Rasional Pendidikan anak usia dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai usia enam tahun yang dilakukan melalui

dokumen-dokumen yang mirip
Pemerintah Daerah Kota Batam

PENDIDIKAN TPA & KB. Martha Christianti

Pendidikan TPA/ KB. Eka Sapti C

BAB II BAB II RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH PENDIDIKAN TAMAN KANAK-KANAK DAN DAN SEKOLAH DASAR

BAB I PENDAHULUAN. Masa kanak-kanak dari usia 0-8 tahun disebut masa emas (golden age)

4.1 Target Dasar Undang-Undang Republik Indonesia No.20 tahun 2033 menyebutkan pada Pasal 17 ayat (1 dan 2) bahwa : (1) Pendidikan Dasar merupakan

PENYELENGGARAAN PAUD HOLISTIK INTEGRATIF. Oleh : Dr. Sri Sutarsi, M.Si

Upaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia, pendidikan merupakan salah satu cara yang strategis, karena dengan pendidikan anak-anak bangsa ini

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN DALAM NEGERI. Pos Pelayanan Terpadu. Layanan Sosial Dasar. Pedoman.

BUPATI ALOR PERATURAN BUPATI ALOR NOMOR 16 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN ANAK USIA DINI

BUPATI LAMANDAU PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMANDAU NOMOR 19 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN ANAK USIA DINI

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 19 TAHUN 2011 TENTANG

BUPATI MADIUN SALISSS SALINAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 46 TAHUN 2012 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kualitas sumber daya manusia Indonesia baik dari segi spiritual,

BAB I PENDAHULUAN. Anak Usia Dini menurut NAEYC (National Association Educational

BAB I PENDAHULUAN. tersebut perubahan tidak akan terjadi dan tujuan tidak akan tercapai. Pendidikan

BUPATI CILACAP PERATURAN BUPATI CILACAP NOMOR 1 32 TAHUN 2012

8.1 Target Dakar Peningkatan mutu, relevansi dan daya saing merupakan salah satu dari tiga masalah besar pendidikan yang dihadapi bangsa ini atau

PERATURAN BUPATI ACEH TIMUR NOMOR 27 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN ANAK USIA DINI (PAUD) DI KABUPATEN ACEH TIMUR

Jakarta, Maret 2013 Deputi Bidang Keluarga Sejahtera dan Pemberdayaan Keluarga, DR. Sudibyo Alimoeso, MA

BAB I PENDAHULUAN. membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan anak usia dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan anak merupakan masa emas (golden period) atau Jendela

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I. Pendahuluan. usia tersebut otak anak tidak mendapat rangsangan yang maksimal, maka potensi otak anak

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. pilar yaitu, learning to know, learning to do, learning to be, dan learning to live

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

BAB I PENDAHULUAN. Pembinaan Tutor Oleh Gugus PAUD Dalam Rangka Meningkatkan Kinerja Tutor PAUD Di Desa Cangkuang Rancaekek

penting dalam menentukan arah serta mutu pertumbuhan dan perkembangan seorang anak. Kemampuan orangtua dalam memenuhi kebutuhan anak akan asuh, asih,

PENERAPAN IPTEKS. Pendidikan Anak Usia Dini Bagi Ibu Yang Bekerja Di Luar Rumah. Kamtini

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia yang berkualitas. Salah satu upaya yang strategis untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. kemungkinan, menghasilkan strategi dan berfantasi. 1

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU - PAUD JURUSAN PEDAGOGIK FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERBEDAAN KEMATANGAN SOSIAL ANAK DITINJAU DARI KEIKUTSERTAAN PENDIDIKAN PRASEKOLAH (PLAYGROUP)

BAB I PENDAHULUAN. manusia (SDM). Ketersediaan pangan yang cukup belum dapat digunakan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan sumber daya manusia menuju era globalisasi. Suatu era yang

BAB I PENDAHULUAN. penduduknya yang tinggi. Bahkan Indonesia menduduki peringkat ke-empat

BAB I PENDAHULUAN. Sumber Daya Manusia (SDM) yang unggul merupakan aset yang paling berharga

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu faktor yang memegang peranan penting

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Usia anak-anak merupakan hal yang penting untuk diperhatikan, karena

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian itu berdasarkan pada

BAB I PENDAHULUAN. memasuki pendidikan lebih lanjut (UU Sisdiknas, bab I pasal I butir 4).

WALIKOTA BATU PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 24 TAHUN

PERANAN PAUD DALAM PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA Disajikan pada pelatihan Tutor PAUD di Bekasi Oleh Babang Robandi PLS-FIP UPI

BAB I PENDAHULUAN. Nasional Pasal 28 menyatakan bahwa: (1) Pendidikan Anak Usia Dini

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANTAENG TAHUN 2015 NOMOR 1 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTAENG NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG

PENDIDIKAN ANAK USIA DINI

BAB I PENDAHULUAN. hlm 3. 1 Suyadi, Manajemen PAUD, (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2011),

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan salah satu kunci utama dalam perkembangan

Grafik 1.1 Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Usia, 2014 (ribu orang)

BAB V RENCANA PROGRAM, KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK SASARAN DAN PENDANAAN INDIKATIF PENDIDIKANJAWA TIMUR

BERITA DAERAH KABUPATEN BANDUNG TAHUN 2016 NOMOR 32 PERATURAN BUPATI BANDUNG NOMOR 32 TAHUN 2016 TENTANG REVITALISASI POSYANDU

BUPATI KEBUMEN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI KEBUMEN NOMOR 30 TAHUN 2015 TENTANG PENGEMBANGAN ANAK USIA DINI HOLISTIK INTEGRATIF

BAB I PENDAHULUAN. oleh mutu pendidikan dari bangsa itu sendiri. Pendidikan yang tinggi akan

PERAN PEMERINTAH DALAM PENGEMBANGAN PAUD DI INDONESIA. Annisa Meitasari Wahyono

BAB I PENDAHULUAN. terhadap apa yang dilihat, didengar, dan dirasakan. Anak seolah-olah tidak

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 63 TAHUN 2011 TENTANG PENGEMBANGAN ANAK USIA DINI HOLISTIK INTEGRATIF PROVINSI JAWA TIMUR

WALIKOTA SINGKAWANG PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN WALIKOTA SINGKAWANG NOMOR 35 TAHUN 2015 TENTANG PERSALINAN AMAN

Tangani PAUD Secara Holistik-Integratif! Monday, 04 November :18

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

RAGAM DAN INOVASI PENDIDIKAN ANAK USIA DINI DI INDONESIA (Kajian terhadap Model-Model Pendidikan Anak Usia Dini)

BAB I PENDAHULUAN. cepat di berbagai aspek perkembangannya dalam rentang perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

-3- Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI SELATAN dan BUPATI HULU SUNGAI SELATAN MEMUTUSKAN :

PENGEMBANGAN MODEL POS PAUD KELILING

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dadan Nugraha, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Helga Annisa, 2013

BAB I PENDAHULUAN. dengan adanya fitrah yang suci. Sebagaimana pendapat Chotib (2000: 9.2) bahwa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran atau pelatihan agar peserta didik

Eksistensi Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) Terpadu

BAB I PENDAHULUAN. keturunan dan dapat berguna bagi nusa dan bangsa di kemudian hari. Oleh

BAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan perkembangannya (Hariweni, 2003). Anak usia di bawah lima tahun (Balita) merupakan masa terbentuknya

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM) yang dikelola dari, oleh, untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

SITUASI UPAYA KESEHATAN JAKARTA PUSAT

LAMPIRAN DATA INDONESIA

BAB 1 PENDAHULUAN. Perbaikan kualitas manusia di suatu negara dijabarkan secara internasional

PENYELENGGARAAN TK-SD SATU ATAP

I. PENDAHULUAN. berkualitas. Menurut Undang-undang Sisdiknas, Pendidikan adalah usaha

BAB I PENDAHULUAN. globalisasi menuntut seseorang untuk meningkatkan kualitas diri sesuai

PENGELOLAAN PEMBELAJARAN TAMAN KANAK-KANAK BERDASARKAN MINAT ANAK (Studi Kasus di TK Negeri Pembina Surakarta) T E S I S.

FAKTOR-FAKTOR YANG MENGHAMBAT PENYELENGGARAAN PROGRAM PAUD KELOMPOK BERMAIN TERATAI I DESA HUTADAA KABUPATEN GORONTALO

Oleh : Badru Zaman, M.Pd PENDIDIKAN GURU ANAK USIA DINI FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

BAB 1 PENDAHULUAN. tetapi berbagai permasalahan yang sangat mendasar, terutama dalam upaya

BAB I PENDAHULUAN. adalah mempersiapkan anak dengan memperkenalkan berbagai pengetahuan, sikap/prilaku,

BUPATI BANGKA TENGAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA TENGAH NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 13 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN

Berdasarkan UU Nomor 20/2003 tentang Sistem Pendidikan. Nasional (sisdiknas), disebutkan dalam pasal 1 ayat (14), Pendidikan

Program Stimulasi, Deteksi dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang (SDIDTK) 1. Pengertian Program SDIDTK merupakan program pembinaan tumbuh kembang anak

Rasional Alvarez (1990) dalam bukunya Engendering Democracy in Brazil :Women s Movement in Transition Politics, mendefinisikan sebuah gerakan

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 01 TAHUN 2010 T E N T A N G PENYELENGGARAAN KESEJAHTERAAN SOSIAL BAGI PENYANDANG MASALAH KESEJAHTERAAN SOSIAL

BAB 1 PENDAHULUAN. diupayakan, diperjuangkan dan tingkatkan oleh setiap individu dan oleh seluruh

BAB I PENDAHULUAN. kecerdasan anak. Dalam usia 0-5 tahun, anak diajarkan berbagai macam

BUPATI ALOR PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

Transkripsi:

Rasional Pendidikan anak usia dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan untuk membantu pertumbuhan adan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut (UURI N0. 20/2003 Bab I Ps. 1 btr 14). Pada pasal 28 ayat (1) sampai dengan ayat (5) disebutkan bahwa : (1) Pendidikan usia dini diselenggarakan sebelum jenjang pendidikan dasar, (2) Pendidikan anak usia dini dapat diselenggarakan melalui jalur pendidikan formal, nonformal, dan/atau informal, (3) Pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan formal berbentuk Taman Kanak-kanak (TK), Raudatul Athfal (RA), atau bentuk lain yang sederajat, (4) Pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan nonformal berbentuk Kelompok Bermain (KB), Taman Penitipan Anak (TPA), atau bentuk lan yang sederajat, dan ayat (5) Pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan informal berbentuk pendidikan keluarga atau pendidikan yang diselenggarakan oleh lingkungan. 28

Sebagai bahan analisis lebih lanjut UNESCO mencoba melakukan suatu kajian tentang penjenjangan tentang pendidikan. Jenjang pendidikan (level of education) anak usia dini atau dini usia seperti yang didifinisikan oleh UNESCO setelah mendapat persetujuan dari Negara-negara anggotanya; menyebut jenjang pendidikan itu sebagai International Standard Classification of Education (ISCED), dengan 7 (tujuh klasifikasi penjenjangan mulai dari Prasekolah sampai dengan jenjang Pendidikan Tinggi. Jenjang pendidikan prasekolah dikatagorikan level 0 dan disebut sebagai pendidikan usia dini dan difokuskan pada anak usia 3 5 tahun; kalaupun dibeberapa Negara sudah dimulai dari usia 2 tahun namun terdapat beberapa Negara yang memulai dengan usia 6 tahun. Hal lain yang penting juga dipahami tentang layanan perawatan dan pendidikan anak usia dini seperti yang dilansir oleh National Association for the Education of Young Children (NAEYC), menyebutkan bahwa program anak usia dini adalah program pada sekolah, pusat,atau lembaga lain yang memberikan layanan bagi anak sejak lahir hingg usia 8 tahun. Selanjutnya NAEYC menyebutkan bahwa program tersebut di atas termasuk penitipan anak, penitipan pada keluarga ( family child care home), pendidikan prasekolah (negeri/swasta), Taman Kanak-Kanak dan Sekolah Dasar, dan dalam upaya memberikan pelayanannya mereka mengelompokan usia anak ke dalam 0-3 (first three years of life), 3-5 tahun dan 6-8 tahun, dan layanan perawatan pada tahap 29

ini diramalkan akan memberikan kontribusi terhadap tahap perkembangan berikutnya (Fokus Buletin PADU Vol 2 No. 01 2003). Masa-masa pada rentang usia dini merupakan masa emas (golden age) dimana perkembangan fisik, motorik, intelektual, emosional, bahasa dan social berlansung dengan sangat cepat. Fawzia Aswin seorang Guru Besar Psikologi Universitas Indonesia (Redaksi Buletin PADU Vol 2 No. 01 2003) bahwa pendidikan anak dini usia bukan sekadar mengetahui tingkat kemampuan atau tingkat perkembangan anak pada setiap tingkat usia tertentu. Tetapi harus juga mengetahui mekanisme perkembangan pada senua aspek perkembangan tersebut untuk dapat dioptimalkan. Terkait dengan pendidikan anak dini usia Conny R. Semiawan mengingatkan bahwa betapa bermain sangat berperan dalam mengoptimalkan pertumbuhan dan perkembangan anak. Kiranya penting disadari oleh semua orang tua, masyarakat, para pelaku pendidikan dan tentunya para pengambil kebijakan bahwa bermain bagi anak adalah kegiatan yang daria (serius) namun mengasyikan, karena dengan aktivitas bermain berbagai pekerjaannya terwujud. Bermain adalah salah satu alat yang menjadi latihan untuk pertumbuhannya, dan bermain adalah medium, dimana anak mencoba diri fantasinya serta hal-hal nyata secara aktif. Menyimak uraian di atas, ada hal penting untuk menjadi perhatian manakala program layanan perawatan dan pendidikan anak dini usia itu akan dikembangkan. Hal yang dianggap penting tersebut, ketika merencanakan program harus 30

memperhatikan seluruh aspek perkembangan anak, sesuaikan dengan kebutuhan, minat dan kemampuan anak, serta mendidik-kan perilaku dan sikap yang dapat dilakukan melalui pembiasaan yang baik. Selanjutnya tumbuhkembang intelektualitas anak sangat perlu dikembangkan dalam rangka mempersiapkan sejumlah kemampuan dasar untuk menghadapi setiap aspek kehidupannya. Harapan ini tentunya tidak mudah, dikarenakan masih banyak kendala yang dihadapi dalam penanganan layanan perawatan dan pendidikan anak dini usia; diantaranya adalah kualifikasi, kompetensi, dan profesionalitas tenaga pendidik maupun tenaga kependidikan. Sejalan dengan itulah salah satu komitmen Dakar (Konvensi Dakar) tahun 2000 telah mencantumkan urgensi layanan perawatan dan pendidikan anak usia dini sebagai satu dari enam komponen dalam mewujudkan Pendidikan Untuk Semua (PUS) dengan target : Memperluas dan meningkatkan secara menyeluruh perawatan dan pendidikan bagi anak usia dini, terutama bagi anak-anak yang sangat rawan dan kurang beruntung. Dari sisi kesehatan, layanan dan perawatan melalui Posyandu, BKB, pemberian makanan tambahan bergizi, pemberian vitamin A, menekan angkan kematian ibu dan anak adalah upaya yang sangat penting dilakukan, karena ini akan menentukan kualitas fisik maupun nirfisik anak seperti intelektualitas, prestasi, produktivitas dikemudian hari. Upaya panjang peningkatan kualitas tumbuh kembang 31

anak berarti pula upaya peningkatan kualitas sumber daya anusia. Sementara anak menempati posisi strategis dalam pengembangan sumber daya manusia masa depan, dari sudut pandang kesehatan anak merupakan kelompok penduduk yang paling rentan terhadap gangguan kesehatan dan gizi, karena alasan berikut : (1) status imunitas, diet, dan psikologis (anak belum matang atau masih dalam taraf perkembangan transisi; dari : Jelliffe and Jelliffe, 1989), dan (2) kelangsungan dan kualitas hidup anak sangat bergantung kepada penduduk dewasa terutama ibu atau orang tuanya (Budi Utomo, 1998). Dalam perspektif Islam, Dadang Hawari (1998:18) telah merinci bahwa anak memiliki empat hak yaitu : (1) Hak untuk Hidup, hal ini rnenunjukkan bahwa mereka mempunyai hak mendapat perindungan dan segala tindakan yang mengancam hidup mereka, (2) Hak untuk memperoleh nafkah, hal mi berarti orang tua, keluarga, masyarkat, dan pemerintah tidak boleh membiarkan anak-anak terlantar dan tidak terurus, (3) Hak untuk memperoleh pemeliharaan, yang berarti anak harus memperoleh perawatan dan pendidikan sebaik-baiknya agar mereka tumbuh secara wajar dan mampu menjawab tantangan yang dihadapinya, dan (4) Hak memperoleh perlakuan yang adil, berarti orang tua tidak boleh pilih kasih dalam merawat dan mendidik anak-anaknya. Untuk itu, program layanan perawatan dan pendidikan anak usia dini (0-6 tahun) memiliki multidimensi pertimbangan, baik dipandang kesehatan, gizi, 32

psikologis/psikososial (pendidikan), ekonomi, hak azasi, hukum dan sebagainya. Di sisi lain pertumbuhan dan perkembangan anak pada usia 0-6 tahun bahkan sejak dalam kandungan ternyata sangat menentukan derajat kualitas kesehatan, intelegensia, kematangan emosional dan produktivitas anak pada tahap berikutnya. Oleh karena itu, investasi pengembangan anak usia dini, baik berupa perawatan maupun pendidikan merupakan investasi yang sangat penting bagi pembangunan sumber daya manusia yang berkualitas.depdiknas, Rencana Aksi Nasional Pendidikan Untuk Semua 2003 s/d. 2015). Perawatan bagi anak usia dini adalah upaya untuk memberikan pengasuhan, perlindungan, dan pemeliharaan kepada anak dan berbagai ancaman penyakit, kekurangan gizi, tindak kekerasan dan penelantaran, serta tindakan lain yang menyebabkan kebutuhan anak tidak dapat terpenuhi secara wajar, baik kebutuhan jasmani, rohani, maupun sosial. Sedangkan pendidikan bagi Anak Usia dini adalah suatu upaya pelayanan pendidikan bagi anak usia dini (0-6 tahun) yang dilakukan di lingkungan yang berpengaruh terhadap proses tumbuh kembang anak (keluarga, sekolah, lembaga atau tempat pengasuhan anak) dengan maksud agar anak kelak memiliki kesiapan memasuki pendidikan dasar. Untuk mewujudkan kearah itu diperlukan maka berbagai program pelayanan dan pendidikan anak usia dini mulai dari tingkat keluarga/orang tua, masyarakat sampai kepada pemerintah (negara) 33

sesuai dengan amanat Undang-Undang Dasar Negera republik Indonesia Tahun 1945. Program pelayanan perawatan dan pendidikan anak usia dini yang dewasa ini dilaksanakan antara lain meliputi Posyandu, Bina Keluargan Balita (BKB), Tempat Penitipan Anak (TPA), Kelompok Bermain (KB), Taman Kanak-kanak (TK), Raudlatul Athfal (RA) dan sejenisnya. Investasi terhadap layanan perawatan dan pendidikan anak usia dini melalui perencenaan dan implementasinya yang baik artinya akan lurus dengan upaya mempersiapkan generasi masa depan yang lebih baik. Hasil penelitian Compensatory for cultural Deprivation misalnya, mengungkapkan jika seorang anak tidak memperoleh cukup stimulasi mental selama masa prasekolah, pendidikannya di sekolah 10 tahun mendatang akan sia-sia belaka, karena pertumbuhan sel-sel otak terjadi pada tahun-tahun pertamanya dalam kehidupan. Terlebih dari itu apabila anak dimasa usia dini tidak memperoleh stimulasi mental dan emosional yang cukup dirumah, maka kekhawatiran kemunduran generasi mendatang bahkan yang mengarah pada lost generation. Hal ini akan menjadi hantu yang menakutkan seandainya anak kurang mendapat perawatan dan pendidikan sejak dini. Masaru Ibuka (1979), mengatakan bahwa kindergarten is too late (taman kanak-kanak itu sudah terlambat) karena ia berpendapat bahwa tahun-tahun pertama dalam kehidupan itulah yang paling penting, yaitu tahun-tahun sebelum anak masa Taman Kanak-kanak. Itulah pentingnya anak 34

pada masa awal kehidupan bisa memasuki pembinaan dirumah atau Taman Bermain atau kelompok bermain dan Taman Penitipan Anak (TPA) dan yang sejenisnya. 3.1 Posyandu Posyandu adalah wahana kesejahteraan ibu dan anak yang berfungsi sebagai tempat pelayanan terpadu yang mencakup aspek perawatan kesehatan dan gizi, terutama bagi ibu hamil dan anak usia 0-5 tahun. Posyandu merupakan kegiatan dari masyarakat, oleh masyarakat, dan untuk masyarakat, tentunya dengan bimbingan dari petugas kesehatan. Kegiatan Posyandu bertujuan untuk menumbuh-kembangkan anak pada umumnya yang dilakukan sedikitnya sekali dalam sebulan, dengan layanan yang diberikan mencakup: penimbangan, pemberian vitamin dan pemberian makanan tambahan. Selain itu layanan imunisasi dan tindakan terhadap ibu hamil dan anak dilaksanakan oleh bidang pelayanan kesehatan dan atau diberikan rujukan untuk ke Pusat Kesehatan Masyarakat Puskesmas). Posyandu dikembangkan sebagai sarana untuk memenuhi kebutuhan orang tua dan anak usia dini, Secara khusus lembaga ini dirancang untuk mencapai tujuan sebagai berikut (1) memonitor pertumbuhan, (2) rehidrasi oral, (3) pemberian ASI, (4) imunisasi anak, (5) pendidikan untuk ibu, (6) pemberian 35

makanan tambahan untuk anak (PMT) dan (7) Usaha Perbaikan Gizi Keluarga (UPGK). Program Posyandu memberikan intervensi dasar yang bersifat pencegahan (preventif), pelayanan untuk meningkatkan kesehatan dan gizi anak balita. Program yang terpenting adalah (1) program perluasan imunisasi (PPI) atau Expanded Immunization Program, yang memberi imunisasi terhadap tetanus, typhus, diphteria, polio dan campak (measles), (2) Program pengendalian untuk meredakan diare yang memberikan dan meningkatkan terapi dalam bentuk rehidrasi oral untuk meredakan diare, dan (3) program intervensi yang berupa pengawasanl perawatan terhadap pertumbuhan anak senta pendidikan gizi dimana diberikan vitamin A dan mineral besi dan yodium kepada anak-anak dan para ibu. Semua program tersebut merupakan bagian dan kegiatan bulanan masyarakat dimana para ibu membawa anak-anak mereka untuk menerima berbagai pelayanan seperti tersebut diatas dan tenaga kesehatan yang dibantu para kader/tenaga sukarela yang telah terlatih. Tempat pertemuan bulanan ini dapat menggunakan berbagai fasilitas yang terdapat di lingkungan sekitar, seperti rumah kepala desa, balai desa, balai pertemuan dan lainnya, yang sesuai dengan kebutuhan. 36

3.2 Bina Keluarga Balita (BKB) Bina Keluarga Balita (BKB) adalah suatu kegiatan yang dilaksanakan oleh masyarakat dengan tujuan untuk memberikan pengetahuan dan keterampilan kepada orang tua dan anggota keluarga lainnya tentang bagaimana melakukan pembinaan tumbuh kembang secara optimal anak balita serta bagaimana memantau pertumbuhan dan perkembangannya. BKB juga merupakan wahana bagi orang tua dan anggota keluarganya untuk meningkatkan kesadaran dan kemampuan keluarga dalam melakukan perawatan dan pendidikan bagi anak-anaknya. Sasaran utama program BKB adalah keluarga yang mempunyai anak balita dan usia prasekolah (0-6 tahun). Bina Keluarga Balita (BKB) merupakan upaya pendidikan yang ditujukan kepada para ibu dan anggota keluarga lainnya yang mempunyai anak balita. Upaya dimaksud adalah berupa pembinaan dan pola asuh tumbuh kembang balita semaksimal mungkin agar ibu dan anggota keluarga lainnya dapat mengoptimalkan pertumbuhan dan perkembangan anak balita. Hal ini didasarkan atas berbagai penelitian yang menyimpulkan bahwa masa di bawah usia lima tahun (balita) merupakan masa keemasan dari seluruh siklus kehidupan manusia. Secara kelembagaan BKB merupakan kelompok yang beranggotakan para orang tua yang memiliki anak usia 0-6 tahun. BKB merupakan kelompok swadaya masyarakat yang pengelolaannya dilakukan oleh Kader. Pada umumnya kader BKB sekaligus merupakan kader Posyandu. Bahkan di banyak tempat kegiatan BKB dan 37

Posyandu. Tujuan Program BKB secara umum adalah pemberdayaan keluarga dalam pembinaan tumbuh kembang balita dalam upaya mewujudkan Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas, kompetitif dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Secara khusus tujuannya adalah untuk (a) meningkatkan pengetahuan, sikap, dan kesadaran orang tua dan anggota keluarga lainnya tentang pentingnya pembinaan tumbuh kembang balita, (b) meningkatkan pengetahuan, kepedulian, dan peranserta masyarakat dalam pembinaan tumbuh kembang balita, (c) meningkatkan kualitas para pengelola, pelaksana, kader dalam penyelenggaraan pelayanan tumbuh kembang balita, dan (d) mengupayakan tercapainya tumbuh kembang balita secara optimal melalui kegiatan interaksi orangtua dan anak. Sasaran langsung dari BKB adalah orangtua, keluarga yang mempunyai balita, sedangkan secara tidak langsung mencakup pengelola, pelaksana dan kader BKB, tokoh masyarakat dan tokoh agama, LSM, organisasi profesi, swasta, dan pemerintah daerah setempat. Layanan kegiatan BKB merupakan pembinaan tumbuh kembang balita secara holistik yang meliputi: (a) Kesehatan: kondisi fisik yang sehat dan kuat sangat mempengaruhi pertumbuhan dan kebugaran anak balita, (b) Gizi: status gizi yang baik adalah gizi yang kecukupan (gizi seimbang) dibutuhkan untuk pertumbuhan sel otak yang berlangsung terus-menerus sejak dalam kandungan sampai anak usia 3-5 tahun, (c) Psikososial: adalah perangsangan mental, emosional, sosial, dan spiritual 38

yang merupakan dasar dan pembentukan kepribadian anak dan selalu senang, dan d) Latihan keterampilan secara sederhana untuk anak. Peran orangtua dalam pembinaan tumbuh kembang balita sangat penting. Oleh sebab itu, melalui program BKB diharapkan orang tua, pertama, memiliki konsep diri sehat, kedua, memiliki kesiapan menerima penyuluhan dalam rangka meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dalam mengasuh dan membina tumbuh kembang balita sesuai dengan usia dan potensi anak balita. Ketiga, dalam upaya menerapkan pola asuh yang efektif orangtua perlu mengetahui bagaimana cara melaksanakan komunikasi yang harmonis dengan anaknya. 3.3 Taman Kanak-Kanak Taman Kanak-Kanak (TK) adalah pendidikan pra-sekolah bagi anak usia empat sampai dengan enam tahun terkatagori pada pendidikan anak usia dini, yaitu pendidikan sebelum memasuki pendidikanselanjutnya (pendidikan dasar). Tujuan penyelenggaraan pendidikan TK adalah untuk membantu meletakkan dasar ke arah perkembangan sikap, perilaku, pengetahuan, keterampilan dan dayacipta anak didik untuk pertumbuhan serta perkembangan selanjutnya (Kepmendikbud No. 0486/U/i 992, Bab II pasal 3 ayat 1). Dengan demikian diharapkan anak lebih siap untuk memasuki pendidikan dasar. Sasaran pendidikan TK adalah anak usia 4-6 tahun, 39

yang dikelompokkan ke dalam dua kelompok belajar berdasarkan usia, yakni Kelompok A untuk anak didik usia 4-5 tahun, dan Kelompok B untuk anak didik usia 5-6 tahun. Pembinaan pendidikan TK dilakukan oleh jajaran instansi pemerintah dan lembaga lain yang terkait, yaitu: (1) Departemen Pendidikan Nasional di tingkat pusat dan Dinas Pendidikan di tingkat provinsi, kabupaten/kota, dan Kecamatan; (2) Badan Pembantu Penyelenggaraan Pendidikan (BP3) yang saat mi dikembangkan dalam wadah Komite TK; (3) Gabungan Organisasi Penyelenggara Taman Kanakkanak Indonesia (GOPTKI); dan (4) Ikatan Guru Taman Kanak-kanak Indonesia Persatuan Guru Republik Indonesia (IGTKI-PGRI). Pada tingkat nasional kondisi saat mi ialah 99,43 persen TK dikelola oleh masyarakat (swasta), dan sebagian (0,5 7 persen) dikelola oleh pemerintah. Fungsi TK adalah memberikan pelayanan pendidikan kepada anak usia 4-6 tahun dalam rangka (a) mengembangkan seluruh kemampuan yang dimiliki anak sesuai dengan tahap perkembangannya, (b) menenamkan perilaku baik melalui pembiasaan, (c) mengenalkan anak pada dunia sekitarnya, (d) mengembangkan kemampuan sosialiasi anak, (e) mengenalkan peraturan dan menanamkan disiplin pada anak, (f) memberikan kesempatan kepada anak untuk bermain sambil belajar, atau belajar seraya bermain. 40

Tugas TK adalah (a) menyelenggarakan kegiatan belajar-mengajar untuk kelompok A dan kelompok B sesuai dengan Program Kegiatan Belajar (PKB) yang berlaku, (b) memberikan layanan bimbingan dan penyuluhan bagi anak dan orang tua yang memerlukannya, dan (c) mengupayakan pelayanan gizi dan kesehatan anak. Pelayanan gizi dilakukan melalui kegiatan makan bersama yang penyelenggaraannya bekerja sama dengan orang tua anak. Upaya kesehatan mencakup aspek promotif dalam membudayakan perilaku hidup bersih dan sehat serta lingkungan sehat, preventif dan mendeteksi secara dini timbulnya penyakit serta tindak lanjutnya berupa penanggulangan kelainan!penyakit secara sederhana. Upaya tersebut diselenggarakan oleh Puskesmas setempat. Kebijakan Departemen Pendidikan Nasional di bidang pendidikan seperti yang dituangkan dalam Rencana Strategis 2005-2009, khususnya untuk TK/RA adalah meliputi : 1) peningkatan pemerataan dan perluasan kesempatan belajar bagi anak usia TK/RA; antara lain melalui perluasan dengan mendirikan model-model atau rintisan penyelenggaraan pendidikan anak usia dini yang disesuaikan dengan kondisi daerah. Pada tahun 2009 pemerintah menargetkan APKpendidikan TK mencapai 28,22% atau sebesar 2,3 juta anak, dan APK pendidikan anak usia dini melalui jalur pendidikan nonformal (usia 2-4 tahun) sebesar 35% atau sekita 4,2 juta anak. Kegiatan yang diprogramkan untuk perluasan/pemerataan pendidikan anak usia dini dilakukan melalui : (1) penyediaan sarana/prasarana pendidikan anak usia dini, 41

yaitu dengan membangun USB TK, mengembangkan model/rintisan pendidikan anak usia dini; dengan target 1 TK termasuk TK Pembina dan lembaga pendidikan anak usia dini jalur pendidikan nonformal di setiap kecamatan, (2) penyediaan biaya operasional pendidikan terutama pada lembaga penyelenggara yang peserta didiknya sebagian besar dari keluarga miskin, (3) mendorong peran serta msyarakat dalam rangka menumbuhkan minat masyarakat (demand side) dalam penyelenggaraan lembaga pendidikan anak usia dini, dan (4) pengembangan TK-SD Satu Atap, yaitu PAUD terintegras dengan SD bagi SD yang memiliki fasilitas mencukupi; melalui subsidi pembiayaan secara kompetitif. 2) Peningkatan mutu, relevansi, dan daya saing, dilaksanakan melalui kegiatan sebagai berikut : (1) pengembangan menu generik pemebelajaran dan penilaian, (2) pengembangan program PAUD model, yakni sebagai model rujukan bagi PAUD yang diselenggarakan oleh swasta yang masih di bawah standar, (3) peningkatan kpasitas institusi dan sumberdaya PAUD dan Pemerintah (Pusat) menargetkan 59 ribu orang terlatih sebagai tenaga pengelola dan pendidik PAUD; dan sebanyak enam ribu guru dan Kepala TK dan pembina akan mendapatkan pelatihan sampai dengan tahun 2009. 3) Peningkatan Governance, akuntabilitas, dan pencitraan publik di bidang PAUD diarahkan pada partisipasi masyarakat dalam melakukan kontrol dan evaluasi kinerja PAUD. Untuk kepentingan ini akan dilakukan advokasi, sosialisasi, dan pembudayaan pentingnya PAUD kepada orang tua, masyarakat, dan pemerintah daerah. Selain itu akan 42

dilakukan penyediaan data dan sistem informasi PAUD, serta peningkatan kerja sama stakeholder pendidikan dalam upaya membangun kesamaan persepsi, pencitraan positif dan kebersamaan tanggung jawan dalam pengelolaan PAUD yang akuntabel. Persoalannya adalah apakah SKPD Dinas Pendidikan Kota Batam telah menangkap dengan baik rencana strategis ini, karena tentunya banyak hal yang dapat diakses dan diperoleh manakala sinergitas kebijakan pusat dangan daerah dapat dilakukan, dan rencana pengembangan program pada RPJM SKPD Dinas Pendidikan Kota Batam memiliki kesejalanan dengan program-program provinsi maupun Departemen Pendidikan Nasional khususnya Direktorat Jendral Pendidikan Nonformal (Direktotat PAUD). 3.4 Taman Penitipan Anak (TPA) Taman Penitipan Anak (TPA) adalah wahana kesejahteraan sosial yang berfungsi sebagai pengganti keluarga untuk waktu tertentu bagi anak yang orang tuanya berhalangan (bekerja, mencari nafkah, atau halangan lain) sehingga tidak berkesempatan memberikan pelayanan kebutuhan kepada anaknya melalui penyelenggaraan sosialisasi dan pendidikan prasekolah bagi anak usia tiga bulan sampai memasuki usia sekolah. Penyelenggaraan TPA secara umum bertujuan untuk menyediakan pelayanan kesejahteraan sosial anak secara optimal agar anak dapat tumbuh dan berkembang 43

sesuai dengan tingkat pertumbuhan dan perkembangan anak secara wajar, sedangkan secara khusus, tujuannya adalah (a) tersedianya kesempatan bagi anak untuk dapat memperoleh kelengkapan asuhan, rawatan, bimbingan, sosialisasi dan pendidikan yang optimal agar anak memperoleh kelangsungan hidup dan tumbuh kembang secara wajar, (b) terhindarnya anak dari kemungkinan memperoleh tindakan kekerasan atau tindakan lain yang akan mengganggu atau mempengaruhi kelangsungan hidup dan tumbuh kembang anak serta pembentukan kepibadian, (c) terbantunya orang tua (keluarga) dalam memantapkan kedelapan fungsi keluarga, khususnya dalam melaksanakan pembinaan kesejahteraan anak di dalam dan di luar keluarga, (d) membantu orang tua yang mempunyai anak balita agar memperoleh ketenangan dalam melaksanakan tugasnya untuk mencapai prestasi kerja yang optimal, dan (e) memberikan motivasi kepada masyarakat tentang pentingnya pelayanan kesejahteraan sosial bagi anak balita khususnya orang tua yang tidak mempunyai kesempatan di dalam membimbing dan mengasuh anak balitanya. Sasaran layanan TPA adalah anak usia 3 bulan sld 6 tahun atau bahkan hingga anak yang sudah berani ditinggal di rumah (7-8 tahun). Sedangkan lama anak tinggal di TPA berkisar antara 8-10 jam per hari selama 5-6 hari per minggu. Adapun jenis layanan program yang dapat diberikan antara lain (a) Pelayanan Kepada Anak (perawatan, asuhan, pendidikan dan kesehatan); (b) Pelayanan Kepada Orang Tua (konsultasi Keluarga, penyuluhan sosial tentang usaha kesejahteraan anak antara lain 44

tumbuh kembang, dan pendidikan pra sekolah); dan (c) Pelayanan Kepada Masyarakat (penyuluhan sosial tentang pentingnya pengasuhan, perawatan, pendidikan anak, sosialisasi anak balita, dan pentingnya TPA serta memberikan fasilitas penelitian, magang/job training bagi mahasiswa, perguruan tinggi dan masyarakat pada umumnya. 3.5 Raudhatul Athfal (RA) Raidhatul Athfal (RA) dalam banyak hal memiliki kesamaan dengan TK, bahkan dengan TK Islam dapat dikatakan tidak ada bedanya. Letak perbedaan RA dengan TK adalah pada nuansa keagamannya. Pada Raidhatul Athfal nuansa agamanya (Islam) lebih kental dan menjiwai keseluruhan proses pembelajaran. Seperti halnya TK, tujuan penyelenggaraan Raidhatul Athfal adalah untuk membantu meletakkan dasar bagi perkembangan sikap, perilaku, pengetahuan, keterampilan dan daya cipta anak dan untuk pertumbuhan serta perkembangan anak selanjutnya. Sasaran Raidhatul Athfal sama dengan sasaran TK, yaitu anak usia 4-6 tahun atau hingga memasuki pendidikan dasar. Sedangkan instansi pembinanya adalah Departemen Agama. 3.6 Kelompok Bermain 45

Kelompok Bermain adalah salah satu bentuk layanan pendidikan bagi anak usia dini, khususnya usia 3 tahun sampai memasuki usia sekolah dasar. Kegiatan di Kelompok Bermain diarahkan untuk mengembangkan potensi anak seoptimal mungkin sesuai dengan potensinya melalui tahapan pertumbuhan dan perkembangan anak melalui kegiatan bermain sambil belajar dan belajar seraya bermain. Sasaran Kelompok Bermain dapat dikelompokkan menjadi 3 kelompok, yaitu kelompok usia 3-4 tahun, dan 4-5 tahun. Kegiatan belajar di Kelompok Bermain secara garis besar juga dibedakan menjadi dua macam, vaitu (1) penanaman nilai-nilai dasar yang meliputi nilai agama dan budi pekerti, dan (2) pengembangan kemampuan berbahasa, keterampilan motorik kasar dan halus, perasaan/emosi, kemampuan sosialisasi dan kreativitas/daya cipta yang mencakup seluruh aspek perkembangan. Penyelenggaraan Kelompok Bermain pada umumnya dilakukan oleh yayasan atau lembaga swadaya masyarakat, selain yang diselenggaran oleh Pemerintah, seperti yang dikembangkan di Balai Pengembangan Kegiatan Belajar (BPKB) dan Sanggar Kegiatan Belajar (SKB) di beberapa daerah. Instansi yang berwenang membina kelompok Bermain adalah Departemen/Dinas Sosial dan Departemen/Dinas Pendidikan. Departemen sosial bertanggung jawab atas pembinaan terhadap aspek kesejahteraan anak, sedangkan Departemen Pendidikan Nasional bertanggung jawab atas pembinaan terhadap aspek pendidikannya atau hal yang bersifat edukatif. Namun demikian tidak ada pembatasan bagi masyarakat yang 46

akan menyelenggarakan KB selama sesuai dengan aturan yang berlaku dan mendapat ijin dari Dinas Pendidikan. 3.7 Kinerja Tahun 2007 3.7.1 Akses terhadap Layanan Perawatan dan Pendidikan Anak Usia Dini Pemerintah telah lama menyadari betapa pentingnya pembinaan sumber daya manusia sejak dini. Hal tersebut bukan hanya tertuang dalam perencanaan nasional tetapi berbagai komitmen international seperti Millenium Goal 2002, Konveksi Hak-hak Anak termasuk Kesepakatan Dakar 2000 dan sejenisnya. Pemerintah juga telah memberikan arahan, bahwa pembinaan manusia yang berkualitas sudah harus dimulai sejak anak usia 0-6 tahun, bahkan sejak anak masih dalam kandungan. Dan sudut psikologi perkembangan diketahui bahwa apabila penanganan anak dilakukan dengan baik sejak dini, hasilnya akan menjadikan tumbuhkembang lebih optimal. Pengembangan anak sejak usia dini memiliki keuntungan multi dimensional, baik secara ilmiah, moral, ekonomi, pendidikan, sosial dan peningkatan kualitas generasi. Anak usia dini yang perlu mendapat pelayanan perawatan dan pendidikan di Kota Batam jumlahnya cukup besar mencapai 55.564 dari total penduduk tahun 2006. Pada kelompok anak balita (0-4 tahun) terdapat 25.055, sedangkan anak usia 4-6 tahun sebesar 30.509 Jika dilihat dari jumlah anak usia 0-6 tahun antar 47

kecamatan, maka kecamatan-kecamatan Bengkong yang memiliki jumlah paling besar yaitu sebanyak 3.717 anak usia 0-4 tahun, kemudian Kecamatan Batam Kota sejumlah 3.280 anak, dan Kecamatan Sagulung memiliki 3.302 anak dari total anak seusianya dan di Kota Batam, sedangkan yang memiliki jumlah terkecil ada di Kecamatan Bulang yaitu sebanyak 110 anak atau sekitas dari total anak seusianya. Sementara anak usia 0-6 tahun, jumlah terbesar berada di Kecamatan Batam Kota yatu sebanyak 5.002 anak, Bengkong sebesar 4.958, dan Sekupang sebesar 3.435 anak dari total anak seusianya.sedangkan yang memiliki jumlah terkecil terdapat di Kecamatan Galang yaitu sebanyak 642 anak dari total anak seusianya. Tabel 3.1 Jumlah Anak Usia Dini Menurut Kecamatan di Kota Batam Kecamatan Jumlah Anak Usia Dini 0-4 Tahun 4-6 Tahun Sekupang 2,825 3,435 Batu Aji 1,361 2,118 Sagulung 3,302 3,981 Sei Beduk 2,326 2,137 Batam Kota 3,280 5,002 Nongsa 1,824 2,389 Lubuk Baja 3,147 1,836 Batu Ampar 1,745 2,372 Bengkong 3,717 4,958 Galang 575 642 Bulang 110 893 Belakang padang 843 746 Jumlah 25,055 30,509 Sumber : Profil Pendidikan Kota Batam 2006 48

Gambaran layanan perawatan dan pendidikan anak usia dini di Kota Batam pada tahun 2006 yang jumlah 55.564 anak dilayni oleh 202 Taman Kanak-kanak (bac: data RA,TPA, KB atau yang sederajat tidak diperoleh datanya). Namun demikian selain data yang bersumber dari Profil Pendidikan Kota Batam, diperoleh data lain dari Profil Dinas Kesehatan Kota Batam Tahun 2007 bahwa anak usia dini yang dikatagorikan balita (0-5 Tahun) terdapat sebesar 93.042 anak. Pemberian vitamin A sebanyak 2 kali terhadap balita menurut data yang disajikan dalam Profil Dinas Kesehatan Kota Batam menggambarkan secara umum bahwa dari 93.042 anak balita hanya 56.643 anak balita yang mendapat vitamin A 2 kali. Artinya masih terdapat 36. 399 anak balita yang terlantar dari pemberian vitan A 2 kali, untuk melihat data per kecamatan dapat mencermati tabel 3.2 di bawah. Sedangkan data status gizi buruk di Kota Batam, secara keseluruhan (dai 12 kecamatan) berjumlah 173 anak balita. Artinya terdapat 92.869 anak balita di Kota Batam yang memiliki status gizi baik. Namun demikian kekhawatiran munculnya generasi berkemapuan rendah bagi anak-anak bangsa dan bahkan kekhawatiran tentang isu kejadian lost generation akibat gizi buruk mengilmplikasikan semua jajaran pemerintah dan masyarakat untuk segera bekerja sama mengatasi hal ini walaupun anak yang bestatus gizi buruk jumalahnya belum cukup besar (173 anak). 49

Tabel 3.2 Jumlah Balita Cakupan Pemberian Vitamin A dan Status Gizi Balita Per Kecamatan di Kota Batam 2007 Kecamatan Jumlah Bayi BGM Mendapat Gizi Balita Gakin Vit A 2x Buruk Bengkong 8,886 0 7,112 0 Batu Ampar 6,373 2 4,388 4 Belakang Padang 2,656 7 1,040 2 Lubuk Baja 9,746 30 6,375 4 Galang 1,878 12 1,043 10 Bulang 1,148 7 733 11 Sekupang 19,571 1,823 8,530 89 Nongsa 5,126 18 3,384 11 Batam Kota 13,439 8 10,132 1 Sei Beduk 9,543 93 4,103 11 Sagulung 14,676 23 9,803 30 Batu Aji 0 0 0 0 Jumlah 93,042 2,023 56,643 173 Sumber : Profil Dinkes Kota Batam 2007 Angka kematian bayi (AKB) secara umum memberikan gambaran baik buruknya derajat kesehatan dan status sosial ekonomi masyarakat Kota Batam. Jika melihat sajian data pada tabel 3.3 di bawah tercatat bahwa angka lahir mati pada tahun 2007 sebesar 155 orang anak angka terbesar yaitu sebanyak 60 bayi lahir mati terjadi di Kecamatan Sekupang, 37 bayi terjadi Kecamatan Batu Ampar, 23 50

bayi di Kecamatan Lubuk Baja, 22 bayi di Kecamatan Sei Beluk, dan 8 bayi di Kecamatan Sagulung. Sedangka bayi mati sebanyak 5 orang anak (lihat Tabel 3.3) 51

Tabel 3.3 Angka Kelahiran dan Angka Kematian Bayi (AKB) Menurut Kecamatan di Batam Tahun 2007 Kecamatan Puskesmas Jumlah Lahir Lahir Bayi Balita Hidup Mati Mati Bengkong Sei Panas 8.886 1.670 0 1 Batu Ampar Tg. Sengkuang 6.373 3.911 37 2 Belakang Padang Belakang Padang 2.656 263 2 1 Lubuk Baja Lubuk Baja 9.746 2.770 23 0 Galang Galang 1.878 347 3 1 Bulang Bulang 1.148 98 0 0 Sekupang Sekupang 19.571 4.845 60 0 Nongsa Sambau 5.126 836 0 0 Batam Kota Baloi Permai 13.439 2.062 0 0 Sei Beduk Sei Pancur 9.543 3.177 22 0 Sagulung Sei Lekop 14.676 2.253 8 0 Batu Aji 0 0 0 0 Jumlah 93.042 22.232 155 5 Sumber Profil Dinkes Kota Batam 2007 Keragaman ketersediaan program-program layanan pada tingkat Kecamatan itu diindikasikan oleh rerata banyaknya anak yang harus dilayani oleh setiap lembaga yang ada, dengan menyadari kemungkinan adanya anak yang memperoleh layanan ganda dan berbagai lembaga yang ada seperti BKB dan Posyandu. Dilihat dan proporsi jumlah ketersediaan layanan dan jumlah anak yang harus dilayani. Namun mengingat kondisi di lapangan menunjukkan bahwa secara kelembagaan antara program BKB dan Posyandu menyatu dan masih terbatasnya jumlah 52

lembaga yang memberikan layanan pendidikan dan perawatan bagi anak usia dini saat ini akan sangat menghambat kesempatan anak untuk memperoleh layanan perawatan dan pendidikan bagi anak usia dini. Tabel 3.4 Jumlah penduduk menurut jenis kelamin dan kelompok umur Kelompok Umur Kota Batam 2007 Laki-laki < 1 10,378 9,891 20,269 1-4 37,163 35,121 72,284 5-9 28,685 27,114 55,799 10-14 19,171 18,556 37,727 15-19 21,516 33,241 54,757 20-24 59,338 110,442 169,780 25-29 66,967 64,226 131,193 30-34 46,609 29,814 76,423 35-39 25,666 16,297 41,963 40-44 15,177 9,637 24,814 45-49 9,749 6,119 15,868 50-54 6,013 3,616 9,629 55-59 3,534 2,395 5,929 60-64 2,383 1,673 4,056 65-69 1,672 232 1,904 70-74 1,029 140 1,169 75+ 642 109 751 Jumlah 355,692 368,623 724,315 Sumber : Profil Dinkes 2007 Perempuan Laki-laki + Perempuan 53

Sarana layanan perawatan dan pendidikan anak usia dini seperti dijelaskan pada bagian sebelumnya dapat dilakukan melalui lembaga-lembaga pendidikan baik formal, nonformal, dan informal, posyandu, dan Bina keluarga Balita (BKB). Gambran data layanan pendidikan anak usia dini di Kota Batam dan sebarannya per kecamatan dapat dicermati pada Tabel 3.5 di bawah ini : 54

Tabel 3.5 Ketersediaan Sarana Program Layanan Pendidikan Anak Usia Dini di Batam 2007 Rombel dan TK Kecamatan Kelas Jumlah Murid Jumlah Guru Negeri Swasta Rombel Kelas Negeri Swasta Negeri Swasta Belakang Padang 0 3 11 10 0 219 0 14 Bulang 0 1 1 1 0 22 0 2 Galang 0 0 0 0 0 0 0 0 Sei Beduk 0 20 73 38 0 1262 0 58 Nongsa 0 16 37 45 0 656 0 54 Sekupang 1 17 64 53 286 1174 12 70 Lubuk Baja 0 18 102 73 0 2107 0 114 Batu Ampar 0 9 27 22 0 533 0 35 Batam Kota 0 38 90 77 0 2126 0 128 Sagulung 0 33 94 89 0 2104 0 176 Batu Aji 0 29 93 79 0 1821 0 117 Bengkong 0 17 54 51 0 1254 0 76 Jumlah 1 201 646 538 286 13278 12 844 Sumber: Batam Dalam Angka 2007 Sajian data pada Tabel 3.5 (di atas), Taman Kanak-kanak sebagai satuan pendidikan prasekolah yang melayani anak-anak usia dini, cukup mengambil peran besar kalaupun belum dapat menyentuh semua anak usia dini. Ketersediaan sarana layanan pendidikan anak usia dini (Khususnya Taman Kanak-kanak) di Kota Batam, didominasi oleh pihak swasta (Masyarakat) sebagai penyelenggara dan tentunya pengelolaanya, dan 55

jika melihat data dari 202 TK yang melayani 13.564 anak usia dini, dengan status 1 TK Negeri yang berlokasi di Kecamatan Sekupang melayani 286 anak dan dibina oleh 12 orang guru, sedangkan 201 TK Swasta tersebar di 11 kecamatan lainnya; yakni 3 TK di Kecamatan Belakang Padang melayani 219 anak yang dibina 14 orang guru, 1 TK di Bulang melayani 22 orang anak yang dibina oleh 2 orang guru, 20 TK di Sei Beduk melayani 1.262 orang anak yang dina oleh 58 orang guru, 16 TK di Nongsa melayani 656 orang anak yang dibina 54 orang guru, 16 di Sekupang melayani 1.174 orang anak yang dibina oleh 70 orang guru, 18 TK di Lubuk Baja melayani 2.107 orang anak yang dibina oleh 114 orang guru, 9 TK di Batu Ampar melayani 533 orang anak yang dibina oleh 35 orang guru, 38 TK di Batam Kota melayni 2.126 orang anak yang dibina oleh 128 orang guru, 33 TK di Sagulung melayani 2.104 orang anak yang dibina oleh 176 orang guru, 79 TK di Batu Aji melayani 1.821 orang anak yang dibina oleh 117 orang guru, dan 17 di Kecamatan Bengkong melayani 1.254 orang anak yang dibina oleh 76 guru, sedangkan Kecamatan Galang sampai data ini di turunkan belum memiliki Taman Kanak-kanak. Selain layanan pendidikan melalui Taman kanak-kanak, terdapat angka sebesar 2.897anak-anak usia dini di 5 (lima) kecamatan dilayanai oleh 47 lembaga pendidikan prasekolah Raudhatul Athfal (RA). Lima (5) kecamatan itu adalah : Kecamatan Sei Beduk terdapat 21 RA, melayani 1.119 orang anak usia dini yang dibina oleh 41 orang guru, Nongsa memilii 6 RA, melayani 280 orang anak usia dini yang dibina oleh 14 orang guru, Sekupang memiliki 6 RA, melayni 565 anak usia dini yang dibina 25 orang guru, 56

Kecamatan Lubuk Baja memiliki 6 RA, melayani 490 orang anak usia dini yang dibina oleh 3 orang guru, Kecamatan Batu Ampar memiliki 8 RA, melayani 443 orang anak usia dini yang dibina oleh 15 orang guru. 57

Tabel 3.6 Distribusi Program Layanan Pendidikan Pra SekolahAnak Usia Dini Menurut Kecamatan di Kota Batam 2007 Kecamatan Jumlah Sekolah Jumlah Murid Jumlah Guru TK RA TK RA TK RA Belakang Padang 3 0 219 0 14 0 Bulang 1 0 22 0 2 0 Galang 0 0 0 0 0 0 Sei Beduk 20 21 1,262 1,119 58 41 Nongsa 16 6 656 280 54 14 Sekupang 18 6 1,460 565 82 25 Lubuk Baja 18 6 2,107 490 114 3 Batu Ampar 9 8 533 443 35 15 Batam Kota 38 0 2,126 0 128 0 Sagulung 33 0 2,104 0 176 0 Batu Aji 29 0 1,821 0 117 0 Bengkong 17 0 1,254 0 76 0 Jumlah 202 47 13,564 2,897 856 98 Sumber: Batam Dalam Angka 2007 dan http://pendis.depag.go.id/ 58

3.7.2 Gambaran Layanan Perawatan Anak Usia Dini Meskipun program layanan perawatan bagi anak usia dini melalui posyandu adalah program yang sejak lama telah dikembangkan dan dilaksanakan sampai ke tingkat masyarakat di perdesaan sebagai sasaran utamanya. Data tahun 2007 mengungkapkan bahwa terdapat sekitar 256 Poosyandu dengan berbagai atribut level yang disandangnya. Apabila dilihat sebaran pada tiap kecamatan datanya menunjukan : Kecamatan Belakang Padang memiliki 48 Posyandu dengan status 4 Pratama, 17 Madiya,dan 7 Posyandu Mandiri. Kecamatan Bulang memiliki 14 Posyandu dengan status 13 Pratama, dan 1 Madiya. Kecamatan Sei Beduk memiliki 15 Posyandu dengan status 5 Pratama, dan 8 Madiya dan 2 Posyandu Mandiri, Kecamatan Nongsa memiliki 21 Posyandu dengan status 8 Pratama, dan 12 Madiya dan 1 Posyandu Mandiri. Kecamatan Sekupang memiliki 26 Posyandu dengan status 4 Pratama, dan 19 Madiya dan 1 Posyandu Mandiri, Kecamatan Lubuk Baja Kecamatan Batu Ampar Kecamatan Batam Kota memiliki 17 Posyandu dengan status 15 Prtama, dan 2 Madiya, Kecamatan Sagulung memiliki 32 Posyandu dengan status 6 Prtama, 20 Madiya, dan 6 Purna, Kecamatan Batu Aji memiliki 21 Posyandu dengan status 7 Prtama, 13 Madiya, dan 1 Purna, Kecamatan Bengkong memiliki 24 Posyandu dengan status 15 Madiya, dan 9 Purna, sedangkan Kecamatan Galang memiliki 27 Posyandu dengan status 26 Pratama, dan 1 Mandiri (Baca: Lihat Tabel 3.7). 59

Tabel 3.7 Jumlah dan Persentase Posyandu Menurut Strata dan Kecamatan Tahun 2007 Kecamatan Puskesmas Jumlah Posyandu Persentase Posyandu Prata Mady Purn Mand Juml Pratam Madya Purnam % Posyandu Jumla Mandiri Aktif ma a ama iri ah a a h Bengkong Sei Panas - 9 15-14 - 100 - - 100 - Batu Ampar Tg.Sengkuang 12 10 - - 22 54.55 45.45 - - 100 - Blk Padang Blk Padang 4 17-7 28 14.29 60.71-25.00 100 25.00 Lubuk Baja Lubuk Baja - 8 4 2 14-57.14 28.57 14.29 100 42.86 Galang Galang 26 - - 1 27 96.30 - - 3.7 100 3.70 Bulang Bulang 13 1 - - 14 92.86 7.14 - - 100 - Sekupang Sekupang 4 19 2 1 26 15.38 73.08 7.69 3.85 100 11.54 Nongsa Sambau 8 12 1-21 38.10 57.14 4.76-100 4.76 Batam Kota Baloi Permai 15 2 - - 17 88.24 11.76 - - 100 - Sei Beduk Sei Pancur 5 8 2-15 33.33 53.33 13.33-100 13.33 Sagulung Sei Lekop 6 20 6-32 18.75 62.50 18.75-100 18.75 Batu Aji Sekupang 7 13 1-21 33.33 61.9 4.76-100 4.76 Jumlah 100 119 16 11 246 40.65 48.37 6.5 4.47 100 10.98 Sumber:Profil Dinkes Kota Batam 2007 Tabel 3.8 Persentase Cakupan Imunisasi Bayi Menurut Kecamatan Kota Batam 2007 60

Kecamatan Puskesmas Imunisasi Jml BCG DPT1+HB1 DPT3+HB3 Polio3 Campak Hepatitis B3 Bayi Jml % Jml % Jml % Jml % Jml % Jml % DO % Bengkong Sei Panas 2080 2164 104.04 2102 101.06 1813 87.16 2010 96.63 1922 92.40 940 45.19 2010.56 Batu Ampar Tg.Sengkuang 1411 1379 97.73 1379 97.73 1293 91.64 1494 105.88 1454 103.05 1419 100.57 1273.56 Blk Padang Blk Padang 527 366 69.45 388 64.14 401 76.09 425 80.65 359 68.12 0 0.00 231.79 Lubuk Baja Lubuk Baja 1936 1692 87.40 1980 102.27 1916 98.97 1879 97.06 1499 77.43 0 0.00 1904.29 Galang Galang 374 372 99.47 156 41.71 180 48.13 156 41.71 390 104.28 0 0.00 94.00 Bulang Bulang 228 227 99.56 312 136.84 254 111.40 276 121.00 230 100.88 249 109.21 238.28 Sekupang Sekupang 3911 2947 75.35 3568 91.23 3332 85.20 3160 80.80 2738 70.01 0 0.00 3491.26 Nongsa Sambau 1028 816 79.38 804 78.21 912 88.72 876 85.21 624 60.70 432 42.02 726.39 Batam Kota Baloi Permai 2667 2484 93.14 2937 110.12 3045 114.17 2975 111.55 2740 102.74 0 0.00 2843.71 Sei Beduk Sei Pancur 1895 1646 86.86 1878 99.1 1650 87.07 1543 81.42 1458 76.94 0 0.00 1800.36 Sagulung Sei Lekop 2919 2066 70.78 2028 69.48 1715 58.75 1854 65.31 1719 58.89 422 14.46 1943.24 Batu Aji............... Jumlah 18976 16159 85.15 17482 92.13 16511 87.01 16648 87.73 15133 79.75 3462 18.24 17395.4 Sumber: Profil Dinkes kota Batam 2007 Layanan imunisasi (BCG, DPT 1+HB1, DPT 3+HB 3, Polio 3, Campak, Hepatitis B3) di yang dilakukan oleh 11 Puskesmas yang tersebar pada setiap kecamatan telah menjangkau angka sebesar 17.395 dari 18.976 bayi Kota Batam. Apabila dicermati sebaranya per kecamatan gambarannya sebagai berikut : 1) Kecamatan Bengkong dengan jumlah bayi sebanyak 2.080 bayi, 2.164 atau 104,04% telah mendapat imunisasi BCG (84 bayi mungkin datang dari daerah lain), 2.102 bayi atau 101,06% telah mendapat imunisasi DPT1+HB1 (22 bayi mungkin datang dari daerah lain), 1.813 bayi atau 87,16% telah mendapat imunisasi DPT3+HB3, 2.010 bayi atau 96% telah mendapat imunisasi Polio 3, 1.922 bayi atau 92% telah mendapat imunisasi campak, dan 940 bayi atau 45,19% telah mendapat imunisasi Hepatitis B3. 2) Kecamatan Batu Ampar dengan jumlah bayi sebanyak 1.411 bayi, 1.379 atau 97.73% telah mendapat imunisasi BCG, 1.379 bayi atau 97.73% telah mendapat imunisasi DPT1+HB1, 1.293 bayi atau 91.64% telah mendapat 61

imunisasi DPT3+HB3, 1.494 bayi atau 105,88% telah mendapat imunisasi Polio 3 (83 bayi mungkin data dari daerahlain), 1.454 bayi atau 103,05 telah mendapat imunisasi campak (43 bayi mungkin data dari daerah lain), dan 1.419 bayi atau 100,57% telah mendapat imunisasi Hepatitis B3 (8 bayi mungkin datang dri daerah lain). 3) Kecamatan Belakang Padang dengan jumlah bayi sebanyak 527 bayi, 366 atau 69.45% telah mendapat imunisasi BCG, 388 bayi atau 64,14% telah mendapat imunisasi DPT1+HB1, 401 bayi atau 746%09 telah mendapat imunisasi DPT3+HB3, 425 bayi atau 80,65% telah mendapat imunisasi Polio3, 359 bayi atau 68,12% telah mendapat imunisasi campak, dan 0 bayi atau 0% tidak memperoleh imunisasi Hepatitis B3. 4) Kecamatan Lubuk Baja dengan jumlah bayi sebanyak 1.936 bayi, 1.692 atau 69.45% telah mendapat imunisasi BCG, 1.980 bayi atau 102,27% telah mendapat imunisasi DPT1+HB1 (44 bayi mungkin datang dari daerah lain), 1.916 bayi atau 98,97% telah mendapat imunisasi DPT3+HB3, 1.879 bayi atau 97,06% telah mendapat imunisasi Polio3, 1.499 bayi atau 77,43% telah mendapat imunisasi campak, dan 0 bayi atau 0% tidak memperoleh imunisasi Hepatitis B3. 5) Kecamatan Galang dengan jumlah bayi sebanyak 374 bayi, 372 atau 99,47%% telah mendapat imunisasi BCG, 156 bayi atau 41,71% telah mendapat imunisasi DPT1+HB1, 180 bayi atau 48.13% telah mendapat imunisasi DPT3+HB3, 156 bayi atau 41,71% telah mendapat imunisasi Polio3, 390 bayi atau 104,28% telah mendapat imunisasi campak (16 bayi mungkin datang dari daerah lain), dan 0 bayi atau 0% tidak memperoleh imunisasi Hepatitis B3. 6) Kecamatan Bulang dengan jumlah bayi sebanyak 228 bayi, 227 atau 62

99,56%% telah mendapat imunisasi BCG, 312 bayi atau 136,84% telah mendapat imunisasi DPT1+HB1 (24 bayi mungkin datang dari daerahlain), 254 bayi atau 111,40% telah mendapat imunisasi DPT3+HB3 (34 bayi mungkin datang dari daerah lain), 276 bayi atau 121% telah mendapat imunisasi Polio3 ( 48 bayi mungkin datang dari daerah lain), 230 bayi atau 100,88% telah mendapat imunisasi campak (2 bayi mungkin datang dari daerah lain), dan 249 bayi atau 109,28% telah memperoleh imunisasi Hepatitis B3 (21 bayi mungkin datang dari daerah lain).. 7) Kecamatan Sekupang dengan jumlah bayi sebanyak 3.911 bayi, 2.947 atau 75,35%% telah mendapat imunisasi BCG, 3.568 bayi atau 91,23% telah mendapat imunisasi DPT1+HB1, 3.332 bayi atau 85,20% telah mendapat imunisasi DPT3+HB3, 3.160 bayi atau 80,80% telah mendapat imunisasi Polio3, 2.738 bayi atau 70,01% telah mendapat imunisasi campak, dan 0 bayi atau 0% tidak memperoleh imunisasi Hepatitis B3. 8) Kecamatan Nongsa dengan jumlah bayi sebanyak 1.028 bayi, 816 atau 79,38%% telah mendapat imunisasi BCG, 804 bayi atau 78,21% telah mendapat imunisasi DPT1+HB1, 912 bayi atau 88,72% telah mendapat imunisasi DPT3+HB3, 876 bayi atau 85,21% telah mendapat imunisasi Polio3, 624 bayi atau 60,70% telah mendapat imunisasi campak, dan 432 bayi atau 42,02% telah memperoleh imunisasi Hepatitis B3. 9) Kecamatan Batam Kota dengan jumlah bayi sebanyak 2.667 bayi, 2.484 atau 93,14%% telah mendapat imunisasi BCG, 2.937 bayi atau 110,12% telah mendapat imunisasi DPT1+HB1 (270 bayi mungkin datang dri daerah lain), 3.045 bayi atau 114,17% 63

telah mendapat imunisasi DPT3+HB3 (378 bayi mungkin datang dari daerah lain), 2.975 bayi atau 111,55% telah mendapat imunisasi Polio3 (308 bayi mungkin datang dari daerah lain), 2.740 bayi atau 102,74% telah mendapat imunisasi campak (73 bayi mungkin data dari daerah lain), dan 0% bayi atau 0% tidak memperoleh imunisasi Hepatitis B3. 10) Kecamatan Sei Beduk dengan jumlah bayi sebanyak 1.895 bayi, 1.646 atau 86,86% telah mendapat imunisasi BCG, 1.878 bayi atau 99,1% telah mendapat imunisasi DPT1+HB1, 1.650 bayi atau 87,07% telah mendapat imunisasi DPT3+HB3, 1.543 bayi atau 81,42% telah mendapat imunisasi Polio3, 1.458 bayi atau 76,94% telah mendapat imunisasi campak, dan 0% bayi atau 0% tidak memperoleh imunisasi Hepatitis B3.. 11) Kecamatan Sagulung dengan jumlah bayi sebanyak 2.919 bayi, 2.066 atau 70,78% telah mendapat imunisasi BCG, 2.028 bayi atau 69,48% telah mendapat imunisasi DPT1+HB1, 1.715 bayi atau 58,75% telah mendapat imunisasi DPT3+HB3, 1.854 bayi atau 65,31% telah mendapat imunisasi Polio3, 1.719 bayi atau 58,89% telah mendapat imunisasi campak, dan 422% bayi atau 14,46% telah memperoleh imunisasi Hepatitis B3. 12) Kecamatan Batu Aji (tidak ada data). 3.8 Kesenjangan dengan Target Dakkar Berdasarkan Target Dakkar bahwa pada tahun 2015 semua anak harus mendapatkan pelayanan perawatan kesehatan dan pendidikan sejak dini, maka berdasarkan analisis data di Kota Batam, Layanan imunisasi (BCG, DPT 1+HB1, DPT 3+HB 3, Polio 64

3, Campak, Hepatitis B3) di yang dilakukan oleh 11 Puskesmas yang tersebar pada setiap kecamatan telah menjangkau angka sebesar 17.395 dari 18.976 bayi Kota Batam, artinya terdapat kesenjangan 1.581 bayi yang belum mendapat layanan perawatan imunisasi, 56.643 balita telah mendapat pemberian Vitamin A dari 93.042 jumlah balita di Kota Batam, artinya masih terdapat sebesar 36.399 balita yang belum mendapat pemberian Vitamin A. Selanjutnya terdapat angka sebesat 173 balita berstatus Gizi Buruk dari 93.042 jumlah balita di Kota Batam. Layanan pendidikan bagi anak usia dini (0-6) yang jumlahnya 55.564 anak, dilayani oleh 202 Taman kanak-kanak (1 Negeri dan 201 Swasta) yang menampung sejumlah 13.564 anak (286 anak ditampung oleh TK Negeri dan 13.278 ditampung oleh TK Swasta). Selain dilayani oleh Taman Kanak-kanak, anak-anak ini dilayani juga oleh Raudlatul Athfal (RA) sebanyak 47 sekolah yang melayani 2.897 anak. Apabila dipersandingkan dengan usia 4-6 (sebagai usia TK), maka 30.509 dikurangi 13.278 sama dengan 17.231 anak usia TK yang belum terlayani oleh pendidikan setingkat Taman kanak-kanak, dan 17.231 dikurangi oleh anak yang terlayani oleh RA sebanyak 2.897 anak, maka jumlah anak 0-6 tahun yang belum terlayani berjumlah 14.334 anak. 3.9 Permasalahan 65

Mengaanalisis data secara umum, layanan perawatan dan pendidikan anak usia dini di Kota Batam menggambarkan hal yang cukup baik, walaupun jika dikaji secara detail masih terdapat hal yang harus ditingkatkan bahkan diupayakan dengan sangat terencana dan sistematis serta melalui kerja sama antara keluarga/orangtua, masyarakat, dan pemerintah (sampai pada tingkat yang paling bawah). Sejumlah permasalahan dan kendala yang dihadapi, antara lain: 1. Masih terdapat sejumlah 14.334 anak usia dini yang belum terlayani oleh pendidikan prasekolah setingkat TK/RA 2. Masih terdapat 1.581 bayi yang belum terlayani oleh imunisasi BCG, DPT1+HB1, DPT3+HB3, Polio 3,Campak, dan Hepatitis B3, dan terdapat 4 (empat) kecmatan yaitu : Kecamatan Sei Beduk, Batam Kota, Belakang Padang, dan Sekupang tidak memperoleh imunisasi Hepatitis B3, serta satu (1) kecamatan yaitu Kecamatan Batu Aji yang angka Nihil (Nol) imunisasi untuk semua jenis. 3. Masih terdapat angka 36.399 balita yang belum mendapatkan pemberian Vitamin A, yaitu dari jumlah 93.042 balita hanya 56.643 balita yang memperoleh pemberian Vitamin A. 4. Masih harus mengaktifkan kembali dan atau menambah intensitas kegiatan posyandu di beberapa kelurahan atau di lingkungan masyarakat, karena dengan jumlah bayi dan balita yang ada tidak ungkin dapat dilayani dengan baik oleh 246 posyandu. 66

5. Rendahnya tingkat sosial-ekonomi orang tua dan masyarakat yang seringkali menghambat dan menjadi alasan rendahnya aksesibilitas anak terhadap pendidikan maupun layanan dan perawatan anak usia dini. 6. Secara intensif masih harus melakukan sosialiasi kepada masyarakat tentang pentingnya pemberian layanan perawatan dan pendidikan kepada anak sejak usia dini. 7. Kurangnya tenaga kependidikan PAUD yang profesional /ahli dibidang PAUD. 8. Terbatasnya dana pemerintah dalam penanganan PAUD sehingga dukungan yang diberikan pemerintah guna mendukung pemerataan layanan pendidikan dan pelayanan perawatan bagi anak usia dini pun terbatas pula. 9. Masih memerlukan pengembangan program layanan yang terpadu yang dapat memberikan layanan seutuhnya bagi anak usia dini, yang mencakup layanan pendidikan, kesehatan, perawatan dan gizi. 10. Belum intensifnya kemitraanljalinan kerjasama antara Pemerintah dengan berbagai lembaga, instansi dan organisasi yang terkait dalam pembinaan pendidikan dan layanan perawatan bagi anak usia dini. 11. Kondisi geografis yang kurang mendukung pada beberapa wilayah tertentu sehingga akses kepelayanan pendidikan dan perawatan terbatas. 3.10 Rekomendasi 67