Kapasitas Adsorpsi Arang Aktif Ijuk Pohon Aren (Arenga pinnata) terhadap Pb 2+

dokumen-dokumen yang mirip
MAKALAH PENDAMPING : PARALEL A. PEMANFAATAN SERBUK GERGAJI KAYU SENGON SEBAGAI ADSORBEN ION LOGAM Pb 2+

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN

Gambar 3.1 Diagram Alir Penelitian Secara Keseluruhan

HASIL DAN PEMBAHASAN y = x R 2 = Absorban

Kapasitas Adsorpsi Arang Aktif Batang Pisang (Musa paradisiaca) Terhadap Ion Logam Kromium VI 24

Kapasitas Adsorpsi Arang Aktif dari Kulit Singkong terhadap Ion Logam Timbal

ADSORPSI LOGAM KADMIUM (Cd) OLEH ARANG AKTIF DARI TEMPURUNG AREN (Arenga pinnata) DENGAN AKTIVATOR HCl

LAMPIRAN I. LANGKAH KERJA PENELITIAN ADSORPSI Cu (II)

LAMPIRAN. Lampiran I Langkah kerja percobaan adsorpsi logam Cadmium (Cd 2+ ) Mempersiapkan lumpur PDAM

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Udayana. Untuk sampel

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Kerangka Penelitian Kerangka penelitian secara umum dijelaskan dalam diagram pada Gambar 3.

HASIL DAN PEMBAHASAN. nm. Setelah itu, dihitung nilai efisiensi adsorpsi dan kapasitas adsorpsinya.

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA

ADSORPSI Pb 2+ OLEH ARANG AKTIF SABUT SIWALAN (Borassus flabellifer)

BAB III METODE PENELITIAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. Adsorpsi Zat Warna

KAJIAN AKTIVASI ARANG AKTIF BIJI ASAM JAWA (Tamarindus indica Linn.) MENGGUNAKAN AKTIVATOR H 3 PO 4 PADA PENYERAPAN LOGAM TIMBAL

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. furnace, desikator, timbangan analitik, oven, spektronik UV, cawan, alat

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Pengaruh Konsentrasi Ion Cr(VI) terhadap Daya Adsorpsi Karbon Aktif Tongkol Jagung (Zea mays)

III. BAHAN DAN METODA 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini akan dilakukan di laboratorium Kimia Analitik Fakultas matematika dan Ilmu

BAB III METODE PENELITIAN. Ide Penelitian. Studi Literatur. Persiapan Alat dan Bahan Penelitian. Pelaksanaan Penelitian.

PEMANFAATAN SERAT DAUN NANAS (ANANAS COSMOSUS) SEBAGAI ADSORBEN ZAT WARNA TEKSTIL RHODAMIN B

ADSORPSI ION Cr 3+ OLEH SERBUK GERGAJI KAYU ALBIZIA (Albizzia falcata): Studi Pengembangan Bahan Alternatif Penjerap Limbah Logam Berat

PEMANFAATAN ARANG AKTIF DARI KULIT DURIAN (Durio zibethinus L.) SEBAGAI ADSORBEN ION LOGAM KADMIUM (II)

BAB III METODE PENELITIAN

ADSORPSI SENG(II) OLEH BIOMASSA Azolla microphylla-sitrat: KAJIAN DESORPSI MENGGUNAKAN LARUTAN ASAM NITRAT ABSTRAK ABSTRACT

Kapasitas Adsorpsi Arang Aktif Kulit Singkong Terhadap Ion Cr 6+

PENENTUAN MASSA DAN WAKTU KONTAK OPTIMUM ADSORPSI KARBON GRANULAR SEBAGAI ADSORBEN LOGAM BERAT Pb(II) DENGAN PESAING ION Na +

4 Hasil dan Pembahasan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS DATA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. coba untuk penentuan daya serap dari arang aktif. Sampel buatan adalah larutan

HASIL DAN PEMBAHASAN. Preparasi Adsorben

LAMPIRAN A DATA DAN PERHITUNGAN. Berat Sampel (gram) W 1 (gram)

LAMPIRAN I DATA PENGAMATAN. 1.1 Analisa Kadar Air Karbon Aktif dari Tempurung Kelapa

JURNAL REKAYASA PROSES. Kinetika Adsorpsi Nikel (II) dalam Larutan Aqueous dengan Karbon Aktif Arang Tempurung Kelapa

Gambar sekam padi setelah dihaluskan

Adsorpsi Seng(II) Menggunakan Biomassa Azolla microphylla Diesterifikasi dengan Asam Sitrat. Mega Dona Indriana, Danar Purwonugroho*, Darjito ABSTRAK

Lembaran Pengesahan KINETIKA ADSORBSI OLEH: KELOMPOK II. Darussalam, 03 Desember 2015 Mengetahui Asisten. (Asisten)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Industri yang menghasilkan limbah logam berat banyak dijumpai saat ini.

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil analisis proses preparasi, aktivasi dan modifikasi terhadap zeolit

LAMPIRAN A DATA PERCOBAAN

ADSORPSI KARBON AKTIF DARI SABUT KELAPA (Cocos nucifera) TERHADAP PENURUNAN FENOL

Lampiran 1 Pembuatan Larutan Methylene Blue

HASIL DAN PEMBAHASAN. Skema interaksi proton dengan struktur kaolin (Dudkin et al. 2004).

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.2 DATA HASIL ARANG TEMPURUNG KELAPA SETELAH DILAKUKAN AKTIVASI

Kapasitas Adsorpsi Tanah Diatomeae (Diatomaceous earth) terhadap Ion Kromium (VI)

HASIL DAN PEMBAHASAN. kedua, dan 14 jam untuk Erlenmeyer ketiga. Setelah itu larutan disaring kembali, dan filtrat dianalisis kadar kromium(vi)-nya.

Bab III Metodologi III.1 Waktu dan Tempat Penelitian III.2. Alat dan Bahan III.2.1. Alat III.2.2 Bahan

LAMPIRAN 1 DATA HASIL PERCOBAAN

PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI KARBON AKTIF DARI TEMPURUNG KELUWAK (Pangium edule) DENGAN AKTIVATOR H 3 PO 4

ANALISIS KADAR LOGAM TEMBAGA(II) DI AIR LAUT KENJERAN

LAMPIRAN 1 Pola Difraksi Sinar-X Pasir Vulkanik Merapi Sebelum Aktivasi

Keywords: Active carbon, adsorption, cocoa s peel, hydrochloric acid.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Panjang Gelombang Maksimum (λ maks) Larutan Direct Red Teknis

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Hafnida Hasni Harahap, Usman Malik, Rahmi Dewi

ADSORPSI Pb (II) MENGGUNAKAN BIOMASSA GENJER (Limnocharis flava) ADSORPTION OF Pb (II) USING Limnocharis flava BIOMASS

Lampiran 1 Pembuatan Larutan Methyl Violet = 5

PRISMA FISIKA, Vol. I, No. 1 (2013), Hal ISSN :

Jl. Soekarno Hatta, Kampus Bumi Tadulako Tondo Palu, Telp Diterima 26 Oktober 2016, Disetujui 2 Desember 2016

OF ADSORPTION A TECHNICAL BENTONITE AS AN ADSORBENT OF HEAVY METAL

Metodologi Penelitian

ADSORPSI ZAT WARNA PROCION MERAH PADA LIMBAH CAIR INDUSTRI SONGKET MENGGUNAKAN KITIN DAN KITOSAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Penentuan Model Isoterm Adsorpsi Ion Cu(II) Pada Karbon Aktif Tempurung Kelapa Khamaluddin Aditya 1), Yusnimar 2), Zultiniar 2)

BAB III METODE PENELITIAN

DALAM AIR MENGGUNAKAN PARTIKEL TRICALCIUM PHOSPHATE

KAPASITAS ADSORPSI METILEN BIRU OLEH LEMPUNG CENGAR TERAKTIVASI ASAM SULFAT

BAB III METODE PENELITIAN. Laboratorium Kimia Analitik Instrumen Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA UPI.

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA ISOTERM ADSORBSI. I. TUJUAN Menentukan isoterm adsorbsi menurut Freundlich bagi proses adsorbsi asam asetat pada arang

MAKALAH PENDAMPING : PARALEL A MODIFIKASI SERAT BATANG PISANG DENGAN FORMALDEHIDE SEBAGAI ADSORBEN LOGAM TIMBAL (II)

Pemanfaatan Biomaterial Berbasis Selulosa (TKS dan Serbuk Gergaji) Sebagai Adsorben Untuk Penyisihan Ion Krom dan Tembaga Dalam Air

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Sebelum melakukan uji kapasitas adsorben kitosan-bentonit terhadap

OPTIMASI UKURAN PARTIKEL, MASSA DAN WAKTU KONTAK KARBON AKTIF BERDASARKAN EFEKTIVITAS ADSORPSI β-karoten PADA CPO

BAB II LANDASAN TEORI. (Balai Penelitian dan Pengembangan Industri, 1984). 3. Arang gula (sugar charcoal) didapatkan dari hasil penyulingan gula.

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL... i. LEMBAR PENGESAHAN... ii. TEAM PENGUJI SIDANG SKRIPSI... iii. ABSTRAK... iv. ABSTRACK... v. KATA PENGANTAR...

Jurnal MIPA 37 (1): (2014) Jurnal MIPA.

KAPASITAS ADSORPSI BENTONIT TEKNIS SEBAGAI ADSORBEN ION Cd 2+ CAPACITY OF ADSORPTION TECHNICAL BENTONITE AS ADSORBENT Cd 2+ IONS

BAHAN DAN METODE Alat dan Bahan Metode Penelitian Pembuatan zeolit dari abu terbang batu bara (Musyoka et a l 2009).

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 7. Hasil Analisis Karakterisasi Arang Aktif

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

ADSORPSI Pb(II) PADA SILIKA GEL ABU SEKAM PADI. Adsorption Pb(II) on Silica Gel from Rice Husk Ash

Pengaruh Jenis Aktivasi Terhadap Kapasitas Adsorpsi Zeolit pada Ion Kromium (VI)

ANALISIS DAYA SERAP TONGKOL JAGUNG TERHADAP KALIUM, NATRIUM, SULFIDA DAN SULFAT PADA AIR LINDI TPA MUARA FAJAR PEKANBARU

ADSORPSI IOM LOGAM Cr (TOTAL) DENGAN ADSORBEN TONGKOL JAGUNG (Zea Mays L.) KOMBINASI KULIT KACANG TANAH (Arachis Hypogeal L.) MENGGUNAKAN METODE KOLOM

KAPASITAS ADSORPSI TANAH DIATOMEAE (Diatomaceous earth) TERHADAP ION KROMIUM (VI)

Indo. J. Chem. Sci. 4 (3) (2015) Indonesian Journal of Chemical Science

PENGARUH MASSA ADSORBEN DAN WAKTU KONTAK TERHADAP PENURUNAN BILANGAN PEROKSIDA PADA MINYAK GORENG BEKAS OLEH ARANG AKTIF TEMPURUNG KEMIRI

Ind. J. Chem. Res., 2015, 2,

BAB III METODE PENELITIAN. Pengujian dilakukan di Laboratorium Kimia Analitik Instrumen Jurusan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan industri di Indonesia saat ini berlangsung sangat pesat seiring

Penurunan Bod dan Cod Limbah Cair Industri Batik Menggunakan Karbon Aktif Melalui Proses Adsorpsi Secara Batch

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada tanggal 11 sampai 28 November 2013

STUDI KINETIKA ADSORPSI LARUTAN ION LOGAM KROMIUM (Cr) MENGGUNAKAN ARANG BATANG PISANG (Musa paradisiaca)

KARAKTERISASI ADSORPSI Pb(II) PADA KARBON AKTIF DARI SABUT PINANG (Areca catechu L) TERAKTIVASI H 2 SO 4

Transkripsi:

Jurnal Sainsmat, Maret 2015, Halaman 57-66 Vol. IV, No. 1 ISSN 2086-6755 http://ojs.unm.ac.id/index.php/sainsmat Kapasitas Adsorpsi Arang Aktif Ijuk Pohon Aren (Arenga pinnata) terhadap Pb 2+ Adsorption Capacity of an Active Charcoal Made From Arenga pinnata Fiber Towards Pb 2+ Jasmal, Sulfikar *, Ramlawati Jurusan Kimia, Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Makassar. Jl. Dg. Tata Raya, Makassar Received 20 th January 2015 / Accepted 10 th February 2015 ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui waktu kontak optimum, dan kapasitas adsorpsi arang aktif ijuk pohon aren terhadap ion Pb 2+. Arang aktif ini dibuat dengan mengkarbonasi ijuk pohon aren pada suhu 400 C, dihaluskan hingga ukuran -100/+200 mesh, dan diaktifkan dengan merendam arang yang terjadi di dalam larutan NaCl 30% pada 80 C selama 5 jam dan dikeringkan pada suhu 110 C. Penentuan waktu kontak optimum menggunakan metode batch dengan variasi waktu yaitu 30, 60, 90, 120, dan 150 menit, dan penentuan kapasitas adsorpsi menggunakan pola isotherm Freundlich dan Langmuir dengan variasi konsentrasi ion Pb 2+ 5, 10, 15, 20, dan 25 ppm. Banyaknya ion yang terserap diukur menggunakan Spektrofotometer Serepan Atom (SSA). Hasil penelitian yang diperoleh berupa waktu kontak optimum tercapai pada menit ke-120, dan pola adsorpsinya mengikuti model isotherm Freundlich dengan kapasitas adsorpsi sebesar 6,81 mg/g. Kata kunci : Adsorpsi, Arang Aktif, Pb 2+ dan Kapasitas Adsorpsi ABSTRACT The purpose of this study is to determine the optimum contact time and the adsorption capacity of Arenga Pinnata fiber active charcoal towards Pb 2+. The active charcoal was made by carbonating the fiber at 400 C, sized to -100/+200 mesh, was activated by soaking it in NaCl 30% solution at 80 0 C for 5 hours, and was dried at 110 C. The optimum contact time was determined using the batch by varying the contact time at 30, 60, 90, 120, and 150 minutes. The adsorption capacity was determined by applying the Freundlich and Langmuir isotherm model by varying the concentration of Pb 2+ at 5, 10, 15, 20, and 25 ppm. We used AAS to measure the concentration of Pb 2+ adsorbed. The optimum contact *Korespondensi: email: s_hanafi@yahoo.com 57

Jasmal, dkk (2015) time achieved at 120 minutes and the adsorption pattern followed Freundlich isotherm model with adsoption capacity of 6.81 mg/g. Key words: Adsorption, Active Charcoal, Pb 2+ and Adsorption Capacity PENDAHULUAN Timbal merupakan logam berat yang berbahaya dan banyak di lingkungan. Hal ini dikarenakan timbal banyak digunakan pada industri utamanya industri barangbarang elektronik (Saeni, 1997). Timbal (Pb) merupakan unsur logam berat yang tidak dapat terurai oleh proses alam (Zang dalam Deri dkk, 2013). Secara alamiah, Pb dapat masuk ke dalam perairan melalui pengkristalan di udara dengan bantuan air hujan, melalui proses modifikasi dari batuan mineral akibat hempasan gelombang dan angin. Akibat aktivitas manusia, Pb dapat masuk ke lingkungan melalui limbah industri yaitu industri pipa, industri tank, industri baterai, dan industri barang-barang elektronik (Sunardi, 2006). Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk mencegah pencemaran timbal di perairan adalah menetralkan limbah cair industri sebelum dibuang ke perairan melalui metode adsorpsi dengan arang aktif. Keunggulan dari metode ini adalah mempunyai daya adsorpsi yang tinggi, dapat diregenerasi, harga relatif murah dengan bahan baku yang melimpah sehingga cara ini lebih banyak digunakan oleh industri pada umumnya (Fitriani, 2009). Bahan baku yang dapat dibuat menjadi arang aktif adalah semua bahan yang mengandung lignoselulosa (lignin dan selulosa), baik yang berasal dari tumbuhtumbuhan maupun dari binatang (Meilita dan Tuti, 2003). Ijuk merupakan suatu bahan dari tanaman aren yang memiliki serat kasar dan lignin pada dinding selnya serta bersifat kuat dan keras. Ijuk dalam kehidupan sehari-hari biasanya dimanfaatkan sebagai penyaring, dan pengikat bahan organik dalam air (Djabbar, 2006), sedangkan kemampuan untuk mengadsorpsi bahan-bahan polutan air seperti ion-ion logam yang menjadi penyebab pencemaran lingkungan khususnya pencemaran air belum banyak diketahui. Ada klaim yang berbeda-beda mengenai komposisi lignin dan selulosa yang terdapat pada ijuk. Menurut Sitepu dkk (2006), ijuk memiliki kadar lignin 7% dan selulosa 74%; Christiani (2008): lignin 43,09% dan selulosa 51,54%; sedangkan menurut Mahmuda dkk (2013): lignin 36,44% dan selulosa 85,27%. Data tersebut menunjukkan bahwa ijuk merupakan salah satu bahan yang memiliki potensi sebagai bahan dasar pembuatan arang aktif. Adsorpsi arang aktif dapat ditingkatkan dengan cara aktivasi yaitu suatu perlakuan terhadap arang yang bertujuan untuk memperbesar pori. Ada dua cara proses aktivasi yaitu aktivasi fisika dan aktivasi kimia, aktivasi secara fisika dilakukan dengan pemanasan pada suhu tinggi (800-1000 C), sedangkan aktivasi kimia dilakukan dengan menggunakan bahan pengaktif seperti ZnCl 2, CaCl 2, NaCl, NaOH, dan lain-lain (Sri, 2002;Meilita dan Tuti, 2003). Hartanto dan Ratnawati (2010) telah menguji tiga aktivator kimia untuk mengaktifkan arang tempurung kelapa 58

Kapasitas Adsorpsi Arang Aktif Ijuk Pohon Aren sawit, yaitu NaOH, NaCl, dan HCl. Mereka menemukan bahwa dengan menggunakan NaOH kadar air yang diperoleh lebih sedikit dibanding yang lain, namun untuk uji daya serap iodine, NaCl dan NaOH keduanya sama baiknya. Meskipun dengan menggunakan NaOH kadar airnya lebih sedikit daripada NaCl, namun NaCl tidak bersifat toksik, harganya sangat terjangkau, mudah diperoleh, dan aman terhadap lingkungan. Yudi (2011) memperoleh konsentrasi optimum NaCl yang digunakan dalam pengaktifan arang dari ban bekas adalah 30%. Penelitian tentang adsorpsi serbuk ijuk terhadap ion Pb 2+ telah dilakukan oleh Batara (2006), dalam penelitiannya diperoleh waktu optimum 2 jam dengan kapasitas adsorpsi 5,77 mg/g. Sepanjang penelusuran literatur yang dilakukan belum menemukan adanya penelitian mengenai kemampuan ijuk dalam mengadsorpsi ion logam Pb 2+ setelah diubah menjadi arang aktif. Kapasitas adsorpsi ditentukan dengan menggunakan persamaan isotherm adsorpsi. Isotherm adsorpsi menggambarkan konsentrasi yang bergantung pada kesetimbangan distribusi ion-ion logam antara larutan dan fase padat (Filipovic dkk, 2000). Persamaan isotermal adsorpsi yang umum digunakan adalah persamaan Langmuir dan Freundlich. 1. Isotermal Adsorpsi Langmuir Isotermal sederhana ini didasarkan pada asumsi bahwa adsorpsi tidak dapat berlangsung melebihi satu lapisan. Semua bidang setimbang dan permukaannya seragam. Selain itu, kemampuan dari molekul untuk menyerap pada bidang yang diberikan adalah bebas dan didukung oleh bidang sekitarnya (Atkins, 1994). Persamaan Isoterm Langmuir merupakan suatu hubungan yang dinyatakan sebagai berikut: Qm * b * Ce qe = 1 b * Ce dimana q e adalah kesetimbangan adsorbat yang teradsorpsi (mg adsorbat/g adsorben), C e adalah kesetimbangan konsentrasi adsorbat (mg adsorbat/liter), Q m adalah kapasitas adsorpsi (mg adsorbat/g adsorben) dan b adalah intensitas adsorpsi (L/mg). Dari persamaan ini jika diplotkan grafik hubungan antara q e dengan C e maka akan diperoleh grafik pola isotherm Langmuir seperti pada Gambar 1. Gambar 1. Grafik pola Isoterm Langmuir 59

Jasmal, dkk (2015) Bentuk linear dari persamaan isoterm Langmuir ditunjukkan pada persamaan berikut: Ce Ce 1... (2.2) q Qmb Qm e Apabila data percobaan Ce/q e diplot terhadap Ce, akan membentuk garis lurus. Perpotongan dengan sumbu Y menyatakan nilai 1/(Qmb) dan kemiringan dari garis lurus menyatakan nilai 1/Qm. Grafik isoterm Langmuir dapat dilihat pada Gambar 2. Gambar 2. Grafik Model Isoterm Langmuir Model ini telah sering digunakan sebagai model adsorpsi logam pada berbagai jenis adsorben walaupun pengambilan logam tidak tepat mengikuti mekanisme adsorpsi lapisan tunggal (Filipovic dkk, 2000). 2. Isotermal Adsorpsi Freundlich Isothermal Freundlich ini digunakan pada energi permukaan yang heterogen dengan konsentrasi yang berbeda-beda (Atkins. 1994). Isoterm Freundlich merupakan persamaan yang menghubungkan jumlah zat yang teradsorpsi dengan konsentrasi zat dalm larutan yang dirumuskan dengan persamaan : x/m = k Ce 1/n Dari persamaan ini jika diplotkan grafik hubungan antara x/m dengan C e maka akan diperoleh grafik pola isotherm Freundlich seperti pada Gambar 3. Gambar 3. Grafik Pola Isoterm Freundlich 60

Kapasitas Adsorpsi Arang Aktif Ijuk Pohon Aren Bentuk linear dari persamaan isoterm Freundlich ditunjukkan oleh persamaan: x log log k + 1 log C m n dimana x adalah jumlah zat terlarut yang diadsorpsi, m adalah gram adsorben yang digunakan, C adalah konsentrasi kesetimbangan larutan. k dan n merupakan konstanta yang menggabungkan seluruh faktor yang mempengaruhi proses adsorpsi seperti kapasitas dan intensitas adsorpsi. Grafik isoterm freundlich dapat dilihat pada Gambar 4. Gambar 4. Grafik Model Isoterm Freundlich Persamaan Freundlich berasumsi bahwa adsorpsi terjadi secara multi-layer pada permukaan adsorben dan adsorpsi bertambah dengan bertambahnya konsentrasi (Namasivayam, 2001). METODE 1. Pembuatan Arang Aktif Sampel ijuk yang telah diambil dari pohon aren berupa serabut dibersihkan dari kotorannya (dicuci). dikeringkan di bawah sinar matahari langsung selama 1-2 hari. Setelah kering ijuk dipotong kecil-kecil lalu di keringkan kembali di oven selama 1 jam. Ijuk yang telah kering dimasukkan dalam kurs porselin, kemudian dikarbonisasi dalam tanur pada suhu 400 C selama 1 jam. Produk arang kemudian didinginkan. Arang yang telah dingin dihaluskan kemudian diayak dengan ukuran ayakan lolos saringan 100 mesh dan tertahan di 200 mesh. Arang yang diperoleh direndam dengan larutan NaCl 30% pada suhu 80 C selama 5 jam. Arang kemudian disaring dan dicuci beberapa saat dengan air panas dan kemudian dengan air dingin hingga ph pencuci netral. Arang hasil pencucian dikeringkan pada suhu 110 C dalam oven dan ditimbang hingga beratnya konstan. 2. Penentuan Waktu Kontak Optimum Larutan Pb 2+ dengan konsentrasi 25 ppm disiapkan dalam 15 erlenmeyer yang berbeda dengan volume masing-masing 25 ml. Ke dalam 25 ml larutan Pb 2+ ditambahkan 0,5 g arang aktif yang telah dibuat. Campuran dikocok menggunakan shaker dengan variasi waktu 30, 60, 90, 120, dan 150 menit, setelah itu disaring dengan kertas saring biasa untuk 61

Jasmal, dkk (2015) memperoleh supernatan ion Pb 2+. Absorbansi filtrat diukur dengan SSA. Dari penentuan waktu kontak ini ditentukan orde reaksi dan konstanta laju reaksi dengan cara menguji orde reaksi yang sesuai dengan melihat nilai R 2 untuk grafik masing-masing orde. 3. Penentuan Kapasitas Adsorpsi Ion Pb 2+ oleh Arang Aktif Ijuk Sebanyak 25 ml larutan ion logam Pb 2+ dengan konsentrasi 5 ppm, 10 ppm, 15 ppm, 20 ppm, dan 25 ppm disiapkan. Ke dalam tiap-tiap 25 ml larutan Pb 2+ tersebut ditambahkan 0,5g arang aktif. Tiap-tiap campuran dikocok dengan shaker selama waktu optimum, kemudian disaring dengan kertas saring biasa. Absorbansi filtrat diukur dengan SSA. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Penentuan Waktu Kontak Optimum Adsorpsi Arang Aktif Ijuk Pohon Aren Terhadap Ion Pb 2+ Konsentrasi ion Pb 2+ yang diadsorpsi oleh arang aktif dari ijuk pohon aren diperoleh dengan melakukan variasi waktu kontak. Hasil yang diperoleh digunakan untuk menentukan waktu optimum adsorpsi ion Pb 2+ dengan cara menghitung daya serap setiap waktu yang digunakan. Penentuan waktu kontak optimum adsorpsi bertujuan untuk mengetahui waktu yang dibutuhkan oleh adsorben arang aktif ijuk pohon aren dalam menyerap ion logam Pb 2+ secara maksimum. Hasil analisis ion Pb 2+ yang terserap dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Rerata Ion Pb 2+ yang Teradsorpsi dengan Menggunakan Arang Aktif Ijuk pada Berbagai Waktu Kontak dari Ion Pb 2+ 25 ppm. n = 3 Waktu kontak (menit) Konsentras i sisa (C e ) (ppm) Standar deviasi (S) Konsentrasi terserap (ppm) Daya serap (%) Daya serap (µg/g) 30 6,6799 0,0173 18,3201 73,28 0,9142 60 6,2776 0,0200 18,7224 74,89 0,9326 90 6,2633 0,0264 18,7367 74,95 0,9346 120 6,1443 0,0469 18,8557 75,42 0,9398 150 6,1846 0,0100 18,8154 75,26 0,9396 Tabel di atas memperlihatkan bahwa dari menit ke-30 sampai menit ke-120 terjadi peningkatan daya serap sedangkan pada menit ke-120 sampai menit ke-150 terjadi penurunan daya serap. Hal ini menandakan bahwa waktu kontak optimum arang aktif ijuk pohon aren dalam menyerap ion Pb 2+ dicapai pada waktu 120 menit dengan daya serap 0,9398 µg/g. Hasil tersebut terlihat jelas pada Gambar 5 grafik hubungan antara waktu kontak dengan daya serap arang aktif ijuk terhadap ion Pb 2+ (µg/g). Dari gambar tersebut terlihat bahwa semakin lama waktu kontak semakin tinggi daya serap, namun 62

Kapasitas Adsorpsi Arang Aktif Ijuk Pohon Aren pada waktu 120 sampai 150 menit grafik terlihat datar yang artinya daya serap sudah 0.945 konstan. Hal ini menandakan bahwa waktu kontak optimum tercapai pada 120 menit. 0.94 Daya serap (mg/g) 0.935 0.93 0.925 0.92 0.915 0.91 0 30 60 90 120 150 Waktu kontak (menit) Gambar 5. Grafik Hubungan Antara Daya serap (mg/g) Arang Aktif Ijuk Pohon Aren terhadap Ion Pb 2+ pada Berbagai Waktu Kontak 2. Penentuan Kapasitas Adsorpsi Arang Aktif Ijuk Pohon Aren Terhadap Ion Pb 2+ Penentuan Kapasitas adsorpsi dilakukan untuk mengetahui kemampuan suatu adsorban (arang aktif ijuk) dalam menyerap atau mengadsorpsi adsorbat (ion logam Pb 2+ ). Hasil analisis ion Pb 2+ yang teradsorpsi pada berbagai konsentrasi dengan menggunakan waktu optimum 120 menit dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Rata-rata ion Pb 2+ yang Teradsorpsi dengan Menggunakan Arang Aktif Ijuk pada Berbagai Konsentrasi dengan Waktu Kontak Optimum 120 menit. n = 3 Konsentrasi awal (C 0 ) (ppm) Konsentrasi sisa (Ce) (ppm) Standar Deviasi (S) Konsentrasi terserap (ppm) Daya serap (mg/g) log w log C e C e /W 5 1,3383 0,0141 3,6617 0,1825-0,7387 0,1265 7,3331 10 2,5999 0,0077 7,4001 0,3698-0,4320 0,4149 7,0305 15 3,9543 0,0245 11,0457 0,5514-0,2585 0,5970 7,1714 20 5,3623 0,0264 14,6377 0,7289-0,1373 0,7293 7,3571 25 6,2619 0,0141 18,7381 0,9357-0,0288 0,7967 6,6921 Dari tabel tersebut terlihat bahwa semakin besar konsentrasi ion Pb 2+ maka semakin banyak ion Pb 2+ yang terserap, hal ini terlihat dari hasil daya serap yang diperoleh dari 5 ppm sampai 25 ppm terjadi peningkatan daya serap. Hasil pengukuran 63

Jasmal, dkk (2015) tersebut dimasukkan kedalam grafik persamaan Freundlich dan persamaan Langmuir untuk menentukan pola isotherm yang sesuai dan besarnya kapasitas log W 0-0.1-0.2-0.3-0.4-0.5-0.6-0.7-0.8 adsorpsi. Grafik isotherm Freundlich dan Langmuir dapat dilihat pada Gambar 6 dan Gambar 7. 0 1 2 3 4 5 6 log Ce Gambar 6. Grafik Isoterm Freunlich Adsorpsi Ion Logam Pb 2+ oleh Arang Aktif Ijuk Pohon Aren Ce/W 8 7 6 5 4 3 2 1 0 0 1 2 3 4 5 6 7 Ce Gambar 7 Grafik Isoterm Langmuir Adsorpsi Ion Logam Pb 2+ oleh Arang Aktif Ijuk Pohon Aren Pola isotherm yang sesuai dapat diketahui dengan membandingkan nilai R 2 dari kedua grafik. Dari kedua grafik diatas terlihat bahwa adsorpsi Pb 2+ oleh arang aktif ijuk pohon aren lebih cenderung mengikuti persamaan isotherm Freundlich daripada Langmuir karena nilai R 2 untuk kurva Freundlich mendekati 1 yaitu 0,9488. Oleh karena itu, kapasitas adsorpsi oleh arang aktif ijuk pohon aren terhadap Pb 2+ dihitung menggunakan persamaan isotherm Freundlich (Persamaan 2.2). Hasil perhitungan kapasitas adsorpsi (b) arang 64

Kapasitas Adsorpsi Arang Aktif Ijuk Pohon Aren aktif ijuk pohon aren terhadap Pb 2+ adalah 6,81 mg/g. Isotherm adsorpsi Freundlich mengasumsikan bahwa adsorpsi terjadi secara fisik artinya penyerapan lebih banyak terjadi pada permukaan arang aktif. Pada adsorpsi fisik adsorbat tidak terikat kuat pada permukaan adsorben sehingga adsorbat dapat bergerak dari suatu bagian permukaan ke permuakaan yang lain, dan pada permukaan yang ditinggalkan dapat digantikan oleh adsorbat yang lainnya. Adsorpsi fisik ini terjadi karena adanya ikatan Van Der Waals yaitu gaya tarikmenarik yang lemah antara adsorbat dengan permukaan adsorben. KESIMPULAN Waktu kontak optimum adsorpsi arang aktif ijuk pohon aren terhadap ion Pb 2+ adalah 120 menit dengan kapasitas adsorpsi arang aktif ijuk pohon aren terhadap ion Pb 2+ adalah 6,81 mg/g. UCAPAN TERIMA KASIH Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada Laboran dan Dosen Laboratorium Kimia Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Makassar, yang telah mengizinkan dan membantu penelitian ini hingga selesai. DAFTAR PUSTAKA Atkins PW. 1994. Physical Chemistry 5th Edition. Oxford: Oxford University Press. Batara A. 2006. Adsorpsi ion Pb 2+ Menggunakan Serbuk Ijuk. Makassar: Jurusan Teknik Kimia UMI. Christiani E. 2008. Karakterisasi Ijuk Pada Papan Komposit Ijuk Serat Pendek Sebagai Perisai Radiasi Neutron. Medan: Universitas Sumatra Utara. Deri. 2013. Kadar Logam Berat Timbal (Pb) pada Akar Mangrove (Avicennia marina) Di Perairan Teluk Kendari. Jurnal Mina Laut Indonesia. 1(1):38 48. Djabbar M. 2006. Penentuan Waktu Kontak Dan ph Optimum Terhadap Daya Adsorpsi Ion Cu 2+ Oleh Ijuk. Makassar: Jurusan Kimia FMIPA UNM. Filipovic. 2000. Biosorption Of Chromium, Copper, Nickel And Zinc Ions Onto Fungal Pellets Of Aspergillus Niger 405 from Aqueous Solutions. Food technol. Biotechnol. 38:211-216. Fitriani. 2009. Kapasitas Adsorpsi Arang Aktif Tempurung Kemiri Terhadap Ion Cd 2+. Makassar: Jurusan Kimia FMIPA UNM. Hartanto S dan Ratnawati. 2010. Pembuatan Karbon Aktif dari Tempurung Kelapa Sawit dengan Metode Aktivasi Kimia. Jurnal Sains Materi Indonesia. 12:12-16. Mahmuda. 2013. Pengaruh Panjang Serat Terhadap Kekuatan Tarik Komposit Berpenguat Serat Ijuk Dengan Matriks Epoxy. Jurnal FEMA. 1(3):79-84. Meilita T dan Tuti S. 2003. Arang Aktif (Pengenalan dan Proses Pembuatannya). Medan: Jurusan Teknik Industri Universitas Sumatra Utara. Namasivayam C. 2001. Uptake of dyes by a promosing locally available agriculture solid waste: coir pith. Waste Management. 21: 381-387. Sitepu M. 2006. Modifikasi Serat Ijuk dengan Radiasi Sinar-γ Suatu Studi 65

Jasmal, dkk (2015) untuk Perisai Radiasi Nuklir. Jurnal Sains Kimia. 10(1):4 9. Sunardi. 2006. 116 Unsur Kimia Deskripsi dan Pemamfaatannya. Bandung: Yrama Widya. Yudi A. 2011. Pembuatan Karbon Aktif Dari Ban Bekas. Malang: Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim. 66