BAB I PENDAHULUAN. bidang kehidupan untuk menyesuaikan visi, misi, tujuan dan strategi agar sesuai

dokumen-dokumen yang mirip
MANAJEMEN PENYELENGGARAAN PROGRAM PERCEPATAN BELAJAR BAGI SISWA YANG MEMILIKI POTENSI KECERDASAN DAN BAKAT ISTIMEWA DI SMP NEGERI 1 WONOGIRI TESIS

BAB I PENDAHULUAN. sebuah organisasi. Karena itu, sumber daya manusia perlu dikelolah secara. organisasi dalam memenangkan berbagai macam persaingan.

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan yang terjadi ternyata menampakkan andalan pada. kemampuan sumber daya manusia yang berkualitas, melebihi potensi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kualitas sumber daya manusia yang pada umumnya wajib dilaksanakan. globalisasi, maka pendidikan juga harus mampu menjawab kebutuhan

Manajemen program akselerasi belajar: studi kasus di SMA Negeri 3 Jombang / Iva Faradiana

BAB I PENDAHULUAN. masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan penegasan istilah.

BAB I PENDAHULUAN. Penyelenggaraan pendidikan yang dilaksanakan di Indonesia dari masa ke

MANAJEMEN PEMBELAJARAN PROGRAM AKSELERASI DALAM PENINGKATAN MUTU PENDIDIKAN (Studi Kasus di SMP Negeri 9 Surakarta)

BAB I PENDAHULUAN. suatu bangsa dan merupakan wahana dalam menerjemahkan pesan-pesan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

139 Dwi Lestari Yuniawati, 2013 Manajemen Sekolah Berbasis Program Akselerasi Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Penyelenggaraan pendidikan di Indonesia secara garis besar masih lebih

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah Dasar (SD) Negeri Wirosari memiliki visi menjadikan SD

MANAJEMEN PENYELENGGARAAN KELAS AKSELERASI DALAM LAYANAN ANAK BERBAKAT DI SMP NEGERI I WONOGIRI TESIS

BAB V ALTERNATIF MODEL HIPOTETIK IMPLEMENTASI MANAJEMEN SEKOLAH BERMUTU. kemandirian dan kreativitas sekolah. Oleh sebab itu, SMPN RSBI sebagai

BAB I PENDAHULUAN. dan globalisasi yang semakin terbuka. Sejalan tantangan kehidupan global,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indrayogi, 2014

MEMBENTUK SUMDER DAYA MANUSIA BERKUALITAS MELALUI LEADER CLASS

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan termasuk memperoleh pelayanan pendidikan. Hak untuk. termasuk anak yang memiliki kebutuhan-kebutuhan khusus.

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLUNGKUNG NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN BIDANG PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. dan negara. Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional BAB II Pasal 3 telah

KESIAPAN SEKOLAH DALAM PENERAPAN KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN (KTSP) DI SEKOLAH DASAR ISLAM AL HILAL RAWA LUMBU, BEKASI Tahun Ajaran 2008/2009

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. istilah ini dikenal Cerdas Istimewa adalah bentuk alternatif pelayanan pendidikan

BAB II DESKRIPSI SMA NEGERI RAYON 08 JAKARTA BARAT

PENDAHULUAN BABI Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting dalampembangunan

BAB I PENDAHULUAN. wilayah tanah air Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar

Penerapan MBS, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2012), hlm Nanang Fattah, Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan dalam Konteks

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan faktor utama dalam pembentukan pribadi. manusia. Pendidikan sangat berperan dalam membentuk baik atau buruknya

BAB I PENDAHULUAN BAB I

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan zaman yang semakin modern terutama pada era

BAB I PENDAHULUAN. teknologi serta nilai-nilai budaya dalam bentuk kegiatan pembelajaran, baik. formal di sekolah maupun non formal di masyarakat.

A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. disesuaikan dengan kebutuhan pembangunan di. meningkatkan produktivitas kreativitas, kualitas, dan efisiensi kerja.

BAB 1 PENDAHULUAN. bagi pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM). SDM yang unggul yang

PELAKSANAAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA PROGRAM KELAS AKSELERASI DI SMA NEGERI 1 KLATEN

BAB I PENDAHULUAN. menjadi manusia seutuhnya baik secara jasmani maupun rohani seperti yang

BAB I PENDAHULUAN. memandang latar belakang maupun kondisi yang ada pada mereka. Meskipun

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah daerah terbatas pada aspek pembiayaan, sumber daya manusia dan

PERBEDAAN PENYESUAIAN SOSIAL SISWA ANTARA KELAS AKSELERASI DAN KELAS NON AKSELERASI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian. Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) menurut Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No.

2016 PROGRAM PENGEMBANGAN KECERDASAN EMOSI SISWA BERBAKAT DI KELAS AKSELERASI SMA X MEDAN

BAB I PENDAHULUAN. potensi dirinya melalui proses pembelajaran ataupun dengan cara lain yang

BAB I PENDAHULUAN. terus berubah. Untuk itu, manusia dituntut untuk mempunyai skill atau

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan sebagai suatu lembaga tidak langsung menghasilkan

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi, politik, budaya, sosial dan pendidikan. Kondisi seperti ini menuntut

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi yang dimiliki demi kemajuan suatu bangsa. Salah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. tinggi serta mau bersaing dalam tantangan hidup. Akan tetapi sistem

BAB I PENDAHULUAN. Lokasi SMKN Wonorejo di lingkungan pesantren yang merupakan. lembaga sekolah kejuruan yang bernuansa pesantren, siswa SMKN Wonorejo

BAB I PENDAHULUAN. pihak. Pendidikan seperti magnet yang sangat kuat karena dapat menarik berbagai

BAB I PENDAHULUAN. Kebijakan peningkatan mutu pendidikan diarahkan pada pencapaian mutu

I. PENDAHULUAN. Belajar pada hakekatnya adalah proses interaksi terhadap semua situasi yang ada

BAB I PENDAHULUAN. merupakan generasi penerus bangsa. Perkembangan kemajuan bangsa sedikit

PENERAPAN KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI MATA PELAJARAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA KELAS XI SMK MUHAMMADIYAH 3 SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Anak-anak berkebutuhan khusus (ABK) membutuhkan fasilitas tumbuh kembang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dunia pendidikan merupakan kehidupan yang penuh dengan tantangan

BAB I PENDAHULUAN. kualitas sumber daya manusia yang unggul baik dalam bidang ilmu pengetahuan,

Oleh : Otong Sugiarto K BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BIMBINGAN DAN KONSELING DENGAN PRESTASI BELAJAR PADA SISWA SMP AKSELERASI. Skripsi

BAB I PENDAHULUAN. ditetapkan visi, misi dan strategi pembangunan pendidikan nasional. Visi

BAB I PENDAHULUAN. (IPTEK) yang sedemikian pesatnya menyebabkan arus komunikasi dan. lagi. Juga dengan diberlakukannya pasar bebas akan mengakibatkan

BAB I PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia tengah menghadapi suatu masa dimana terjadinya

PENGEMBANGAN AKTIVITAS BELAJAR EKONOMI MELALUI METODE PEMBELAJARAN JIGSAW PADA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 1 TERAS TAHUN AJARAN 2009/2010

Sri Wijayanti D. L K UNIVERSITAS SEBELAS MARET BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan tamatan atau lulusan sebagai sumber daya manusia yang

I. PENDAHULUAN. proses pembelajaran. Keberadaan pendidikan yang sangat penting tersebut telah

BAB I PENDAHULUAN. produktif. Di sisi lain, pendidikan dipercayai sebagai wahana perluasan akses.

ANALISIS DAMPAK AKREDITASI SEKOLAH DALAM PENINGKATAN MUTU PENDIDIKAN (Studi Kasus Di SD Negeri Donohudan 3 Kecamatan Ngemplak Kabupaten Boyolali)

BAB I PENDAHULUAN. perencanaan Millenium Development Goals (MDGS), yang semula dicanangkan

BAB I PENDAHULUAN. mencerdaskan kehidupan bangsa dan meningkatkan kualitas manusia. dan Undang-undang Dasar Tahun Upaya tersebut harus selalu

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan di sekolah yakni: input, proses, dan out put (Rivai dan Murni, 2009).

KOMPETENSI KEPALA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (SMP)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. ke masa lebih banyak bersifat klasikal-massal, yaitu berorientasi kepada kuantitas

BAB I PENDAHULUAN. akan dilakukan perubahan dari dana APBN menjadi dana perimbangan. yang dilakukan melalui mekanisme transfer ke daerah dalam bentuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang Masalah dan Penegasan Judul. berlangsung sepanjang sejarah dan berkembang sejalan dengan perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan nasional kabupaten hingga diimplementasikan langsung disekolah

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan pembelajaran memungkinkan siswa bersosialisasi dengan. menghargai perbedaan (pendapat, sikap, dan kemampuan prestasi) dan

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN. kepemimpinan kepala sekolah dengan kinerja guru SMP Negeri di

BAB I PENDAHULUAN. masalah pendidikan. Guru memegang peran utama dalam pembangunan pendidikan,

BAB I PENDAHULUAN. maupun dalam mengatasi kesulitan-kesulitan belajar mereka. Berbagai upaya

Manajemen Mutu Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Globalisasi telah ditandai oleh pesatnya perkambangan ilmu pengetahuan dan teknologi,

Banyak orang percaya bahwa seseorang yang memiliki IQ tinggi, maka orang tersebut disebut sebagai orang yang cerdas. Daniel Goleman dalam chatib

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Madrasah Tsanawiyah adalah lembaga pendidikan yang sederajat dengan sekolah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. sehingga kelangsungan hidup manusia akan berjalan dengan lancar dan optimal.

BAB I PENDAHULUAN. yang berkualitas, sehingga dapat memfungsikan diri sesuai dengan kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. berkembangnya keterampilan intelektual, sosial, dan personal. Menurut

BAB I PENDAHULUAN. Penyelenggaraan pendidikan yang dilaksanakan di Indonesia dari masa ke

BAB I PENDAHULUAN. hidup manusia. Hal ini akan terus berubah seiring dengan perubahan yang

BAB I PENDAHULUAN. menanamkan kapasitas baru bagi semua orang untuk. pengetahuan dan keterampilan baru sehingga dapat diperoleh manusia

BAB I PENDAHULUAN. diprioritaskan adalah sektor pendidikan. Menyadari betapa pentingnya. tentang pendidikan harus selalu ditingkatkan.

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Percepatan arus informasi dalam era globalisasi dewasa ini menuntut semua bidang kehidupan untuk menyesuaikan visi, misi, tujuan dan strategi agar sesuai dengan kebutuhan, dan tidak ketinggalan zaman. Demikian halnya dalam sistem pendidikan nasional senantiasa harus dikembangkan sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan yang terjadi baik di tingkat lokal, nasional maupun global. Penyelenggaraan pendidikan di Indonesia dari masa ke masa lebih banyak bersifat klasikal-massal, yaitu berorientasi pada kuantitas agar dapat melayani peserta didik. Kelemahan yang tampak dari penyelenggaraan pendidikan seperti ini adalah tidak terakomodasinya kebutuhan individual peserta didik di luar kelompok peserta didik normal. Padahal sebagaimana diketahui bahwa hakikat pendidikan adalah untuk memungkinkan peserta didik mengembangkan potensi kecerdasan dan bakatnya secara optimal. Realitas penyelenggaraan pendidikan dihadapkan dengan peserta didik yang memiliki bakat dan kemampuan intelektual yang berbeda-beda. Peserta didik yang memiliki bakat istimewa mempunyai kesempatan untuk lebih maju dan berkembang dibandingkan dengan peserta didik lainnya. Program akselerasi memberikan kesempatan bagi para peserta didik dalam percepatan waktu belajar dari enam tahun menjadi lima tahun pada jenjang SD dan tiga tahun menjadi dua tahun pada jenjang SMP dan SMA. Program akselerasi juga menawarkan suatu model pendidikan dengan menempatkan peserta didik sesuai bakat 1

yang di miliki sehingga potensi peserta didik dapat terlayani dengan baik dan tidak mengalami penurunan prestasi. Peserta didik diperlakuan secara maksimal untuk mengaktualkan potensi intelektual, emosional, dan spiritualnya. Sebab menurut Haryana (2007:37) para peserta didik tersebut merupakan aset bangsa yang sangat berharga dan merupakan salah satu faktor daya saing yang kuat, yang secara potensial mampu merespon tantangan globalisasi. Berdasarkan kalimat di atas, pemerintah Indonesia telah memberikan jaminan pelayanan pendidikan bagi anak berbakat akademik/ intelektual yang luar biasa atau istimewa dengan diterbitkannya Undang-Undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Dalam undang-undang tersebut pada Bab IV bagian kesatu pasal 5 ayat 4 ditegaskan bahwa Warga Negara yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa berhak memperoleh pendidikan khusus. Pada Bab V Pasal 12 ayat 1 ditegaskan bahwa Setiap peserta didik pada setiap satuan pendidikan berhak mendapat layanan pendidikan sesuai dengan bakat, minat dan kemampuannya menyelesaikan program pendidikan sesuai dengan kecepatan belajar masing-masing dan tidak menyimpang dari ketentuan batas waktu yang ditetapkan (Dirjen Pendidikan Islam,2007). Berdasarkan undang-undang tersebut pemerintah telah memberikan program pelayanan pendidikan kepada anak berbakat di Indonesia ke dalam bentuk program pelayanan akselerasi atau program percepatan belajar dan program pengayaan. Diperlukan pelayanan pendidikan spesifik agar potensi bakat peserta didik dapat berkembang sehingga mencapai aktualisasi diri yang optimal. Pemerintah perlu mendorong aktualisasi potensi bakat anak karena pada perkembangannya akan 2

menjadi salah satu pilar kekuatan bangsa dalam pertarungan dan persaingan antar bangsa-bangsa di era global. Tanpa pelayanan pendidikan yang relevan, anak berbakat akan menjadi kelompok marjinal yang gagal memberikan sumbangan bagi kemajuan bangsa ini. Bentuk pelayanan pendidikan bagi peserta didik yang memiliki kemampuan dan kecerdasan luar biasa dapat dilaksanakan dalam berbagai bentuk, antara lain: (a) kelas khusus, (b) sekolah khusus, (c) pertemuan khusus sebelum dan sesudah jam sekolah, serta (d) program di luar kelas reguler pada jam belajar, anak dikumpulkan dan diberi kesempatan secara khusus sesuai dengan potensinya(clark,b,1983). Program akselerasi yang diimplementasikan di SMA Negeri 1 Purwosari Kabupaten Pasuruan adalah program kelas khusus, yaitu melalui program akselerasi pendidikan (percepatan belajar). Dengan kata lain, program percepatan masa studi bagi peserta didik yang memiliki tingkat kecerdasan tinggi, berhak untuk mendapat perhatian khusus agar dipacu perkembangan prestasi dan bakatnya. Program akselerasi pendidikan adalah program layanan untuk peserta didik yang memiliki kecerdasan dan bakat istimewa agar dapat menyelesaikan waktu belajarnya lebih cepat, artinya peserta didik yang memiliki kecerdasan dan bakat istimewa boleh mengikuti program akselerasi pendidikan dengan ketentuan yang berlaku di lembaga pendidikan tersebut dengan waktu lebih cepat yaitu 2 tahun. Menurut Tirtonegoro (2001:104) akselerasi adalah cara penanganan anak supernormal dengan memperbolehkan naik kelas secara meloncat atau menyelesaikan program reguler di dalam jangka waktu yang lebih singkat. 3

Program akselerasi pendidikan yang diselenggarakan oleh pemerintah mendapat tanggapan positif dari orang tua peserta didik dan masyarakat. Hal ini sesuai dengan harapan orangtua peserta didik, bahwa program akselerasi merupakan salah satu wujud penanaman budaya efisiensi pendidikan dalam masyarakat. Artinya, lamanya masa sekolah cenderung menyebabkan terjadinya pemborosan waktu, uang, dan tenaga. Orang tua juga memiliki harapan bahwa dengan adanya program akselerasi dapat menciptakan budaya hidup dan bekerja secara lebih efisien bagi anaknya. SMA Negeri 1 Purwosari Kabupaten Pasuruan sebagai pelaksana program akselerasi pendidikan di Kabupaten Pasuruan memiliki kewenangan untuk mengatur dan mengelola sekolah dengan sumber daya secara transparan, demokratis, dan akuntabilitas. Setiap komponen yang ada harus dioptimalisasikan sehingga mampu berkinerja secara optimal guna mencapai tujuan pendidikan. Berbagai upaya telah dilakukan oleh SMA Negeri Purwosari Kabupaten Pasuruan dalam implementasi program akselerasi pendidikan dengan cara: (1) meningkatkan mutu input yang mencakup aspek personal, materil, dan operasional, (2) meningkatkan mutu proses yang mencakup proses pembuatan keputusan, pengelolaan, program, proses belajar mengajar, monitoring, dan evaluasi, (3) meningkatkan mutu output mencakup hasil kerja sekolah berupa kinerja sekolah yang berupa prestasi sekolah yang meliputi keefektifan, produktivitas, efisien, inovasi dan kreativitas, kualitas kehidupan sekolah, disiplin, semangat dan hasil fisik maupun non-fisik. Namun upaya tersebut masih belum optimal dan belum secara langsung berdampak pada peningkatan prestasi peserta didik. Pada sisi yang berbeda para orangtua wali murid dari peserta didik 4

akselerasi, menaruh harapan yang lebih terhadap kemampuan akhir dari putra putrinya. Dalam proses pembelajaran, bagaimana mengelola isi kurikulum pada program akselerasi pendidikan, maka Menteri Pendidikan Nasional RI mengeluarkan Permen Nomor 22 tahun 2006 tentang Standar Isi untuk satuan pendidikan dasar dan menengah. Dalam Pasal 1 ayat (1) Standar isi untuk satuan Pendidikan Dasar dan Menengah yang selanjutnya disebut Standar Isi mencakup lingkup materi minimal dan tingkat kompetensi minimal pada jenjang dan jenis pendidikan tertentu. ( Guza Afril,2008) Isi kurikulum dimodifikasi menjadi isi yang sesuai dengan program akselerasi. Dari hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Herry (1991:7) tentang percepatan kelas akselerasi bagi peserta didik yang mempunyai kecerdasan luar biasa menunjukkan bahwa pelayanan pendidikan yang kurang memperhatikan potensi anak, bukan saja akan merugikan anak itu sendiri, melainkan akan membawa kerugian yang lebih besar bagi perkembangan pendidikan dan percepatan pembangunan di Indonesia. Hal ini disebabkan, karena negara akan kehilangan sejumlah tenaga terampil yang sangat bermanfaat dalam pencapaian tujuan pembangunan secara menyeluruh. Menurut Asy ari (1998:13) mengemukakan bahwa seseorang yang lebih terdidik akan lebih berkesempatan memperoleh pekerjaan dengan penghasilan yang lebih baik. Implementasi program akselerasi pendidikan di SMA Negeri 1 Purwosari sangat perlu diteliti, karena ada permasalahan yang menonjol pada standar proses terutama pada perencanaan pembelajaran seperti syllabus yang belum representative, materi yang tidak terstruktur, RPP yang dikembangkan hanya copy paste, media pembelajaran yang di sebutkan di RPP tidak disiapkan,komponen penilaia dalam RPP belum lengkap. Program akselerasi pendidikan di SMA Negeri 1 Purwosari pada standar proses pelaksanaan juga 5

muncul permasalahan seperti tujuan pembelajaran tidak di sebutkan, metode pembelajaran tidak sesuai RPP, materi pembelajaran tidak sesuai RPP, kemudian yang kerap muncul persoalan yaitu mengenai penilaian pembelajaran tidak sesuai dengan RPP, perangkat penilaian tidak ada, dan pedoman penilaian juga tidak ada. Pengawasan yang kurang baik juga muncul pada program akselerasi pendidikan di SMA Negeri 1 Purwosari antara lain jadwal pengawasan tidak ada, pedoman pengawasan tidak ada, system pemberian hadiah dan hukuman tidak berjalan dan tindak lanjut juga tidak ada. Di samping itu implementasi program akselerasi pendidikan pada standar proses pembelajaran di SMA Negeri 1 Purwosari Kabupaten Pasuruan berimplikasi menigkatnya efektifitas dan efisiensi pada diri peserta didik. Dalam penelitian ini akan diungkapkan mengenai implementasi standar proses pembelajaran program akselerasi pendidikan, faktor pendukung dan penghambat implementasi program akselerasi pendidikan, solusi dari faktor penghambat implementasi program akselerasi pendidikan di SMA Negeri 1 Purwosari Kabupaten Pasuruan. Bertitik tolak dari hal tersebut di atas, maka penulis akan melakukan penelitian yang berjudul Implementasi Standar Proses Pembelajaran Pada Program Akselerasi Pendidikan di SMA Negeri 1 Purwosari Kabupaten Pasuruan 1.2 Rumusan masalah 1) Bagaimana pelaksanaan standar proses pembelajaran pada penyelenggaraan program akselerasi pendidikan di SMA Negeri 1 Purwosari Kabupaten Pasuruan? 2) Bagaimana faktor pendukung dan penghambat pelaksanaan standar proses pembelajaran pada penyelenggaraan program akselerasi pendidikan di SMA Negeri 1 Purwosari Kabupaten Pasuruan? 6

3) Bagaimana solusi dari faktor penghambat pelaksanaan standar proses pembelajaran pada penyelenggaraan program akselerasi pendidikan di SMA Negeri 1 Purwosari Kabupaten Pasuruan? 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah: 1) Mendiskripsikan pelaksanaan standar proses pembelajaran pada penyelenggaraan program akselerasi pendidikan di SMA Negeri 1 Purwosari Kabupaten Pasuruan 2) Mendiskripsikan faktor pendukung dan penghambat pelaksanaan standar proses pembelajaran pada penyelenggaraan program akselerasi pendidikan di SMA Negeri 1 Purwosari Kabupaten Pasuruan 3) Mendiskripsikan solusi dari faktor penghambat pelaksanaan standar proses pembelajaran pada penyelenggaraan program akselerasi pendidikan di SMA Negeri 1 Purwosari Kabupaten Pasuruan 1.4 Manfaat Penelitian 1) Manfaat teoretik Penelitian ini dapat dijadikan acuan dalam pengembangan ilmu pengetahuan terutama di bidang pengembangan kebijakan program akselerasi pendidikan bagi peserta didik yang cerdas dan peserta didik yang berbakat istimewa. 2) Manfaat praktis a. Penelitian ini dapat dijadikan referensi dalam penelitian lanjutan di bidang pengembangan program akselerasi pendidikan. 7

b. Penelitian ini menjadi pedoman bagi sekolah, guru dan peserta didik dalam implementasi program akselerasi pendidikan, baik dalam merekrut peserta didik akselerasi, proses belajar mengajar, dan evaluasi. c. Bagi sekolah, dapat dijadikan masukan dalam rangka implementasi pelaksanaan program akselerasi pendidikan pada standar proses pembelajaran di SMA Negeri 1 Purwosari Kabupaten Pasuruan d. Bagi Dinas Pendidikan dan para pengambil kebijakan, penelitian ini dapat dijadikan cermin dan rujukan dalam pelaksanaan Program Akselerasi Pendidikan di Kabupaten Pasuruan. 1.5 Penegasan Istilah Untuk mendapatkan suatu kejelasan dari penelitian ini, maka perlu adanya beberapa batasan pengertian : 1) Implementasi Implementasi artinya pelaksanaan, penerapan. Pelaksanaan menurut kamus besar bahasa Indonesia yang diterbitkan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, pelaksanaan mengandung arti perihal mempraktekkan (Tim Penyusun Kamus Besar Bahasa Indonesia 1989,1044). Menurut Imron (2002:64) implementasi adalah aktualitas kebijaksanaan pendidikan secara konkrit di lapangan. Atau implementasi dipahami sebagai pengaturan aktifitas yang mengarah pada penempatan program ke dalam suatu dampak. Adapun kata yang dimaksud dalam judul ini adalah praktik pelaksanaan pendidikan yang ada di SMA Negeri 1 Purwosari Kabupaten Pasuruan yaitu mengenai 8

program akselerasi pendidikan yang meliputi standar proses pembelajaran, faktor pendukung dan penghambat program akselerasi pendidikan, serta solusi dari faktor penghambat program akselerasi pendidikan. 2) Kebijakan Menurut Dunn (dalam Syafiruddin 2008:75) mengatakan bahwa kebijakan adalah suatu tindakan yang mengarah pada tujuan yang diusulkan oleh seseorang, kelompok atau pemerintah dalam lingkungan tertentu sehubungan dengan adanya hambatan tertentu seraya mencari peluang untuk mencapai tujuan atau mewujudkan sasaran yang diinginkan. Dalam hal ini, bahwa kebijakan akselerasi adalah sejumlah keputusan yang diakumulasi dari suatu susunan dalam menyelenggarakan program akselerasi sebagai suatu strategi untuk memecahkan masalah yaitu peningkatan mutu pendidikan. 3) Program Akselerasi Pendidikan Program akselerasi pendidikan adalah program layanan yang ditentukan pada peserta didik yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa agar dapat menyelesaikan waktu belajarnya lebih cepat (Depag RI 2005,12) Artinya peserta didik yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa boleh mengikuti program akselerasi pendidikan dengan ketentuan yang berlaku di lembaga pendidikan tersebut dengan waktu lebih cepat yaitu 2 tahun. Program akselerasi pendidikan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah program layanan yang diperuntukkan kepada peserta didik SMA Negeri 1 Purwosari Kabupaten Pasuruan yang memiliki kecerdasan supernormal dan peserta didik yang 9

memiliki bakat istimewa agar dapat menyelesaikan waktu belajarnya lebih cepat dari biasanya yaitu 2 tahun. 10