LAMPIRAN 2. MATRIKS PERKEMBANGAN DAFTAR NEGATIF INVESTASI

dokumen-dokumen yang mirip
KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 96 TAHUN 2000 TENTANG

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 96 TAHUN 2000 TENTANG BIDANG USAHA YANG TERTUTUP DAN BIDANG YANG TERBUKA

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 96 TAHUN 1998 TENTANG DAFTAR BIDANG USAHA YANG TERTUTUP BAGI PENANAM MODAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PMA MENJADI 67% SEMULA (%) Kehutanan 51 NO JENIS/BIDANG USAHA SEKTOR KETERANGAN

Landasan Hukum UU nomor 16 tahun 1997 tentang Statistik UU nomor 25 tahun 2007 tentang Penanaman Modal

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 1995 TENTANG DAFTAR BIDANG USAHA YANG TERTUTUP BAGI PENANAMAN MODAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB III TINJAUAN TEORITIS. A. Tinjauan Umum Tentang Investasi atau Penanaman Modal

BUPATI NGANJUK PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGANJUK NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG

KLASIFIKASI BAKU LAPANGAN USAHA INDONESIA 1997

III. METODE PENELITIAN

TABEL - VII.1 PERKEMBANGAN NILAI INVESTASI MENURUT SKALA USAHA ATAS DASAR HARGA KONSTAN 1993 TAHUN

NO. BIDANG JENIS IZIN / NON IZIN

RINCIAN KEWENANGAN PEMERINTAH YANG DILIMPAHKAN KEPADA DEWAN KAWASAN SABANG

DAFTAR INFORMASI PUBLIK DINAS PENANAMAN MODAL DAN PTSP PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

PERATURAN KEPALA BKPM NO. 5 TAHUN 2013 JO. PERATURAN KEPALA BKPM NO. 12 TAHUN 2013

Produk Domestik Bruto (PDB)

PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 22 TAHUN 2015 TENTANG

PERBANDINGAN AD WIKA DAN USULAN AD WIKA ANGGARAN DASAR PADA SAAT INI PENYESUAIAN ANGGARAN DASAR REFERENSI

METODE PENELITIAN. 3.1 Jenis dan Sumber Data. Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder yaitu

GUBERNUR SUMATERA UTARA

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK LAMPIRAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER - 49/PJ/2011 TENTANG

DAFTAR BIDANG USAHA YANG TERTUTUP BAGI PENANAMAN MODAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Penetapan kebijakan pengelolaan mineral, batubara, panas bumi dan air tanah nasional.

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BUPATI GARUT PERATURAN BUPATI GARUT NOMOR 317 TAHUN

TABEL - IV.1 PERKEMBANGAN NILAI PRODUK DOMESTIK BRUTO (PDB) MENURUT SKALA USAHA ATAS DASAR HARGA KONSTAN 1993 TAHUN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 105 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN PEMERINTAH

PEMERINTAHAN DAERAH KABUPATEN/KOTA 1. Mineral, Batu Bara, Panas Bumi, dan Air Tanah PEMERINTAH

GUBERNUR JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

MATRIKS 2.2.B ALOKASI PENDANAAN PEMBANGUNAN TAHUN 2011 Bidang: Sarana dan Prasarana

Statistik KATA PENGANTAR

Statistik KATA PENGANTAR

III. METODE PENELITIAN

Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian. Paket Kebijakan Ekonomi Minggu ke-ii Februari 2016 (Tahap X)

JENIS PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN 2012 TENTANG

SPEKTRUM KEAHLIAN PENDIDIKAN MENENGAH KEJURUAN

BAB III DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN. telekomunikasi dan jaringan di wilayah indonesia. Secara umum kegiatan utama

Paket Kebijakan Ekonomi X

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB III DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN

JENIS PERIJINAN DAN NON PERIJINAN YANG DI LAYANI PTSP. Sesuai dengan Perda No.7 /2011 dan Peraturan Gubernur No.25 /2012

DAFTAR KONVERSI KLASIFIKASI USAHA JASA KONSTRUKSI

SPEKTRUM KEAHLIAN PENDIDIKAN MENENGAH KEJURUAN (HASIL PENATAAN )

KEPALA DINAS BIDANG PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL PERTANIAN BIDANG TANAMAN PANGAN BIDANG TANAMAN HORTIKULTURA BIDANG PETERNAKAN

(Jalan Ahmad Marzuki Pontianak)

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN KETENAGALISTRIKAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Tujuan, Tugas, dan Jenis Perdagangan Internasional. Pertemuan ke-2

BUPATI BANGKA TENGAH

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR : 8 TAHUN 2009 SERI : E NOMOR : 2

PDB per kapita atas dasar harga berlaku selama tahun 2011 mengalami peningkatan sebesar 13,8% (yoy) menjadi Rp30,8 juta atau US$ per tahun.

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 81 TAHUN 2000 TENTANG KENAVIGASIAN

Statistik Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) Tahun

GUBERNUR GORONTALO PERATURAN GUBERNUR GORONTALO NOMOR 09 TAHUN 2017 TENTANG

BAB II PENGATURAN PENANAMAN MODAL LANGSUNG DI INDONESIA. A. Pengertian, Asas, Manfaat, dan Tujuan Penyelenggaraan Kegiatan

PERATURAN GUBERNUR NUSA TENGGARA TIMUR NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang :

BOKS II : TELAAH KETERKAITAN EKONOMI PROPINSI DKI JAKARTA DAN BANTEN DENGAN PROPINSI LAIN PENDEKATAN INTERREGIONAL INPUT OUTPUT (IRIO)

Sejarah Peraturan Perikanan. Indonesia

DAFTAR PENYESUAIAN/KONVERSI BIDANG STUDI SERTIFIKASI SEBELUM DAN SETELAH 2009

II. RUANG LINGKUP DAN METODE PENGHITUNGAN. 2.1 Ruang Lingkup Penghitungan Pendapatan Regional

DAFTAR KONVERSI KLASIFIKASI USAHA JASA PELAKSANA KONSTRUKSI

V. SIMPULAN DAN SARAN. 1. Hasil analisis Tipologi Klassen menunjukkan bahwa:

KEPUTUSAN MENTERI PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 93/MPP/Kep/3/2001

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 1994 TENTANG PEMILIKAN SAHAM DALAM PERUSAHAAN YANG DIDIRIKAN DALAM RANGKA PENANAMAN MODAL ASING

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

SALINAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL REPUBLIK INDONESIA,

KATA PENGANTAR. Lubuklinggau, September 2014 WALIKOTA LUBUKLINGGAU H. SN. PRANA PUTRA SOHE

Keterangan * 2011 ** 2012 ***

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70 TAHUN 1996 TENTANG KEPELABUHANAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DAFTAR KONVERSI KLASIFIKASI USAHA JASA KONSTRUKSI

DUKUNGAN KEMENTERIAN UNTUK PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR KEMENTERIAN

Penetapan kebijakan norma, standar, prosedur, dan kriteria penataan ruang laut sesuai dengan peta potensi laut.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN PERINDUSTRIAN. Ketenagalistrikan. Infrastruktur. Pedoman.

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH

1. Klasifikasi industri berdasarkan bahan baku 2. Klasifikasi industri berdasarkan tenaga kerja

LAMPIRAN I: PENGUKURAN KINERJA TAHUN 2015

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANGKA SELATAN TAHUN 2005

REPUBLIK DEMOKRASI RAKYAT LAOS JADWAL KOMITMEN SPESIFIK

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. Sektor unggulan di Kota Dumai diidentifikasi dengan menggunakan

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan data sekunder periode tahun dari

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

TABEL 2 KONVERSI BIDANG STUDI SECARA TIDAK LANGSUNG

PEMERINTAH KABUPATEN SAMPANG

FREQUENTLY ASKED QUESTIONS

DAFTAR NAMA KOMPETENSI KEAHLIAN (PROGRAM KEAHLIAN) UJIAN NASIONAL TAHUN PELAJARAN 2009/2010 KOMPETENSI KEAHLIAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 144 TAHUN 2000 TENTANG JENIS BARANG DAN JASA YANG TIDAK DIKENAKAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

Kegiatan Ekonomi. Berdasarkan Potensi Alam

10. Pemberian bimbingan teknis pelaksanaan eksplorasi, eksploitasi, konservasi, dan pengelolaan kekayaan laut di wilayah laut kewenangan daerah.

GROWTH (%) SHARE (%) JENIS PENGELUARAN 2011** 2012*** Q.1 Q.2 Q.3 Q.4 Q.1 Q.2 Q.3 Q.4 Q.1 Q.2 Q.3 Q.4 Q.1 Q.2 Q.3 Q.

KETENTUAN UMUM PERATURAN ZONASI. dengan fasilitas dan infrastruktur perkotaan yang sesuai dengan kegiatan ekonomi yang dilayaninya;

(1.42) (1.45) I II III IV I II III IV I II III IV I II * 2012** 2013***

Peraturan Pemerintah No. 70 Tahun 1996 Tentang : Kepelabuhanan

Terlaksananya kebijakan pengelolaan sumberdaya kelautan dan ikan. Terlaksananya penataan ruang laut sesuai dengan peta potensi laut.

Transkripsi:

LAMPIRAN 2. MATRIKS PERKEMBANGAN DAFTAR NEGATIF INVESTASI KEPPRES NO. 96/1998 TENTANG BIDANG USAHA TERTUTUP BAGI PENANAMAN MODAL (BERLAKU SEJAK 2 JULI 1998) Bidang Usaha Tertutup Mutlak untuk Penenaman Modal KEPPRES NO. 96/2000 TENTANG BIDANG USAHA YANG TERTUTUP DAN TERBUKA DENGAN PERSYARATAN TERTENTU BAGI PENANAMAN MODAL Bidang Usaha yang Tertutup Mutlak bagi Penanaman Modal KEPPRES NO. 118/2000 PERUBAHAN ATAS KEPPRES NO. 96/2000 (BERLAKU SEJAK 16 AGUSTUS 2000) Bidang Usaha yang Tertutup Mutlak bagi Penanaman Modal Sektor Primer Sektor Pertanian TIDAK MENGALAMI PERUBAHAN SAMA SEKALI Budidaya dan Pengolahan Ganja dan Sejenisnya 1. Budidaya dan Pengolahan Ganja dan Sejenisnya Pemanfaatan dan Pengusahaan Bunga Karang (Sponge) Sektor Kelautan dan Perikanan Kontraktor di Bidang Pembalakan Hutan 1. Pengambilan/Pemanfaatan Terumbu Karang Penambangan Uranium Sektor Perindustrian dan Perdagangan 1. Industri Bahan Kimia yang dapat merusak Lingkungan, seperti Sektor Sekunder Penta Cholophenol Industri Pembuatan Penta Chloropenol, DDT, DDT Dieldrin, Chlordane Industri Pulp dengan Proses Sulfit dan Industri Dieldrin Pulp dengan Pemutihan Chlor Industri Chlor Alkali dengan Proses Mercuri Chlordane Industri Chloro Fluoro Carbon (CFC/Freon) Carbon Tetra Chloride Industri Siklamat dan Sakarin CFC Pengolahan Barang Jadi/Setengah Jadi Kayu Methyl Bromide Bakau Minuman Keras/Minuman Beralkohol Methyl Chloroform Petasan dan Kembang Api Halon Lampiran 2-1

Bahan Peledak dan Komponennya Dan sebagainya Industri Senjata dan Komponennya 2. Industri Bahan Kimia Skedul-1 Konvensi Senjata Kimia (sarin, soman, tabun, mustard, levisite, ricine, saxitoxin) Percetakan Kertas Berharga 3. Industri Senjata dan Komponennya Perangko 4. Industri Siklamat dan Sakarin Meterai 5. Industri Minuman mengandung Alkohol (Minuman Keras, Anggur, dan Minuman mengandung Malt) Surat-surat Berharga Bank Indonesia Sektor Perhubungan Paspor 1. Pemanduan Lintas Udara (ATS Provider) serta Klasifikasi dan Survey Satutoria Kapal Benda-benda Pos Berperangko 2. Manajemen dan Penyelenggaraan Stasiun Monitoring Spektrum Frekuensi Radio dan Orbit Satelit. Sektor Tersier Sektor Pertambangan dan Energi Pengusahaan Kasino/Perjudian 1. Penambangan Mineral Radioaktif Bid. Usaha Tertutup untuk Penanaman Modal yang dalam Modal Perusahaan ada Pemilikan WNA dan atau Badan Hukum Asing Bid. Usaha Tertutup untuk Penanaman Modal yang dalam Modal Perusahaan ada Pemilikan WNA dan atau Badan Hukum Asing Bid. Usaha Tertutup untuk Penanaman Modal yang dalam Modal Perusahaan ada Pemilikan WNA dan atau Badan Hukum Asing Sektor Primer Sektor Kehutahanan dan Perkebunan Sektor Kehutahanan dan Perkebunan Budidaya Ikan Tawar 1. Pembenihan Plasma Nuftah 1. Pembenihan Plasma Nuftah Hak Pengusahaan Hutan (HPH) 2. Hak Pengusahaan Hutan Alam 2. Hak Pengusahaan Hutan Alam 3. Kontraktor di Bidang Pembalakan Hutan 3. Kontraktor di Bidang Pembalakan Hutan Sektor Tersier Sektor Perhubungan Sektor Perhubungan Angkutan Taksi/Bis Angkutan Taksi/Bis 1. Angkutan Taksi/Bis Pelayaran Rakyat Pelayaran Rakyat 2. Pelayaran Rakyat Stasiun Penyiaran Televisi Swasta, Jasa Sektor Perdagangan Sektor Perdagangan Penyiaran Radio, Surat Kabar, dan Majalah Usaha Perfilman dan Pengusahaan Gedung 1. Jasa Perdagangan dan Penunjang 1. Jasa Perdagangan dan Penunjang Lampiran 2-2

Bioskop Perdagangan, kecuali: Perdagangan, kecuali: Manajemen Spektrum Frekuensi Radio dan Perdagangan Eceran Skala Besar (mall, Perdagangan Eceran Skala Besar (mall, Orbit Satelit supermarket, dept store, pusat supermarket, dept store, pusat Jasa Perdagangan dan Jasa Penunjang Perdagangan kecuali: pertokoan/perbelanjaan) Perdagangan Besar (distributor/wholesaler, perdagangan ekspor dan impor) pertokoan/perbelanjaan) Perdagangan Besar (distributor/wholesaler, perdagangan ekspor dan impor) Perdagangan Eceran Skala Besar (mall, Jasa Pameran/Konvensi Jasa Pameran/Konvensi supermarket, dept store, pusat pertokoan/perbelanjaan) Perdagangan Besar Jasa Setifikasi Mutu Jasa Setifikasi Mutu (distributor/wholesaler) Restoran Jasa Penelitian Pasar Jasa Penelitian Pasar Jasa Setifikasi Mutu Jasa Pergudangan di Luar Lini I dan Jasa Pergudangan di Luar Lini I dan Pelabuhan Pelabuhan Jasa Penelitian Pasar Jasa Pelayanan Purna Jual Jasa Pelayanan Purna Jual Jasa Pelayanan Purna Jual Sektor Penerangan Jasa Pelayanan Medik: Klinik Umum, Klinik Bersalin, Klinik Spesialis, dan Klinik Gigi 1. Jasa Penyiaran Radio dan Televisi, Jasa Siaran Radio dan Televisi Berlangganan, Jasa Layanan Informasi Multimedia dan Media Cetak 2. Usaha Perfiman (Usaha Pembuatan Film, Usaha Jasa Teknik Film, Usaha Ekspor Film, Usaha Pengedaran Film, dan Usaha Pertunjukan dan/atau Penayangan Film) Bid. Usaha yang Terbuka dengan Persyaratan Patungan antara Modal Asing dan Modal Dalam Negeri Bid. Usaha yang Terbuka dengan Persyaratan Patungan antara Modal Asing dan Modal Dalam Negeri Kepemilikan Saham Warga Negara/Badan Hukum Asing Maksimal Sebesar 95% Lampiran 2-3

1. Pembangunan dan Pengusahaan Pelabuhan 1. Pembangunan dan Pengusahaan Pelabuhan 2. Produksi, Transmisi, dan Distribusi Tenaga 2. Produksi, Transmisi, dan Distribusi Listrik Listrik 3. Pelayaran 3. Pelayaran 4. Pengolahan dan Penyediaan Air Bersih untuk 4. Pengolahan dan Penyediaan Air Bersih untuk Umum Umum 5. Kereta Api Umum 5. Kereta Api Umum 6. Pembangkit Tenaga Atom 6. Pembangkit Tenaga Atom 7. Jasa Pelayanan Medis, meliputi: 7. Jasa Pelayanan Medis, meliputi: Pendirian dan Penyelenggaraan Pendirian dan Penyelenggaraan Rumah Sakit Rumah Sakit Medical check-up Medical check-up Laboratorium Klinik Laboratorium Klinik Pelayanan Rehabilitasi Mental Pelayanan Rehabilitasi Mental Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat Masyarakat Penyewaan Peralatan Medis Penyewaan Peralatan Medis Jasa Asistensi Pertolongan Kesehatan Jasa Asistensi Pertolongan Kesehatan dan Evakuasi Pasien dalam keadaan dan Evakuasi Pasien dalam keadaan Darurat Darurat Jasa Manajemen Rumah Sakit Jasa Manajemen Rumah Sakit Jasa Pengetesan, Pemeliharaan, dan Perbaikan Peralatan Medis Kepemilikan Saham Warga Negara/Badan Hukum Asing Maksimal Sebesar 49% Jasa Pengetesan, Pemeliharaan, dan Perbaikan Peralatan Medis 1. Telekomunikasi 1. Telekomunikasi 2. Angkutan Udara Niaga Bejadwal/Tidak 2. Angkutan Udara Niaga Bejadwal/Tidak Berjadwal Berjadwal Bid. Usaha yang Terbuka dengan Persyaratan Tertentu Bid. Usaha yang Terbuka dengan Persyaratan Tertentu Lampiran 2-4

Sektor Kelautan dan Perikanan 1. Pembudidayaan Ikan di Air Tawar Terbuka bagi PMA untuk jenis labi-labi, nila, gift, sidat, kodok lembu, udang galah, dan thilapya sp; Bekerja sama dengan Perikanan Rakyat 2. Penangkapan Ikan Demersan (kakap, terapu, dan jenis lainnya) Terbuka selain di wilayah ZEEI Selat Malaka dan ZEEI Laut Arafura Sektor Industri 1. Industri Bubur Kertas (pulp) dari Kayu Bahan baku berasal dari chip impor atau jaminan bahan baku dari Hutan Tanaman Industri (HTI) Selain proses sulfit dan/atau pemutihan dengan Chlorine (Cl2) 2. Industri Bubur Kertas (pulp) dari Serat Selulosa lainnya atau bahan baku lainnya Selain proses sulfit dan/atau pemutihan dengan Chlorine (Cl2) 3. Industri Pembuatan Chlor Alkali Selain menggunakan merkuri 4. Pengolahan Barang Jadi/Setengah Jadi Kayu Bakau Bahan baku berasal dari budidaya bakau 5. Industri Pencetakan Uang Wajib mendapatakan ijin operasional dari BOTASUPAL-BAKIN dan mendapat persetujuan dari BI 6. Industri Pencetakan Khusus (perangko, meterai, surat berharga Bank Indonesia, TIDAK MENGALAMI PERUBAHAN SAMA SEKALI Lampiran 2-5

paspor, dan benda-benda pos berperangko) Wajib mendapatakan ijin operasional dari BOTASUPAL-BAKIN 7. Industri Pengolahan Susu (susu bubuk dan susu kental manis) Merupakan pengolahan, tidak hanya sekedar pengepakan ulang (repacking) 8. Industri Kayu Lapis dan Rotar Veneer Hanya untuk Propinsi Papua 9. Industri Kayu Gergajian Hanya untuk Propinsi Papua Di luar Propinsi Papua hanya menggunakan bahan kayu bulat non hutan alam 10. Industri Ethyl Alcohol Technical Grade, hanya digunakan sebagai bahan baku dan bahan baku penolong industri lainnnya 11. Industri Bahan Baku untuk Bahan Peledan (amonium nitrat) Harus bekerja sama dengan badan usaha yang mendapat rekomendasi Departemen Pertahanan 12. Industri Bahan Peledak dan Komponennya untuk keperluan Industri (komersial) Harus bekerja sama dengan badan usaha yang mendapat rekomendasi Departemen Pertahanan Hanya kegiatan manufakturing, sedangkan penyimpanan dan pendistribusian dilakukan oleh perusahaan yang ditunjuk oleh Pemerintah Lampiran 2-6

13. Konsultasi perencanaan dan pengawasan ketenagalistrikan. Terbuka untuk PMA dengan ketentuan: PLTA dengan kapasitas > 50 MW PLTU dengan kapasitas > 100 MW PLTP dengan kapasitas > 55 MW Gardu Induk dengan Tegangan > 500 KV Jaringan Transmisi Tegangan > 500 KV 14. Usaha bidang Pembangunan, Pemeliharaan, Pemasangan, Peralatan Ketenagalistrikan, Pengembangan Teknologi yang menunjang Penyediaan Tenaga Listrik, dan Pengujian Instalasi Tenaga Listrik Terbuka untuk PMA dengan ketentuan: Gardu Induk dengan Tegangan > 500 KV Jaringan Transmisi Tegangan > 500 KV 15. Jasa Pengeboran Minyak dan Gas Bumi Terbuka untuk PMA dengan ketentuan: Hanya untuk pengeboran lepas pantai Khusus untuk lokasi di luar KTI harus bekerjasama dengan peserta nasional yang bergerak di bidang usaha yang sejenis 16. Usaha Pembangkitan Tenaga Listrik Terbuka untuk lokasi di luar Pulau Jawa, Bali, dan Madura 17. Restoran Terbuka untuk PMA dengan ketentuan khusus di daerah/kawasan wisata dan atau terpadu (integrated) dengan hotel 18. Jasa Ketangkasan Terbuka untuk PMA dgn ketentuan khusus di daerah/kwsn wisata atau terpadu (integrated) Lampiran 2-7

dengan hotel. Lampiran 2-8