BAB II KERANGKA TEORI

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian dan Karakteristik Laba. dengan pendapatan tersebut. Pengertian laba menurut Harahap (2008:113)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penguji dari pekerjaan bagian pembukuan, tetapi untuk selanjutnya laporan

BAB I PENDAHULUAN. pengambilan keputusan oleh pengguna informasi. Akuntansi menghasilkan informasi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Rasio keuangan merupakan kegiatan membandingkan angka-angka yang ada dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Rasio keuangan merupakan alat analisis keuangan yang paling sering

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. laporan keuangan yang dapat berfungsi sebagai alat ukur dalam menilai kinerja

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. Menurut Djarwanto (2004:5) laporan keuangan merupakan hasil dari

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memaksimalkan laba. Laba secara operasional merupakan perbedaan antara

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang menerbitkan saham. Kismono (2001 : 416) menyatakan:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

1. Rasio keuangan dapat terlalu tinggi atau terlalu rendah. dalam industri. Dalam laporan keuangan, angka-angka yang berdiri sendiri sulit

BAB 2 TINJAUN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. keuangan dan bagaimana perubahan unsur unsur itu dari tahun ke tahun untuk

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Horne dan Wachowicz (1997:135), rasio likuiditas membandingkan

Bab II. Tinjauan Pustaka

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. banyak diminati masyarakat saat ini. Menerbitkan saham merupakan salah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1I TINJAUAN PUSTAKA

BAB II. yang merangkum semua aktivitas perusahaan. Sedangkan menurut Hendra (2010

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Salah satu cara untuk mengurangi asimetri informasi adalah dengan memberikan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sebelumnya yang mengambil topik mengenai Pengaruh Rasio Keuangan. Terhadap Perubahan Laba Perusahaan antara lain penelitian.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. laba menurut beberapa ahli:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. keuangan, diperlukan kemampuan untuk membaca, menganalisa, dan menafsirkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN. dapat menjadi perusahaan yang mampu bersaing dengan perusahaan yang lain.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perusahaan manufaktur. Perusahaan memiliki kebutuhan modal yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pada umumnya tujuan dari perusahaan adalah untuk mendapatkan

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Rasio keuangan merupakan alat analisis keuangan yang paling sering

PENGARUH KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN TERHADAP PERUBAHAN LABA PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR DI BURSA EFEK INDONESIA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Laporan keuangan. keuangan tersebut untuk menentukan atau menilai posisi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. profitabilitas yang tinggi. Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan property dan real estate semakin marak diberbagai penjuru

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. manajemen untuk menunjukkan efektivitas pencapaian tujuan dan untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. kondisi ekonomi negara tersebut saat ini: apakah ekonominya sedang booming

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI. banyak bagi kesejahteraan pemilik, karyawan, serta meningkatkan mutu

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN HIPOTESIS

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Menghadapi persaingan dalam era globalisasi saat ini setiap perusahaan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Bursa Efek Indonesia merupakan salah satu tempat transaksi

BAB I PENDAHULUAN. menjaga kontinuitas perkembangan usahanya dari waktu ke waktu. Masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. tempat usaha serta rekreasi di kota-kota besar di Indonesia. Hal ini membuka

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pelaksanaan keuangan secara baik dan benar. (Irham Fahmi, 2011 : 239)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba selama periode tertentu.

BAB I PENDAHULUAN. dapat dikatakan sehat apabila perusahaan dapat bertahan dalam kondisi ekonomi

Bab 9 Teori Rasio Keuangan

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Laporan keuangan adalah media yang dapat dipakai untuk meneliti kondisi kesehatan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN. keuangan perusahaan. ROA merupakan salah satu indikator untuk mengukur

BAB II LANDASAN TEORI

Penelitian ini membutuhkan kajian sebagai berikut : yang terjadi dalam suatu perusahaan. menggambarkan kinerja perusahaan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dengan jumlah yang lain, dan dengan menggunakan alat analisis berupa rasio akan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II URAIAN TEORITIS. Penelitian oleh Simbolon (2006) Analisis Laporan Keuangan dengan

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. berhasil memenangkan persaingan apabila dapat menghasilkan laba yang

PENGGUNAAN ANALISIS RASIO KEUANGAN DENGAN METODE TIME SERIES UNTUK MENILAI KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sementara itu, pengertian laporan keuangan menurut Munawir (2010:5)

Transkripsi:

BAB II KERANGKA TEORI 2.1 Kelangsungan Usaha (Going Concern) Suatu kegiatan usaha (bisnis) yang dijalankan oleh suatu perusahaan, tentulah memiliki beberapa tujuan yang ingin dicapai oleh pemilik perusahaan. Menurut Kasmir (2012:2-3) tujuan yang ingin dicapai oleh pemilik perusahaan adalah : 1. Pemilik perusahaan menginginkan keuntungan yang optimal atas usaha yang dijalankannya. 2. Pemilik menginginkan usaha yang dijalankan nantinya tidak hanya untuk satu periode kegiatan saja. Artinya pemilik menginginkan usaha yang dijalankan memiliki umur yang panjang. Demikian juga pihak manajemen juga menginginkan kelangsungan hidup perusahaan yang relatif panjang. 3. Perusahaan tetap mampu untuk menghasilkan atau menyediakan berbagai jenis barang dan jasa untuk kepentingan masyarakat umum. 4. Usaha yang dijalankan akan dapat membuka lapangan kerja bagi masyarakat, baik yang berada dalam lingkungan perusahaan maupun di lingkungan luar perusahaan. Untuk memperoleh laba yang optimal guna menjaga kelangsungan hidup perusahaan dalam waktu yang relatif panjang, maka perlu bagi perusahaan untuk terus berupaya meningkatkan pertumbuhan labanya melalui rasio-rasio keuangannya. Perusahaan yang memperoleh laba yang optimal di setiap periodenya menunjukkan bahwa perusahaan tersebut terus mengalami

pertumbuhan laba yang signifikan setiap periodenya. Pertumbuhan laba yang baik menunjukkan bahwa perusahaan tersebut memiliki kinerja dan juga kegiatan bisnis yang baik dalam menjaga rasio-rasio keuangannya. Maka dengan demikian akan tercapai suatu kondisi perusahaan yang stabil dan going concern dalam usahanya. Menurut Suwardjono (2005:222) konsep kontinuitas usaha menyatakan bahwa kalau tidak ada tanda-tanda, gejala-gejala, atau rencana pasti dimasa yang akan datang bahwa kesatuan usaha akan dibubarkan atau dilikuidasi maka akuntansi menganggap bahwa kesatuan usaha tersebut akan berlangsung terus sampai waktu yang tidak terbatas. Menurut Hani et.al. (2003) mendifinisikan going concern sebagai kelangsungan hidup suatu badan entitas atau badan usaha. Dengan adanya going concern maka suatu badan usaha dianggap mampu mempertahankan usahanya dalam jangka waktu panjang dan tidak akan dilikuidasi dalam jangka waktu pendek. Karena itu untuk mempertahankan kelangsungan usahanya, perusahaan perlu mendayagunakan dengan optimal segala sumber daya yang dimiliki. Sehingga pada akhirnya perusahaan dapat terus menyediakan barang dan jasa bagi konsumennya, dapat membuka lapangan kerja dan juga secara khusus dapat meningkatkan taraf hidup pegawainya maupun masyarakat secara umum. 2.2 Laba 2.2.1 Pengertian Laba Menurut Solihin (2006:4) : suatu perusahaan dikatakan menghasilkan laba apabila total penerimaan pada satu periode (total revenues) lebih besar dari

total biaya (total costs) pada periode yang sama. Menurut Suwardjono (2008:464) : laba dimaknai sebagai imbalan atas upaya perusahaan menghasilkan barang dan jasa. Laba adalah kelebihan pendapatan terhadap beban-beban yang terjadi (Waren et.al, 2005:25). Berdasarkan ketiga pengertian di atas, maka menurut peneliti sendiri laba adalah penerimaan yang diperoleh perusahaan setelah dikurangi beban-beban yang dikeluarkan atas kegiatan bisnis yang dilakukan oleh perusahaan tersebut dalam satu periode tertentu. Laba sebuah perusahaan dapat diketahui dari laporan laba rugi yang disajikan dalam laporan keuangan perusahaan tersebut. Menurut Munawir (2004:26) : laporan laba rugi yaitu laporan yang memuat informasi mengenai penghasilan, biaya dan laba-rugi yang diperoleh perusahaan selama periode tertentu. 2.2.2 Jenis-Jenis Laba Secara umum jenis-jenis laba yang dimuat di dalam laporan laba rugi yang disajikan di dalam laporan keuangan adalah sebagai berikut : 1. Laba Kotor, yaitu selisih dari hasil penjualan dengan harga pokok penjualan. 2. Laba Operasional, yaitu hasil dari aktivitas-aktivitas yang termasuk rencana perusahaan kecuali ada perubahan-perubahan besar dalam perekonomiannya, dapat diharapkan akan dicapai setiap tahun. 3. Laba Sebelum Pajak atau EBIT (Earning Before Interest and Tax), yaitu laba dari operasi berjalan sebelum cadangan untuk pajak penghasilan. 4. Laba Setelah Pajak atau EAIT (Earning After Interest and Tax), yaitu laba setelah dikurangi berbagai bunga dan pajak.

Sesuai dengan jenis-jenis laba tersebut, adapun jenis laba yang diteliti di dalam penelitian ini adalah laba sebelum pajak atau EBIT (Earning Before Interest and Tax) dari perusahaan manufaktur sektor indutri barang konsumsi yang terdaftar di BEI. Karena penelitian ini dilakukan selama lima periode, maka peneliti memilih laba sebelum pajak, ini disebabkan laba sebelum pajak tidak terpengaruh oleh perubahan nilai pajak dan juga inflasi yang terjadi selama periode penelitian, sehingga laba tersebut stabil dalam menjadi acuan untuk memprediksi pertumbuhan laba di masa mendatang. Laba dapat dijadikan sebagai alat prediktif yang membantu dalam peramalan laba mendatang, nilai laba di masa lalu yang didasarkan pada biaya historis dan nilai berjalan terbukti berguna dalam meramalkan nilai mendatang, penelitian Hapsari (2007). 2.3 Pertumbuhan Laba 2.3.1 Pengertian Pertumbuhan Laba Penelitian-penelitian terdahulu menunjukkan bahwa pertumbuhan laba merupakan kenaikan jumlah laba yang diperoleh perusahaan dari satu periode ke periode selanjutnya. Pertumbuhan laba yang semakin meningkat sangat diinginkan oleh setiap perusahaan dalam setiap tahunnya, karena besarnya laba yang diperoleh sangat berpengaruh terhadap kelangsungan hidup perusahaan tersebut. Rasio keuangan dapat mempengaruhi pertumbuhan laba perusahaan, karena itu penting dilakukan analisis terhadap rasio-rasio keuangan tersebut. Hasil dari analisis rasio keuangan tersebut dapat dijadikan pertimbangan bagi pihak manajemen untuk dapat mengambil keputusan yang tepat dalam meningkatkan

pertumbuhan laba perusahaan pada periode yang akan datang. Pertumbuhan laba dihitung dengan cara mengurangkan laba periode sekarang dengan laba periode sebelumnya kemudian dibagi dengan laba pada periode sebelumnya, yang dapat dirumuskan sebagai berikut : Y t = (Y t - Y t-1 ) Y t-1 Keterangan : Y t Y t = Pertumbuhan Laba pada Periode t = Laba Perusahaan pada Periode t Y t-1 = Laba Perusahaan pada Periode t- 1 2.3.2 Analisis Pertumbuhan Laba Menurut Anoraga dan Pakarti dalam Angkoso (2006) yang dikutip dalam penelitian Cahyaningrum (2012) ada dua macam analisis untuk menentukan pertumbuhan laba yaitu : 1. Analisis Fundamental Analisis fundamental merupakan analisis yang berhubungan dengan kondisi keuangan perusahaan. Analisis fundamental merupakan analisis historis atas kekuatan keuangan dari suatu perusahaan yang sering disebut dengan company analysis. Data yang digunakan adalah data historis, artinya data yang telah terjadi dan mencerminkan keadaan keuangan yang sebenarnya pada saat analisis. Dalam company analysis para analis akan menganalisis laporan keuangan perusahaan yang salah satunya dengan rasio keuangan. Para analis fundamental mencoba memprediksikan pertumbuhan laba di masa

yang akan datang dengan mengestimasi faktor-faktor fundamental yang mempengaruhi pertumbuahan laba yang akan datang, yaitu kondisi ekonomi dan kondisi keuangan yang tercermin melalui kinerja perusahaan. 2. Analisis Teknikal Analisis teknikal sering dipakai oleh investor, dan biasanya data atau catatan pasar yang digunakan berupa grafik. Analisis ini berupaya untuk memprediksi pertumbuhan laba di masa yang akan datang dengan mengamati perubahan laba di masa lalu. Teknik ini mengabaikan hal-hal yang berkaitan dengan posisi keuangan perusahaan. Untuk menganalisis pertumbuhan laba pada perusahaan manufakur sektor industri barang konsumsi dalam penelitian ini digunakan analisis fundamental. Karena dalam menganalisis rasio keuangan terhadap pertumbuhan laba dalam penelitian ini, peneliti melakukan estimasi terhadap kondisi keuangan perusahaan bersangkutan, melalui data historis laporan keuangan tersebut dan menganalisis laporan keuangan perusahaan tersebut dengan menggunakan rasio keuangan. 2.4 Laporan Keuangan 2.4.1 Pengertian Laporan Keuangan Menurut Baridwan (2008:17) : laporan keuangan merupakan ringkasan dari suatu proses pencatatan, merupakan suatu ringkasan dari transaksi-transaksi keuangan yang terjadi selama satu tahun buku yang bersangkutan. Menurut Munawir (2004:2) : laporan keuangan pada dasarnya adalah hasil dari proses akuntansi yang dapat digunakan sebagai alat berkomunikasi antara data keuangan atau aktivitas suatu perusahaan dengan pihak-pihak yang

berkepentingan dengan data atau aktivitas perusahaan tersebut. Dalam pengertian yang lebih sederhana, menurut Kasmir (2012:7) : laporan keuangan adalah laporan yang menunjukkan kondisi keuangan perusahaan pada saat ini atau dalam suatu periode tertentu. Berdasarkan ketiga pengertian di atas diatas, maka menurut peneliti laporan keuangan adalah suatu laporan yang menunjukkan data keuangan suatu perusahaan selama periode tertentu yang dapat memberikan informasi mengenai kondisi keuangan perusahaan tersebut kepada perusahaan dan pihak-pihak yang berkepentingan dengan perusahaan bersangkutan. Melalui laporan keuangan akan dapat dinilai kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban-kewajiban jangka pendeknya, struktur modal perusahaan, distribusi aktiva, keefektifan penggunaan aktiva, pendapatan yang telah dicapai, dan beban yang harus dibayar (Munawir 2004:5). Laporan keuangan menggambarkan pos-pos keuangan perusahaan dalam suatu periode tertentu. Sehingga laporan keuangan dibuat per periode, misalnya tiga bulan atau enam bulan untuk kepentingan perusahaan dan satu tahun untuk kepentingan banyak pihak (Munawir 2004:7). Laporan keuangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah laporan keuangan perusahaan manufaktur sektor industri barang konsumsi dengan periode penyusunan yang berakhir pada 31 Desember untuk tahun 2008 hingga 2012 dan telah di audit oleh auditor independen. Hal ini dilakukan untuk memastikan bahwa sampel dalam penelitian ini tidak akan meliputi laporan keuangan secara parsial dan laporan keuangan yang telah di audit dipilih untuk memastikan tingkat kepercayaan publik telah baik terhadap laporan keuangan tersebut.

2.4.2 Jenis-Jenis Laporan Keuangan Laporan keuangan memuat informasi penting mengenai kondisi keuangan sebuah perusahaan, oleh karena itu laporan keuangan harus disusun dengan baik dan lengkap, sehingga informasi yang tertera di dalamnya dapat dimengerti oleh pembacanya. Menurut (Kasmir 2012:28-30) secara umum jenis-jenis laporan keuangan adalah sebagai berikut : 1. Neraca Laporan yang menunjukkan posisi keuangan perusahaan pada tanggal tertentu, yaitu posisi jumlah dan jenis aktiva (harta) dan pasiva (kewajiban dan ekuitas) suatu perusahaan. 2. Laporan Laba Rugi Laporan keuangan yang menggambarkan hasil usaha perusahaan dalam suatu periode tertentu, dalam laporan laba rugi ini tergambar jumlah pendapatan dan sumber-sumber pendapatan yang diperoleh serta jumlah biaya dan jenisjenis biaya yang dikeluarkan selama periode tertentu. 3. Laporan Perubahan Modal Laporan yang berisi jumlah dan jenis modal yang dimiliki pada saat ini, laporan ini juga menjelaskan perubahan modal dan sebab-sebab terjadinya perubahan modal di perusahaan. 4. Laporan Kas Laporan yang menunjukkan semua aspek yang berkaitan dengan kegiatan perusahaan, baik yang berpengaruh langsung atau tidak langsung terhadap kas.

5. Laporan Catatan Atas Laporan Keuangan Laporan yang memberikan informasi apabila ada laporan keuangan yang memerlukan penjelasan tertentu. Jenis laporan keuangan yang diteliti dalam penelitian ini adalah neraca dan laporan laba-rugi, hal ini sesuai dengan teknik analisis yang digunakan yaitu analisis rasio yang berguna untuk mengetahui hubungan pos-pos antara neraca dengan laporan laba-rugi (Kasmir, 2012:72). 2.5 Analisis Laporan Keuangan 2.5.1 Pengertian Analisis Laporan Keuangan Menurut Syamsuddin (2007:37) : analisis laporan keuangan merupakan perhitungan ratio-ratio untuk menilai keadaan keuangan perusahaan di masa lalu, saat ini, dan kemungkinannya di masa depan. Sementara itu menurut Horne dan Wachowicz (2005:193) : analisis laporan keuangan adalah seni untuk mengubah data dari laporan keuangan ke informasi yang berguna bagi pengambilan keputusan. Berdasarkan kedua pengertian di atas, maka menurut peneliti sendiri analisis laporan keuangan merupakan analisis yang dilakukan terhadap laporan keuangan dengan melakukan perhitungan terhadap rasio-rasio keuangan dan mengubahnya ke informasi yang dapat digunakan dalam mengambil keputusan. Setelah dilakukan penyusunan terhadap laporan keuangan berdasarkan data yang relevan, serta dilakukan dengan prosedur akuntansi dan penilaian yang benar, maka akan terlihat kondisi keuangan perusahaan yang sesungguhnya. Kondisi keuangan yang dimaksud adalah diketahuinya berapa jumlah harta

(kekayaan), kewajiban (utang) serta modal (ekuitas) dalam neraca yang dimiliki. Agar laporan keuangan menjadi lebih berarti sehingga dapat dipahami dan dimengerti oleh berbagai pihak, maka perlu dilakukan analisis laporan keuangan (Munawir, 2004:66). Hasil analisis laporan keuangan akan memberikan informasi tentang posisi keuangan perusahaan saat ini selain itu hasil analisis laporan keuangan juga dapat memberikan informasi tentang kelemahan dan kekuatan yang dimiliki perusahaan (Kasmir, 2012:66). Dengan demikian pihak manajemen dapat merencanakan dan mengambil keputusan yang tepat tentang apa yang akan dilakukan di masa mendatang, bagaimana kebijakan yang akan dilakukan untuk menanggulangi kelemahan yang ada dan mempertahankan kekuatan yang dimiliki. 2.5.2 Metode dan Teknik Analisis Laporan Keuangan Untuk melakukan analisis laporan keuangan diperlukan metode dan teknik analisis yang tepat, sehingga hasil dari analisis tersebut tepat guna dan benarbenar bermanfaat bagi pihak yang membutuhkan. Menurut Munawir (2004:36) : Metode dan teknik analisis (alat-alat analisis) digunakan untuk menentukan dan mengukur hubungan antara pos-pos yang ada dalam laporan sehingga dapat diketahui perubahan-perubahan dari masing-masing pos tersebut bila diperbandingkan dengan laporan dari beberapa periode untuk suatu perusahaan tertentu atau diperbandingkan dengan alat-alat pembanding lainnya. Munawir (2004:36) menambahkan : tujuan dari setiap metode dan teknik analisis adalah untuk menyederhanakan data sehingga dapat lebih dimengerti. Sehingga laporan keuangan tersebut dapat memberikan hasil yang maksimal, dengan demikian para pengguna hasil analisis tersebut dapat dengan mudah untuk menginterpretasikannya (Kasmir 2012:68).

Pada praktiknya, menurut Kasmir (2012:69-70) terdapat dua macam metode analisis laporan keuangan yang biasa dipakai, yaitu sebagai berikut : 1. Analisis Vertikal (Statis) Analisis vertikal merupakan analisis yang hanya dilakukan terhadap satu periode laporan keuangan saja. Analisis dilakukan antara pos-pos yang ada dalam satu periode. Informasi yang diperoleh hanya untuk satu periode saja dan tidak diketahui perkembangan dari satu periode ke periode selanjutnya. 2. Analisis Horizontal (Dinamis) Analisis horizontal merupakan analisis yang dilakukan dengan membandingkan laporan keuangan untuk beberapa periode. Dari hasil analisis ini akan terlihat perkembangan perusahaan dari satu periode ke periode yang lain. Untuk menganalisis laporan keuangan selanjutnya digunakan teknik analisis laporan keuangan. Menurut Kasmir (2012:70-72) jenis-jenis teknik analisis laporan keuangan yang dapat digunakan adalah sebagai berikut : 1. Analisis Perbandingan Antara Laporan Keuangan 2. Analisis Trend 3. Analisis Presentase Per Komponen 4. Analisis Sumber dan Penggunaan Dana 5. Analisis Sumber dan Penggunaan Kas 6. Analisis Rasio 7. Analisis Kredit 8. Analisis Laba Kotor 9. Analisis Titik Impas (Break Even Point)

Analisis laporan keuangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis horizontal, karena penelitian ini bertujuan untuk melakukan perbandingan atas laporan keuangan perusahaan manufaktur sektor industri barang konsumsi selama enam periode, yaitu periode 2008 sampai 2012. Sementara itu teknik analisis laporan keuangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis rasio, peneliti memilih menggunakan analisis rasio karena analisis rasio merupakan teknik analisis yang paling umum digunakan di mana hasilnya dapat memberikan pengukuran relatif dari operasi perusahaan. Selain itu, analisis rasio ini juga digunakan oleh semua penelitian terdahulu yang menjadi acuan dalam penelitian ini. 2.6 Analisis Rasio Keuangan 2.6.1 Pengertian Rasio Keuangan Pengertian rasio keuangan menurut Horne dan Wachowicz (2005:202) merupakan : indeks yang menghubungkan dua angka akuntansi dan diperoleh dengan membagi satu angka dengan angka lainnya. Sementara itu menurut Simamora (2000:822) rasio merupakan pedoman yang berfaedah dalam mengevaluasi posisi dan operasi keuangan perusahaan dan mengadakan perbandingan dengan hasil-hasil dari tahun-tahun sebelumnya atau perusahaaanperusahaan lain. Menurut Harahap (2006:297) : rasio keuangan adalah angka yang diperoleh dari hasil perbandingan satu pos laporan keuangan dengan pos lainnya yang mempunyai hubungan yang relevan dan signifikan. Berdasarkan ketiga pendapat ahli di atas mengenai pengertian rasio keuangan, maka menurut peneliti sendiri rasio keuangan merupakan hasil angka-

angka yang diperoleh setelah melakukan perbandingan terhadap pos-pos laporan keuangan dari satu periode laporan keuangan dengan periode laporan keuangan lainnya. Apabila menggunakan analisis rasio keuangan maka akan dapat menjelaskan atau memberi gambaran kepada penganalisa tentang baik atau buruknya keadaan atau posisi keuangan suatu perusahaan terutama apabila melakukan perbandingan terhadap angka rasio tersebut (Munawir, 2004:64). Nilai ril yang diperoleh dari hasil analisis rasio laporan keuangan adalah fakta bahwa analisis rasio terhadap laporan keuangan berpengaruh terhadap pertumbuhan laba (Bringham dan Houston, 2001:78). 2.6.2 Jenis-Jenis Analisis Rasio Keuangan Untuk melakukan analisis terhadap laporan keuangan perusahaan dengan menggunakan rasio keuangan dapat dilakukan dengan beberapa jenis rasio keuangan. Setiap rasio keuangan memiliki tujuan, kegunaan dan arti tertentu, karena perbedaan tujuan dan harapan yang ingin dicapai tersebut maka analisis rasio keuangan juga beragam. Menurut Kasmir (2012:110) analisis rasio keuangan dapat dibagi menjadi enam jenis yaitu : 1. Rasio Likuiditas (Liquidity Ratio) 2. Rasio Leverage (Leverage Ratio) 3. Rasio Aktivitas (Activity Ratio) 4. Rasio Profitabilitas (Profitability Ratio) 5. Rasio Pertumbuhan (Growth Ratio) 6. Rasio Penilaian (Valuation Ratio)

Di dalam penelitian ini, peneliti tidak menggunakan keenam analisis rasio tersebut sekaligus. Adapun rasio keuangan yang digunakan dalam penelitian ini untuk mencari pengaruhnya terhadap pertumbuhan laba pada perusahaan manufaktur sektor industri barang konsumsi yang terdaftar di BEI adalah : 1. Rasio Likuiditas (Liquidity Ratio) Menurut Kasmir (2012:110) : rasio likuiditas merupakan rasio yang menunjukkan kemampuan perusahaan untuk membayar utang-utang (kewajiban) jangka pendeknya yang jatuh tempo, atau rasio untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam membiayai dan memenuhi kewajiban (utang) pada saat ditagih. Dalam penelitian ini rasio likuiditas yang dianggap berpengaruh terhadap pertumbuhan laba adalah WCTA yaitu perbandingan antara aktiva lancar dikurangi hutang lancar terhadap jumlah aktiva, penelitian Hapsari (2007). Berdasarkan penelitian Hapsari (2007), WCTA dapat dirumuskan sebagai berikut : WCTA = Aktiva Lancar Hutang Lancar Jumlah Aktiva 2. Rasio Leverage/Solvabilitas (Leverage Ratio) Menurut Kasmir (2012:113) : rasio leverage digunakan untuk mengukur sejauh mana aktiva perusahaan dibiayai dengan utang. Dalam artian, besarnya jumlah utang yang digunakan perusahaan untuk membiayai kegiatan usahanya jika dibandingkan dengan menggunakan modal sendiri. Keputusan untuk memilih menggunakan modal sendiri atau modal pinjaman harus menggunakan perhitungan yang matang.

Dalam penelitian ini rasio leverage yang dianggap berpengaruh terhadap pertumbuhan laba adalah DER yaitu rasio yang digunakan untuk menilai utang dengan ekuitas (Kasmir, 2012:157), DER dapat dirumuskan sebagai berikut : DER = Total Utang (Debt) Ekuitas (Equity) 3. Rasio Aktivitas (Activity Ratio) Menurut Kasmir (2012:114) : rasio aktivitas merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi pemanfaatan sumber daya perusahaan (penjualan, sediaan, penagihan piutang, dan lainnya) atau rasio untuk menilai kemampuan perusahaan dalam melaksanakan aktivitas seharihari. Dari hasil pengukuran dengan rasio ini akan terlihat apakah perusahaan lebih efisien atau sebaliknya dalam mengelola asset yang dimiliki. Dalam penelitian ini rasio leverage yang dianggap berpengaruh terhadap pertumbuhan laba adalah ITO yaitu rasio yang digunakan untuk mengukur berapa kali dana yang ditanam dalam sediaan (inventory) ini berputar dalam suatu periode (Kasmir 2012:180). Menurut Brealey, Myers dan Marcus (2007:80), ITO dapat dirumuskan sebagai berikut : ITO = Harga Pokok Penjualan Rata Rata Persediaan Rasio leverage yang juga digunakan dalam penelitian ini adalah TATO yaitu rasio yang digunakan untuk mengukur perputaran semua aktiva yang dimiliki perusahaan dan mengukur berapa jumlah penjualan yang diperoleh dari tiap rupiah aktiva (Kasmir, 2012:186), TATO dapat dirumuskan sebagai berikut :

Penjualan (Sales) TATO = Total Aktiva (Total Assets) 4. Rasio Profitabilitas (Profitability Ratio) Menurut Kasmir (2012:114) : rasio profitabilitas merupakan rasio untuk menilai kemampuan perusahaan dalam mencari keuntungan atau laba dalam suatu periode tertentu. Rasio ini juga memberikan ukuran tingkat efektivitas manajemen suatu perusahaan yang ditunjukkan dari laba yang dihasilkan dari penjualan atau dari pendapatan investasi. Dalam penelitian ini rasio profitabilitas yang dianggap berpengaruh terhadap pertumbuhan laba adalah GPM yaitu rasio yang menggambarkan laba kotor yang dapat dicapai setiap rupiah penjualan (Munawir 2004:99), GPM dapat dirumuskan sebagai berikut : GPM = Laba Kotor Penjualan (Sales) Rasio profitabilitas yang juga yang dianggap berpengaruh terhadap pertumbuhan laba adalah OPM yaitu rasio yang menggambarkan laba yang diperoleh perusahaan dari hasil operasi kegiatan perusahaan (Syamsuddin, 2007:61), OPM dapat dirumuskan sebagai berikut : OPM = Laba Operasi (Operating Profit) Penjualan (Sales) 2.6.3 Tujuan dan Manfaat Analisis Rasio Keuangan Secara umum tujuan dari analisis rasio keuangan adalah untuk mengevaluasi kondisi keuangan dan kinerja perusahaan (Horne dan Wachowicz, 2005:201). Setelah melakukan melakukan analisis rasio terhadap laporan

keuangan maka dapat disimpulkan posisi keuangan perusahan tersebut pada periode tertentu. Maka pada akhirnya pihak-pihak yang membaca hasil analisis rasio keuangan tersebut dapat menilai kinerja manajemen perusahaan tersebut (Kasmir, 2012:104). Menurut Syamsuddin (2007:38) pada umumnya ada tiga kelompok yang paling berkepentingan dengan rasio-rasio keuangan, yaitu : 1. Para Pemegang Saham dan Calon Pemegang Saham Para pemegang saham dan calon pemegang saham menaruh perhatian utama pada pada tingkat keuntungan, baik yang sekarang maupun kemungkinan tingkat keuntungan pada masa yang akan datang karena akan mempengaruhi harga saham-saham yang mereka miliki. Selain itu para pemegang dan calon pemegang saham juga berkepentingan dengan tingkat likuiditas, aktivitas serta leverage sebagai faktor lain dalam penilaian kelanjutan hidup perusahaan serta proyeksi terhadap distribusi income pada masa yang akan datang. 2. Para Kreditur dan Calon Kreditur Para kreditur pada umumnya merasa berkepentingan terhadap kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban-kewajiban keuangan baik jangka pendek maupun jangka panjang. Para kreditur ingin mendapatkan suatu jaminan bahwa perusahaan akan mampu membayar bunga dan pinjaman pokok tepat pada waktunya. Sedangkan calon kreditur lebih menekankan pada struktur keuangan dan struktur modal perusahaan.

3. Manajemen Perusahaan Manajemen perusahaan merasa berkepentingan dengan seluruh keadaan keuangan perusahaan karena mereka menyadari bahwa hal-hal tersebutlah yang akan dinilai oleh para pemilik perusahaan atau para kreditur. Jadi sudah tentu dalam hal ini manajemen perusahaan akan selalu berusaha mempertahankan rasio-rasio yang dianggap baik oleh kedua kelompok di atas. 2.6.4 Pembanding Rasio Keuangan Analisis laporan keuangan tidak akan berarti bila tidak ada pembandingnya. Data pembanding untuk rasio keuangan mutlak ada sehingga dapat dilakukan perhitungan terhadap rasio yang dipilih. Dengan adanya pembanding kita dapat melihat perbedaan angka-angka yang ditonjolkan, apakah mengalami peningkatan atau penurunan dari periode sebelumnya. Sehingga hasil dari analisis rasio laporan keuangan tersebut akan lebih berarti bagi pihak-pihak yang berkepentingan terhadap perusahaan bersangkutan. Ada dua metode pembandingan rasio keuangan perusahaan menurut Syamsuddin (2007:39) : a. Cross-Sectional Approach Cross-sectional approach adalah suatu cara mengevaluasi dengan jalan membandingkan rasio-rasio antara perusahaan yang satu dengan perusahaan lainnya yang sejenis pada saat yang bersamaan. b. Time Series Analysis Time series analysis dilakukan dengan jalan membandingkan rasio-rasio finansial perusahaan dari satu periode ke periode lainnya. Pembandingan

antara rasio yang dicapai saat ini dengan rasio-rasio pada masa lalu akan memperlihatkan apakah perusahaan mengalami kemajuan atau kemunduran. Di dalam penelitian ini metode pembandingan rasio keuangan yang digunakan adalah time series analysis, karena rasio keuangan yang digunakan dalam penelitian untuk menganalisis dan membandingkan laporan keuangan dari periode 2008 sampai 2012. 2.7 Penelitian Terdahulu Penelitian-penelitian terdahulu yang digunakan sebagai bahan perbandingan dan referensi dalam penelitian ini adalah : Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu 1 Judul Penelitian Objek Penelitian Variabel Penelitian Metode Analisis Hasil Penelitian Analisis Rasio Keuangan Untuk Memprediksi Pertumbuhan Laba (Studi Kasus : Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta Periode 2001 sampai dengan 2005) Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta Periode 2001 sampai dengan 2005. (Populasi 152 perusahaan sedangkan sampel 42 perusahaan) Variabel bebas : WCTA, CLI, OITL,TATO, NPM, GPM Varibel terikat : Pertumbuhan Laba Analisis Regresi Berganda Secara Simultan : Keenam variabel bebas berpengaruh terhadap pertumbuhan laba. Secara Parsial : TATO, NPM, GPM berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan laba. WCTA, CLI, OITL tidak berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan laba.

2 3 Judul Penelitian Objek Penelitian Variabel Penelitian Metode Analisis Hasil Penelitian Judul Penelitian Objek Penelitian Variabel Penelitian Metode Analisis Hasil Penelitian Tabel 2.2 Penelitian Terdahulu Lanjutan Pengaruh Rasio Keuangan Terhadap Pertumbuhan Laba Perusahaan Manufaktur Makanan dan Minuman yang Terdaftar di BEI Perusahaan Manufaktur Sektor Makanan dan Minuman yang Terdaftar di BEI tahun 2006-2009 (Populasi 16 perusahaan sedangkan sampel 9 perusahaan). Variabel bebas : CR, DER, DAR, TATO,ROA, ROE, GPM, ITO Variabel terikat : Pertumbuhan Laba Analisis Regresi Berganda Secara simultan : Kedelapan variabel bebas berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan laba. Secara parsial : CR, TATO, dan ITO berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan laba. DER, DAR, ROA, dan ROE tidak berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan laba. Pengaruh Rasio Keuangan Terhadap Pertumbuhan Laba Pada Perusahaan Asuransi yang Terdaftar di BEI Perusahaan Asuransi yang Terdaftar di BEI Periode 2006-2009. (Populasi 10 perusahaan sedangkan sampel 8 perusahaan) Variabel bebas : CR, DER, TATO, NPM, ROI Variabel terikat : Pertumbuhan Laba Analisis Regresi Berganda Secara simultan : Kelima variabel bebas berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan laba. Secara parsial : CR berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan laba. Sedangkan DER, TATO, NPM, dan ROI tidak berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan laba.

4 5 Judul Penelitian Objek Penelitian Variabel Penelitian Metode Analisis Hasil Penelitian Judul Penelitian Objek Penelitian Variabel Penelitian Metode Analisis Hasil Penelitian Tabel 2.3 Penelitian Terdahulu Lanjutan Analisis Rasio Keuangan Dalam Memprediksi Pertumbuhan Laba Pada Perusahaan Property Dan Real Estate Yang Terdaftar di BEI Tahun 2006-2008. Perusahaan Property Dan Real Estate Yang Terdaftar di BEI Tahun 2006-2008. (Populasi 48 perusahaan sedangkan sampel 23 perusahaan) Variabel bebas : CR, DER, TATO, ITO Variabel terikat : Pertumbuhan Laba Analisis Regresi Berganda Secara simultan : Keempat variabel bebas berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan laba. Secara parsial : DER berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan laba. CR, TATO, dan ITO tidak berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan laba. Analisis Rasio Keuangan Untuk Memprediksi Pertumbuhan Laba Pada Perusahaan Farmasi Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Perusahaan Farmasi Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2006-2009. (Populasi 10 perusahaan sedangkan sampel 9 perusahaan) Variabel bebas : CR, DER, TATO, ITO, OPM, ROI Variabel terikat : Pertumbuhan Laba Analisis Regresi Berganda Secara simultan : Keenam variabel bebas berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan laba. Secara parsial : DER dan OPM berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan laba. CR, TATO, ITO, ROI tidak berpengaruh signifkan terhadap pertumbuhan laba.

Tabel 2.4 Penelitian Terdahulu Lanjutan 6 7 Judul Penelitian Objek Penelitian Variabel Penelitian Metode Analisis Hasil Penelitian Judul Penelitian Objek Penelitian Variabel Penelitian Metode Analisis Hasil Penelitian Pengaruh Rasio-Rasio Keuangan Terhadap Perubahan Laba Pada Perusahaan Otomotif Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Perusahaan Otomotif Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2004-2008. (Populasi 19 perusahaan sedangkan sampel 6 perusahaan) Variabel bebas : CR, WCTA, DER, PM Variabel terikat : Perubahan Laba Analisis Regresi Berganda Secara simultan : Keempat variabel bebas berpengaruh signifkan terhadap pertumbuhan laba. Secara parsial : WCTA dan PM berpenagruh signifkan terhadap pertumbuhan laba. CR dan DER tidak berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan laba. Analisis Rasio Keuangan Dalam Memprediksi Pertumbuhan Laba Pada Perusahaan Pertambangan Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Perusahaan Pertambangan Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2007-2009. (Populasi 18 perusahaan sedangkan sampel 11 perusahaan) Variabel bebas : CR, DR, TATO, ROA, ROE, OPM Variabel terikat : Pertumbuhan Laba Analisis Regresi Berganda Secara simultan dan parsial : Keenam variabel tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan laba.

Tabel 2.5 Penelitian Terdahulu Lanjutan Analisis Manfaat Rasio Keuangan Dalam Memprediksi Pertumbuhan Laba Yang Terdaftar di Judul Penelitian Bursa Efek Indonesia (Studi Kasus : Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2005 sampai dengan 2010). Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2005-2010. Objek Penelitian (Populasi 146 perusahaan sedangkan sampel 63 perusahaan) Variabel bebas : WCTA, DER, TATO, NPM 8 Variabel Penelitian Variabel terikat : Pertumbuhan Laba Metode Analisis Analisis Regresi Berganda Secara simultan : Keempat variabel bebas berpengaruh signifkan terhadap pertumbuhan laba. Secara parsial : Hasil Penelitian TATO dan NPM berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan laba. WCTA dan DER tidak berpengaruh signifkan terhadap pertumbuhan laba. Sumber : Penelitian Penelitian Hapsari (2007), Putri, Sinaga, Ningsih, Sianturi, Sitorus dan Itasabella (2010) serta Cahyaningrum (2012). 2.8 Hubungan Variabel Bebas Dengan Pertumbuhan Laba 2.8.1 Hubungan WCTA Dengan Pertumbuhan Laba Menurut penelitian Hapsari (2007) WCTA merupakan perbandingan antara aktiva lancar dikurangi hutang lancar terhadap jumlah aktiva. WCTA yang semakin tinggi menunjukkan modal operasional perusahaan besar dibandingkan dengan jumlah aset yang dimiliki. Modal kerja yang dimaksud disini adalah modal kerja neto, yaitu sebagian dari aset lancar yang benar-benar dapat digunakan untuk membiayai kegiatan operasional perusahaan tanpa mengganggu

likuiditas atau hutang-hutangnya (Riyanto, 2008). Modal kerja yang besar maka kegiatan operasional perusahaan menjadi lancar sehingga laba yang diperoleh juga meningkat. Apabila kondisi seperti ini terus berlangsung maka pertumbuhan laba perusahaan juga akan meningkat. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Putri (2010) yang menyatakan bahwa WCTA berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan laba 2.8.2 Hubungan DER Dengan Pertumbuhan Laba DER merupakan rasio yang digunakan untuk menilai utang dengan ekuitas, DER didapat dari jumlah utang dibagi dengan jumlah (ekuitas) modal perusahaan (Kasmir 2012:157). Nilai DER yang semakin tinggi menunjukkan semakin tinggi penggunaan hutang sebagai sumber pendanaan perusahaan. Akan tetapi dengan hutang yang besar memungkinkan perusahaan untuk menghasilkan laba yang besar pula jika kewajiban/hutang tersebut dimanfaatkan dengan efektif dan laba yang didapat cukup untuk membayar bunga secara periodik (Kuswadi, 2005:90). Oleh sebab itu perusahaan bijak dalam mengelola setiap rupiah hutang yang digunakan sebagai modal usaha, dengan begitu akan membuka peluang untuk dapat meraih laba yang semakin tinggi dan ini akan berdampak pada pertumbuhan laba yang juga akan semakin meningkat. Hal ini didukung oleh hasil penelitian yang dilakukan oleh Sinaga dan Sianturi (2010) dimana DER berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan laba. 2.8.3 Hubungan ITO Dengan Pertumbuhan Laba ITO merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur berapa kali dana yang ditanam dalam sediaan (inventory) ini berputar dalam suatu periode (Kasmir 2012:180). ITO diperoleh dari harga pokok penjualan dibagi dengan rata-rata

persediaan (Brealy et.al 2007:80). Rasio ITO yang tinggi menunjukkan perputaran persediaan yang tinggi selama satu periode, sehingga perusahaan dapat dikatakan bekerja secara efisien dan produktif (Kasmir 2012:180). Kondisi seperti ini memungkinkan perusahaan untuk menghasilkan penjualan yang tinggi, sehingga turut meningkatkan pertumbuhan laba perusahaan jika dipertahankan beberapa periode. Hal ini dapat dilihat dari hasil penelitian Ningsih (2010) dimana ITO berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan laba. 2.8.4 Hubungan TATO Dengan Pertumbuhan Laba TATO merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur perputaran semua aktiva yang dimiliki perusahaan dan mengukur berapa jumlah penjualan yang diperoleh dari tiap rupiah aktiva, TATO diperoleh dari jumlah penjualan bersih dibagi dengan jumlah aset (Kasmir, 2012:185-186). Rasio TATO yang tinggi menunjukkan perusahaan optimal dalam menggunakan aset yang dimiliki yang akan mempengaruhi hasil penjualan dari perusahaan tersebut (Kasmir, 2012:173). Dengan penjualan yang tinggi maka laba juga akan tinggi dan apabila dipertahankan untuk beberapa periode maka pertumbuhan laba perusahaan juga akan terus menungkat. Ini didukung oleh hasil penelitian Hapsari (2007), Ningsih (2010) dan Cahyaningrum (2012) yang menunjukkan bahwa TATO berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan laba. 2.8.5 Hubungan GPM Dengan Pertumbuhan Laba GPM merupakan rasio yang menggambarkan laba kotor yang dapat dicapai setiap rupiah penjualan. GPM diperoleh dari jumlah laba kotor dibagi penjualan bersih (Munawir 2004:99). Rasio GPM yang tinggi menunjukkan laba kotor yang diperoleh juga tinggi, untuk memperoleh laba kotor yang tinggi

dilakukan dengan menekan harga pokok penjualan dan mengefisiensikan penggunaan biaya (Jusuf, 2007:33), dengan begitu perusahaan akan mampu menghasilkan laba bersih yang tinggi. Apabila kondisi seperti ini dapat dipertahankan maka akan menjamin pertumbuhan laba yang akan terus meningkat. Hal ini dibuktikan oleh penelitian yang dilakukan oleh Hapsari (2007). 2.8.6 Hubungan OPM Dengan Pertumbuhan Laba OPM merupakan rasio yang menggambarkan laba yang diperoleh perusahaan dari hasil operasi kegiatan perusahaan. OPM diperoleh dari jumlah laba operasi dibagi penjualan bersih (Syamsuddin, 2007:61). Rasio OPM yang tinggi menunjukkan kegiatan operasional perusahaan yang baik pula, ini menunjukkan tingginya kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan (Kasmir, 2012:196). Dengan kemampuan perusahaan yang demikian maka ini akan menjamin pertumbuhan laba yang akan terus meningka pula, apabila kondisi seperti ini dapat terus dipertahankan. Hal ini juga didukung oleh hasil penelitian dari Sianturi (2011) bahwa OPM berpengaruh signifikn terhadap pertumbuhan laba. 2.9 Kerangka Pemikiran Konseptual Menurut Sugiyono (2012:89) : Kerangka berpikir merupakan sintesa tentang hubungan antar variabel yang disusun dari berbagai teori yang telah dideskripsikan. Berdasarkan teori-teori yang telah dideskripsikan tersebut, selanjutnya dianalisis secara kritis dan sistematis, sehingga menghasilkan sintesa tentang hubungan antar variabel yang diteliti. Sintesa tentang hubungan variabel tersebut, selanjutnya digunakan untuk merumuskan hipotesis. Kerangka pemikiran konseptual dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut :

Rasio Likuiditas WCTA (X 1 ) Rasio Leverage DER (X 2 ) Rasio Aktivitas ITO (X 3 ) TAT (X 4 ) Pertumbuhan Laba Rasio Profitabilitas GPM (X 5 ) OPM (X 6 ) Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran Konseptual Sumber : Penelitian Hapsari (2007), Putri, Sinaga, Ningsih, Sianturi,Sitorus dan Itasabella (2010) serta Cahyaningrum (2012). 2.10 Hipotesis Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian yang belum didasarkan pada fakta-fakta empiris yang diperoleh melalui pengumpulan data (Sugiyono, 2012:93). Adapun hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. H 01 : WCTA, DER, ITO, TATO, GPM dan OPM tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan laba. H 1 : WCTA, DER, ITO, TATO, GPM dan OPM berpengaruh terhadap pertumbuhan laba. 2. H 02 : WCTA tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan laba. H 2 : WCTA berpengaruh terhadap pertumbuhan laba.

3. H 03 : DER tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan laba. H 3 : DER berpengaruh terhadap pertumbuhan laba. 4. H 04 : ITO tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan laba. H 4 : ITO berpengaruh terhadap pertumbuhan laba. 5. H 05 : TATO tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan laba. H 5 : TATO berpengaruh terhadap pertumbuhan laba. 6. H 06 : GPM tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan laba. H 6 : GPM berpengaruh terhadap pertumbuhan laba. 7. H 07 : OPM tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan laba. H 7 : OPM berpengaruh terhadap pertumbuhan laba.