II. TINJAUAN PUSTAKA. Bakteri dapat menimbulkan penyakit dengan cara langsung masuk ke dalam

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. Bakteri merupakan mikroorganisme yang hidup di air, udara, tanah dan. makhluk hidup. Umumnya bakteri hidup secara berkoloni dan hidup

II. TINJAUAN PUSTAKA. (Green dkk, 2006:4288). Ciri-ciri bakteri ini adalah organisme saprofitik,

I. PENDAHULUAN. makhluk hidup. Umumnya bakteri hidup secara berkoloni dan hidup. berkumpul di dalam suatu medium yang sama (Zaif, 2006).

I. PENDAHULUAN. hewan adalah bakteri. Mikroorganisme tersebut memiliki peranan yang positif

II. TINJAUAN PUSTAKA. Bacillus merupakan salah satu bakteri probiotik. Bakteri ini mampu

II. TINJAUAN PUSTAKA. ayam ( Green dkk, 2006 : 4288 ). Bakteri ini adalah organisme saprofitik,

I. PENDAHULUAN. makhluk hidup. Bakteri juga banyak terdapat pada saluran pencernaan ternak

I. PENDAHULUAN. Mikroorganisme merupakan bagian dari kekayaan dan keragaman hayati

PENDAHULUAN. Latar Belakang. pendapatan perkapita masyarakat, kebutuhan bahan makanan semakin

I. PENDAHULUAN. Produk yang dihasilkan oleh itik yang bernilai ekonomis antara lain: telur, daging,

II. TINJAUAN PUSTAKA. makanan yang tidak tercerna. Alat pencernaan itik termasuk ke dalam kelompok

I. PENDAHULUAN. cukup sempurna karena mengandung zat zat gizi yang lengkap dan mudah

TINJAUAN PUSTAKA. (a) (b) (c) (d) Gambar 1. Lactobacillus plantarum 1A5 (a), 1B1 (b), 2B2 (c), dan 2C12 (d) Sumber : Firmansyah (2009)

1. PENDAHULUAN Latar Belakang

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 5. Jumlah Bakteri Asam Laktat pada Media Susu Skim.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Itik bali merupakan itik lokal Indonesia yang juga sering disebut itik penguin, karena

bio.unsoed.ac.id I. PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 1996

ASPEK MIKROBIOLOGIS PENGEMASAN MAKANAN

I. PENDAHULUAN. perunggasan merupakan salah satu penyumbang sumber pangan hewani yang

TINJAUAN PUSTAKA Daging Sapi Daging Ayam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Calf starter merupakan susu pengganti (milk replacer) yang diberikan ke

I. PENDAHULUAN. Semakin berkembangnya bioteknologi, terdapat kecenderungan bahwa

Haris Dianto Darwindra BAB VI PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA Probiotik

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. masyarakat, karena air merupakan salah satu media dari berbagai macam

TINJAUAN PUSTAKA. melindungi kebersihan tangan. Sanitasi adalah upaya kesehatan dengan cara

BAB 1 PENDAHULUAN. Derajat kesehatan masyarakat merupakan salah satu indikator harapan hidup

BAB 7. MIKROBIOLOGI HASIL PERIKANAN. 7.1 Jenis-jenis Mikroba Pada Produk Perikanan

I. PENDAHULUAN. Secara alami hewan ternak, khususnya itik memiliki kekebalan alami. yang berfungsi menjaga kesehatan tubuhnya. Kekebalan alami ini

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. Bakteri biasanya dikategorikan ke dalam dua kelompok. Bakteri yang

PENDAHULUAN. sebagai penghasil telur dan daging sehingga banyak dibudidayakan oleh

Mikroorganisme dalam Industri Fermentasi

PERTUMBUHAN JASAD RENIK

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. Dalam menjalankan usaha peternakan pakan selalu menjadi permasalahan

DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan masyarakat yang semakin meningkat. Sedangkan ketersediaan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Agustine(2008) kerang hijau (green mussels) diklasifikasikan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mineral. Susu adalah suatu cairan yang merupakan hasil pemerahan dari sapi atau

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dikarenakan agar mudah mengambil air untuk keperluan sehari-hari. Seiring

BAB I PENDAHULUAN. seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk dari tahun ke tahun. Hasil

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dicampurkan dengan bahan-bahan lain seperti gula, garam, dan bumbu,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Bacillius cereus siap meracuni nasi anda

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada 20 Desember Januari 2015 di kandang

tumbuhan (nabati). Ayam broiler merupakan salah satu produk pangan sumber

I. PENDAHULUAN. sekitar 60% biaya produksi berasal dari pakan. Salah satu upaya untuk menekan

BAB I PENDAHULUAN. Susu merupakan salah satu sumber protein yang baik dikonsumsi oleh

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bumbu bawang merah, bawang putih, jahe, garam halus, tapioka, minyak,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Mikrobiologi adalah suatu kajian tentang mikroorganisme.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. berat tertentu dalam waktu relatif singkat (Rasyaf, 1994). Broiler umumnya

II. TINJAUAN PUSTAKA. pada saat kultur mikroba pada fase pertumbuhan (Suriawiria, 2005).

BAB II TUJUAN PUSTAKA. jalan seperti es dawet, es kelapa muda, dan es rumput laut. Pecemaran oleh

TINJAUAN PUSTAKA Bakteri Asam Laktat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bahan-bahan lain seperti garam, bawang merah, bawang putih. Sambal

TINJAUAN PUSTAKA. dalam meningkatkan ketersediaan bahan baku penyusun ransum. Limbah

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. atau ayam yang kemampuan produksi telurnya tinggi. Karakteristik ayam petelur

I. PENDAHULUAN. Perkembangan populasi ternak unggas di Indonesia semakin hari semakin

BAB I PENDAHULUAN. komoditas ternak yang memiliki potensi cukup besar sebagai penghasil daging

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. manusia dan juga hewan berdarah panas. Kelompok bakteri Coliform diantaranya

BAB I PENDAHULUAN. maka kebutuhan energi juga mengalami peningkatan. Hal tersebut tidak

I PENDAHULUAN. nutrisi suatu bahan pakan, meningkatkan kecernaan karena ternak mempunyai

BAB VI HASIL DAN PEMBAHASAN

ISOLASI RARE ACTINOMYCETES DARI PASIR PANTAI DEPOK YOGYAKARTA YANG BERPOTENSI MENGHASILKAN ANTIBIOTIK TERHADAP Escherichia coli MULTIRESISTEN SKRIPSI

TINJAUAN PUSTAKA. Syarat mutu susu segar menurut SNI tentang Susu Segar

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat ini pengembangan di bidang peternakan dihadapkan pada masalah kebutuhan

Faktor yang mempengaruhi keracunan makanan. Kontaminasi Pertumbuhan Daya hidup

Haris Dianto Darwindra BAB VI PEMBAHASAN

BAB 1 PENDAHULUAN. akan dikonsumsi akan semakin besar. Tujuan mengkonsumsi makanan bukan lagi

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. tercatat sebesar 237 juta jiwa dan diperkirakan bertambah 2 kali lipat jumlahnya. ayam sebagai salah satu sumber protein hewani.

I. PENDAHULUAN. populasi mikrobia dengan berbagai ukuran dan kompleksitas. Bakteri

4 Telur biasanya juga mengandung semua vitamin yang sangat dibutuhkan kecuali vitamin C. Vitamin larut lemak (A, D, E, dan K), vitamin yang larut air

BAB I PENDAHULUAN. bisa melaksanakan rutinitasnya setiap hari(depkesri,2004).

BAB I PENDAHULUAN. terdapat sampai pada dasar laut yang paling dalam. Di dalam air, seperti air

BAB II HASIL PRAKTIKUM. Pengenceran Fanta Aqua Bakso Bakwan

HASIL DAN PEMBAHASAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. negatif dan oksidase positif, dengan asam laktat sebagai produk utama

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. bangsa-bangsa ayam yang memiliki produktifitas tinggi terutama dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Air adalah: zat organik yang terdiri dari 1 atom oksigen dengan 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Coliform adalah bakteri gram negatif berbentuk batang bersifat anaerob

II. TINJAUAN PUSTAKA. digunakan untuk meningkatkan aktivitas proses komposting. Bioaktivator

I. PENDAHULUAN. pemecahan masalah biaya tinggi pada industri peternakan. Kelayakan limbah pertanian

BAB III METODE PENELITIAN. Ayam Pedaging dan Konversi Pakan ini merupakan penelitian penelitian. ransum yang digunakan yaitu 0%, 10%, 15% dan 20%.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

MIKROORGANISME DALAM PENGEMAS ASEPTIK PENGENDALIAN MUTU MIKROORGANISME PANGAN KULIAH MIKROBIOLOGI PANGAN PERTEMUAN KE-12

I. PENDAHULUAN. luas. Salah satu faktor yang mempengaruhi produksi ayam broiler adalah pakan

I. PENDAHULUAN. berpengaruh terhadap peningkatan produksi ternak. Namun biaya pakan

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Jumlah Jamur yang Terdapat pada Dendeng Daging Sapi Giling dengan Perlakuan dan Tanpa Perlakuan

KERACUNAN PANGAN AKIBAT BAKTERI PATOGEN

EFEKTIVITAS PENGGUNAAN METODE PENGUJIAN ANTIBIOTIK ISOLAT STREPTOMYCES DARI RIZOSFER FAMILIA POACEAE TERHADAP Escherichia coli

I. PENDAHULUAN. Kolesterol adalah salah satu komponen lemak yang dibutuhkan oleh tubuh dan

BAB I PENDAHULUAN. pengolahan susu dengan bantuan mikroba untuk menghasilkan berbagai produk

Transkripsi:

9 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Bakteri Bacillus Bakteri dapat menimbulkan penyakit dengan cara langsung masuk ke dalam jaringan atau dengan membentuk toksin. Mikroba yang masuk ke dalam jaringan dapat hidup di dalam sel ( intraseluler) atau hidup di luar sel ( ekstra seluler ). Keracunan makanan karena bakteri sering terjadi pada situasi higienis yang rendah dan biasanya menyerang sacara akut sehingga menyebabkan diare dan nyeri pada daerah perut serta terjadi dalam beberapa jam setelah makanmakanan yang tercemar oleh bakteri patogen ( Muslimin,1996 :88). Bakteri Bacillus merupakan mikroba flora normal pada saluran pencernaan ayam ( Green dkk, 2006 :4287). Bakteri ini adalah organisme saprofitik, berbentuk batang, gram positif pembentuk spora non-patogen yang biasanya ditemukan dalam air, udara, debu, tanah dan sedimen. Terdapat beberapa jenis bakteri yang bersifat saprofit pada tanah, air, udara dan tumbuhan, seperti Bacillus cereus dan Bacillus subtilis ( Jawetz dkk, 2005: 285). Jenis jenis Bacillus yang ditemukan pada saluran pencernaan ayam yaitu Bacillus subtilis, Bacillus pumilus, Bacillus lincheniformis, Bacillus clausii, Bacillus megaterium, Bacillus firmus, kelompok Bacillus cereus ( Barbosa dkk, 2005:986).

10 Bacillus dapat menekan cendawan atau bakteri lain dengan antibiotik, kompetisi nutrien atau parasitisme langsung. Bakteri tersebut mempunyai siklus hidup yang kompleks meliputi : sporulasi, dormansi, perkecamahan spora, sel berbentuk batang,berukuran 0,3-2,2 x 1,2-7,0 μm dan mempunyai flagel peritrikus (Pelezar dn Chan,1998 :237). Bacillus mempunyai daya resisten terhadap anti mikroba dan dapat menghasilkan antimikroba, sehingga bakteri ini mampu bertahan di dalam saluran pencernaan. Bacillus resisten terhadap eritromisin, linkomisin, sefalosporin, sikloserin, kloramfenikol, tetrasiklin, streptomisin dan neomisin. Antimikroba yang di hasilkan adalah bakteriosin ( Barbosa dkk, 2005 dan Green dkk, 2006 :4290). B. Ragi tapai Ragi atau dikenal juga dengan sebutan yeast merupakan semacam tumbuhtumbuhan bersel satu yang tergolong dalam keluarga cendawan. Mikroorganisme yang ada pada ragi umumnya terdiri dari berbagai bakteri dan fungi (khamir dan kapang), antara lain Rhizopus, Aspergilis, Mucor, Amylomycetes, Endomycopsis, Sacharomyces, Hansemula anomal, dan lainlain (Kusnadi et al., 2009). Ragi akan bekerja bila ditambahkan dengan gula dan kondisi suhu yang hangat. Kandungan karbondioksida yang dihasilkan akan membuat suatu adonan menjadi mengembang dan terbentuk pori-pori (Wikipedia b, 2010). Ada tiga jenis ragi yang dikenal yaitu ragi roti, ragi tapai, dan ragi tempe. Ragi roti dan ragi tapai mengandung jenis mikroba yang sama yaitu

11 Sacharomyces cerevisiae, sedangkan ragi tempe adalah jenis rhizopus (Kusnadi et al., 2009 dalam Anwar,2011). Penelitian-penelitian terbaru mengungkapkan spesies-spesies lain yang terdapat dalam ragi tapai selain yang telah disebutkan di atas, antara lain khamir Candida utilis dan Saccharomyces cerevisiae,serta bakteri Pediococcus sp. dan Bacillus (Gandjar (2003) dalam Hidayat (2007)). C. Bakteri Escherichia coli Escherichia coli merupakan flora normal saluran pencernaan manusia atau hewan. Sejak tahun 1940 di Amerika Serikat telah ditemukan stain-strain E.coli yang tidak merupakan flora normal saluran pencernaan. Strain tersebut dapat menyebabkan diare pada manusia disebut E. coli enteropatogenik ( Supardi dan Sukamto, 1999 :143). Bakteri E.coli merupakan salah satu jenis bakteri yang tergolong dalam genus Escherichia dan familia entherobacteriaceae (Charter dan Chenappa, 1990 : 111). Bakteri tersebut umumnya bersifat gram negatif, berbentuk batang, anaerobik fakultatif, dan mempunyai flagella terikat; motil dan non motil, dapat melakukan fermentasi asam dan gas ( Fardiaz,1993 ; Breed dan Murray, 1957 dalam Rianawaty, 1996:8 ). Beberapa galur E. coli mempunyai kapsul dan ukuran tubuhnya 0,4-0,7 mikron x 1,4 mikron, tidak berspora; mudah tumbuh pada media nutrien sederhana. Pada media biakan, bakteri Escherichia coli membentuk koloni bulat konveks, halus dan mengkilat dengan tepi yang jelas ( Pelezar et al, 1988 dalam Rianawaty,1989: 9).

12 Bakteri E.coli umumnya tidak membahayakan dan tidak membusukkan makanan, tetapi pada kondisi tertentu dapat bersifat patogen. Ada pula kondisi yang dapat menyebabkan penyimpangan bau ( menjadi bau amis ) atau menyebabkan produk pangan menjadi berlendir. Bakteri ini mudah diisolasi dan mudah ditumbuhkan, serta mempunyai korelasi langsung dengan pencemaran, kondisi higiene manusia dan dengan sanitasi lingkungan ( Soekarto,1990 : 42 ). Menurut Fardiaz (1983: 79) E.coli merupakan flora normal/tidak merugikan yang ada didalam saluran pernapasan manusia dan hewan tingkat tinggi juga dijumpai pada tumbuhan. Salah satu faktor yang menyebabkan E.coli terbawa masuk kedalam usus manusia adalah melalui makanan yang mengandung E.coli ( Cook et al,1972 dalam Rianawaty,1996 : 9). Makanan yang paling sering terkontaminasi E.coli misalnya daging ayam, daging sapi, dan daging babi, ikan, telur, sayuran, buah-buahan dan makananmakanan hasil laut lainnya ( Fardiaz, 1989:90 ). Bakteri E.coli dapat hidup dilingkungan aquatik, tanah, makanan, air seni, dan tinja. E.coli dapat tumbuh dengan baik pada media baik pepton laktosa atau pepton agar. Koloni-koloni yang berwarna hitam kebiruan tua dan memperlihatkan kilap logam yang ditimbulkan oleh pemantulan cahaya yang merupakan koloni bakteri E.coli (Schlegel clan Schmidt, 1994: 287). Bakteri E.coli adalah mikroba oportunis yang bersifat unik, karena dapat menyebabkan infeksi primer pada usus. Bakteri ini menyebabkan diare, meningitis, infeksi saluran kemih, infeksi luka ( terutama abdomen). Bakteri E.coli ada yang menghasilkan toksin dan ada yang tidak. Toksin yang di

13 hasilkan oleh bakteri ini yaitu toksin LT ( termolabil), dan toksin ST ( termostabil) ( Karsinah dkk, 1994 : 31). D. Pola Pertumbuhan Bakteri Pertumbuhan dapat diartikan sebagai penambahan semua komponen di dalam sel hidup yang berlangsung secara teratur. Pertumbuhan bakteri merupakan pertambahan jumlah sel dan berat sel (Purwoko, 2007:57). Umumnya pertambahan dan pertumbuhan sel mikroba digambarkan dalam bentuk kurva pertumbuhan berbentuk sigmoid. Kurva pertumbuhan mikroba menggambarkan fase pertumbuhan secara bertahap sejak awal pertumbuhan hingga kematian sel bakteri ( Suriawiria, 1990:80 ). Fase pertumbuhan mikroba terdiri dari : a. Fase Adaptasi Fase ini merupakan fase penyesuaian bakteri terhadap lingkungan yang baru ( Muslimin, 1996:61). Pada fase ini tidak terjadi pertambahan dan kenaikan jumlah sel tetapi peningkatan ukuran atau volume sel, peningkatan total protein seluruhnya, DNA ( Lay, 1992:87 ). Lamanya fase adaptasi dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya : 1. Umur inokulum Bila mikroba dipindahkan pada fase log, maka akan berbeda bila inokulum berasal dari fase stasioner. 2. Jumlah inokulum Jumlah sel awal yang semakin tinggi maka mempercepat fase adaptasi ( Muslimin,1996:61)

14 3. Medium dan lingkungan pertumbuhan Jika medium dan lingkungan pertumbuhan sama dengan lingkungan sebelumnya maka bakteri tidak memerlukan waktu adaptasi. Tetapi jika berbeda, diperlukan waktu penyesuaian untuk mensintesis enzim-enzim. b. Fase Pertumbuhan Logaritmik Fase ini merupakan fase dimana mikroba membelah dengan cepat dan konstan mengikuti kurva linier. Pada fase ini bakteri sudah beradaptasi secara baik dengan lingkungan pertumbuhannya sehingga mempunyai waktu penggandaan yang lebih cepat dibandingkan fase sebelumnya (Yuwon, 2002:88 ). c. Fase Pertumbuhan Tetap Fase ini jumlah populasi sel bakteri tetap karena jumlah sel yang tumbuh sama dengan sel yang mati (Muslimin, 1996:62). Menurut Lay dan Hastowo (1992) hal ini terjadi karena berkurangnya jumlah nutrien serta faktor-faktor yang terkandung di dalam jasad mikroba, sehingga membuat aktivitas pertumbuhan sampai pada titik maksimum. d. Fase Kematian Fase ini merupakan akhir dari pertumbuhan bakteri, dimana jumlah bakteri menurun drastis sehingga grafik akan menuju kembali ketitik awal (Suriawiria,1990 : 81). Penurunan populasi mikroba disebabkan karena autolisis sel dan penurunan energi seluler ( Purwoko, 2007:57 ).

15 E. Ransum / Pakan Ayam Ransum adalah susunan beberapa pakan ternak unggas yang didalamnya harus mengandung zat nutrisi yang lain sebagai satu kesatuan, dalam jumlah, waktu, dan proporsi yang dapat mencukupi semua kebutuhan (Rasyaf, 2005). Berdasarkan bentuknya ransum dibagi menjadi tiga. Pertama adalah ransum yang halus sekali seperti tepung, kemudian ransum yang seperti butiran pecah dan ketiga adalah ransum berbulir. Ransum butiran dan buliran pecah itu asalnya juga dari ransum untuk ayam dapat terdiri dari jagung kuning,dedak atau bekatul, bungkil kelapa, tepung ikan, garam dapur, dan tepung tulang. Jagung kuning diberikan untuk sumber energi dan juga tepung ikan sebagai sumber protein dan mineral karena kandungan gizi masing-masing bahan pakan ini juga digunakan sebagi pertimbangan untuk menyusun ransum. Bahan baku penyusun ransum adalah pengetahuan tentang komposisi dalam bahan baku pembuatan pakan. Bahan-bahan pakan tersebut mudah diperoleh para peternak adalah jagung giling, bekatul, dedak halus giling, dedak halus kampung. ( Sudaryani,Titik dan Hari Santosa.1995: 26). F. Kontak Bakteri Kontak bakteri merupakan suatu bentuk interaksi antara dua mikroorganisme atau lebih pada suatu ekosistem. Interaksi yang terjadi dapat berupa interaksi negatif atau interaksi positif dari dua populasi dimana kedua populasi tersebut akan terpengaruh pada kehidupan dan pertumbuhannya. Interaksi tersebut menimbulkan persaingan akan nutrient dan itu dapat menjadi salah satu

16 peranan penting pada komposisi mikrobiota jalur intestinal atau pada lingkungan kultur spesies akuatik. Dengan menaikan jumlah dari beberapa strain bakteri seperti Lactobacillus dan Bacillus sebagai probiotik, sehingga dapat menurunkan populasi bakteri lainnya yang ada. Interaksi ini menyebabkan kompetisi akan ruang hidup dalam usus atau pada jaringan lain dalam sistem pencernaan bisa menjadi mekanisme antagonis probiotik terhadap kolonisasi bakteri pathogen. Strain-strain bakteri ini dapat aktif secara metabolis pada jalur intestinal mucus dan feses pada organisme akuatik dan tumbuh lebih subur dalam jalur pencernaan daripada bakteri pathogen ( Anonim C, 2009 ). G. Evaluasi Hasil Belajar Dalam mendefinisikan evaluasi, para ahli memiliki sudut pandang yang berbeda sesuai dengan bidang keahlian masing-masing. Dalam konteks pendidikan, khususnya yang berkaitan dengan hasil kerja siswa, Nitko dan Brookhart (dalam Suryabrata, 2007) mendefinisikan evaluasi sebagai suatu proses penetapan nilai yang berkaitan dengan kinerja dan hasil karya siswa. Fokus evaluasi dalam konteks ini adalah individu, yaitu prestasi belajar yang dicapai kelompok siswa atau kelas. Konsekuensi logis dari pandangan ini, mengharuskan evaluator untuk mengetahui betul tentang tujuan yang ingin dievaluasi. Beberapa hal yang dapat dijadikan sebagai objek evaluasi yaitu prestasi belajar, perilaku, motivasi, motivasi diri, minat, dan tanggung jawab. (Anonim d:2010).

17 Menurut Thoha(1994:10) evaluasi merupakan kegiatan yang terencana untuk mengetahui keadaan suatu objek dengan menggunakan instrumen dan hasilnya dibandingkan dengan tolak ukur untuk memperoleh kesimpulan. Menurut Ebel (1986:39) evaluasi merupakan suatu kebutuhan dimana evaluasi harus memberikan suatu keputusan tentang informasi apa saja yang dibutuhkan, bagaimana informasi tersebut dikumpulkan, serta bagaimana informasi tersebut disintesiskan untuk mendukung hasil yang diharapkan. Menurut Anonim (2010: 45) Untuk mengetahui Instrumen evaluasi yang baik dapat di tinjau dari cakupannya, evaluasi ada yang bersifat makro yaitu menggunakan sampel dalam menelaah suatu program dan dampaknya, yang sasarannya adalah program pendidikan. Kemudian evaluasi yang bersifat mikro yang sasarannya adalah program pembelajaran di kelas dan yang menjadi penanggung jawabnya adalah tenaga pendidik. Evaluasi dalam pembelajaran dapat dilihat dari berbagai aspek yakni aspek afektif, kognitif dan psikomotor. Seperti halnya Kirkpatrick (dalam Suryabrata:2007), menyarankan tiga komponen yang harus dievaluasi dalam pembelajaran yaitu materi yang dipelajari, keterampilan apa yang dikembangkan, dan sikap apa yang perlu diubah. Menurut Astin (1993:87) ada tiga komponen yang dapat meningkatkan kualitas pembelajaran yaitu masukan atau materi, lingkungan sekolah, dan keluarannya. Hasil belajar aspek kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri atas enam aspek, yakni: pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, evaluasi dan kreasi. Kedua aspek pertama disebut kognitif

18 tingkat rendah dan keempat aspek berikutnya termasuk kognitif tingkat tinggi. Berdasarkan rumusan Bloom (dalam Dimyati dan Mudjiono, 2002: 23-28) aspek kognitif terdiri dari 6 jenis perilaku sebagai berikut : 1. Remember, mencakup ingatan tentang hal yang telah dipelajari dan tersimpan dalam ingatan. 2. Understand, mencakup kemampuan menangkap arti dan makna hal yang dipelajari. 3. Apply, mencakup kemampuan menerapkan metode dan kaidah untuk menghadapi masalah yang nyata dan baru. 4. Analyze, mencakup kemampuan merinci suatu kesatuan ke dalam bagianbagian sehingga struktur keseluruhan dapat dipahami dengan baik. 5. Evaluate, mencakup kemampuan membentuk pendapat tentang beberapa hal berdasarkan kriteria tertentu. 6. Create, mencakup kemampuan menbentuk suatu pola baru. Instrumen evaluasi yang di pakai ini dalam penelitian ini memiliki tiga komponen yaitu komponen materi, komponen konstruksi dan komponen bahasa atau budaya. Komponen materi dapat dilihat dari kesesuain soal evaluasi dengan isi materi yang telah diajarkan, materi sesuai dengan tujuan pencapaian dan terdapat batasan pertanyaan jawaban yang diharapkan agar siswa dapat mudah memahami setiap pertanyaan. Komponen konstruksi dilihat dari penggunaan kata tanya atau perintah yang sesuai, serta adanya petunjuk pengerjaan soal dan ada pedoman penskoran soal. Komponen bahasa dilihat dari menggunakan bahasa baku dan kalimat butir soal yang komunikatif (Djamarah. 2005:256).

19 Untuk menilai berbagai komponen dalam pembelajaran, instrumen evaluasi digunakan sebagai alat ukur di setiap proses pembelajaran. Alat ukur yang biasa digunakan dalam evaluasi adalah tes. Menurut Arikunto (2003:53) tes merupakan alat atau prosedur yang digunakan untuk mengetahui atau mengukur sesuatu dengan cara dan aturan-aturan yang telah ditentukan. Tes untuk mengukur berapa banyak atau berapa persen pembelajaran dicapai setelah satu kali pertemuan adalah post tes atau tes akhir. Test dapat digolongkan dalam beberapa jenis yakni uraian, pilihan jamak dan isian singkat. Dalam hal ini, hasil tes tersebut dijadikan umpan balik dalam meningkatkan mutu pembelajaran ( Daryanto.1999:195-196)..