Pemerintah Kabupaten Lamongan GAMBARAN UMUM KABUPATEN LAMONGAN

dokumen-dokumen yang mirip
PRODUKSI DAN PRODUKTIVITAS TAHUN 2016 KABUPATEN LAMONGAN

KEADAAN SAMPAI DENGAN BULAN 02 NOPEMBER Januari - April Mei - Agustus September - Desember Januari - Desember Produksi (ton)

4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BLITAR

RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN LAMONGAN

PREDIKSI PERKEMBANGAN LAHAN PERTANIAN BERDASARKAN KECENDERUNGAN ALIH FUNGSI LAHAN SAWAH DI KABUPATEN LAMONGAN

IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU

ANALISIS DAYA DUKUNG DAN KEBUTUHAN LAHAN PERTANIAN DI KABUPATEN LAMONGAN TAHUN 2035

PENETAPAN KAWASAN STRATEGIS KABUPATEN LAMONGAN

PENDAHULUAN RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN LAMONGAN

TINJAUAN LINGKUP EKSTERNAL

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB III KEHIDUPAN SOSIAL DAN KEAGAMAAN MASYARAKAT KOTA LAMONGAN TAHUN

RENCANA POLA RUANG V - 1 RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN LAMONGAN

PENDAHULUAN. Latar Belakang

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Lampung Selatan adalah salah satu dari 14 kabupaten/kota yang terdapat di Provinsi

FORMULASI PERHITUNGAN CAPAIAN KINERJA DINAS PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN KABUPATEN LAMONGAN

BAB IV PAPARAN DATA DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. DIY. Secara geografis, Kabupaten Bantul terletak antara 07 44' 04" ' 27"

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Tanggamus merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Lampung yang

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

KONDISI UMUM WILAYAH STUDI

IV. KEADAAN UMUM KABUPATEN SLEMAN. Berdasarkan kondisi geografisnya wilayah Kabupaten Sleman terbentang

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kecamatan Sragi merupakan salah satu kecamatan dari 17 Kecamatan yang

Bupati Murung Raya. Kata Pengantar

I. KONDISI UMUM WILAYAH A. Luas dan Batas Wilayah

V. DESKRIPSI DAERAH ASAL DAN DAERAH TUJUAN MIGRAN SEKTOR INFORMAL

GAMBARAN UMUM PROVINSI LAMPUNG dan SUBSIDI PUPUK ORGANIK

Potensi Kota Cirebon Tahun 2010 Bidang Pertanian SKPD : DINAS KELAUTAN PERIKANAN PETERNAKAN DAN PERTANIAN KOTA CIREBON

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS) Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Polewali Mandar

BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI JAWA TIMUR. Provinsi Jawa Timur membentang antara BT BT dan

IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI. Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37 -

5 GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN. wilayah kilometerpersegi. Wilayah ini berbatasan langsung dengan

Penentuan Alternatif Lokasi Pengembangan Kawasan Agroindustri Berbasis Komoditas Pertanian Unggulan di Kabupaten Lamongan

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan

V. GAMBARAN UMUM PROVINSI JAWA BARAT. Provinsi Jawa Barat, secara geografis, terletak pada posisi 5 o 50-7 o 50

BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

KATA PENGANTAR. Lamongan,

KEADAAN UMUM LOKASI. Tabel 7. Banyaknya Desa/Kelurahan, RW, RT, dan KK di Kabupaten Jepara Tahun Desa/ Kelurahan

LKPJ AKHIR MASA JABATAN BUPATI JOMBANG I BAB

POTENSI, MASALAH DAN PROSPEK

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

III. KEADAAN UMUM LOKASI

BAB IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Provinsi Lampung terletak di ujung tenggara Pulau Sumatera. Luas wilayah

A. Gambaran Wilayah. Kabupaten LAMONGAN

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Geografis dan Demografis Provinsi Kalimantan Timur

Perkembangan Ekonomi Makro

4.1. Letak dan Luas Wilayah

BAB I PENDAHULUAN. langsung persoalan-persoalan fungsional yang berkenaan dengan tingkat regional.

PROFIL KECAMATAN TOMONI 1. KEADAAN GEOGRAFIS

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN YAHUKIMO, TAHUN 2013

GAMBARAN UMUM WILAYAH. tenggara dari pusat pemerintahan kabupaten. Kecamatan Berbah berjarak 22 km

IV. KEADAAN UMUM WILAYAH

Tabel 2.2. Tingkat Produksi Pertanian di Kabupaten Tegal

4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN SAMPANG

3. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN. Letak Geografis

STATISTIK DAERAH KECAMATAN AIR DIKIT.

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Kabupaten Kulon Progo merupakan salah satu dari lima daerah otonom di

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. bujur timur. Wilayahnya sangat strategis karena dilewati Jalur Pantai Utara yang

PEMERINTAH KABUPATEN LAMONGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMONGAN NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB IX PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH

BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM A. Gambaran Umum Daerah 1. Kondisi Geografis Daerah 2. Kondisi Demografi

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN

Bab V POTENSI, MASALAH, DAN PROSPEK PENGEMBANGAN WILAYAH. 5.1 Potensi dan Kendala Wilayah Perencanaan

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. terletak di bagian selatan Pulau Jawa. Ibu kota Provinsi Daerah Istimewa

Oleh : Nanda Gayuk Candy DosenPembimbing : Bapak Adjie Pamungkas, ST. M. Dev. Plg. Phd.

IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Lamongan. Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Kabupaten Lamongan 2016

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

Nepotisme (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3851); 3. Undang-Undang Nomor 12

BAB I PENDAHULUAN. memiliki kontribusi bagi pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB)

BAB IV GAMBARAN UMUM

IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

Analisis keterkaitan sektor tanaman bahan makanan terhadap sektor perekonomian lain di kabupaten Sragen dengan pendekatan analisis input output Oleh :

KATA PENGANTAR. Atas dukungan dari semua pihak, khususnya Bappeda Kabupaten Serdang Bedagai kami sampaikan terima kasih. Sei Rampah, Desember 2006

V. GAMBARAN UMUM. Kota Bogor mempunyai luas wilayah km 2 atau 0.27 persen dari

BAB IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Sragi Kabupaten Lampung Selatan.

V KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

Profil Kabupaten Aceh Singkil

Jumlah rumah tangga usaha pertanian di Kabupaten Lamongan Tahun 2013 sebanyak rumah tangga

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Lokasi Geografis

KONDISI UMUM BANJARMASIN

BAB IV GAMBARAN UMUM

DAFTAR ISI Halaman DAFTAR ISI... i DAFTAR TABEL... iii DAFTAR GAMBAR... xii

BAB II DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN. A. Balai Pelaksana Teknis Bina Marga Wilayah Magelang

BAB I KONDISI MAKRO PEMBANGUNAN JAWA BARAT

PROFIL PEMBANGUNAN DKI JAKARTA

4 GAMBARAN UMUM KOTA BOGOR

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Arahan Pengembangan Ekonomi Kabupaten Lamongan Berdasarkan Sektor Unggulan (Studi Kasus: Sektor Pertanian)

BAB IV GAMBARAN UMUM

GAMBARAN UMUM KABUPATEN MAJALENGKA

Transkripsi:

II GAMBARAN UMUM KABUPATEN LAMONGAN 2.1 ASPEK GEOGRAFIS DAN DEMOGRAFIS 2.1.1 Karakteristik Lokasi dan Wilayah 2.1.1.1 Letak dan Kondisi Geografis Kabupaten Lamongan memiliki luas wilayah kurang lebih 1.812,80 Km² setara 181.280 Ha atau + 3.78 % dari luas wilayah Propinsi Jawa Timur dengan panjang garis pantai sepanjang 47 Km. Batas wilayah administratif Kabupaten Lamongan adalah : Sebelah Utara : Berbatasan dengan Laut Jawa Sebelah Timur : Berbatasan dengan Kabupaten Gresik Sebelah Selatan : Berbatasan dengan Kab. Jombang dan Kab. Mojokerto Sebelah Barat : Berbatasan dengan Kab. Bojonegoro dan Kab. Tuban. 2.1.1.2 Letak dan Kondisi Geografis Kabupaten Lamongan secara geografis terletak pada 6º 51 54 sampai dengan 7º 23 6 Lintang Selatan dan diantara garis bujur timur 112 4 41 sampai 112 33 12 bujur timur. Wilayah Kabupaten Lamongan dibelah oleh Sungai Bengawan Solo, dan secara garis besar daratannya dibedakan menjadi tiga karakteristik yaitu :

Bagian Tengah Selatan merupakan dataran rendah yang relatif subur yang membentang dari Kecamatan Kedungpring, Babat, Sukodadi, Pucuk, Lamongan, Deket, Tikung, Sugio, Sarirejo dan Kembangbahu Bagian Selatan dan Utara merupakan pegunungan kapur berbatu batu dengan kesuburan sedang. Kawasan ini terdiri dari Kecamatan Mantup, Sambeng, Ngimbang, Bluluk, Sukorame, Modo, Brondong, Paciran, dan Solokoro. Bagian Tengah Utara merupakan daerah Bonorowo yang merupakan daerah rawan banjir. Kawasan ini meliputi Kecamatan Sekaran, Maduran, Laren, Karanggeneng, Kalitengah, Turi, Karangbinangun dan Glagah. 1. Kondisi Topografi Kondisi topografi Kabupaten Lamongan dapat ditinjau dari ketinggian wilayah di atas permukaan laut dan kelerengan lahan. Kabupaten Lamongan terdiri dari dataran rendah dan berawa dengan ketinggian 0-25 m dengan luas 50,17% dari luas Kabupaten Lamongan, daratan ketinggian 25-100 m seluas 45,68% dan sisanya 4,15% merupakan daratan dengan ketinggian di atas 100 m dari permukaan air laut. 2. Kondisi Geologi Secara fisiografis wilayah Kabupaten Lamongan bagian utara dan selatan termasuk dalam Zone Rembang (van Bemmelen, 1949) yang disusun oleh endapan paparan yang kaya akan unsur karbonatan, sedangkan wilayah bagian tengah termasuk zone Randublatung yang kenampakan permukaannya merupakan dataran rendah, namun sebetulnya merupakan suatu depresi (cekungan) yang tertutup oleh endapan hasil pelapukan dan erosi dari batuan yang lebih tua pada Zone Kendeng dan Rembang. Sejarah geologi Kabupaten Lamongan diperkirakan dimulai kurang lebih 37 juta Tahun yang lalu (Kala Oligosen). Saat itu wilayah Kabupaten Lamongan masih berupa lautan (bagian dari Cekungan Jawa Timur). Selanjutnya terjadi proses sedimentasi secara berurutan ke atas berupa penghamparan batuan

sedimentasi laut yang kaya unsur karbonatan. Proses ini berlangsung hingga kurang lebih 19 juta Tahun (hingga Kala Polisen). Pada kurang lebih 1,8 juta Tahun yang lalu terjadi aktifitas tektonik (Orogenesa Plio-Pleistosen) yang menyebabkan terangkatnya Kabupaten Lamongan muncul ke permukaan laut. 3. Kondisi Hidrologi Secara umum keberadaan air di Kabupaten Lamongan didominasi oleh air permukaan, dimana pada saat musim penghujan dijumpai dalam jumlah yang melimpah hingga mengakibatkan bencana banjir namun sebaliknya pada saat musim kemarau disebagian besar wilayah Kabupaten Lamongan relatif berkurang. Ketersediaan air permukaan ini sebagian tertampung di waduk-waduk, rawa, embung dan sebagian lagi mengalir melalui sungai-sungai. Kabupaten Lamongan dilewati oleh 3 buah sungai besar, yaitu Sungai Bengawan Solo sepanjang ± 68 Km dengan debit rata rata 531,61 m3/bulan (debit maksimum 1.758,46 m3 dan debit minimum 19,58 m3) yang bermata air di Waduk Gajah Mungkur (Kabupaten Wonogiri, Jawa Tengah), Kali Blawi sepanjang ± 27 Km dan Kali Lamong sepanjang ± 65 Km yang bermata air di Kabupaten Lamongan. Wilayah Kabupaten Lamongan mempunyai morfologi yang relatif datar bahkan pada beberapa wilayah banyak dijumpai cekungan cekungan yang saat ini berupa rawa. Di beberapa daerah masih terdapat area dengan keadaan genangan yang berlangsung periodik selama setengah bulan sampai dengan tiga bulan pada musim kemarau.

4. Kondisi Klimatologi Aspek klimatologi ditinjau dari kondisi suhu dan curah hujan. Keadaan iklim di Kabupaten Lamongan merupakan iklim tropis yang dapat dibedakan atas 2 (dua) musim, yaitu musim penghujan dan musim kemarau. Curah hujan tertinggi terjadi pada bulan Desember sampai dengan bulan Maret, sedangkan pada bulan-bulan lain curah hujan relatif rendah. Rata-rata curah hujan pada Tahun 2010 dari hasil pemantauan 25 stasiun pengamatan hujan tercatat sebanyak 2.631 mm dan hari hujan tercatat 72 hari. 5. Penggunaan Lahan Penggunaan lahan pada Kabupaten Lamongan terdiri dari penggunaan kawasan lindung dan kawasan budidaya. Kawasan lindung terdiri dari kawasan hutan lindung, kawasan yang memberikan perlindungan terhadap kawasan bawahannya, kawasan perlindungan setempat, kawasan rawan bencana alam, dan kawasan lindung geologi. Sedangkan kawasan budidaya terdiri dari kawasan hutan produksi, kawasan hutan rakyat, kawasan pertanian, kawasan perikanan, kawasan pertambangan, kawasan perindustrian, kawasan pariwisata, dan kawasan pesisir. Ditinjau dari pemanfaatannya, kondisi tata guna tanah Kab. Lamongan Tahun 2011 adalah sebagai berikut : Kondisi Tata Guna Tanah Kabupaten Lamongan No Jenis Penggunaan Lahan Luas (Ha) Prosentase 1 Permukiman 13,030.00 7.19 2 Sawah Irigasi 45,841.00 25.29 3 Sawah Tadah Hujan 33,479.00 18.47 4 Perkebunan 9,919.14 5.47 5 Hutan 33,717.30 18.60 6 Hutan Rakyat 7,098.10 3.92 7 Tambak 1,380.05 0.76 8 Sungai 8,760.00 4.83 9 Waduk 8,719.50 4.81

No Jenis Penggunaan Lahan Luas (Ha) Prosentase 10 Tegalan/Ladang 12,138.91 6.70 11 Pertambangan 1,200.00 0.66 12 Peruntukan Lainnya (rawa, tanah 5,997.00 3.31 tandus dll) Jumlah 181,280.00 100.00 Sumber : RTRW Kabupaten Lamongan Tahun 2011-2031 Dari Tabel diatas tergambar bahwa lahan di Kabupaten Lamongan masih didominasi oleh persawahan (43,76 %). Hal ini berarti bahwa pengelolaan SDA dan irigasi di kabupaten ini menjadi faktor yang sangat penting bagi ketahanan pangan di kabupaten ini. 2.1.2 Potensi Pengembangan Wilayah 2.1.2.1 Kawasan Pertanian Kawasan pertanian yang terdapat di Kabupaten Lamongan secara keseluruhan seluas 91.458,91 ha dengan rincian : pertanian lahan basah (sawah) seluas 79.320 ha dan pertanian lahan kering/ hortikultura (bukan sawah) seluas 12.138,91 ha. Dimana untuk kawasan jenis ini keberadaannya tersebar diseluruh kecamatan di Kabupaten Lamongan. Kondisi tersebut menggambarkan bahwa kawasan ini mampu menciptakan swasembada pangan terutama melalui program-program yang ada yaitu melalui ekstensifikasi, intensifikasi, diversifikasi serta rehabilitasi dan tidak menutup kemungkinan pembukaan lahan-lahan baru yang diperuntukkan bagi pertanian daerah.

2.1.2.2 Kawasan Perkebunan Kawasan perkebunan di Kabupaten Lamongan tersebar secara tidak merata pada setiap kecamatan, dengan luas lahan seluas 9.919,14 ha. Jenis komoditi perkebunan yang ada antara lain adalah tanaman tebu, tembakau, kapas, kenaf, kelapa, jambu mete dan cabe jamu. Agar nilai ekonomisnya menjadi lebih tinggi maka sebaiknya komoditi yang ada dapat ditingkatkan dan pengolahan diperhatikan karena perkebunan ini tidak ada pada setiap kecamatan. 2.1.2.3 Kawasan Peternakan Secara umum peternakan di Kabupaten Lamongan di kembangkan pada budidaya ternak besar dan kecil, penggemukan (fattening), unggas yaitu ayam ras, ayam buras, puyuh dan itik. Pada budidaya ternak sapi Kabupaten Lamongan merupakan sentra unggulan pengembangan ternak jenis sapi PO di kawasan Jawa Timur sedangkan ayam ras/pedaging dikembangkan melalui pola kemitraan dan mandiri. Jenis produksi ternak di Kabupaten Lamongan di bedakan menjadi telur (Kg), susu (Ltr), daging (Kg) dan kulit. Dimana, untuk jenis produksi daging merupakan hasil produksi dengan jumlah tertinggi, begitupun dengan harga rata rata jenis produksi daging memiliki harga rata rata yang lebih tinggi dibandingkan dengan jenis produksi lainnya.

2.1.2.4 Kawasan Perikanan Kabupaten Lamongan merupakan salah satu wilayah di Jawa Timur yang mempunyai potensi sumber daya perikanan yang cukup besar yaitu perikanan budidaya dan perikanan tangkap. Sentra perikanan budidaya berupa sawah tambak dengan luas 23.774,73 Ha tersebar di wilayah tengah dan Lamongan dengan produk utamanya adalah Bandeng, Udang Vaname dan Nila. Sedangkan Kabupaten Lamongan yang memiliki pantai sepanjang 47 Km mulai Weru Paciran sampai dengan Desa Lohgung, memiliki 5 tempat pendaratan ikan yaitu Weru, Brondong, Komplek Kranji, Labuhan dan Lohgung dengan pusat pendaratan terbesar di TPI Brondong, dengan total produksi secara keseluruhan 41.568,32 ton per tahun. Wilayah Kabupaten Lamongan yang mempunyai batas fisik langsung dengan garis pantai merupakan lokasi yang berpotensi dapat diandalkan dalam perekonomian wilayah dalam hal pengembangan budidaya ikan dan pendapatan dalam sektor perikanan laut, dimana saat ini juga didukung oleh keberadaan Pelabuhan Perikanan Nusantara Brondong yang mempunyai skala pelayanan regional. Selain potensi perairan laut terdapat beberapa wilayah Kabupaten Lamongan yang mempunyai potensi perairan tambak, dengan potensi andalannya berupa produksi bandeng dan udang. Sektor perikanan tangkap yang ada di Kabupaten Lamongan memiliki

potensi sumber daya manusia yang bekerja sebagai nelayan sebanyak 15.099 jiwa, dengan didukung jumlah armada tangkap ± 5.487 unit perahu. Pembagian luasan lahan area budidaya perikanan menurut jenis budidayanya. 2.1.2.5 Kawasan Industri Kabupaten Lamongan memiliki beragam jenis Industri yang memiliki peranan penting dalam mendukung perekonomian wilayah Kabupaten. Berdasarkan Masterplan Pengembangan Pantai Utara Lamongan terdapat 4 kawasan industri yaitu Kawasan industri Sidomukti seluas 3.600 ha, Kawasan Industri Kandangsemangkon seluas 1.200 ha, Kawasan industri Sumberagung seluas 554 ha, dan kawasan industri Sidokelar seluas 2.000 ha. Sedangkan untuk industri kecil tersebar dihampir seluruh kecamatan di Kabupaten Lamongan yang berupa home industri. 2.1.2.6 Kawasan Pariwisata Kabupaten Lamongan memiliki banyak potensi pariwisata yang tersebar di beberapa wilayah kecamatan, objek wisata di Kabupaten Lamongan terdiri dari Wisata Alam (Wisata Bahari Lamongan, Waduk Gondang,Goa Maharani dan Zoo dan Sumber mata air Panas Tepanas), Wisata Budaya (Monumen van Der Wijck, Makam Sunan Drajad, Makam Sendang Duwur, Makam Joko Tingkir, Makam Nyai Ratu Andongsari dan Desa Balun). dan Wisata Buatan (TPI di Wilayah Pantura dan Sudetan Bengawan Solo).

Selain itu juga terdapat Pusat Promosi dan Penjualan Produk Unggulan Kabupaten Lamongan, Produk Industri Kerajinan dan Makanan Khas. 2.1.3 Wilayah Rawan Bencana Wilayah rawan bencana di Kabupaten Lamongan sebagian besar terletak pada wilayah yang mempunyai ketinggian 0 7 meter diatas permukaan laut, tepatnya berada di sepanjang Sungai Bengawan Solo Kabupaten Lamongan. Adapun lokasi-lokasi yang dilalui sungai Bengawan Solo yang peka terhadap bencana banjir meliputi Kecamatan Babat, Sekaran, Maduran, Laren, Karanggeneng, Kalitengah, Glagah dan Karangbinangun. Kondisi ketinggian tersebut berpotensi rawan terhadap resiko banjir/tergenang. Wilayah Kabupaten Lamongan yang tergenang secara periodik tercatat seluas 29.273 Ha atau 16,15% sedangkan untuk wilayah yang tergenang terus menerus seluas 612 Ha atau 0,34% dari luas wilayah Kabupaten Lamongan. 2.1.4 Kondisi Demografi Secara administratif Kabupaten Lamongan terbagi atas 27 Kecamatan, meliputi 462 Desa dan 12 Kelurahan yang terbagi dalam 1.486 dusun dan 309.976 RT, dengan jumlah penduduk tahun 2012 (Disdukcapil, 2012), mencapai 1.284.379 jiwa yang terdiri dari 643.532 jiwa laki-laki dan 640.847 jiwa perempuan. Berdasarkan kelompok umur, masih membentuk piramida dengan kelompok usia anak dan usia

produktif yang besar. Selanjutnya, berdasarkan struktur lapangan pekerjaan didominasi penduduk bekerja di sektor pertanian, pedagang, nelayan dan jasa. Selama dua tahun terakhir ini (2011 2012), laju pertumbuhan penduduk ratarata sebesar minus 0,17% dengan tingkat kepadatan rata-rata penduduk 709 orang per km 2. 2.2 ASPEK KESEJAHTERAAN MASYARAKAT 2.2.1 Fokus Kesejahteraan dan Pemerataan Ekonomi 2.2.1.1 Pertumbuhan Ekonomi Pada tahun 2011 pertumbuhan ekonomi Kabupaten Lamongan mencapai 7,08% dengan 2 (dua) sektor mengalami pertumbuhan melampaui 10% yaitu sektor pembangunan dan konstruksi, dan sektor jasa-jasa masing-masing 25,10% dan 15,37%. Pada tahun 2012 perekonomian Kabupaten Lamongan tumbuh 7,12% dengan pertumbuhan sektor tertinggi oleh sektor bangunan/kontruksi dan sektor perdagangan, hotel dan restoran masing-masing tumbuh 12,11% dan 9,16%. Disusul dengan sektor jasa 8,72%, sektor pertambangan dan penggalian 7,06%, sektor keuangan, sewa dan jasa perusahaan 7,00%, sektor industri pengolahan 6,60%, sektor pertanian 5,63%, sektor angkutan dan komunikasi 4,16% dan sektor listrik, gas dan air bersih 4,00%. Pertumbuhan PDRB Sektoral Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun 2010-2012 No Sektor 2010 2011 2012 1 Pertanian 4,63 % 3,88 % 5,63 % 2 Pertambangan & Penggalian 1,48 % 8,73 % 7,06 % 3 Industri Pengolahan 7,63 % 8,75 % 6,60 % 4 Listrik, Gas & Air Bersih 5,80 % 6,28 % 4,00 % 5 Bangunan / Konstruksi 3,50 % 25,10 % 12,11 % 6 Perdagangan, Hotel & Restoran 9,85 % 8,27 % 9,16 %

No Sektor 2010 2011 2012 7 Pengangkutan dan Komunikasi 6,83 % 6,97 % 4,16 % 8 Keuangan, Sewa & Jasa Perusahaan 12,23 % 8,48 % 7,00 % 9 Jasa -Jasa 10,45 % 15,37 % 8,72 % PDRB 6,89 % 7,08 % 7,12 % *sumber : BPS Kabupaten Lamongan 2.2.1.2 Laju Inflasi PDRB Kabupaten Lamongan Laju inflasi PDRB Kabupaten Lamongan tahun 2011 yaitu 3,48% dan naik di tahun 2012 menjadi 6,31%. Hal ini disebabkan oleh kondisi perekonomian baik nasional, regional maupun domestik yang relatif kurang stabil. Selain itu juga didukung dengan ketersediaan bahan pokok di Kabupaten Lamongan distribusinya kurang merata. Hal ini kurang menguntungkan bagi perkembangan perekonomian Kabupaten Lamongan yang ditandai dengan nilai investasi dan tingkat pertumbuhan ekonomi yang kenaikannya kurang signifikan. 2.2.1.3 PDRB Per Kapita Kabupaten Lamongan PDRB sebagai salah satu indikator makro ekonomi di Kabupaten Lamongan. Selanjutnya jika besaran PDRB tersebut diberi penimbang dengan jumlah penduduk, karena penduduk merupakan pelaku pembangunan yang menghasilkan output (PDRB) akan diperoleh angka PDRB per kapita. No Tahun PDRB Per Kapita Perubahan (%) 1 2010 9.474.775 14,69 % 2 2011 10.771.552 15,62 % 3 2012 12.184.430 13,11 % PDRB per kapita merupakan salah satu indikator untuk mengetahui tingkat kesejahteraan masyarakat. Dari hasil perhitungan PDRB atas dasar harga berlaku tahun 2011 telah diketahui bahwa PDRB per kapita Kabupaten Lamongan tahun

2011 sebesar Rp. 10.771.552,- atau tumbuh 15,62% dari tahun 2010 dan pada tahun 2012 menjadi Rp. 12.184.430- atau tumbuh 13,11% dari tahun 2011. 2.2.2 Fokus Kesejahteraan Sosial Pembangunan daerah bidang kesejahteraan sosial terkait dengan upaya meningkatkan kualitas manusia dan masyarakat Kabupaten Lamongan yang tercermin pada angka melek huruf, angka rata-rata lama sekolah, angka partisipasi kasar, angka pendidikan yang ditamatkan, angka partisipasi murni, angka kelangsungan hidup bayi, angka usia harapan hidup, presentase penduduk yang memiliki lahan, dan rasio penduduk yang bekerja. Indeks Pembangunan Manusia : Indeks Pembangunan Manusia (IPM) merupakan indeks komposit nilai rata-rata dari gabungan tiga komponen penilai kualitas sumber daya manusia, digunakan unutk mengukur pencapaian keberhasilan pembangunan manusia di suatu wilayah. Masing-masing indeks dari komponen IPM memperlihatkan seberapa besar tingkat pencapaian yang telah dilakukan selama ini di bidang kesehatan, pendidikan dan ekonomi. Berdasarkan data dari BPS Propinsi Jawa Timur pada tahun 2010 IPM Kabupaten Lamongan sebesar 69,63 dengan kategori tingkat pembangunan manusia menengah atas. Sedangkan pada tahun 2012 angka IPM tersebut mengalami peningkatan menjadi 70,76 (angka sementara) dan termasuk kategori pembangunan manusia tingkat atas.

2.3 ASPEK PELAYANAN UMUM 2.3.1 Pertanian Pada tahun 2012 target kinerja di bidang pertanian hampir semuanya telah memenuhi target, namun ada beberapa target yang memang masih belum bisa memenuhi target karena kendala tertentu. Untuk komoditi tanaman padi dengan luas panen 138.328 ha pada tahun 2011 produksinya mencapai 678.042 ton GKG, terjadi penurunan sebesar 20,94% dari tahun 2010 dan pada Tahun 2012 terjadi peningkatan produksi mencapai 911.853 ton sehingga mengaalami peningkatan sebesar 34%. Komoditas unggulan tanaman pangan lainnya adalah jagung, palawija, buahbuahan dan sayuran. Dari seluruh komoditas unggulan tersebut, pada tahun 2012 jagung memberikan produksi sebesar 345.975 ton, kedelai sebesar 29.269 ton, kacang tanah sebesar 12.855 ton, kacang hijau sebesar 8.730 ton dan ubi kayu sebesar 59.491 ton. Buah-buahan yang merupakan komoditi pertanian Kabupaten Lamongan adalah semangka, mangga, nangka, pisang, dan pepaya. Sedangkan untuk sayuran adalah lombok kecil, kangkung, bawang merah, dan kacang panjang.

2.3.2 Perkebunan Di Kabupaten Lamongan perkebunan hampir tersebar di seluruh kecamatan di Kabupaten Lamongan, dimana untuk pemanfaatan dilakukan dengan peningkatan produktivitas dan perlindungan kawasan. Luas kawasan perkebunan di Kabupaten Lamongan sebesar 9.919,14 Ha atau sekitar 5,47 % dari luas wilayah yang tersebar di Kecamatan Sukorame, Kecamatan Bluluk, Kecamatan Ngimbang, Kecamatan Sambeng, Kecamatan Mantup, Kecamatan Kembangbahu, Kecamatan Sugio, Kecamatan Kedungpring, Kecamatan Modo, Kecamatan Babat, Kecamatan Karanggeneng, Kecamatan Laren, Kecamatan Solokuro, Kecamatan Paciran, Kecamatan Brondong. Jenis komoditi yang paling dominan adalah tebu dengan jumlah produksi 20.919 ton pada tahun 2011 dan Kecamatan Mantup adalah penghasil komoditi tebu terbesar. Potensi di sektor perkebunan sangat ditunjang dan tergantung pada kesesuaian dan kemampuan tanah terhadap jenis tanaman yang ada. Potensi perkebunan jenis komoditi tebu sangat diminati oleh masyarakat petani karena untuk pengolahan komoditi ini, cukup mudah dan relatif menguntungkan bagi petani.

2.3.3 Perikanan Pada tahun 2012, produksi ikan hasil tangkapan dan budidaya mencapai 110.170,67 ton dengan nilai produksi sebesar Rp. 1.513.071.785.000,- Produksi tersebut meningkat 2 % dibandingkan tahun 2011. Peningkatan produksi tersebut disebabkan adanya peningkatan kualitas pemeliharaan melalui penggunaan benih bermutu, pakan, pupuk, tekonologi dan pemberian obat-obatan (probiotik) baik pada lahan tambak, kolam, sawah tambak maupun karamba jaring apung. 2.3.4 Peternakan Komoditas unggulan peternakan adalah sapi potong, sapi perah, domba, kambing, ayam buras, ayam ras pedaging, ayam ras petelur dan itik yang populasinya terus meningkat. Pada tahun 2012, populasi ternak besar sebesar 117.338 ekor, ternak kecil sebesar 161.406 ekor, kemudian untuk populasi unggas mengalami penurunan yaitu dari 33.352.350 ekor di tahun 2011 menjadi sebesar 32.598.959 ekor di tahun 2012. Produksi daging dan telur pada tahun 2012 juga mengalami peningkatan masing masing sebesar 17.470,98 ton dan 2.137,29 ton.

2.3.5 Fasilitas Wilayah/Infrastruktur Sistem transportasi di Kabupaten Lamongan lebih didominasi oleh transportasi darat terutama jalan raya dan sebagian sarana kereta api. Sedangkan untuk transportasi laut saat ini hanya sebatas prasarana penangkapan ikan, akan tetapi saat ini telah dikembangkan pelabuhan laut nasional-internasional oleh PT. Lamongan Integrated Shorebase di wilayah utara Lamongan. Total panjang jalan kabupaten sebesar 346,732 Km. Selama kurun waktu 2 tahun (2010-2011) telah dicapai peningkatan kondisi jalan dan jembatan sebagai berikut : pada tahun 2011, kondisi jalan (baik dan sedang) naik menjadi 57,03%. Jalan Rusak menurun menjadi 42,97%. Pada kondisi jembatan baik naik menjadi 64,00% sehingga jumlah jembatan kondisi sedang dan jembatan rusak turun masing-masing menjadi 26,99% dan 6,38%. Kondisi Jalan dan Jembatan Kondisi Sektor Th 2010 Th 2011 Th 2012 Meter % Meter % Meter % Jalan Baik & Sedang 162.173 46,77 197.742 57,03 280.548 80,91 Jalan Rusak 184,559 53,23 148.990 42,97 66,184 19,09 Jembatan Baik 149 Bh 63,14 151 Bh 64,00 156 66,10 Jembatan Sedang 71 Bh 30,09 70 Bh 26,99 66 27,97 Jembatan Rusak 16 Bh 6,78 15 Bh 6,38 14 5,93 Sumber : Dinas PU Bina Marga Kab. Lamongan

Manajemen pengelolaan sumberdaya air dalam kaitannya dengan penyediaan air bagi kegiatan pertanian dan perikanan di Kabupaten Lamongan terbagi dalam 7 wilayah Unit Pelayanan Teknis (UPT), yaitu UPT Lamongan, Kedungpring, Babat, Karanggeneng, Sukodadi, Kuro dan Laren yang meliputi 55 Daerah Irigasi (DI) dengan luasan area sawah 45.841 Ha, meliputi 14.730 Ha merupakan jaringan irigasi teknis, 10.551 Ha jaringan irigasi semi teknis dan 20.560 Ha jaringan irigasi sederhana. (suis koro/bego) Begitu pula untuk pemenuhan kebutuhan air bersih untuk masyarakat hingga saat ini diambilkan dari Sungai Bengawan Solo. Sampai dengan tahun 2011 pelayanan PDAM Kabupaten Lamongan baru melayani 14.847 SR dari 75.207 SR atau 28,76% di 10 kecamatan dari 27 kecamatan di Kabupaten Lamongan melalui 12 area pelayanan yaitu di Kecamatan Lamongan, Sukodadi, Deket, Brondong, Kembangbahu, Sugio, Sekaran, Babat, Kedungpring dan Ngimbang. Dalam rangka pemerataan pembangunan, maka penerangan ke wilayah terisolasi atau wilayah yang belum terjangkau kebutuhan akan listrik harus dilakukan melalui peningkatan penyediaan listrik di perkotaan dan pedesaan dengan meningkatkan dan mengoptimalkan pelayanan listrik akan terjadi pemerataan pelayanan diseluruh wilayah Kabupaten Lamongan, sehingga dapat diasumsikan bahwa setiap KK akan memperoleh layanan jaringan listrik, sehingga tidak ada masyarakat yang belum terlayani. Pada

tahun 2010 jumlah KK desa yang belum terlayani energi listrik sebanyak 50 KK, dengan adanya pembangunan jaringan listrik di pedesaan pada tahun 2011 jumlah KK yang belum terlayani energi listrik turun menjadi 30 KK. 2.3.6 Perdagangan dan perindustrian Kondisi perdagangan di Kabupaten Lamongan tahun 2011 telah berkembang cukup pesat terutama Ruko dan Pasar Agrobis Semando Babat. Pasar Agrobis Babat mengembangkan eksistensi pedagang tradisional di tengah serbuan sarana perdagangan ritel modern. Keseluruhan terdapat 10 unit Pasar Daerah, yaitu Pasar Baru, Pasar Modern/Lamongan Plaza, Pasar Sidoharjo, Pasar Ikan, Pasar Babat, Pasar Agrobis, Pasar Blimbing/Brondong, Pasar Maduran, Pasar Hewan Tikung dan Pasar Hewan Babat. Sementara itu, Pasar Desa hingga tahun 2011 berkembang menjadi 108 unit. Pada tahun 2011 dilakukan pembangunan showroom konveksi Tri Tunggal Babat Tahap I dan pembangunan Resi Gudang yang akan difungsikan untuk menyimpan produk hasil pertanian dari kelompok tani yang nantinya akan diberi sertifikat pada kelompok tersebut dan dapat digunakan sebagai jaminan pinjaman pada bank. Dalam konstelasi perindustrian dan perdagangan di era otonomi daerah menjadi tantangan tersendiri bagi perekonomian daerah untuk semakin tumbuh dan berkembang secara mandiri sekaligus melebur dalam era globalisasi yang menekankan adanya peluang dan kompetisi dalam memenangkan pasar. Kondisi

perindustrian dan perdagangan di Kabupaten Lamongan masih dominan diarahkan pada pengembangan industrialisasi pedesaan. 2.4 ASPEK DAYA SAING DAERAH Salah satu indikator untuk mengevaluasi perkembangan / kemajuan pembangunan ekonomi di suatu daerah pada periode tertentu adalah pertumbuhan ekonomi. Agar diperoleh gambaran tentang pertumbuhan ekonomi secara riil maka digunakan angka PDRB Atas Dasar Harga Konstan (ADHK). Sebagai tolok ukur atas keberhasilan pembangunan di bidang ekonomi, angka pertumbuhan ekonomi dapat dihitung dari perubahan nilai Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Atas Dasar Harga Konstan (ADHK) dari tahun sekarang dengan tahun sebelumnya. Adapun pertumbuhan ekonomi Kabupaten Lamongan berdasarkan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Atas Dasar Harga Konstan (ADHK pada tahun 2011 yang masih merupakan angka proyeksi adalah sebesar Rp.6.629.207.830.000,- atau tumbuh sebesar 7,08% dari tahun 2010 yang merupakan angka sementara sebesar Rp.6.191.066.490.000,-. Berdasarkan data perkembangan (2010 s/d 2011) struktur perekonomian Kabupaten Lamongan masih belum banyak mengalami perubahan yakni masih ditopang utama oleh sektor pertanian. Pada tahun 2011 (angka proyeksi) sektor pertanian masih memberikan kontribusi terbesar yaitu 44,48% terhadap total PDRB ADHB Kabupaten Lamongan, kemudian berturut-turut diikuti oleh sektor perdagangan, hotel & restoran (31,99%) dan sektor

jasa-jasa (9,27%), sektor industri pengolahan (5,07%), sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan (3,58%), sektor bangunan/konstruksi (2,48%), sektor pengangkutan dan komunikasi (2,11%), sektor listrik, gas dan air bersih (0,81%), serta sektor pertambangan dan penggalian (0,20%). 2.4.1 Fokus Kemampuan Ekonomi Daerah 2.4.1.1 Angka Konsumsi RT Per Kapita Kabupaten Lamongan Menurut Susenas Jatim Tahun 2010, pengeluaran konsumsi rumah tangga per kapita di Kabupaten Lamongan pada tahun 2010 adalah sebesar Rp. 345.500,-. Konsumsi rumah tangga per kapita dibagi menjadi 2 (dua) yakni konsumsi pangan dan non pangan. Untuk pengeluaran konsumsi pangan per kapita Rp. 203.884,- sedangkan pengeluaran konsumsi non pangan per kapita adalah sebesar Rp. 141.616,-. 2.4.1.2 Produktivitas Daerah Masyarakat Kabupaten Lamongan harus siap menghadapi era globalisasi yang ditandai dengan kemajuan teknologi, keterbukaan informasi serta perdagangan bebas antar negara. Pada era globalisasi ini masyarakat harus mampu untuk memanfaatkan berbagai peluang dan meraih berbagai kesempatan. Nilai PDRB Kabupaten Lamongan tahun 2011 sebesar Rp. 12.920.440.000.000,- dengan jumlah tenaga kerja sebanyak 716.414 orang. Perbandingan antara nilai PDRB dengan tenaga kerja yang terserap disebut dengan produktivitas daerah. Dari sektor pertanian telah memberikan kontribusi sebesar 49,17% atau sebesar Rp. 3.135.747.710.000,- dengan jumlah tenaga kerja di sektor pertanian sebanyak 355.091 orang sehingga produktivitas daerah sektor pertanian sebesar Rp.

8.830.828,46. Artinya setiap 1 (satu) tenaga kerja di sektor pertanian mendapatkan pendapatan sebesar Rp. 8.830.828,46 setiap tahunnya. Untuk itu dibutuhkan dukungan teknologi pertanian yang lebih canggih dalam meningkatkan besaran PDRB, yang akan berujung pada kesejahteraan petani di Kabupaten Lamongan.