BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. bintang film, olahragawan, atau bahkan pelawak. Fenomena yang paling sering

dokumen-dokumen yang mirip
, 2015 FANATISME PENGGEMAR KOREAN IDOL GROUP PELAKU AGRESI VERBAL DI MEDIA SOSIAL

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Evita Puspita Sari, 2013

BAB I PENDAHULUAN. membentak, dan berbicara kasar. Hal tersebut mengindikasikan bahwa agresivitas

2015 PENGARUH BUDAYA K-POP TERHADAP NASIONALISME REMAJA

BAB I PENDAHULUAN. kemunculannya sebuah kebudayaan baru yang kelihatan lebih atraktif,

BAB I PENDAHULUAN. Korea menghasilkan sebuah fenomena demam budaya Korea di tingkat. global, yang biasa disebut Korean wave. Korean wave atau hallyu

BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI. penggemar K-Pop di Indonesia untuk mengunduh secara ilegal melalui internet

Bab I Pendahuluan. di Indonesia ialah budaya korea. Budaya korea disebut juga Hallyu atau "Korean

1. PENDAHULUAN. Di akhir 90-an, Pemerintah Korea Selatan melaksanakan kebijakan dan

ENDANG MARI ASTUTY NIM F

BAB I PENDAHULUAN. dimakan oleh orang Korea. Di Jepang, fenomena Korean wave juga menjadi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Gisela Puspita Jamil, 2015

BAB I PENDAHULUAN. Fenomena pengidolaan Korean pop belakangan ini sedang banyak terjadi, Kpop atau

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tindak kekerasan merupakan hal yang sangat meresahkan bagi

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Jumlah Perbandingan Pengguna Media Sosial di Indonesia No Media Sosial Pengguna

HUBUNGAN ANTARA PARASOCIAL RELATIONSHIP

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Komunikasi merupakan suatu kebutuhan pokok setiap manusia, karena

BAB I PENDAHULUAN. terkait dengan merebaknya popularitas K-pop dengan cepat dinegeri tirai bambu

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sangat mendunia. Menurut Korean Culture and Information Service (2011),

BAB I PENDAHULUAN. terbuka seolah-olah batas-batas suatu Negara menjadi sempit dan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. musik pop yang berasal dari Negara Korea. Menurut Chua dan Iwabuchi 2008

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

yang mana film tersebut mencapai rating di atas 40% pada saat episode terakhir ditayangkan dan juga pada negara Iran yang tercatat bahwa drama ini per

BAB I PENDAHULUAN. seberapa besar peran minat terhadap perilaku pembelajaran budaya Korea.

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. bahwa aksi-aksi kekerasan baik individual maupun massal sudah merupakan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Perubahan zaman yang semakin pesat ini membawa dampak ke berbagai

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang Masalah. Pada zaman modernisasi ini banyak dijumpai remaja yang sering ikutikutan

Tinjauan Fenomena Hallyu Lovers di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Remaja merupakan generasi penerus bangsa di masa depan, harapanya

BAB 5 SIMPULAN, DISKUSI & SARAN

BAB I PENDAHULUAN. Munculnya sekelompok laki-laki ataupun perempuan yang menari dan menyanyi

BAB I PENDAHULUAN. penggemarnya amat luas. Jika kita bicara di era globalisasi sepak bola,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Masa remaja adalah periode perkembangan disaat individu mengalami

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. adalah bahwa aksi-aksi kekerasan baik individual maupun massal sudah

BAB I PENDAHULUAN. dan lain sebagainya yang semuanya menyebabkan tersingkirnya rasa

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu kelebihan manusia adalah memiliki alat komunikasi berupa bahasa.

BAB 1 PENDAHULUAN. perilaku agresi, terutama di kota-kota besar khususnya Jakarta. Fenomena agresi

BAB I PENDAHULUAN. Suatu hubungan dalam kehidupan manusia, tidak pernah terlepas dari adanya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Bullying. itu, menurut Olweus (Widayanti, 2009) bullying adalah perilaku tidak

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Bahasa Indonesia, baik sebagai bahasa nasional maupun sebagai Bahasa

BAB I PENDAHULUAN. Persija (singkatan dari Persatuan Sepak Bola Indonesia Jakarta) adalah sebuah

BAB 5 SIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN. Sampel peneliti terbagi dalam 2 kelompok yaitu gamers DotA dan gamers

BAB I PENDAHULUAN. dinikmati secara lokal di tempat tertentu, dapat dinikmati juga oleh banyak orang,

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi dan informasi membawa berbagai kemudahan bagi masyarakat untuk

PENGARUH BUDAYA KOREAN POP DALAM TAYANGAN TOP KPOP TV TERHADAP PERILAKU REMAJA DI BSD, KENCANA LOKA BLOK F1

BAB I PENDAHULUAN. Hampir setiap hari kasus perilaku agresi remaja selalu ditemukan di media

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. penggemar yang sangat besar. Samsons dapat dikatakan telah menjadi idola bagi

BAB I PENDAHULUAN. di televisi ditayangkan, mulai dari acara talk show, sinetron/drama, live music,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dipungkiri telah berkembang secara pesat seiring dengan perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. Globalisasi budaya pop Korea yang biasa dikenal dengan Korean Wave,

Get Profit with Internet from Thousand Hallyu Nettizen

BAB I PENDAHULUAN. hidup dengan orang lain dalam kesehariannya. Hal tersebut menciptakan


BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. psikis, maupun secara sosial (Hurlock, 1973). Menurut Sarwono (2011),

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. di era saat ini. Selebriti seolah telah menjelma menjadi sosok nyaris sempurna

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa memungkinkan manusia untuk saling berhubungan. (berkomunikasi), saling belajar dari orang lain, dan saling memahami orang

BAB I PENDAHULUAN. pop transnasional, mengekspor berbagai produk budaya ke negara-negara

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. tingkatan yang lebih luas lagi yaitu menjalin sebuah interaksi dan hubungan pada

RESUME SKRIPSI FAKTOR FAKTOR PENDORONG PERKEMBANGAN KOREAN WAVE DI JEPANG

Pola Interaksi Simbolik Pecinta K-Pop

RINGKASAN SKRIPSI. dalam bentuk verbal juga ada. Tak jarang masing-masing antar anggota pencak

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. penuh dengan kenangan yang tidak mungkin akan terlupakan. Menurut. dari masa anak ke masa dewasa yang mengalami perkembangan semua

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat pada umumnya. Musik meliputi berbagai jenis aliran yang ada dengan

BAB I PENDAHULUAN. luaskan budaya mereka ke dunia Internasional. Melalui banyak media Korea

BAB I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. merevisi dan menegaskan kembali berbagai kebijakan terkait agresi verbal. Agresi

BAB I PENDAHULUAN. Proses timbulnya perilaku tersebut ialah ketika seseorang dalam suatu titik. perilaku yang dinamakan perilaku agresif.

PROFILE DO GOOD WITH MUSIC!

BAB I PENDAHULUAN. kebudayaan mempunyai kesenian sendiri-sendiri berdasarkan ciri khas dari

BULLYING. I. Pendahuluan

BAB V PENUTUP. 1. Representai Budaya Pop Korea dalam Masyarakat Subkultur Di Kota Surakarta

BAB I PENDAHULUAN. seperti ini sering terjadi dalam berbagai aspek kehidupan di masyarakat, baik itu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Masa remaja merupakan suatu fase perkembangan antara masa kanakkanak

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nurlaela Damayanti, 2013

Kebangkitan ekonomi Korea Selatan tidak dicapai dengan mudah karena melalui proses yang panjang dan berliku. Dari proses yang panjang tersebut,

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Seperti yang diposting salah satu situs berita di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. serempak dari berbagai macam belahan dunia. Media massa merupakan saluran resmi untuk

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Peristiwa merosotnya moral di kalangan remaja, akhir-akhir ini

BAB I PENDAHULUAN. sosial di mana manusia akan selalu melakukan kontak sosial yakni dengan

BAB I PENDAHULUAN. Keluaga mempunyai fungsi tidak hanya terbatas sebagai penerus keturunan

BAB I PENDAHULUAN. penggunaan secara legal bagi ilmu pengetahuan dan pengobatan, narkotika. banyak pula dipakai secara illegal atau disalahgunakan.

Pengaruh Tayangan Sinetron Ftv Bagi Perkembangan Psikis Remaja Indonesia Saat Ini

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB IV PENUTUP. Radio Komunitas Citra FM sebagai objek penelitian merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha 1

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. metal yaitu Seringai sebagai bahan untuk penelitian. Kebanyakan lirik pada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Fenomena K-Pop (Korean Pop) yang sedang booming di masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. terutama melalui produk-produk budaya populer. Anime (Kartun atau Animasi

BAB I PENDAHULUAN. minat, sikap, perilaku, maupun dalam hal emosi. Tingkat perubahan dalam sikap

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Demam idola (idols) akhir-akhir ini sepertinya sedang mewabah di

BAB I PENDAHULUAN. banyak karena melibatkan anak menteri. kecelakaan maut yang kembali terjadi di Tol Jagorawi KM yang

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hampir setiap orang memiliki sosok yang diidolakan, baik penyanyi, bintang film, olahragawan, atau bahkan pelawak. Fenomena yang paling sering ditemui yaitu banyak orang yang bergabung kedalam fansclub suatu band atau musisi. Kondisi tersebut wajar terjadi mengingat dalam kesehariannya, individu hampir tidak lepas dari musik. Hal ini dibuktikan dengan semakin banyak orang yang selalu membawa mp3, Ipod, handphone yang digunakan untuk memutar lagu favorit mereka yang dapat kita jumpai sehari-hari. Musik pop mulai berkembang di Indonesia sekitar tahun 1960-an, dan termasuk jenis musik yang banyak digemari. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh He Xiaozhong, bahwa 42,5% idola yang digemari yaitu dari kalangan musisi pop, artis, dan model (Survey Report on Idol Worship Among Children and Young People, 2006). Beberapa musisi dan band pop yang digemari di Indonesia antara lain Melly Goeslow, Afgan, Maia Estianti, Justin Bieber, Group band Peter Pan, Dewa, Ungu, Super Junior, Westlife, SNSD, dan masih banyak lagi. Masingmasing dari idola memiliki fans sendiri, seperti Baladewa untuk fans Dewa19, Cliquers bagi komunitas pecinta Ungu, Afganisme bagi pecinta Afgan, E.L.F komunitas dari grup musik asal Korea bernama Super Junior, atau Shawol

2 kumpulan bagi fans Shinee, yang mulai merebak dikalangan penikmat musik Indonesia, dan lain-lain. Para fans biasanya akan mendeklarasikan dirinya, seperti Saya Cliquers atau Saya Afganisme. Kecintaan terhadap idola membuat para fans sulit mengontrol emosinya sehingga memungkinkan untuk melakukan tindakan-tindakan yang dapat menyakiti orang lain. Hal ini seperti yang dikemukakan Townsend (2006) bahwa penekan tombol emosi individu adalah orang-orang yang dipedulikan, memiliki makna, bobot, dan penting, yang dalam konteks para fans, idola adalah sosok yang dicintai dan memiliki arti. Selanjutnya Drever (Hude, 2008) mengungkapkan emosi yang tinggi dapat memunculkan kecenderungan tindakan yang kurang tepat. Seperti diberitakan aktris Kim Kardashian diancam akan dibunuh oleh The Bliebers, fans fanatik Bieber karena digosipkan memiliki hubungan khusus dengan Justin Bieber (Hasan, Liputan6 online, 2010). Kejadian ini sama seperti yang dialami Selena Gomez yang juga mendapat ancaman pembunuhan dan makian dari fans penyanyi remaja tersebut (Puji, Replubika online, 2011). Selanjutnya protes diam yang dilakukan oleh ribuan E.L.F dengan duduk di depan gedung SM Entertainment dan menuntut agar Super Junior tetap beranggotakan tiga belas orang. Protes ini dilakukan setelah SM mengumumkan dua anggota tambahan. Kemudian pada tanggal 20 Maret 2008, E.L.F membeli 0,3% saham perusahaan untuk melindungi Super Junior dari pengambilan keputusan sepihak (My Idol Plus, edisi 30, 2010). Kasus lain mengenai kematian Lee Eun Ji, gadis berumur 16 tahun yang memutuskan untuk bunuh diri beberapa saat setelah

3 kemunculannya di Starking. Pada acara tersebut, Eun Ji berfoto bersama salah satu anggota Super Junior. Hal ini memicu kemarahan para E.L.F, yang kemudian mulai melakukan teror dengan meninggalkan komentar-komentar menyakitkan sehingga menyebabkan Eun Ji tertekan (Rahn, Korea Times online, 2007). Tidak jauh berbeda dengan yang terjadi di Indonesia, ribuan fans Ungu menyerbu masuk saat konser di Purwokerto. Peristiwa tersebut menyebabkan insiden saling injak dan bentrok dengan aparat kepolisian yang berakhir dengan jatuhnya korban (Metro TV News online, 2011). Contoh kasus lain adalah konflik antara Dhani dan Maia yang berbuntut pada keterlibatan para fans. Di berbagai forum, para fans saling perang hujatan dengan kata-kata kasar, terutama ketika menyangkut tentang Mulan (Bara, Suaramerdeka online, 2008). Kemudian bentrokan yang hampir saja terjadi antara pendukung Ariel dengan pengunjuk rasa di halaman pengadilan negeri Bandung, hal ini dipicu oleh aksi saling ejek (Prasetyo, YahooNews, 2010). Selain itu, kasus lain mengenai kekecewaan para E.L.F Indonesia terhadap hasil Golden Disk Award, yang dilampiaskan dengan mencoret-coret dan merobek poster SNSD sebagai peraih Golden Disk Award 2010 (Christy, Washforum, 2010). Aksi pencoretan dan perobekan ini disebut sebagai offensive aggression, yaitu perilaku agresif yang tidak ditujukan langsung pada sumber penyebab agresi. Ditambah dengan perbincangan singkat peneliti kepada beberapa fans mengenai pengungkapan ketidaksenangan terhadap pairing. Pairing adalah kondisi ketika idola yang disukai oleh fans dipasangkan dengan idola lain. Terlihat dari bagaimana cara fans berbicara dan kata-kata yang digunakan untuk

4 mengekspresikan rasa tidak senang tersebut, dapat dikategorikan sebagai perilaku agresif verbal tidak langsung. Sebaliknya yang terjadi pada komunitas fans di Institut Pertanian Bogor (IPB) yang memiliki berbagai macam fansclub. Hal ini memungkinkan terjadinya benturan antara satu fans dengan fans lainnya. Seperti yang diungkapkan oleh beberapa mahasiswa IPB kepada peneliti, bahwa beberapa kali pernah terjadi adu mulut dengan kata-kata yang kurang pantas. Perilaku agresi yang muncul pada komunitas penggemar IPB lebih kearah verbal aktif langsung. Kecintaan terhadap idola membuat para fans menjadi lebih sensitif terhadap hal-hal seputar idolanya, seperti fenomena yang telah diuraikan diatas, yang ternyata terjadi juga pada fans dari kalangan musik pop. Fans yang memiliki kematangan emosi akan dapat mengontrol emosinya serta tidak mudah terpengaruh oleh stimulus baik dari dalam maupun dari luar diri yang dapat memunculkan agresivitas (Marcham dalam Kusumawanta, 2009). Berangkat dari fenomena bahwa musik sudah menjadi bagian dari keseharian individu, serta banyaknya orang yang menggemari jenis musik pop hingga bergabung kedalam suatu fansclub tertentu, serta adanya fenomena agresivitas yang terjadi dikalangan fans jenis musik pop, peneliti kemudian tertarik dan memutuskan untuk mengkaji lebih dalam mengenai agresivitas fans musik pop yang dihubungkan dengan kematangan emosi yang dimiliki. Sehingga rumusan masalah yang peneliti ajukan adalah sebagai berikut: Apakah ada hubungan antara kematangan emosi dengan agresivitas pada fans musik pop?

5 Berdasarkan rumusan masalah tersebut peneliti ingin mengadakan penelitian dengan judul: Hubungan antara Kematangan Emosi dengan Agresivitas pada Fans Musik Pop B. Tujuan Penelitian Penelitian dilakukan bertujuan untuk mengetahui: 1. Hubungan antara kematangan emosi dengan agresivitas pada fans musik pop. 2. Tingkat kematangan emosi fans. 3. Tingkat agresivitas pada fans musik pop. C. Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Bagi fans, hasil penelitian diharapkan dapat membantu para fans untuk mengetahui bagaimana cara mengendalikan emosinya sehingga dapat mendukung idola mereka dengan baik tanpa melakukan tindakan agresif. 2. Bagi orang tua fans, penelitian dapat dimanfaatkan sebagai masukan bagaimana membantu anak dalam pencapaian kematangan emosinya sehingga dapat mencegah munculnya agresivitas yang dilakukan anak. 3. Bagi komunitas fans, penelitian ini dapat dimanfaatkan sebagai bahan pertimbangan apa yang sebaiknya dilakukan dalam usaha mempererat hubungan antar fans sebagai salah satu cara mencegah agresivitas.

6 4. Bagi penelitian selanjutnya, dapat dijadikan sebagai sumbangan informasi jika ingin melanjutkan penelitian ini.