah berwarna hijau muda dan mengandung banyak getah. Daging buah dan biji masih berwarna putih. Bila buah dipetik masih mengeluarkan banyak getah. Bila diperam atau dikarbit, buah akan masak tidak sempurna. Kulit dan daging buah akan berwarna pucat dan rasanya tawar bahkan kadang-kadang terasa pahit. 2. Buah tua (green mature stage) Buah tua ditandai dengan warna kulit yang masih hijau. Getah sudah banyak berkurang dan encer. Daging buah masih keras, tetapi bagian dalamnya mulai tampak ada perubahan warna. 3. Buah mengkal (firm ripe stage) Buah mengkal ditandai dengan mulai menguningnya kulit buah, terutama di bagian ujung buah. Daging buah masih keras, tetapi bagian dalam telah berubah warna. 4. Buah masak (ripe stage) Seluruh kulit buah telah berubah warna menjadi kuning atau kuning kemerahan. Daging buah seluruhnya telah lunak dan berwarna kuning atau merah menyala. Rasanya manis, segar, beraroma dan banyak mengandung air.

11 5. Buah masak memar (over ripe stage) Buah sudah terlalu masak. Kulit dan daging buah sangat lembek. Rasa daging buah sudah tidak enak dan ada rasa pahitnya. Untuk pemasaran lokal (setempat) biasanya buah dipetik pada tingkat kemasakan mengkal. Sedangkan untuk pemasaran jarak jauh, buah dipetik pada tingkat kemasakan tua. Buah pepaya yang masak ditandai dengan kulit dan daging buahnya berwarna cerah, rasanya manis, dan aromanya sudah tercium. Pada saat panen harus dijaga agar kulit buah jangan sampai tergores apalagi terluka, karena akan membuat buah menjadi cacat sehingga warna kulit dan penampilan buah menjadi tidak utuh lagi. Goresan pada buah menjadi jalan masuknya mikroorganisme sehingga daya simpan menjadi berkurang. Buah yang baru dipetik harus dijaga agar getahnya tidak menetes pada kulit buah karena menyebabkan kulit buah tidak menarik. B. Dehidrasi Osmosis Pengeringan merupakan proses pemindahan panas dan uap secara simultan yang memerlukan energi panas untuk menguapkan kandungan air yang dipindahkan dari permukaan bahan yang dikeringkan oleh media pengering yang biasanya berupa panas (Pujimulyani, 2009). Proses pengeringan atau penghidratan berlaku apabila bahan yang dikeringkan kehilangan sebagian atau keseluruhan air yang dikandungnya. Proses utama yang terjadi pada proses pengeringan adalah penguapan. Penguapan terjadi apabila air yang dikandung oleh suatu bahan teruap, yaitu apabila panas diberikan kepada bahan tersebut. Pengeringan juga dapat berlangsung dengan cara lain yaitu dengan memecahkan ikatan molekul-

12 molekul air yang terdapat di dalam bahan. Apabila ikatan molekul-molekul air yang terdiri dari unsur dasar oksigen dan hidrogen dipecahkan, maka molekul tersebut akan keluar dari bahan. Akibatnya bahan tersebut akan kehilangan air yang dikandungnya (Hasibuan, 2005). Menurut (Petrucci, 1987), osmosis adalah aliran bersih dari molekul pelarut melalui selaput semipermeabel dari larutan yang lebih encer atau dari pelarut murni ke larutan yang lebih pekat. Sedangkan menurut Yulianto (2011), osmosis adalah perpindahan pelarut dari konsentrasi tinggi ke konsentrasi yang lebih rendah melalui membran semipermeabel. Osmosis harus melewati membran semipermeabel. Jadi jika terjadi perpindahan pelarut tanpa melalui membran selektif semipermeabel bukanlah osmosis tetapi peristiwa tersebut dikenal sebagai difusi. Dalam sistem osmosis, dikenal dengan larutan hipertonik yaitu larutan yang memiliki konsentrasi terlarut tinggi, larutan hipotonik yaitu larutan dengan konsentrasi terlarut rendah dan larutan isotonik yaitu dua larutan yang memiliki konsentrasi yang sama. Jika terdapat dua larutan yang konsentrasinya tidak sama, maka molekul air akan melewati membran sampai kedua larutan tersebut seimbang. Dalam proses osmosis, pada larutan hipertonik sebagian besar molekul air terikat atau tertarik ke molekul garam, sehingga hanya sedikit molekul air yang bebas (tidak terikat) oleh molekul terlarut, sehingga lebih banyak molekul air yang melewati membran. Oleh karena itu, dalam osmosis aliran netto molekul air adalah larutan hipotonik ke hipertonik (Ponting et al., 1996 dalam Jaya et al., 2012).

13 Menurut Setiawati (2003), pengeringan secara osmosis merupakan salah satu alternatif proses pengeringan yang dapat diterapkan untuk pengawetan buahbuahan karena pada prosesnya tidak memerlukan panas sehingga kerusakan bahan oleh panas dapat diminimalkan. Pengeringan secara osmosis dapat diterapkan pada sayuran dan buah-buahan, karena sel-sel alami penyusun sayuran dan buahbuahan merupakan membran semipermeabel (Jaya et al., 2012). Pada prosesnya, potongan buah-buahan direndam dalam larutan yang berkonsentrasi tinggi, kemudian air dari dalam bahan akan terambil dan berpindah ke larutan melalui dinding sel buah yang merupakan membran semipermeabel secara terus menerus sampai tercapai keadaan yang setimbang. Gaya pendorong perpindahan massa air dari dalam buah ke larutan gula adalah perbedaan tekanan osmosis (Setiawati, 2003). Tekanan osmosis adalah tekanan yang dapat menghentikan aliran molekul dari pelarut murni ke dalam larutan, melalui selaput semipermeabel yaitu selaput yang berbentuk lembaran lebar atau lapis tipis yang merupakan jaringan berlubang kecil-kecil atau berpori-pori di mana molekul pelarut yang kecil dapat melewati pori-pori ini, tetapi molekul terlarut tidak dapat melewati (Petrucci, 1987). Faktor-faktor utama yang mempengaruhi perpindahan massa selama dehidrasi osmosis adalah konsentrasi larutan osmosis, suhu dan lama waktu perlakuan yang diberikan terhadap buah (Oladejo et al., 2013). Menurut Jannah (2011), semakin tinggi suhu dan konsentrasi maka semakin tinggi pula penurunan kadar air pada sampel buah.

14 C. Manisan Buah Menurut Khairani dan Dalapati (2007), manisan buah adalah buah yang diawetkan dengan gula. Pemberian gula berfungsi sebagai pemanis atau penambah cita rasa terhadap produk olahan, dan sebagai pengikat komponen flavor. Ada dua macam bentuk olahan manisan buah, yaitu manisan basah dan manisan kering. Manisan basah diperoleh setelah penirisan buah dari larutan gula, sedangkan manisan kering diperoleh bila manisan yang pertama kali dihasilkan (manisan basah) dijemur sampai kering. Pujimulyani (2009), menambahkan bahwa manisan kering adalah manisan basah yang telah ditiriskan kemudian dikeringkan di bawah sinar matahari atau menggunakan alat pengering mekanis sampai kadar air mencapai ± 20%. Pada pembuatan manisan kering, terdapat kombinasi teknologi pengawetan bahan pangan yaitu pengeringan dan penambahan gula dengan konsentrasi yang tinggi sekitar 60-75%. Proses pengeringan akan menurunkan kadar air bahan sehingga aktivitas airnya (a w ) juga menurun. Pengolahan manisan sayur-sayuran atau buahbuahan dapat bersifat mengawetkan, yaitu dengan cara pemberian gula yang mengakibatkan aktivitas air (a w ) rendah dan dikombinasikan dengan pengeringan sehingga kadar air bahan menjadi rendah. Gula bertindak sebagai bahan pengikat air yang juga menurunkan aktivitas air (a w ) sehingga tidak dapat digunakan untuk pertumbuhan mikroba seperti bakteri, jamur dan khamir (Pujimulyani, 2009).