9-077 STRUKTUR KOMUNITAS KUPU-KUPU PADA AREA WANA WISATA AIR TERJUN COBAN RAIS DI BATU

dokumen-dokumen yang mirip
STUDI SPESIES KUPU-KUPU FAMILI Papilionidae DAN Lycanidae SERTA STATUS PERLINDUNGANNYA DI KAWASAN WISATA AIR TERJUN COBAN RAIS KOTA BATU

Keanekaragaman Jenis dan Pola Distribusi Nepenthes spp di Gunung Semahung Kecamatan Sengah Temila Kabupaten Landak

BAB IV METODE PENELITIAN

KEANEKARGAMAN KUPU-KUPU DIURNAL (SUB ORDO: RHOPALOCERA) DI KOMPLEK GUNUNG BROMO KPH SURAKARTA KABUPATEN KARANGANYAR TAHUN 2013

BAB I PENDAHULUAN. daya tarik tinggi baik untuk koleksi maupun objek penelitian adalah serangga

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Herlin Nur Fitri, 2015

KEANEKARAGAMAN JENIS KANTONG SEMAR (Nepenthes spp) KAWASAN HUTAN LINDUNG GUNUNG AMBAWANG DESA KAMPUNG BARU KECAMATAN KUBU KABUPATEN KUBU RAYA

KERAGAMAN KUPU-KUPU DI TAMAN WISATA ALAM BANING SINTANG. Hilda Aqua Kusuma Wardhani 1 Abdul Muis 2 1. Staf Pengajar FKIP Universitas Kapuas Sintang 2

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Meidita Aulia Danus, 2015

BAB I PENDAHULUAN. dan perubahan secara terus-menerus. Maka dari itu, setiap manusia harus

bio.unsoed.ac.id Di dalam konsep Agrowisata, usaha pertanian unggulan dikembangkan a. Latar belakang 1. PENDAHULUA}{

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

PENDAHULUAN Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. hayati memiliki potensi menjadi sumber pangan, papan, sandang, obat-obatan

IV. KONDISI DAN GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. administratif berada di wilayah Kelurahan Kedaung Kecamatan Kemiling Kota

KEANEKARAGAMAN JENIS KANTONG SEMAR (Nepenthes SPP) DALAM KAWASAN HUTAN LINDUNG GUNUNG SEMAHUNG DESA SAHAM KECAMATAN SENGAH TEMILA KABUPATEN LANDAK

BAB III METODE PENELITIAN

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat

Yustina Laboratorium Zoologi FKIP Universitas Riau

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni Juli 2012 dan bertempat di

BAB I PENDAHULUAN. sebesar jenis flora dan fauna (Rahmawaty, 2004). Keanekaragaman

BAB I PENDAHULUAN. keanekaragaman hayati yang sangat tinggi. Menurut Suhartini (2009, h.1)

KEANEKARAGAMAN JENIS MERANTI (SHORE SPP) PADA KAWASAN HUTAN LINDUNG GUNUNG AMBAWANG KABUPATEN KUBU RAYA PROPINSI KALIMANTAN BARAT

KEANEKARAGAMAN DAN SEBARAN KUPU-KUPU (Lepidoptera: Rhacalopera) DI KAWASAN KAMPUS UNIVERSITAS SRIWIJAYA INDRALAYA SUMATERA SELATAN

I. PENDAHULUAN. mudah dikenali oleh setiap orang. Seperti serangga lainnya, kupu-kupu juga mengalami

Keanekaragaman kupu-kupu (Insekta: Lepidoptera) di Wana Wisata Alas Bromo, BKPH Lawu Utara, Karanganyar, Jawa Tengah

METODE A. Waktu dan Tempat Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang dilakukan merupakan penelitian deskriptif, yang. sensus atau dengan menggunakan sampel (Nazir,1999).

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan jumlah spesies burung endemik (Sujatnika, 1995). Setidaknya

Kata kunci : Burung, Pulau Serangan, habitat

BAB III METODE PENELITIAN

KEANEKARAGAMAN KUPU-KUPU

2016 PENGARUH PEMBERIAN BERBAGAI MACAM PAKAN ALAMI TERHAD APPERTUMBUHAN D AN PERKEMBANGAN FASE LARVA

FITOPLANKTON DI PERAIRAN AREAL PERTAMBANGAN NIKEL BULI HALMAHERA TIMUR PHYTOPLANKTON IN NICKEL AREA GULF OF BULI EAST HALMAHERA

STUDI KEANEKARAGAMAN JENIS KANTONG SEMAR

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. memiliki sebaran jenis serangga yang unik. Selain jenis-jenis yang sebarannya

BIRD PREFERENCE HABITATS AROUND SERAYU DAM BANYUMAS CENTRAL JAVA

KEANEKARAGAMAN JENIS BAMBU (Bambusodae) DALAM KAWASAN HUTAN AIR TERJUN RIAM ODONG DUSUN ENGKOLAI KECAMATAN JANGKANG KABUPATEN SANGGAU

III. METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. terletak di sekitar garis khatulistiwa antara 23 ½ 0 LU sampai dengan 23 ½ 0 LS.

Keanekaragaman Parasitoid dan Parasitisasinya pada Pertanaman Padi di Kawasan Taman Nasional Gunung Halimun

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Serangga merupakan bagian dari keanekaragaman hayati yang harus dijaga kelestariannya dari kepunahan

BAB 1 PENDAHULUAN. hayati terkaya (mega biodiveristy). Menurut Hasan dan Ariyanti (2004),

I. PENDAHULUAN. Tingginya laju kerusakan hutan tropis yang memicu persoalan-persoalan

V. SIMPULAN DAN SARAN. Gunung Merapi tergolong rendah dengan nilai H 1,92. yang ada di kawasan Taman Nasional Gunung Merapi.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang memiliki keanekaragaman hayati

Kelompok Papilionidae lebih banyak aktif di siang hari untuk menghindari predator, seperti burung yang aktif pada pagi hari (Homziak & Homziak 2006).

BAB I PENDAHULUAN. alam dan jasa lingkungan yang kaya dan beragam. Kawasan pesisir merupakan

BAB I PENDAHULUAN. migran. World Conservation Monitoring Centre (1994) menyebutkan

ABSTRAK DIVERSITAS SERANGGA HUTAN TANAH GAMBUT DI PALANGKARAYA KALIMANTAN TENGAH

BAB I PENDAHULUAN. dikenal sebagai negara megabiodiversity. Sekitar 10 % jenis-jenis tumbuhan

2015 PENGARUH PEMBERIAN PAKAN ALAMI DAN PAKAN SINTETIS TERHADAP LAMANYA SIKLUS HIDUP

Modul 1. Hutan Tropis dan Faktor Lingkungannya Modul 2. Biodiversitas Hutan Tropis

KERAGAMAN LEPIDOPTERA PADA DUKUH DAN KEBUN KARET DI DESA MANDIANGIN KABUPATEN BANJAR

BAB I PENDAHULUAN. terkaya (mega biodiversity). Menurut Hasan dan Ariyanti (2004), keanekaragaman

Konsep Keanekaragaman METODE Tempat dan Waktu Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. lainnnya yang tersebar luas dari Sabang sampai Merauke. Menurut Ummi (2007)

Keanekaragaman Kupu-Kupu di Kawasan Gunong Bonsu Kabupaten Rokan Hulu, Provinsi Riau

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hutan Sekipan merupakan hutan pinus yang memiliki ciri tertentu yang membedakannya dengan hutan yang lainnya.

KEANEKARAGAMAN JENIS VEGETASI PADA KAWASAN HUTAN LINDUNG GUNUNG AMBAWANG KABUPATEN KUBU RAYA PROVINSI KALIMANTAN BARAT

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Dalam pandangan al-qur an, mempelajari dan mengamati fenomena

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara beriklim tropis yang kaya raya akan

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang dilakukan adalah deskriptif - eksploratif, yang

I. PENDAHULUAN. Meksiko, merupakan salah satu negara yang memiliki keanekaragaman hayati terkaya

BAB I PENDAHULUAN. menempatkan Indonesia pada peringkat keempat negara-negara yang kaya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara kepulauan yang didominasi oleh perairan,

JENIS-JENIS KUPU-KUPU DI SUAKA ELANG TAMAN NASIONAL GUNUNG HALIMUN SALAK, BOGOR ( Butterflies in Suaka Elang Mount Halimun Salak National Park, Bogor)

BAB I PENDAHULUAN. yang mencapai pulau dengan panjang pantai sekitar km 2 dan luas

BAB I PENDAHULUAN. dari buah pulau (28 pulau besar dan pulau kecil) dengan

3 METODE PENELITIAN. Waktu dan Lokasi

BAB I PENDAHULUAN. hutan hujan tropis yang tersebar di berbagai penjuru wilayah. Luasan hutan

PENDAHULUAN Latar Belakang

Konservasi Tingkat Komunitas OLEH V. B. SILAHOOY, S.SI., M.SI

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara tropis yang memiliki keanekaragaman hayati

BAB III METODOLOGI. 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian

STRUKTUR KOMUNITAS MANGROVE DI KELURAHAN TONGKAINA MANADO

I. PENDAHULUAN. yang dimanfaatkan bagi kepentingan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan,

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. atas pulau, dengan garis pantai sepanjang km. Luas laut Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara disebut Mega Biodiversity setelah

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN

EKSPLORASI KEANEKARAGAMAN TUMBUHAN PAKU DI KAWASAN HUTAN GIRIMANIK KABUPATEN WONOGIRI NASKAH PUBLIKASI

BAB III METODE PENELITIAN. adalah suatu penelitian untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara

I. PENDAHULUAN. Dampak penambangan yang paling serius dan luas adalah degradasi, kualitas

I. PENDAHULUAN. Lampung memiliki keanekaragaman kupu-kupu yang cukup tinggi. Keanekaragaman kupu-kupu ini merupakan potensi sumber daya alam hayati

BAB III METODE PENELITIAN

PENDAHULUAN. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. (Sujatnika, Joseph, Soehartono, Crosby, dan Mardiastuti, 1995). Kekayaan jenis

I. PENDAHULUAN. Kupu-kupu raja helena (Troides helena L.) merupakan kupu-kupu yang berukuran

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN UKDW. bumi, namun demikian keanekaragaman hayati yang ada di dalamnya sangat

4 KARAKTERISTIK SUMBER DAYA KUPU-KUPU (Lepidoptera) YANG DIMANFAATKAN SECARA KOMERSIAL

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia adalah negara kepulauan yang mencapai sekitar pulau. Perbedaan karakteristik antar pulau

I. PENDAHULUAN. ekosistem asli (alami) maupun perpaduan hasil buatan manusia yang

BAB I PENDAHULUAN. kekayaan jenis flora dan fauna yang sangat tinggi (Mega Biodiversity). Hal ini

Transkripsi:

STRUKTUR KOMUNITAS KUPU-KUPU PADA AREA WANA WISATA AIR TERJUN COBAN RAIS DI BATU Butterfly Community Structure In Coban Rais Waterfall Tour Forest Area At Batu City Sofia Ery Rahayu, Hawa Tuarita Jurusan Biologi, FMIPA, Universitas Negeri Malang, Jl. Semarang 5 Malang E-mail: sofiaery@yahoo.com Abstract- The purpose of this study is not only to determine the structure of a community that consist of abundance, diversity, evenness, and richness of butterflies but also to observe the abiotic factors at CobanRais. The research conducted classified into exploratory descriptive. Butterfly sampling conducted in CobanRais (along 2.5 km) in June-September 2013, with walking transect technique. Animals sampling was conducted from 08.00 to 12.00 a.m. The butterflies that had collected were identified based on morphological characters. The results showed that the butterflies were found are 64 species and belonging to the 6 family that is Papilonidae, Lycanidae, and Rindinidae. The species most commonly found in CobanRais is Cyrestislutea with abundance values are 23%. Diversity of butterfly community in CobanRais is high with a value of 3.373. Evenness of butterfly communities in locations observation is high because close to 1 with a value of E = 0.811 and Butterfly species richness in CobanRais is high with a value R = 11.36. Keywords: butterfly, community structure, Coban Rais 9-077 PENDAHULUAN Wana wisata air terjun Coban Rais merupakan daya tarik kota Batu dalam menjaring wisatawan untuk datang ke Kota Batu. Wana wisata Coban Rais terletak di terletak di Desa Oro-oro Ombo, Kecamatan Batu, Kota Batu pada ketinggian 850 m dpl dengan suhu udara 18-23 0 C (Anonimus, 2009). Di area Coban Rais ditemukan air terjun dengan sungai yang mengalir, dan ditemukan banyak tumbuhan dan hewan. Tumbuhan yang ditemukan di Coban Rais ada yang berupa tegakan pohon, vegetasi semak berumput,dan semak belukar. Sedangkan salah satu hewanyang dapat dijumpai di area Coban Rais adalah kupukupu. Kupu-kupu yang yang ada di Coban Rais sangat beragam dengan berbagai macam warna, sehingga kupu-kupu menjadi satwa yang menarik perhatian masyarakat. Kupu-kupu pada umumnya dapat dijumpai hampir di semua habitat. Habitat yang berbeda merupakan salah satu faktor penyebab perbedaan kupu-kupu yang hidup di dalamnya. Kelangsungan hidup kupukupu dalam suatu habitat sangat bergatung pada keberadaan tanaman inang baik yang berfungsi sebagai sumber makanan baik untuk fase dewasa maupun fase larvanya. Makanan kupu-kupu fase dewasa adalah nektar, sehingga kupu-kupu akan sering mengunjungi bunga. Oleh karena itu kupukupu secara alami berperanan sebagai polinator. Kupu-kupu memiliki peranan yang penting dalam suatu ekosistem yaitu sebagai polinator dan merupakan serangga yang sangat peka terhadap perubahan habitat (Subahar dan Yuliana, 2010, Tabadebu, dkk., 2008; Roberts, 2001). Lebih lanjut Roberts (2001) menjelaskan bahwa kupu-kupu hewan yang sangat cepat reaksinya terhadap perubahan lingkungan. Adanya sedikit perubahan dalam suatu lingkungan akan berakibat menurunnya populasi kupu-kupu dibandingkan dengan menurunnya populasi burung atau hewan lainnya. Dengan demikian kupu-kupu dapat digunakan sebagai indikator suatu lingkungan. Hal ini dikarenakan kehidupan kupu-kupu baik saat fase larva maupun dewasa sangat bergantung pada ketersediaan pakan yang berupa tanaman. Hilangnya tanaman pakan kupu-kupu maka akan mengancam keberlangsungan populasi kupu-kupu. 460 Biologi, Sains, Lingkungan, dan Pembelajarannya_

Keragaman kupu-kupu yang ada di Indonesia sangat banyak, dari 17.000 spesies kupu-kupu yang ada di dunia, sekitar 1.600 spesies tersebar di Indonesia, namun tingkat endemisitas lebih tinggi dibandingkan negara Peru dan Brazil (Peggie, 2008). Oleh karena itu perlu dilakukan perlindungan keberadaan kupukupu di lingkungan karena saat ini banyak aktivitas manusia yang mengalih fungsikan fungsi lahan dan habitat kupu-kupu. Struktur komunitas kupu-kupu pada suatu area pengamatan khususnya Coban Rais perlu diungkap sehingga dapat dijadikan informasi penting untuk pengelolaan wana wisata air terjun Coban Rais menuju pengelolaan hewan berbasis ekologi. Hal ini dikarenakan apabila Coban Rais mengalami perubahan kondisi habitat maka akan berpengaruh terhadap struktur komunitas kupu-kupu, karena perubahan habitat akan berpengaruh pada spesies kupu-kupu. METODE PENELITIAN Penelitian ini tergolong deskriptif eksplotarif yang bertujuan mengidentifikasi kupu-kupu yang ditemukan di kawasan wana wisata air terjun Coban Rondo dan Coban Rais Batu untuk menunjang usaha konservasinya. Teknik observasi yang digunakan adalah metode walking transek (Swaay, et.al., 2012). Obyek penelitian adalah kupu-kupu yang ditemukan dan tertangkap jaring serangga pada sektor yang telah ditentukan. Pengambilan kupu-kupu dilaksanakan di Coban Rais Batu pada bulan Juni September 2013. Pengambilan sampel kupu-kupu sepanjang 2,5 km dilakukan dengan membagi lokasi penelitian menjadi lima sektor pengamatan yang masing-masing sepanjang 500 m. Pengambilan sampel kupu-kupu dilakukan mulai pukul 08.00-12.00 WIB dan dilakukan sebanyak 3 kali ulangan. Pada saat pengambilan hewan sampel juga dilakukan pengukuran faktor abiotik meliputi intensitas cahaya, suhu udara, kelembaban udara, dan kecepatan angin. Kupu-kupu yang sudah dikoleksi dari lapangan dibuat insektarium dan diidentifikasi berdasarkan morfologi dengan merujuk pada buku Practical Guide to the Butterflies of Bogor Botanic Garden oleh Peggie dan Amir (2006), The Butterflies of Pakistan oleh Roberts (2001), dan The Butterflies of Australia oleh Orr & Kitching (2010). Adapun spesimen kupu-kupu yang belum berhasil diidentifikasi maka dikirim ke Laboratorium Entomologi Bidang Zoologi LIPI Cibinong untuk diidentifikasi. Sedangkan yang sudah berhasil diidentifikasi dilakukan verifikasi ke Laboratorium Zoologi LIPI Cibinong. Untuk mengetahui status perlindungan kupu-kupu dilakukan dengan merujuk pada buku Precious and Protected Indonesia Butterflies oleh Peggie (2011). Data yang diperoleh berupa data spesies kupu yang ditemukan dianalisis secara deskriptif. Analisis keanekaragaman menggunakan indeks keanekaragaman (H ) Shanon Wiener. Selanjutnya dilakukan analisis untuk menghitung indeks Kemerataan (E), dan indeks Kekayaan (R). HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Berdasarkan hasil penelitian ditemukan 64 spesies yang tergolong ke dalam enam familia yaitu Papilonidea, Lycanidae, dan Riodinidae. Penghitungan kelimpahan relatif dari keenam puluh spesies kupu-kupu yang ditemukan di Coban Rais disajikan pada Gambar 1. Gambar 1. Kelimpahan Relatif Spesies Kupu-kupu di Coban Rais Seminar Nasional XI Pendidikan Biologi FKIP UNS 461

Berdasarkan Gambar 1 terlihat bahwa kelimpahan relatif tertinggi kupu-kupu yang ditemukan di Coban Rais dimiliki oleh spesies Cyrestis lutea dengan nilai 23%, sedangkan 72% sisanya tersusun atas spesies kupu-kupu lainnya. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa di Coban Rais ditemukan 64 spesies kupu-kupu yang tergolong ke dalam 6 familia meliputi Papilonidea, Lycanidae, dan Riodinidae. Hal ini merupakan indikator bahwa di lokasi penelitian masih kaya akan fauna kupukupu. Diantara spesies kupu-kupu yang ditemukan di Coban Rais, spesies Cyrestis luteamemiliki kelimpahan relatif tertinggi yaitu 23% dibandingkan spesies kupu-kupu lainnya. Kupu-kupu tersebut anggota dari familia Nymphalidae. Menurut Noerdjito, dkk (2010) kupu-kupu Cyrestis lutea merupakan kupu-kupu yang ditemukan di Indonesia dan spesies tersebut ditemukan di pulau Jawa dan Bali. Berdasarkan status perlindungan kupu-kupu Cyrestis lutea tidak tergolong dilindungi. Meskipun kupu-kupu tersebut tidak termasuk dilindungi, namun diketahuinya kupu-kupu Cyrestis lutea sebagai spesies yang penyebarannya di pulau Jawa dan Bali serta banyak ditemukan di Coban Rais, maka keberadaan kupu-kupu tersebut perlu dipertahankan. Hasil penghitungan indeks keanekaragaman, kemerataan, dan kekayaan kupu-kupu yang ditemukan di Coban Rais disajikan pada Tabel 1. Tabel 1. Indeks Keanekaragaman, Kemerataan, dan Kekayaan Kupu-kupu di Area Coban Rais Indeks Nilai Kriteria H 3,373 Tinggi E 0,811 Tinggi R 11,361 Tinggi Berdasarkan Tabel 1 diketahui bahwa indeks keanekaragaman, kemerataan dan kekayaan kupu-kupu di Coban Rais tergolong tinggi. Berdasarkan Tabel 1 diketahui bahwa keanekaragaman kupu-kupu di area Coban Rais tergolong dalam keanekaragaman tinggi. Menurut Odum (1993) keanekaragaman cenderung rendah pada ekosistem yang secara fisik terkendali, sebaliknya keanekaragaman akan meningkat pada suatu ekosistem yang diatur secara alami. Kondisi alam Coban Rais masih alami, dalam hal ini belum banyak mengalami kerusakan, misalnya untuk mencapai lokasi air terjun para pengunjung harus melalui jalan setapak yang dikelilingi berbagai tanaman yang mendukung kehidupan kupu-kupu. Akibat kondisi tersebut menyebabkan keanekaragaman kupu-kupu menjadi tinggi. Nilai indeks kemerataan menunjukkan ukuran keseimbangan antara komunitas satu dengan lainnya. Hasil nilai tersebut dipengaruhi oleh jumlah jenis yang terdapat di dalam suatu komunitas (Ludwig dan Reynold, 1988). Indeks kemerataan di area Coban Rais dalam kategori tinggi. Dalam hal ini berarti jumlah individu dari setiap spesies kupu-kupu merata atau dengan kata lain tidak ada yang dominan atau sub-dominan. Hasil penghitungan indeks kekayaan pada area Coban Rais juga tergolong tinggi yang berati jumlah spesies kupu-kupu dalam komunitas juga tinggi. Semakin tinggi nilai keanekaragaman spesies dalam suatu habitat, maka keseimbangan komunitas juga semakin tinggi (Dendang, 2009). Berdasarkan hasil analisis data terlihat bahwa kondisi lingkungan wana wisata Coban Rais masih cukup mendukung keberlangsungan populasi kupu-kupu yang hidup di area Coban Rais. Keberadaan populasi kupukupu pada suatu habitat sangat dipengaruhi oleh keberadaan tanaman inang yang berfungsi sebagai host-plant maupun foodplant. Oleh karena itu untuk menjaga populasi kupu-kupu di Coban Rais, maka perlu melakukan pelestarian habitatnya dengan cara mempertahankan kestabilan kondisi lingkungan hutan yang ada di area Coban Rais melalui pelestarian tanaman inangnya. Keberlangsungan populasi kupukupu di Coban Rais selain dipengaruhi 462 Biologi, Sains, Lingkungan, dan Pembelajarannya_

faktor biotik juga dipengaruhi faktor abiotikhasil pengukuran faktor abiotik di Coban Rais yaitu sebagai berikut: intensitas cahaya 45-1425 Lux; suhu udara 23-32 0 C; kelembaban udara 30-70%; dan kecepatan angin 0,04-1,7 m/s.menurut Sihombing (2002) kupu-kupu dapat bertahan hidup pada suhu 18-38 0 C dengan kelembaban udara kurang dari 85%. Dengan demikian suhu dan kelembaban udara di Coban Rais masih dalam ambang batas normal untuk kehidupan kupu-kupu. Aktifitas kupu-kupu dipengaruhi oleh suhu dan intensitas cahaya. Menurut Saroyo dan Koneril (2012) intensitas cahaya diperlukan kupu-kupu untuk menjaga keseimbangan suhu tubuhnya.cahaya menghasilkan energi panas yang selanjutnya akan meningkatkan suhu tubuh dan metabolisme tubuh (Rahayuningsih, dkk, 2012). Adanya kenaikan suhu tubuh tersebut, maka kupukupu mulai melakukan aktifitasnya, sehingga untuk mengamati kupu-kupu dalam suatu habitat dimulai saat cahaya matahari sudah terlihat (jam08.00). KESIMPULAN DAN SARAN Hasil penelitian menunjukkan bahwa kupu-kupu yang ditemukan di Coban Rais sebanyak 64 spesies yang tergolong ke dalam 6 familia yaitu Papilonidae, Lycanidae, dan Rindinidae. Spesies yang paling banyak ditemukan di Coban Rais adalah Cyrestis lutea nilai kelimpahan sebesar 23%. Indeks Keanekaragaman komunitas kupu-kupu di Coban Rais tergolong tinggi dengan nilai 3,373, Indeks Kemerataan komunitas kupu-kupu di lokasi pengamatan tergolong tinggi dengan E=0,81, serta indeks Kekayaan spesies kupu-kupu di Coban Rais juga dalam kategori tingi (R=11,36).Faktor abiotik meliputi suhu udara, kelembaban udara, intensitas cahaya matahari memiliki peranan terhadap keberlangsungan populasi kupu-kupu. Perlu dilakukan penelitian lebih lengkap berkaitan dengan analisis vegetasi yang ada di Coban Rais serta perlu dilakukan secara berkelanjutan monitoring kupu-kupu sebagai upaya pemantauan populasi kupu-kupu di lokasi tersebut. DAFTAR PUSTAKA Anonimous. 2009. Air Terjun Coban Rais. (Online) https://sites.google.com/site/wisataairte rjun/jawa-timur/coban-rais---oro-oro--- malang diakses 3 Maret 2013. Braby, Michael F. 2004. The Complete Field Guide to Butterflies of Australia. Coolingwood: CSIRO Publishing Dendang, B. 2009. Keragaman Kupu-kupu di Resort Selabintana Taman Nasional Gunung Gede Pangrango Jawa Barat. Jurnal Penelitian Alam dan Konservasi Alam. Vol. 6 No. 1: 25-30. Gombert, L.L. Hamilton, H.L. anad Coe, M. 2005. Butterfly Gardening. Teenessee: University of Tennesee Extension. Ludwig dan Reynold. 1988. Statistical Ecology a Primer on Methods and Computing. New York: John Wiley and Sons. Noerdjito, W.A., Aswari, P., dan Peggie, D. 2011. Fauna Serangga Gunung Ciremai. Jakarta: LIPI Press. Odum, E.P. 1999.. Ekologi. Terjemahan oleh Thajono,S. Yogyakarta: Gadjah Mada Press. Orr, R. dan Kitching, R. 2010. The Butterfly of Australia. Brisbane: Jacana Book. Peggie, J. Dan Amir, M. 2006. Practical Guide to The Butterflies of Bogor Botanic Garden. Cibinong: Bidang Zoologi Pusat Penelitian Biologi LIPI. Peggie, J. 2008. Kupu-kupu Keunikan Tiada Tara. (Online) (http://biologi.lipi.go.id/bio_indonesia/m Template.php?h-3&id_berita-32) diakses 20 Februari 2013. Peggie, J. 2011. Precious and Protected Indonesian Butterflies. Jakarta: PT. Binamitra Megawarna. Rahayuningsih, M; Oqtaviana, R. dan Priyono, B. 2012. Keanekaragaman Jenis Kupu-kupu Superfamilia Papilionidae Di Dukuh Banyuwindu Desa Limbangan Kecamatan Limbangan Kabupaten Kendal. Jurnal MIPA 35 (1): 12-20 Roberts, T.J. 2001. The Butterflies of Pakistan. New York: Oxford University Press. Seminar Nasional XI Pendidikan Biologi FKIP UNS 463

Subahar, T.S.S. dan Yuliana, A. 2010. Butterfly Diversity as a Data Base for The Development Plan of Butterfly Garden at Bosscha Observatory, Lembang, West Java. Biodiversitas, Vol. 11, No. 1: 24-28. Sihombing. 2002. Satwa Harapan I. Pengantar Teknologi Budidaya. Bogor: Pustaka Wirausaha Muda. Swaay, C. Brereton, T., Kirkland, P. Dan Warren, M. 2012. Manual for Butterfly Monitoring. Netherland: De Vlinderstichting Saroyo dan Koneril. 2012. Distribusi dan Keanekaragaman Kupu-kupu (Lepidoptera) di Gunung Menado Tua, Kawasan Taman Nasional Laut Bunaken Sulawesi Utara. Jurnal Bumi Lestari. Vol. 12, No. 2: 357-365. Tabadepu, H.; Buchori, D.; dan Sahari, B. 2008. Butterfly Record From Salak Mountain, Indonesia. Jurnal Entomologi Indonesia, April, Vol. 5 No.1: 10-16. 464 Biologi, Sains, Lingkungan, dan Pembelajarannya_