BAB I PENDAHULUAN. Salah satu aspek penting yang menjadi tolok ukur keberhasilan perguruan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan jaman dan era globalisasi yang begitu pesat menjadi suatu

BAB I PENDAHULUAN. karena karena terjadinya krisis ekonomi di Indonesia serta maraknya tingkat

BAB I PENDAHULUAN. Undang-undang Nomor 15 Tahun 2006 tentang Badan Pemeriksa. Keuangan pasal 6 ayat (1) menyebutkan bahwa Badan Pemeriksa Keuangan

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan utama dari pelaporan keuangan adalah menyediakan informasi

BAB I PENDAHULUAN. mengenai asersi tentang kegiatan-kegitan dan kejadian-kejadian ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. dengan memberikan rekomendasi tentang tindakan-tindakan perbaikan

BAB I PENDAHULUAN. Guna menunjang profesionalisme sebagai akuntan publik, maka auditor dalam

BAB I PENDAHULUAN. Dalam sebuah organisasi baik swasta maupun pemerintah dapat didukung

BAB 1 PENDAHULUAN. hidup orang banyak, maka sudah sepantasnya pemerintah dapat memberikan

BAB I PENDAHULUAN. tujuan organisasi dan sesuai dengan kode etik auditor. Tuntutan

BAB I PENDAHULUAN. besarnya penyerahan wewenang dari pemerintah pusat ke pemerintah daerah, dimana

BAB I PENDAHULUAN. Organisasi pemerintah merupakan lembaga yang menjalankan roda

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. T Pengaruh faktor..., Oktina Nugraheni, FE UI, 2009.

BAB 1 PENDAHULUAN. menunjukkan titik terang, untuk mendorong perubahan dalam tata kelola

BAB I PENDAHULUAN. perorangan, masyarakat dan atau pemerintah oleh karenanya Perguruan Tinggi

BAB 1 PENDAHULUAN. dan menunjukkan buruknya pengelolaan (bad governance) dan buruknya birokrasi di

BAB I PENDAHULUAN. Auditor independen ialah merupakan suatau akuntan publik yang

BAB I PENDAHULUAN. kepuasan hidup karena sebagian besar waktu manusia dihabiskan di tempat kerja

BAB 1 PENDAHULUAN. Institut Seni Indonesia. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam perkembangan dan kemajuan dunia binis. Akuntan bukan hanya sekedar

BAB I PENDAHULUAN. dihasilkan juga akan berkualitas tinggi. etik profesi. Dalam Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) guna

BAB I PENDAHULUAN. institusi yang dipercaya dapat mewujudkan good corporate & good governance

BAB I PENDAHULUAN. aparatur pemerintah yang berkompeten dalam menjalankan tugas sebagai fungsi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Negara mengelola dana yang sangat besar dalam penyelenggaraan pemerintahannya.

BAB I PENDAHULUAN. terwujudnya good governance. Hal ini memang wajar, karena beberapa penelitian

BAB I PENDAHULUAN. laporan keuangan adalah relevan (relevance) dan dapat diandalkan (reliable). Kedua

BAB I PENDAHULUAN. Prinsip Otonomi Daerah menggunakan prinsip otonomi seluasluasnya. dalam arti daerah diberikan kewenangan mengurus dan mengatur

PIAGAM AUDIT INTERNAL

BAB I PENDAHULUAN. masing-masing auditor berbeda. Auditor pemerintah dibedakan menjadi dua yaitu

BAB 1 PENDAHULUAN. entitas bisnis, terutama yang berskala menengah hingga berskala besar. Setiap tahunnya

BAB I PENDAHULUAN. menolak hasil dengan memberikan rekomendasi tentang tindakan-tindakan

BAB I PENDAHULUAN. Pengawas Keuangan dan Pembangunan (BPKP) dan BPK (Badan Pemeriksa

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Auditor merupakan profesi yang mendapat kepercayaan dari publik untuk

BAB I PENDAHULUAN. mengevaluasi bukti secara obyektif mengenai pernyataan-pernyataan tentang

BAB I PENDAHULUAN. governance dan penyelenggaraan organisasi sektor publik yang efektif, efisien,

BAB I PENDAHULUAN. Pengertian audit menurut Mulyadi (2002:9) adalah suatu proses. sistematik untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti secara obyektif

BAB I PENDAHULUAN. pendapat yang diberikan, profesionalisme menjadi syarat utama bagi. orang yang bekerja sebagai auditor. Ketidakpercayaan masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. terjadinya krisis ekonomi di Indonesia ternyata disebabkan oleh buruknya

BAB I PENDAHULUAN. membawa kepada suatu perubahan adalah reformasi akan perwujudan dan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Setiap perusahaan berusaha untuk mencapai tujuan yang telah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG. Perkembangan bisnis dan ekonomi Indonesia diera globalisasi saat ini

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Dalam rangka mewujudkan good governance di lingkungan pemerintahan

BAB I PENDAHULUAN. keuangan pemerintah pusat maupun pemerintah daerah tidak dapat dibendung dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. good governance dan clean governance di Indonesia semakin meningkat. Melihat

V. SIMPULAN DAN IMPLIKASI PENELITIAN. c. Independensi auditor secara parsial berpengaruh positif dan signifikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Faisal

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. mereka harus menjadikan perusahaannya menjadi lebih efektif dan efisien.

BAB I PENDAHULUAN. Nepotisme). Banyaknya kasus korupsi yang terjadi akhir-akhir ini menjadikan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pengendalian intern merupakan salah satu alat bagi manajemen

BAB I PENDAHULUAN. dengan judgment berdasarkan kejadian-kejadian yang dialami oleh suatu. judgment atas kemampuan kesatuan usaha dalam mempertahankan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Inspektorat daerah merupakan salah satu unit yang melakukan audit

BAB I PENDAHULUAN. Keuangan (SAK). Opini tersebut menunjukkan kualitas atas laporan keuangan

BAB I PENDAHULUAN. Good Government Governance di Indonesia semakin meningkat.

BAB I PENDAHULUAN. karena beberapa penelitian menunjukkan bahwa terjadinya krisis ekonomi di

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan sesuai dengan tugas dan fungsinya secara efektif dan efisien

BAB I PENDAHULUAN. akuntabilitas sektor publik terhadap terwujudnya good governance di

PT LIPPO KARAWACI Tbk Piagam Audit Internal

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Setiap perusahaan baik milik negara maupun swasta sebagai suatu pelaku

BAB I PENDAHULUAN. dewasa ini adalah menguatnya tuntutan akuntabilitas atas lembaga-lembaga publik,

BAB I PENDAHULUAN. jumlahnya. Pertanggungjawaban atas penggunaan dana untuk. penggunaan dana bisa dipertanggungjawabkan. Auditor pemerintah terdiri

BAB I PENDAHULUAN. diketahui karena banyaknya pemberitaan-pemberitaan di media masa mengenai

BAB 1 PENDAHULUAN. Audit merupakan suatu proses sistematik yang dilakukan untuk. mengevaluasi bukti secara objektif atas pernyataan-pernyataan dari

BAB I PENDAHULUAN. kecil, pimpinan perusahaan dapat mengawasi secara langsung kinerja di

BAB I PENDAHULUAN. berasal dari pajak dan penerimaan Negara lainnya, dimana kegiatannya banyak

BAB VI SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. bersertifikat atau kantor akuntan publik yang melakukan audit atas entitas

BAB I PENDAHULUAN. korupsi baik di level pusat maupun daerah menjadi penyebab utama hilangnya

BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Seiring dengan adanya perubahan masa dari orde baru ke era

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. keterpurukan karena buruknya pengelolaan keuangan (Ariyantini dkk,2014).

BAB I PENDAHULUAN. Birokrasi yang berbelit dan kurang akomodatif terhadap gerak ekonomi mulai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Audit merupakan suatu proses untuk mengurangi ketidakselarasan

Universitas Gadjah Mada PENGANTAR

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pemerintah yang mengelola negara dalam kaitannya dengan masalah

PERTEMUAN 2: CAKUPAN AUDIT

BAB I PENDAHULUAN. semua kepentingan menegakkan kebenaran, kemampuan teknis dan

: Tabel Distribusi Kuesioner pada KAP di Jakarta dan Tangerang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Di era persaingan bisnis yang makin ketat seperti dewasa ini, sumber daya

BAB 1 PENDAHULUAN. perwujudan tata kelola pemerintahan yang baik (good governance). Melalui

BAB I PENDAHULUAN. kunci dalam perkembangan dan kemajuan dunia bisnis. Profesi akuntan

atas laporan keuangan yang diaudit (Rikarbo, 2012). Reckers et al. (1997)

BAB I PENDAHULUAN. Tuntutan pelaksanaan akuntabilitas sektor publik terhadap terwujudnya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. pemberian informasi kepada publik dalam rangka pemenuhan hak publik.

BAB I PENDAHULUAN. kronis bangsa. Hampir disemua lini pemerintahan terjadi perilaku korupsi, dan

BAB 1 PENDAHULUAN. sedangkan pengauditan biasanya tidak menghasilkan data akuntansi, melainkan

BAB I PENDAHULUAN. didasarkan pada prinsip-prinsip independensi dan profesionalisme. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. independen maka hasil pemeriksaan akan lebih akurat. kewajaran laporan keuangan agar laporan keuangan tersebut tidak memberikan

BAB I PENDAHULUAN. ini adalah semakin menguatnya tuntutan pelaksanaan akuntabilitas publik

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang. Penyelenggaraan organisasi pemerintahan haruslah selaras dengan tujuan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pemerintah dalam menyelenggarakan sistem pemerintahannya telah bergeser

BAB 1 PENDAHULUAN. Globalisasi membawa liberalisasi di segala bidang, termasuk liberalisasi

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

DAFTAR ISI CHARTER KOMITE AUDIT PT INDOFARMA (Persero) Tbk

BAB I PENDAHULUAN. Laporan keuangan suatu perusahaan merupakan salah satu sumber informasi

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Salah satu aspek penting yang menjadi tolok ukur keberhasilan perguruan tinggi dewasa ini adalah good governance, suatu sistem yang berfungsi untuk mengarahkan dan mengendalikan organisasi. Konsekuensi logis adanya otonomi Perguruan Tinggi Negeri adalah tata kelola yang baik atau lebih sering disebut good governance. Semakin otonom suatu lembaga maka tuntutan untuk memiliki tata kelola yang baik semakin kuat. Dengan tata kelola yang baik diharapkan perguruan tinggi dapat meningkatkan citranya kepada publik yang pada gilirannya dapat meningkatkan kepercayaan dan partisipasi publik terhadap peran perguruan tinggi. Penerapan tata kelola yang baik dalam penyelenggaraan perguruan tinggi tidak lepas dari masalah akuntabilitas program dan kegiatan yang direncanakan, dijalankan, serta indikator-indikator penilaian kinerjanya. Oleh karena itu, sudah selayaknya Perguruan Tinggi Negeri mulai merintis dan membangun Good Governance melalui BLU yang ditandai dengan prinsip-prinsip transparansi, kemandirian, akuntabilitas, dan pertanggungjawaban. Keempat perspektif tersebut telah memiliki berbagai keseimbangan dalam merintis good university governance (Jalal & Supariadi, 2001). Universitas negeri sebagai unit kerja pemerintah yang mengelola dana masyarakat dituntut untuk meningkatkan akuntabilitasnya dalam mencapai good university governance. Salah satu perangkat untuk mencapai sistem pengawasan 1

atas kegiatan yang dilakukan pihak manajemen universitas adalah internal audit atau Satuan Pengawasan Intern (SPI). Keberadaan SPI secara menyeluruh di setiap unit kerja Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) RI diatur dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 47 Tahun 2011 tentang Satuan Pengawas Intern di Lingkungan Departemen Pendidikan Nasional dan dalam Peraturan Pemerintah RI nomor 23 tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum. Internal audit merupakan suatu fungsi penilaian yang independen yang berada di dalam struktur organisasi perusahaan. Peran internal audit sendiri ialah untuk membantu tercapainya tujuan perusahaan, menambah nilai untuk kemajuan perusahaan dan mencari, mencegah, atau mengatasi atas kecurangan yang terjadi pada perusahaan. Internal audit yang berada dalam struktur organisasi dituntut dapat bersikap independen dalam menjalankan tugasnya. Menurut Boynton (2001) fungsi auditor internal adalah melaksanakan fungsi pemeriksaan intern (internal auditing) yang merupakan suatu fungsi penilaian yang independen dalam suatu organisasi untuk menguji dan mengevaluasi kegiatan organisasi yang dilakukan. Selain itu, auditor internal diharapkan pula dapat lebih memberikan sumbangan bagi perbaikan efisiensi dan efektivitas dalam rangka peningkatan kinerja organisasi. PP No. 61 Tahun 1999 Pasal 6 menyebutkan bahwa Anggaran Dasar Perguruan Tinggi sekurang-kurangnya memuat beberapa hal salah satunya adalah Dewan Audit. PP No. 61 Tahun 1999 Pasal 11 menyebutkan Dewan Audit bertugas untuk menetapkan kebijakan audit internal, mempelajari dan menilai 2

hasil audit, dan mengambil kesimpulan dan mengajukan saran kepada Majelis Wali Amanat. Dewan audit adalah organ universitas yang secara independen melaksanakan evaluasi hasil audit internal dan eksternal. Hal ini berarti bahwa suatu universitas diharuskan memiliki suatu organ atau fungsi/departemen internal audit dalam mengawasi segala aktivitasnya. Dewan audit juga bertugas menunjuk siapa saja yang menjadi anggota yang dapat masuk dalam internal audit universitas negeri. Auditor internal merupakan salah satu profesi yang menuntut independensi dan profesionalitas dari para anggotanya. Auditor internal memiliki tanggung jawab untuk menguji dan melaporkan secara internal integritas akuntansi dan sistem pelaporan keuangan dalam suatu organisasi/perusahaan, karena itu mengharuskan sikap profesionalisme yang tinggi (Boyton, 2003). Fungsi audit internal di Indonesia masih belum efektif. Belum efektifnya pengendalian internal di Indonesia, terutama di lingkungan Perguruan Tinggi Negeri terbukti dengan munculnya kasus korupsi yang terjadi. Angka korupsi yang terjadi di Perguruan Tinggi Negeri (PTN) mengalami peningkatan kasus (Edi, 2014). Beberapa kasus korupsi di sejumlah PTN tersebut saat ini mulai banyak ditangani oleh pihak kejaksaan. Hal ini sebagaimana disampaikan oleh Pusat Kajian Anti Korupsi (Pukat) UGM dalam laporan pengamatan korupsi semester pertama (Januari-Juni) 2014. Berdasarkan laporan dari Pukat UGM, selain mengalami peningkatan angka korupsi di PTN juga mengalami pergeseran kasus korupsi. Laporan Pukat semester II (Juli- Desember) 2013 yang lalu kasus korupsi di PTN terjadi karena sektor pengadaan barang dan jasa maka di semester 3

I 2014 ini bergeser kepada sektor pengelolaan aset milik PTN. Selain itu, jika pada kasus korupsi semester II 2013 pelaku korupsi di PTN hanya dari kalangan pengajar maka di semester I 2014 terdapat beberapa pelaku korupsi dari kalangan pegawai administrasi di PTN tersebut (Edi, 2014). Masalah tersebut muncul karena kurangnya pengawasan internal dalam organisasi. Secara tidak langsung tentu saja auditor internal dipersalahkan, kenapa kecurangan atau penyimpangan bisa terjadi. Padahal fungsi utama auditor internal adalah mencegah kecurangan tidak terjadi dalam suatu organisasi. Profesi auditor internal merupakan filter sebelum diperiksa/diaudit oleh auditor eksternal. Tentu saja jika ada kecurangan yang terjadi yang menjadi tersangka utama pertama adalah para auditor internal. Profesi auditor internal dituntut kemampuannya memberikan jasa yang terbaik dan sesuai dengan yang dibutuhkan dan diperintahkan oleh manajemen tertinggi organisasi. Peningkatan pengawasan internal di dalam suatu organisasi tentunya membutuhkan adanya internal audit yang baik, agar tercapai suatu proses pengawasan internal yang baik pula. Dalam suatu organisasi, pasti ada saja individu yang ingin melakukan penyimpangan, karena itu pengawasan internal harus bisa jeli dan memiliki pengalaman serta daya analitis yang kritis agar penyimpangan yang dilakukan dapat terdeteksi dan dapat diungkapkan sebelum menyebar keluar. Karena itu, profesi auditor internal merupakan suatu profesi yang sangat unik dan menantang. Auditor internal mempunyai tugas menentukan apakah kebijakan dan prosedur yang ditetapkan manajemen puncak telah dipatuhi, menentukan baik 4

atau tidaknya penjagaan terhadap kekayaan organisasi, menentukan efisiensi dan efektifitas prosedur kegiatan organisasi, serta menentukan keandalan informasi yang dihasilkan oleh berbagai bagian organisasi. Fungsi dan peran auditor internal hanya sekedar menjadi slogan apabila pimpinan dan pelaksana kegiatan perusahaan tidak memberi dukungan dalam bentuk komitmen dan tindakan yang mendorong pelaksanaan fungsi auditor internal organisasi. Komitmen penting dimiliki oleh seseorang yang telah memutuskan untuk bekerja dalam suatu organisasi. Salah satunya adalah komitmen profesional, yaitu tingkat loyalitas/kesetiaan seseorang pada profesi yang dimilikinya. Komitmen yang kuat pada profesinya akan membawa manfaat pada masyarakat karena akan meningkatkan kualitas dan tujuan kerja yang tinggi yang dihasilkan dalam suatu profesi (Riyanto, 2011). Penting untuk meneliti apa saja faktor-faktor yang dapat mempengaruhi komitmen profesional karena dapat memberikan pengetahuan (insight) tentang bagaimana dapat meningkatkan komitmen profesional. Penelitian ini mencoba untuk menguji beberapa faktor-faktor yang dapat mempengaruhi komitmen profesional. Penelitian terdahulu tentang komitmen profesional adalah Pei dan Davis (1989) yang dalam penelitian tentang dampak struktur organisasi ada konflik auditor internal dan ketidakjelasan peran. Dalam penelitiannya komitmen profesional dan komitmen organisasi dalam memprediksi konflik profesi profesiorganisasi tidak dapat dibuktikan. Schroeder et al. (1992) menyebutkan bahwa komitmen profesional tidak berhubungan dengan ukuran perusahaan atau kedudukan dalam perusahaan dan 5

secara positif berhubungan dengan komitmen organisasional. Komitmen profesional menunjukkan tingkat hubungan seorang individu yang identik serta keterlibatannya dalam suatu profesi dan melibatkan keyakinan dan penerimaan tujuan dan nilai dalam profesinya, rela untuk berperilaku dan berkeinginan untuk bertahan dalam anggota profesinya. Lee et al. (2000) mengidentifikasi empat alasan dalam memahami komitmen profesional. Pertama, karir seseorang akan menunjukkan fokus utama dalam kehidupan. Kedua, komitmen profesional akan mempengaruhi retensi, yang memiliki dampak penting pada manajemen sumberdaya manusia. Ketiga, karena keahlian profesional berkembang dari pengalaman kerja, yang pencapaian kerjanya dapat dihubungkan dengan komitmen profesional. Terakhir, penelitian lebih lanjut tentang komitmen profesional akan memberikan pemahaman pada bagaimana individu mengembangkan dan mengintegrasikan komitmen dari dalam dan luar tempat kerjanya. Seorang auditor internal diharapkan memiliki komitmen profesional dalam melaksanakan pekerjaannya, karena dengan memiliki komitmen pada profesi yang diembannya, diharapkan akan meningkatkan komitmen pada organisasinya. Aranya et al. (1981) merupakan peneliti pertama dengan menggunakan definisi dan kuesioner untuk meneliti komitmen profesional pada akuntan. Aranya et al. (1981) menyimpulkan adanya hubungan positif antara profesional komitmen dan sikap kerja, dan juga berhubungan negatif dengan konflik organisasionalprofesional. 6

Sikap skeptis juga merupakan salah satu sikap yang harus dimiliki oleh seorang auditor. Auditor diminta untuk tidak langsung percaya terhadap informasi yang diberikan oleh auditee, auditor harus mencari bukti yang mencukupi sebelum mengambil judgment. Sikap skeptis adalah sikap keraguan atas kebenaran tentang sesuatu yang harus dimiliki oleh seorang auditor, tentu saja auditor internal termasuk didalamnya. Auditor internal memerlukan sikap skeptis dalam mengumpulkan dan memahami bukti-bukti yang diperlukan untuk membuktikkan bahwa operasional organisasi berjalan dengan baik sesuai kebijakan dan standar yang telah diberlakukan (Nelson, 2009). Kwon and Banks (2004) menguji faktor-faktor yang berkaitan antara komitmen profesional dan komitmen organisional dengan auditor internal. Dalam penelitian tersebut mereka memasukkan variabel karakteristik pekerjaan dan karakteristik profesional auditor internal sebagai faktor-faktor yang diuji dapat mempengaruhi komitmen. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa faktorfaktor yang mempengaruhi komitmen profesional berbeda berdasarkan karakteristik pekerjaan dan karakteristik profesional. 1.2. Rumusan Masalah Komitmen profesional auditor menjadi salah satu faktor penting untuk mengurangi terjadinya penyimpangan di Perguruan Tinggi Negeri. Menurut Shaub et al. (1996) komitmen profesional merupakan faktor penting yang berpengaruh terhadap perilaku auditor dalam menghadapi isu-isu etis. Komitmen yang tepat akan memberikan motivasi yang tinggi bagi auditor dan memberikan dampak positif bagi pekerjaan audit (Trisnaningsih, 2004). Penelitian mengenai 7

faktor-faktor yang mempengaruhi komitmen profesional auditor penting untuk dilakukan sebagai pertimbangan untuk menjadikan satuan audit internal memiliki dedikasi dan profesionalisme tinggi. Satuan audit internal diharapkan mampu memberikan nilai tambah bagi universitas, membantu pimpinan menuju terciptanya good university governance, sehingga menjadi institusi yang efektif, efisien, mampu menjaga asetnya dan mematuhi semua aturan yang berlaku, dalam mengemban tanggung jawab sebagai salah satu pendidikan tinggi di Indonesia. Riyanto (2011) meneliti beberapa variabel yang dianggap mempengaruhi komitmen profesional auditor, seperti sikap skeptis yang diuji dengan karakteristik questioning mind dan suspension of judgment, serta faktor usia dan pengalaman. Hasilnya hanya suspension of judgment dan usia yang berpengaruh secara signifikan terhadap komitmen profesional. Penelitian Kwon & Banks (2004) menganalisis karakteristik profesional dan karakteristik demografi terhadap komitmen profesional. Hasil penelitian mereka menunjukkan bahwa usia, tingkat pendidikan dan gender tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap komitmen profesional. Berdasarkan hasil penelitian tersebut, maka penelitian ini ingin menguji lebih lanjut faktor yang dapat mempengaruhi komitmen profesional. Penelitian ini mengadopsi penelitian Kwon dan Banks (2004) ditambahkan dengan variabel yang digunakan oleh Riyanto (2011). Penelitian ini ingin menguji sikap skeptis auditor yang akan dinilai dengan karakteristik questioning mind, suspension of judgment dan pencarian pengetahuan sesuai dengan argumen Hurtt (2003) yang menyatakan bahwa sikap skeptis merupakan suatu sikap penundaan dalam menilai 8

dan memutuskan untuk memerintahkan menambah penyelidikan, pertimbangan dan mencari informasi serta pengetahuan. Karakteristik profesional yang akan diuji terkait dengan bagaimana organisasi profesi menunjang kegiatan individu dalam melaksanakan pekerjaannya, yaitu profesi auditor internal itu sendiri. Karakteristik profesional yang akan diuji antara lain: pengakuan profesi, dukungan profesi, sikap kelompok terhadap profesi, peluang promosi dalam profesi, serta komunikasi dalam profesi (Kwon dan Bank, 2004). Dengan mengambil subjek auditor internal pada universitas negeri, penelitian ini ingin membuktikan faktor-faktor karakteristik profesional, sikap skeptis, usia, tingkat pendidikan, pengalaman serta gender akan berpengaruh terhadap komitmen profesional. Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, peneliti mengambil pertanyaan riset sebagai berikut: 1. Apakah karakteristik profesional mempengaruhi komitmen profesional auditor internal di Perguruan Tinggi Negeri Jawa Tengah dan D.I Yogyakarta? 2. Apakah sikap skeptis mempengaruhi komitmen profesional auditor internal di Perguruan Tinggi Negeri Jawa Tengah dan D.I Yogyakarta? 3. Apakah faktor demografi mempengaruhi komitmen profesional auditor internal di Perguruan Tinggi Negeri Jawa Tengah dan D.I Yogyakarta? 1.3. Tujuan Penelitian Penelitian ini memiliki tujuan sebagai berikut: 9

1. Menguji secara empiris pengaruh karakteristik profesional terhadap komitmen profesional auditor internal di Perguruan Tinggi Negeri Jawa Tengah dan D.I Yogyakarta. 2. Menguji secara empiris pengaruh sikap skeptis terhadap komitmen profesional auditor internal di Perguruan Tinggi Negeri Jawa Tengah dan D.I Yogyakarta. 3. Menguji secara empiris pengaruh faktor demografi terhadap komitmen profesional auditor internal di Perguruan Tinggi Negeri Jawa Tengah dan D.I Yogyakarta. 1.4. Kontribusi Penelitian 1. Bagi praktisi, dapat memberikan kontribusi bagaimana pengelolaan sumberdaya manusia terkait dengan komitmen profesinya sebagai auditor internal suatu organisasi 2. Bagi akademisi dapat memberikan literatur tambahan teori komitmen profesional yang dikaitkan dengan karakteristik profesional, sikap skeptisisme profesional dan faktor-faktor demografi. 1.5. Batasan Lingkup Penelitian 1. Batasan aspek, penelitian ini hanya mencoba menyelidiki internal audit dalam universitas negeri yang merupakan salah satu badan hukum pemerintah di Indonesia. 2. Batasan lokasi penelitian, penelitian mengambil beberapa sampel yang berada di wilayah Yogyakarta dan Jawa Tengah. 10

1.6. Sistematika Penelitian Sistematika penelitian ini akan dijabarkan sebagai berikut: BAB I Pendahuluan Bab ini menguraikan latar belakang penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian, kontribusi penelitian, batasan lingkup penelitian, dan sistematika penelitian. BAB II Tinjauan Pustaka Bab ini menguraikan landasan teori yang relevan, penelitian-penelitian terdahulu dan hipotesis yang akan diuji. BAB III Metode Penelitian Bab ini mengemukakan metode penelitian yang membahas variabelvariabel penelitian, definisi operasional, sampel yang diambil, jenis dan sumber data, metode pengumpulan data serta metode analisis. BAB IV Hasil Penelitian Bab ini menguraikan hasil penelitian serta pembahasannya. BAB V Kesimpulan dan Saran Bab ini berisi tentang kesimpulan atas hasi serta pembahasan analisis data penelitian serta keterbatasan dan saran-saran yang bermanfaat untuk penelitian mendatang. 11