ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN GANGGUAN JIWA DENGAN DEFISIT PERAWATAN DIRI DI RUANG JALAK RSJ Dr. RADJIMAN WEDIODININGRAT LAWANG MALANG

dokumen-dokumen yang mirip
ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. M DENGAN DEFISIT PERAWATAN DIRI DI BANGSAL AMARTA RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI ILMIAH

BAB V PEMBAHASAN DAN KESIMPULAN. pengkajian, diagnosa, intervensi, implementasi, dan evaluasi.

NASKAH PUBLIKASI. Diajukan Guna Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Syarat-Syarat Untuk Menyelesaikan Program Pendidikan Diploma III Keperawatan

LAPORAN PENDAHULUAN KLIEN DENGAN KASUS DEFISIT PERAWATAN DIRI

KARYA TULIS ILMIAH. NASKAH PUBLIKASI Diajukan Guna Melengkapai Tugas-Tugas dan Memenuhi Syarat-Syarat Untuk

ASUHAN KEPERAWATAN BIMBINGAN SPIRITUAL PADA KLIEN GANGGUAN JIWAHARGA DIRI RENDAH DI RSJ Dr. RADJIMAN WEDIODININGRAT LAWANG-MALANG

PERSONAL HYGIENE PADA PENDERITA GANGGUAN JIWA DI POLI RSJ Dr. RADJIMAN WEDIODININGRAT LAWANG

ASUHAN KEPERAWATAN BIMBINGAN SPIRITUAL PADA KLIEN GANGGUAN JIWAHARGA DIRI RENDAH DI RSJ Dr. RADJIMAN WEDIODININGRAT LAWANG-MALANG

A. Pengertian Defisit Perawatan Diri B. Klasifikasi Defisit Perawatan Diri C. Etiologi Defisit Perawatan Diri

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny.S DENGAN GANGGUAN DEFISIT PERAWATAN DIRI DI BANGSAL SRIKANDI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA

BAB 1 PENDAHULUAN. melanjutkan kelangsungan hidupnya. Salah satu masalah kesehatan utama di dunia

GAMBARAN KINERJA PERAWAT DALAM MEMENUHI KEBUTUHAN PERSONAL HYGIENE KLIEN SKIZOFRENIA DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH DR. AMINO GONDOHUTOMO SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. suatu kondisi perkembangan individu secara fisik, mental, spiritual, dan sosial

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Undang Undang No. 18 tahun 2014 tentang kesehatan jiwa, mampu memberikan kontribusi pada komunitasnya.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. mengalami kelemahan kemampuan dalam melakukan atau melengkapi aktivitas

BAB I PENDAHULUAN. Gangguan jiwa adalah salah satu masalah kesehatan yang masih. banyak ditemukan di setiap negara. Salah satunya adalah negara

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. perilaku seseorang. Gangguan jiwa adalah sebuah penyakit dengan. manifestasi dan atau ketidakmampuan psikologis atau perilaku yang

BAB II TINJAUAN TEORI

RENCANA TESIS OLEH : NORMA RISNASARI

BAB I PENDAHULUAN. keadaan tanpa penyakit atau kelemahan (Riyadi & Purwanto, 2009). Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. World Health Organization (WHO) (2009) memperkirakan 450 juta. orang di seluruh dunia mengalami gangguan mental, sekitar 10% orang

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA TN

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat serius dan memprihatinkan. Kementerian kesehatan RI dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. klinis bermakna yang berhubungan dengan distres atau penderitaan dan

BAB I PENDAHULUAN. seiring dengan dinamisnya kehidupan masyarakat. Masalah ini merupakan

BAB I PENDAHULUAN. menghambat pembangunan karena mereka tidak produktif. terhadap diri sendiri, tumbuh, berkembang, memiliki aktualisasi diri,

Rakhma Nora Ika Susiana *) Abstrak

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. yang mengarah pada kestabilan emosional (Nasir dan Muhith, 2011). mencerminkan kedewasaan kepribadiannya.

BAB II KONSEP DASAR. memelihara kesehatan mereka karena kondisi fisik atau keadan emosi klien

ASUHAN KEPERAWATAN TERAPI AKTIFITAS KELOMPOK PENINGKATAN HARGA DIRI RENDAH PADA KLIEN GANGGUAN JIWA DI RUANG KAKAK TUA RSJ

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan jiwa bukan hanya sekedar terbebas dari gangguan jiwa,

BAB 1 PENDAHULUAN. sisiokultural. Dalam konsep stress-adaptasi penyebab perilaku maladaptif

BAB I PENDAHULUAN. mengadaptasikan keinginan-keinginan dengan kenyataan-kenyataan yang

BAB I PENDAHULUAN. dibutuhkan oleh semua orang. Menurut Yosep (2007), kesehatan jiwa adalah. dan kecakapan dalam beradaptasi dengan lingkungan.

CATATAN PERKEMBANGAN Implementasi dan Evaluasi Keperawatan. Tindakan Keperawatan

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan jiwa menurut undang undang Kesehatan Jiwa Tahun 2014

BAB 1 PENDAHULUAN. fungsional berupa gangguan mental berulang yang ditandai dengan gejala-gejala

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA KLIEN DENGAN DEFISIT PERAWATAN DIRI DI RUMAH SAKIT JIWA PROF. Dr. MUHAMMAD ILDREM PROVSU

BAB I PENDAHULUAN. karena adanya kekacauan pikiran, persepsi dan tingkah laku di mana. tidak mampu menyesuaikan diri dengan diri sendiri, orang lain,

BAB I PENDAHULUAN. siklus kehidupan dengan respon psikososial yang maladaptif yang disebabkan

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan sendiri, dapat mengatasi tekanan, dapat bekerja secara produktif,

BAB 1 PENDAHULUAN. stressor, produktif dan mampu memberikan konstribusi terhadap masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. kurang atau sedikit dan fren = jiwa) atau tuna mental (Maramis, 2009).

ABSTRAK. Kata Kunci: Manajemen halusinasi, kemampuan mengontrol halusinasi, puskesmas gangguan jiwa

BAB 3 METODE PENELITIAN. untuk melakukan prosedur penelitian (Hidayat, 2008). Pada penelitian ini

LAMPIRAN CATATAN PERKEMBANGAN

BAB I PENDAHULUAN. merupakan suatu keadaan dimana seseorang yang terbebas dari gangguan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mencerminkan kedewasaan kepribadiannya. halusinasi. Meskipun bentuk halusinasinya bervariasi tetapi sebagian besar

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan jiwa adalah bagian dari kesehatan secara menyeluruh, bukan sekedar

BAB I PENDAHULUAN. teknologi yang pesat menjadi stresor pada kehidupan manusia. Jika individu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi serta perbedaan

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN PERAWATAN KEBERSIHAN DIRI (PERSONAL HYGIENE)

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. Penyebab yang sering disampaikan adalah stres subjektif atau biopsikososial

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kesehatan jiwa menurut Undang-Undang No. 3 Tahun 1966 merupakan

BAB I PENDAHULUAN. kecacatan. Kesehatan jiwa menurut undang-undang No.3 tahun 1966 adalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Gangguan jiwa (mental disorder) merupakan salah satu dari empat

BAB I PENDAHULUAN. serta ketidakpastian situasi sosial politik membuat gangguan jiwa menjadi

BAB 1 PENDAHULUAN. keluarga, kelompok, organisasi, atau komunitas. (Stuart, 2007).

MOTIVASI KELUARGA DALAM MERAWAT ANGGOTA KELUARGA YANG MENGALAMI GANGGUAN JIWA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS URANGAGUNG SIDOARJO

2.7 Asuhan Keperawatan A. Pengkajian

BAB I PENDAHULUAN. yang utuh untuk kualitas hidup setiap orang dengan menyimak dari segi

BIAYA RIIL DAN ANALISIS KOMPONEN BIAYA YANG MEMPENGARUHI BIAYA RIIL PADA KASUS SKIZOFRENIA RAWAT INAP DI RSJ SAMBANG LIHUM

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan jiwa adalah berbagai karakteristik positif yang. menggambarkan keselarasan dan keseimbangan kejiwaan yang

BAB I PENDAHULUAN. sehat, maka mental (jiwa) dan sosial juga sehat, demikian pula sebaliknya,

BAB I PENDAHULUAN. penyimpangan dari fungsi psikologis seperti pembicaraan yang kacau, delusi,

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan, persepsi seseorang terhadap kesehatan, serta perkembangan. Jika

ASUHAN KEPERAWATAN STROKE ISKEMIK PADA LANSIA DENGAN MASALAH PERSONAL HYGIENE DI RUMAH SAKIT dr.wahidin SUDIRO HUSODO MOJOKERTO

Gambaran Kinerja Perawat dalam Memenuhi Kebutuhan Personal Hygiene Klien Skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa Daerah Dr. Amino Gondohutomo Semarang

BAB I PENDAHULUAN. dengan kehidupan sehari-hari, hampir 1 % penduduk dunia mengalami

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang kesehatan akhir-akhir

PENATALAKSANAAN PASIEN GANGGUAN JIWA DENGAN ISOLASI SOSIAL: MENARIK DIRI DI RUANG ARIMBI RSJD Dr. AMINO GONDOHUTOMO SEMARANG. Oleh

PENELITIAN. Pengaruh Metode Token Economy Terhadap Aktifitas Perawatan Diri pada Pasien Defisit Perawatan Diri

BAB I PENDAHULUAN. dalam segi kehidupan manusia. Setiap perubahan situasi kehidupan individu

BAB I PENDAHULUAN. dan kestabilan emosional. Upaya kesehatan jiwa dapat dilakukan. pekerjaan, & lingkungan masyarakat (Videbeck, 2008).

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA TN. S DENGAN GANGGUAN MENARIK DIRI DI RUANG ABIMANYU RSJD SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan adalah keadaan sehat fisik, mental dan sosial, bukan sematamata

BAB I PENDAHULUAN. efektif, konsep diri yang positif dan kestabilan emosional (Videbeck, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. jiwa menjadi masalah yang serius dan memprihatinkan, penyebab masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. pasien mulai dari pasien yang tidak mampu melakukan aktivitasnya secara

BAB I PENDAHULUAN. digambarkan sebagai perasaan yang negatif terhadap diri sendiri, merasa gagal

64 Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes

GAMBARAN PEMBERIAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN KORBAN PASUNG DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH PROVINSI JAMBI

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. H DENGAN PERUBAHAN PERSEPSI SENSORI HALUSINASI PENDENGARAN DI RUANG SENA RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. yang meliputi bidang ekonomi, teknologi, politik dan budaya serta bidang-bidang lain

BAB I PENDAHULUAN. menjadi permasalahan besar karena komunikasi 1. Oleh sebab itu komunikasi

BAB I PENDAHULUAN. psikososial seperti bencana dan konflik yang dialami sehingga berdampak. meningkatkan jumlah pasien gangguan jiwa(keliat, 2011).

PENGARUH HOME VISIT TERHADAP KEMAMPUAN PASIEN DAN KELUARGA DALAM MERAWAT ANGGOTA KELUARGA YANG MENGALAMI GANGGUAN JIWA

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. R DENGAN GANGGUAN DEFISIT PERAWATAN DIRI DI RUANG SRIKANDI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA

PENGELOLAAN GANGGUAN PERSEPSI SENSORI : HALUSINASI PENDENGARAN DAN PENGLIHATAN PADA Tn. E DI RUANG P8 WISMA ANTAREJA RSJ Prof. dr.

BAB I PENDAHULUAN. berpikir, gangguan perilaku, gangguan emosi dan gangguan persepsi

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi berkepanjangan juga merupakan salah satu pemicu yang. memunculkan stress, depresi, dan berbagai gangguan kesehatan pada

BAB I PENDAHULUAN. Keadaan ini sangat besar pengaruhnya terhadap kesehatan jiwa seseorang. yang berarti akan meningkatkan jumlah pasien gangguan jiwa.

BAB 1 PENDAHULUAN. serta perhatian dari seluruh masyarakat. Beban penyakit atau burden of disease

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pertumbuhan penduduk lansia umur 60 tahun ke. atas di seluruh dunia sangat cepat, bahkan lebih cepat

BAB I PENDAHULUAN. dikenali meliputi kausa pada area organobiologis, area psikoedukatif, dan area sosiokultural.

Transkripsi:

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN GANGGUAN JIWA DENGAN DEFISIT PERAWATAN DIRI DI RUANG JALAK RSJ Dr. RADJIMAN WEDIODININGRAT LAWANG MALANG Hesti Wulandari 1312010012 SUBJECT: Asuhan Keperawatan, Defisit Perawatan Diri, Personal Hygiene. DESCRIPTION Klien dengan gangguan jiwa mengalami perubahan pada proses pikir, sehingga kemampuan untuk melakukan aktivitas perawatan diri menurun. Tujuan studi kasus ini adalah melakukan asuhan keperawatan pada klien gangguan jiwa dengan masalah defisit perawatan diri. Desain penelitian ini studi kasus, jumlah responden yaitu 2 klien gangguan jiwa yang mengalami masalah defisit perawatan diri. Metode pengumpulan data yang digunakan yaitu wawancara, observasi dan dokumentasi, dengan menggunakan format asuhan keperawatan jiwa. Hasil pengkajian yang didapatkan dari kedua responden masalah keperawatan yang muncul adalah defisit perawatan diri. Intervensi yang dilakukan selama 4 hari perawatan kepada kedua klien yaitu sama, mememberikan health education tentang pentingnya merawat kebersihan diri, menjelaskan cara-cara menjaga kebersihan diri, melatih cara menjaga kebersihan diri, dan membimbing memasukkan jadual kedalam kegiatan harian. Hasil evaluasi pada kedua klien yang didapatkan masalah defisit perawatan diri sebagian besar teratasi dengan bantuan perawat. Pada klien gangguan jiwa dengan masalah defisit perawatan diri hendaknya sering berlatih untuk meningkatkan perawatan diri dan melakukan perawatan kebersihan diri secara mandiri dan teratur. ABSTRACT Clients with mental disorders experience a change in thought process, so the ability to perform self-care activities decreased. The purpose of the case study was to perform nursing care to clients with mental disorders with self-care deficit problems. This research design was a case study, respondents of were clients of mental disorders who had problem with self-care deficit. Data collection methods used were interviews, observation and documentation using format of mental health nursing care. Assesment results obtained from the respondents nursing problem that arose was the self-care deficit. Intervention made during 4 days treatment on both clients was the same, provides health education about the importance of taking care of personal hygiene, explain how to maintain personal hygiene, practice how maintain personal hygiene and guide insert into schedule of dialy activity. Evaluation results on both clients obtained self-care deficit problem mostly has resolved with the help of a nurse. In clients with mental disorders with Hesti Wulandari Poltekkes Majapahit Mojokerto 1

the deficit problem should frequetly practice self-care to improve self-care and perform personal hygiene independently and regulary. Keywords: Nursing Care, Self-care Deficit, Personal Hygiene. Contributor : 1. Dr. Abdul Muhith 2. Yudha Laga H. K, M. Kes Date : 21 Juli 25 Juli 2016 Type material: Laporan Penelitian Indentifier : - Right : Open Document Summarry : LATAR BELAKANG Tekanan hidup diduga membuat semakin banyak orang depresi dan gila. Selain itu keadaan ekonomi juga turut andil dalam mempengaruhi banyaknya jumlah penderita sakit jiwa (Widowati, 2013). Pemasungan adalah suatu tindakan pembatasan gerak seseorang yang mengalalami gangguan fungsi mental dan perilaku dengan cara pengekangan fisik dalam jangka waktu tertentu. Yang menyebabkan terbatasnya pemenuhan kebutuhan dasar hidup yang layak, termasuk kesehatan, pendidikan, pekerjaan bagi orang tersebut. Orang dengan ganganguan jiwa yang dipasung mengalami masalah perawatan diri (Halida, et al, 2016). Konsep diri dapat didefinisikan secara umum sebagai keyakinan, pandangan atau penilaian seseorag terhadap dirinya. Seseorang dikatakan mempunyai konsep diri yang negatif jika ia meyakini dan memandang bahwa dirinya lemah, tidak berdaya, tidak dapat berbuat apa-apa, tidak kompeten, gagal, tidak menarik, tidak disukai, dan hilangnya daya tarik terhadap hidup (Abdul Muhith, 2015). Pada setiap masalah keperawatan jiwa yang selalu dan bahkan dapat terjadi pada setiap pasien yang mengalami gangguan jiwa adalah defisit perawatan diri. Defisit perawatan diri merupakan suatu kondisi pada seseorang yang mengalami kelemahan dalam melakukan atau melengkapi aktivitas-aktivitas perawatan diri seperti mandi, berpakaian, makan, BAB/BAK (Fitria, 2009). Data WHO (World Health Organization) pada tahun 2006 jumlah penderita gangguan jiwa di dunia adalah 450 juta jiwa. Pada studi terbaru WHO (World Health Organization) di 14 negara menunjukkan bahwa pada negara berkembang, sekitar 76-78% kasus gangguan jiwa parah tidak dapat pengobatan apapun pada tahun pertama. dalam penelitian (Saniaty. M, dkk, 2015). Hasil riset kesehatan dasar (Riskesdas, 2013) menyebutkan prevalensi gangguan jiwa berat pada penduduk Indonesia sebanyak 1,7 per mil. Gangguan jiwa berat terbanyak di DI Yogyakarta, Aceh, Sulawesi Selatan, Bali, dan Jawa Tengah. Proporsi RT yang pernah memasung gangguan jiwa berat sebesar 14,3%. Banyak penduduk tinggal dipedesaan 18,2% serta pada kelompok penduduk dengan kuantil indeks kepemilikan terbawah 19,15% prevalesni gangguan mental emosional tertinggi adalah Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Jawa Barat, DI Yogyakarta dan Nusa Tenggara Timur. Jumlah seluruh responden dengan gangguan jiwa berat berdasarkan data Riskesdas 2013 adalah sebanyak 1.728 orang. Di Jawa Timur prevalensi banyak gangguan jiwa berat tahun 2013 sebanyak 2.2 per mil. Hesti Wulandari Poltekkes Majapahit Mojokerto 2

Data yang diperoleh dari studi pendahuluan di RSJ Dr. Radjiman Wediodiningrat Lawang, data periode bulan Maret-Mei 2016 tercatat jumlah pasien rawat inap dengan gangguan defisit perawatan diri berjumlah 124 klien. Total kasus rawat inap dari data pada bulan Maret-Mei 2016 berjumlah 3.474 klien yang berada di RSJ Daerah Dr. Radjiman Wediodiningrat Lawang. Kemampuan individu dalam melakukan perawatan diri dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti umur, jenis kelamin, tingkat perkembangan, status kesehatan, sistem keluarga, faktor lingkungan, sosial dan budaya, serta tersedianya sumber-sumber/fasilitas. Kebutuhan perawatan diri pada klien skizofrenia lebih besar dari kemampuannya melakukan aktifitas perawatan diri. Hal ini terjadi karena klien menderita gejala yang disebabkan penyakit skizofrenia yaitu gangguan pada fungsi kognitif, afektif, dan perilaku (Herni Susanti, 2010). Pasien gangguan jiwa memerlukan suatu bimbingan atau dukungan dari keluarga dan orang lain. Agar pasien gangguan jiwa dapat merawat diri secara mandiri dan meningkatkan kemampuan dalam memecahkan masalah. Penurunan ADL( Activty of Daily Living) pada pasien jiwa di sebabkan oleh adanya ganggguan mental pada pasien dan kurangnya pendidikan kesehatan/penyuluhan mengenai perawatan diri pada pasien gangguan jiwa. Pendidikan kesehatan merupakan suatu proses perubahan prilaku yang dinamis, dengan tujuan mengubah atau mempengaruhi prilaku manusia yang meliputi komponen pengetahuan, sikap, ataupun praktik yang berhubungan dengan tujuan hidup sehat baik secara individu, dan kelompok (Notoatmodjo, 2007). Dengan melihat penelitian-penelitian sebelumnya maka penulis merasa tertarik untuk melakukan Asuhan keperawatan pada klien gangguan jiwa dengan defisit perawatan diri terhadap pelaksanaan ADL(Activity of Daily Living) personal hygiene. METEDOLOGI Desain yang digunakan pada penelitian ini adalah studi kasus. Kriteria yang diambil pada partisipan dalam penelitian adalah klien gangguan jiwa yang mengalami gangguan defisit perawatan diri di rumah sakit, dengan jumlah partisipan 2 (dua) orang. Pengumpulan data dilakukan menggunakan 3 cara yang meliputi wawancara, observasi dan dokumentasi. Analisa data dilakukan dengan cara pengumpulan data, mereduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Pengkajian Pada saat pengkajian pada tanggal 21 Juli 2016 dengan 2 orang responden didapatkan karakteristik fisik sebagai berikut. Klien 1 Tn.A, ditemukan karakteristik fisik (rambut acak-acakan, kotor, berketombe, kusam, pakaian terlihat kotor, tidak rapi, gigi kotor, bau napas, kulit kotor, berdaki, kuku kotor dan panjang. Psikologis malas, menarik diri, klien lebih sering menyendiri, jarang mau berinteraksi dengan orang lain. Klien 2 Tn. D, klien berasal dari gelandangan ditemukan karakteristik fisik (klien terlihat kotor, baju kotor banyak noda makanan, kulit berdaki, bau napas, gigi kotor, rambut kotor berketombe, kusam, acak-acakan, kuku kotor dan panjang, klien masih sering menyimpan Hesti Wulandari Poltekkes Majapahit Mojokerto 3

bungkus makanan dalam bajunya. Psikologi malas, menarik diri, klien lebih sering menyendiri, tidak pernah mengikuti kegiatan. Gangguan defisit perawatan diri didapatkan karakteristik fisik badan kotor dan berbau, rambut kotor, kuku panjang dan kotor, mulut bau dan kotor, penampilan tidak rapi (Tarwonto & Wartono, 2010). Psikologis malas (tidak ada inisiatif), menarik diri (isolasi diri), merasa tak berdaya (rendah diri dan merasa hina), sosial (interaksi kurang, kegiatan kurang,tidak mampu berprilaku sesuai norma, cara makan tidak teratur, BAB dan BAK disembarang tempat). Pada pengkajian didapatkan karaktaristik fisik badan kotor dan berbau, rambut kotor, kuku panjang dan kotor, mulut bau dan kotor, penampilan tidak rapi psikologi malas, tidak ada motivasi merawat kebersihan diri, sehingga sesuai dengan teori dan tidak terjadi kesenjangan. 2. Diagnosa Keperawatan Pada data hasil pengkajian ditemukan 3 diagnosa keperawatan pada klien 1 Tn. A : 1) Defisit perawatan diri berhubungan degan penurunan motivasi. 2) Gangguan isolasi sosial : menarik diri berhubungan dengan harga diri rendah. 3) Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan kerusakan integritas kulit. Prioritas diagnosa keperawatan pada klien 1 Tn. A yaitu : Defisit perawatan diri berhubungan dengan penurunan motivasi. Sedangkan pada klien 2 Tn. D. ditemukan 3 diagnosa keperawatan yaitu : 1) Defisit perawatan diri berhubungan degan penurunan motivasi. 2) Gangguan isolasi sosial: menarik diri berhubungan dengan harga diri rendah. 3) Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan kerusakan integritas kulit. Prioritas diagnosa keperawatan pada klien 1 Tn. D yaitu: Defisit perawatan diri berhubungan dengan penurunan motivasi. Menurut Judith M, Wilkinson, dkk, 2011, dalam diagnosa keperawatan defisit perawatan diri berhubungan dengan penurunan motivasi. Dari data pengkajian didapatkan karakteristik dari kedua klien sama, mengalami penurunan motivasi dalam merawat diri sehingga muncul diagnosa defisit perawatan diri berhubungan dengan penurunan motivasi yang sesuai dengan teori dan tidak terdapat kesenjangan. 3. Intervensi Pada intervensi yang dilaksanakan pada kedua klien sama, yaitu menjelaskan pentingnya kebersihan diri, menjelaskan cara kebersihan diri dan melatih kemandirian klien dalam menjaga kebersihan diri seperti mandi, hygiene oral, perawatan mencuci rambut secara teratur. Menurut Ah. Yusuf, dkk, 2015, intervensi yang dilakukan pada kasus defisit perawatan diri meliputi, menjelaskan pentingnya menjaga kebersihan diri, menjelaskan alat-alat untuk menjaga kebersihan diri, Hesti Wulandari Poltekkes Majapahit Mojokerto 4

menjelaskan cara-cara melakukan kebersihan diri dan melatih klien mempraktikkan cara menjaga kebersihan diri Pada hasil pengkajian dari kedua klien, didapatkan psikologis dari kedua klien malas, terjadi perubahan proses pikir sehingga klien mengalami penurunan motivasi untuk merawat diri. Intervensi yang dilakukan pada kedua klien sama, yaitu melakukan tindakan ADL (Activty of Dialy Living) Personal Hygiene. Sehingga pada kasus nyata dan teori sudah sesuai sehingga tidak terdapat kesenjangan. 4. Implementasi Pada kasus nyata setelah dibuat rencana keperawatan sesuai dengan diagnosa, maka intervensi yang dilakukan kepada kedua klien sama, yaitu: Memberikan health education kepada kedua klien mengenai pentingnya menjaga kebersihan diri, cara-cara menjaga kebersihan diri. Melatih kedua klien untuk mempraktikkan cara mejaga kebersihan diri personal hygiene (mandi) dan membantu memasukkan jadual mandi kedalam kegiatan harian klien. Pada teori menyebutkan bahwa implementasi yang dilakukan pada klien dengan masalah defisit perawatan diri yaitu: SP Pasien: Menjelaskan pentingnya kebersihan diri, menjelaskan cara menjaga kebersihan diri, melatih klien cara kebersihan diri dan membimbing klien memasukkan dalam jadual kegiatan harian (Keliat, B. A, 2011). Pada tindakan keperawatan yang telah dilakukan kepada kedua klien yaitu: Memberikan health education kepada kedua klien mengenai pentingnya menjaga kebersihan diri, cara-cara menjaga kebersihan diri. Melatih kedua klien untuk mempraktikkan cara mejaga kebersihan diri personal hygiene (mandi) dan membantu memasukkan jadual mandi kedalam kegiatan harian klien, sudah sesuai dengan teori dan tidak ada kesenjangan. 5. Evaluasi Setelah dilakukan implementasi didapatkan pada klien 1 Tn. A, dimana respon klien positif, klien mampu menyebutkan penyebab tidak merawat diri karena malas dan airnya dingin. Klien mampu menyebutkan manfaat menjaga kebersihan diri yaitu harum dan segar, serta menyebutkan kerugian apabila tidak merawat diri yaitu gatal-gatal. Dalam melaksanakan perawatan diri klien sudah ada inisiatif untuk mandi, mampu malakukan kebersihan diri secara mandiri mandi, oral hygiene, dan mencuci rambut. Pada klien 2 Tn. D, dimana respon klien positif, klien tidak mampu menyebutkan penyebab tidak merawat diri, manfaat dan kerugian tidak merawat diri karena bicara klien kurang terarah dan tidak jelas. Dalam melakukan perawatan diri seperti mandi, hygiene oral dan mencuci rambut, masalah bisa teratasi dengan bantuan perawat. Dalam melakukannya seperti, sikat gigi harus diberikan dulu dan memberi arahan untuk menggosok gigi bagian kanan dan kiri, keatas dan bawah. Membatu menyabun daerah yang tidak terjangkau oleh klien seperti punggung. Sehingga dapat dikatakan klien 2 Tn. D, mampu melakukan perawatan kebersihan diri dengan bantuan dari perawat. Hesti Wulandari Poltekkes Majapahit Mojokerto 5

Evaluasi keperawatan dilihat secara teori klien mampu menyebutkan penyebab tidak merawat diri, manfaat menjaga perawatan diri, tanda-tanda bersih dan rapi. Gangguan yang dialami, jika perawatan diri tidak diperhatikan dan klien dapat melaksanakan perawatan diri secara mandiri (Ah. Yusuf, dkk, 2015). Kesenjangan evaluasi keperawatan dari intervensi yang dilakukan pada klien dengan masalah defisit perawatan diri antara teori dan kasus yang nyata memperlihatkan teori yang ada dimana respon klien positif. Klien 2 Tn. D tidak mampu menyebutkan penyebab merawat diri, manfaat menjaga perawatan diri, tanda-tanda bersih dan rapi karena klien memiliki kesulitan berbicara sehingga pembicaraan tidak jelas dan sulit dimengerti. SIMPULAN Dari dari data hasil pengkajian tanda dan yang didapatkan pada klien gangguan jiwa dengan masalah defisit perawatan diri apa yang dialami oleh kedua klien sama dengan teori. RECOMENDASI Harus selalu meningkatkan mutu dalam memberikan pelayanan keperawatan dan asuhan keperawatan pada semua klien yang sesuai dengan Standart Operasional Prosedur (SOP) yang sudah ada. Institusi kesehatan harus lebih mengoptimalkan program standart praktek keperawatan dan meningkatkan mutu dari keperawatan. Dimana tenaga keperawatan tidak hanya memberikan pelayanan pada klien sakit tetapi juga sebagai tenaga pendidik. Dan diharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai dasar untuk pengembangan tindak lanjut penelitian selanjutnya. Alamat Correspondensi: - Email : hestiwulan876@gmail.com - No. Hp : 085646153609 DAFTAR PUSTAKA Abdul Muhith. (2015). Asuhan Keperawatan Jiwa : Teori dan Aplikasi. Edisi 1. Yogyakarta : Andi Ah. Yusuf, dkk. (2015). Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta : Salemba Medika Fitria, N. (2009). Prinsip Dasar Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan Dan Strategi Pelaksanaan Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika. Dikutip pada jurnal Dimas Enggar Yudhanto, 2013. Asuhan Keperawatan Pada Tn. M Dengan Defisit Perawatan Diri Di RSJ Surakarta. Diakses pada tanggal 23 Maret 2016 Halida, et, al. (2016). JurnalPengalaman Keluarga dalam Pemenuhan Kebutuhan Perawatan Diri pada Orang Dengan Gangguan Jiwa (ODGJ) dengan Pasung di Kecamatan Ambulu Kabupaten Jember. Diakses pada tanggal 18 Maret 2016 Judith M. Wilkinson, dkk. (2012). Buku Saku Diagnosis Keperawatan Nanda NIC-NOC.Edisi 9. Jakarta : EGC Hesti Wulandari Poltekkes Majapahit Mojokerto 6

Keliat, B. A, dkk. (2011). Manajement Keperawatan Psikososial & Kader Kesehatan Jiwa CMHN (Intermediate Cours). Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC. Kemenkes RI. (2013). Riset Kesehatan Dasar. Jakarta : Kemenkes RI Notoatmodjo, S. (2007). Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni : Rineka cipta Jakarta Tarwonto & Wartonah. (2010). Kebutuhan Dasar Manusia Dan Proses keperawatan Edisi 4. Jakarta : Salemba Medika Widowati, Trilastiti. 2013. Sekarang, 30.000 Orang Gila Ada di Jawa Tengah. Diakses pada tanggal 23 Maret 2016. World Health Organization. (2013). Human Resources and training in Mental Health : Mental Health Policy and Service Guide Package and service Guide Package. China : WHO Publishing. Hesti Wulandari Poltekkes Majapahit Mojokerto 7