NOTA KESEPAHAMAN ANTARA. PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI BARAT, DmT PEMERINTAH KABUPATEN MAMASA TENTANG

dokumen-dokumen yang mirip
Infografis Kemakmuran Hijau v5.2 PRINT.pdf PROYEK KEMAKMURAN HIJAU

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PROYEK KEMAKMURAN HIJAU

KEPASTIAN RUANG YANG PARTISIPATIF SEBAGAI KUNCI KEBERLANJUTAN SUMBER DAYA DAN DUKUNGAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT

KERANGKA ACUAN KERJA WORKSHOP PENYUSUNAN DOKUMEN NOTA KESEPAHAMAN PELAKSANAAN PROYEK KEMAKMURAN HIJAU PROGRAM COMPACT

Kerangka Acuan Multistakeholder Forum Rapat Koordinasi Proyek Kemakmuran Hijau di Propinsi Jambi Ruang Pertemuan Kantor Bappeda Jambi, 11 Juni 2015

KERANGKA ACUAN KERJA PERJALANAN DINAS DALAM NEGERI SEKRETARIAT PENGELOLA HIBAH MILLENNIUM CHALLENGE CORPORATION (MCC) TAHUN ANGGARAN 2014

Oleh : Arief Setyadi. Persyaratan Gender dalam Program Compact

Fasilitas Kemakmuran Hijau. perangkat informasi

KERANGKA ACUAN KERJA REVISI-II PERJALANAN DINAS LUAR NEGERI KEGIATAN PENGELOLAAN HIBAH MILLENIUM CHALLENGE CORPORATION (MCC) TAHUN ANGGARAN 2014

Setelah sesi ini, peserta diharapkan dapat mengerti dengan baik tentang kegiatan, pendekatan, dan persyaratan yang ada pada Jendela-2: Pengelolaan

Program Hibah Pengelolaan Sumberdaya Alam Berbasis Masyarakat (PSDABM)

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KENDAL NOMOR 26 TAHUN 2011 TENTANG PEMBERIAN INSENTIF DAN PEMBERIAN KEMUDAHAN PENANAMAN MODAL DI KABUPATEN KENDAL

Kinerja Lingkungan dan Sosial (ESP)

Fasilitas Kemakmuran Hijau HIBAH KEMITRAAN

PROYEK MODERNISASI PENGADAAN

BUPATI BUTON PROVINSI SULAWESI TENGGARA

KERANGKA ACUAN KERJA KEGIATAN PENGELOLAAN HIBAH MILLENIUM CHALLENGE CORPORATION (MCC) TAHUN ANGGARAN 2014 REPUBLIK INDONESIA

Proyek Kemakmuran Hijau Compact Indonesia.

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KONAWE SELATAN NOMOR: 3 TAHUN 2012 TENTANG

CAPAIAN DAN KEBERLANJUTAN PERENCANAAN TATA GUNA LAHAN PARTISIPATIF

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Fasilitas Kemakmuran Hijau. Hibah Pengelolaan Sumber

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BUTON NOMOR 103 TAHUN 2015 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BUTON NOMOR 3 TAHUN 2015 T E N T A N G

Hibah Pengetahuan Hijau

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TIMUR NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG PEMBERIAN INSENTIF DAN PEMBERIAN KEMUDAHAN PENANAMAN MODAL DI DAERAH

PROYEK KEMAKMURAN HIJAU Program Hibah Pengelolaan Sumber Daya Alam Berbasis Masyarakat. Mamasa, 15 Oktober 2015

BUPATI BANYUWANGI PROVINSI JAWA TIMUR

PEMBAGIAN URUSAN DAN RUANG LINGKUP

- 2 - MEMUTUSKAN. 12. Kemitraan.../3 AZIZ/2016/PERATURAN/KEMITRAAN DALAM PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP

TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG

RANCANGAN AWAL RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2012

GUBERNUR JAMBI PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 7 Tahun : 2013

GUBERNUR GORONTALO PERATURAN DAERAH PROVINSI GORONTALO NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG TANGGUNG JAWAB SOSIAL DAN LINGKUNGAN PERUSAHAAN

PERATURAN BUPATI REJANG LEBONG NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG PENETAPAN KAWASAN STRATEGIS CEPAT TUMBUH DI KABUPATEN REJANG LEBONG BUPATI REJANG LEBONG,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PEMERINTAH KABUPATEN MUKOMUKO

Kabar dari Tim Pendamping Pengelolaan Hutan Bersama Hulu Sungai Malinau

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

QANUN KABUPATEN ACEH TIMUR NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN PEMBERIAN INSENTIF DAN PEMBERIAN KEMUDAHAN PENANAMAN MODAL DI KABUPATEN ACEH TIMUR

Pemantauan & Evaluasi

Memorandum Program Sanitasi (MPS) Kabupaten Balangan BAB 1 PENDAHULUAN

BUPATI ROKAN HULU PROVINSI RIAU

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANJAR NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANJAR,

Kerangka Acuan. Kegiatan Profesionalisasi Pengadaan. Mentor ULP untuk Manajemen Sumber Daya Manusia

PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG TANGGUNG JAWAB SOSIAL DAN LINGKUNGAN PERUSAHAAN

PEMERINTAH KABUPATEN LUWU UTARA

PEDOMAN UMUM PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI KEHUTANAN BAB I PENDAHULUAN

Fasilitas Kemakmuran Hijau KEMITRAAN KAKAO LESTARI

MATRIK 2.3 RENCANA TINDAK PEMBANGUNAN KEMENTERIAN/ LEMBAGA TAHUN 2011

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG

BUPATI GARUT PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG PENANAMAN MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

MENGENAI KERJA SAMA EKONOMI). DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I. PENDAHULUAN. 1 P a g e

USULAN PENDEKATAN DAN METODOLOGI RENCANA KERJA DAN JADWAL KEGIATAN CALON TENAGA AHLI PEMASARAN PARTISIPATIF

MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA

Kepastian Pembiayaan dalam keberhasilan implementasi REDD+ di Indonesia

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN PEMBANGUNAN

NCA N LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 12 TAHUN 2009 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 11 TAHUN 2009 TENTANG

- 1 - PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG

Konsolidasi dan Kemitraan untuk Akselerasi Kemajuan

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR : 8 TAHUN 2009 SERI : E NOMOR : 2

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG TIMUR NOMOR 17 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2017

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR 13 TAHUN 2010 TENTANG

BUPATI LOMBOK BARAT PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

MEKANISME PEMBENTUKAN PERJANJIAN PUSAT DAN DAERAH BIRO HUKUM KEMENTERIAN DALAM NEGERI

PEDOMAN TATA KELOLA LEMBAGA WALI AMANAT MILLENNIUM CHALLENGE ACCOUNT INDONESIA BAB I PENDAHULUAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI TEMANGGUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

Pengelolaan Sumber Daya Alam Berbasis Masyarakat (PSDABM)

BUPATI KARANGANYAR PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARANGANYAR NOMOR 7 TAHUN TENTANG KERJASAMA DAERAH

BUPATI LOMBOK BARAT PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

Konservasi Hutan Berbasis Masyarakat dan Mitigasi Perubahan Iklim di Bentang Alam Kerinci Seblat Konsorsium Perkumpulan WALESTRA (WALESTRA, ICS &

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

MPS Kabupaten Bantaeng Latar Belakang

AKTIVITAS PENGETAHUAN HIJAU DAN PROYEK KEMAKMURAN HIJAU MCA-INDONESIA

BUPATI GORONTALO PROVINSI GORONTALO

Dikusi Kelompok Fokus Kabupaten Tanjung Jabung Timur Hotel Aston, Jambi Oktober 2014

PADA MUSRENBANG RKPD PROVINSI KALIMANTAN TIMUR TAHUN Drs. REYDONNYZAR MOENEK, M. Devt.M

* TUJUAN PENGELOLAAN DAS 14/06/2013. ASPEK HUKUM PENGELOLAAN DAS BERDASARKAN PP No. 37 Tahun 2012 TENTANG PENGELOLAAN DAERAH ALIRAN SUNGAI

WALIKOTA CIREBON PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA CIREBON NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KOTA CIREBON

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN BUPATI MAMASA NOMOR: 2 TAHUN 2013

No. Program Sasaran Program Instansi Penanggung Jawab Pagu (Juta Rupiah)

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR. TAHUN 2016 TENTANG KERJA SAMA DAN INOVASI DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN NOMOR 2 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2016 BAB I PENDAHULUAN

2.1 RPJMD Kabupaten Bogor Tahun

PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CIAMIS,

BAB 1 PENDAHULUAN. Beberapa pokok utama yang telah dicapai dengan penyusunan dokumen ini antara lain:

BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK NOMOR 12 TAHUN 2016 TENTANG KERJA SAMA DAERAH

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

LAPORAN KEGIATAN RAPAT KORDINASI INTEGRATED CITARUM WATER RESOURCES MANAGEMENT INVESTMENT PROGRAM (ICWRMIP)

NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA WALI AMANAT MILLENNIUM CHALLENGE ACCOUNT - INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DEKLARASI PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI

Development (LERD), bersama ini kami informasikan bahwa kami membuka kembali pendaftaran diklat LERD, dengan informasi sebagai berikut:

Transkripsi:

NOTA KESEPAHAMAN ANTARA LEMBAGA WALI AMANAT MZLLEhWZUM CHALLENGE ACCOUiVT- INDONESIA, PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI BARAT, DmT PEMERINTAH KABUPATEN MAMASA TENTANG PERSIAPAN DAN PELAKSANAAN PROGRAM COMPACT PROYEK GREEN PROSPERITY NOMOR NOMOR Pada hari ini,..., bmi tanggal h$!%?!!!!.. yang bertandatangan dibawah ini:. 050/ tvl0~-05/~1 /2012... bulan %?~?.!cc bertempar di.!?:.$~.!~~..~'~ 1. DR. IR. LUKITA D. TUWO, MA : Ketua Majelis Wali Amanat Mi1le;znium Challenge Account-Indonesia (MCA- Indonesia), dalam ha1 ini bertindak untuk dan atas nama Lembaga Wali Amanat MCA-Indonesia yang Sberkedudukan di J1. Subang No. 10, Menteng, Jakarta Pusat, 103 10, yang selanjutnya disebut Pihak Pertama; 2. DRS. H. ANWAR A. SALEH : Gubernur Sulawesi Barat, berkedudukan di Jalan H. Abd. Malik Pattana Endeng, Rangas - Mamuju, dalam ha1 ini bertindak untuk dan atas nama Pemerintah Provinsi Sulawesi Barat, yang selanjutnya disebut Pihak Kedua; 3. DRS. H. RAMLAN BADAWI, MH : Bupati Mamasa, Provinsi Sulawesi Barat, berkedudukan di Jalan Poros Mamasa Rante-Rante, Mamasa, dalam hal ini bertindak untuk dan atas nama Pemerintah Kabupaten Mamasa, yang selanjutnya disebut Pihak Ketiga; Masing-masing pihak secara bersama-sama disebut Para Pihak. Halaman 1 dari 8

Menindaklanjuti Perjanjian Hibah Compact antara Pemerintah Arnerika Serikat melalui Millennium Challenge Corporation (MCC) dengan Pemerintah Indonesia, yang ditandatangani pada tanggal 19 November 201 1 dan dokumen Program Implementation Agreement (PIA) yang ditandatangani pada tanggal 19 September 2012, maka Para Pihak bersepakat untuk memiliki satu pemahaman untuk melakukan kerja sama dalam rangka persiapan pelaksanaan Proyek Green Prosperity sebagai bagian dari Program Compact, yang diatur dengan ketentuan sebagai berikut: LATAR BELAKANG Millennium Challenge Corporation (MCC) dan Pemerintah Republik Indonesia telah menyetujui Perjanjian Hibah Compact pada tanggal 19 November 201 1. Selanjutnya Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional / Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) telah membentuk Lembaga Wali Arnanat Millennium Challenge Account - Indonesia (MCA-Indonesia) melalui Peraturan Menteri Perencanaan Pembangunan NasionalKepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Nomor 2 tahun 2012, yang direvisi melalui Peraturan Menteri Perencanaan Pembangunan NasionalKepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Nomor 5 tahun 2012, untuk mengelola dan melaksanakan Program Compact. Proyek Green Prosperity adalah salah satu kegiatan dalm Program Compact yang bertujuan untuk meningkatkan produktivitas dan mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil dengan meningkatkan penyediaan dan pemanfaatan energi terbarukan; dan meningkatkan produktivitas dan men,o~~angi emisi gas rumah kaca berbasis lahan dengan cara memperbaiki kegiatan pemanfaatan lahan serta pengelolaan sumber daya alam. Penjelasan lebih rinci mengenai Proyek Green Prosperity disajikan pada Lampiran 1 yang memuat kutipan dari Perjanjian Hibah Compact. Keuntungan dan manfaat yang diharapkan akan diperoleh oleh masyarakat dan lembaga pemerintah yang berada di lokasi Proyek Green Prosperity antara lain adalah: (1) meningkatnya kapasitas untuk meningkatkan mutu penataan ruang di tingkat kabupaten; (2) pengurangan konflik lahan; (3) peningkatan iklim investasi yang didukung oleh peningkatan transparansi proses perijinan pemanfaatan sumber daya alam; (4) perbaikan kepastian ruang dengan cara memberdayakan masyarakat desa melalui pemetaan batasbatas desa secara partisipatif baik untuk pemukiman desa maupun wilayahnya, yang dilakukan dan ditetapkan sesuai dengan pedoman pemerintah di tingkat pusat dan daerah. Selain itu proyek ini juga diharapkan akan memberikan manfaat untuk menciptakan kegiatan ekonomi yang berkelanjutan untuk mengurangi angka kemiskinan melalui: (1) kegiatan pemanfaatan energi terbarukan untuk pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan; (2) peningkatan pengelolaan sumber daya alam demi pertumbuhan dan perkembangan pedesaan yang lebih bermutu; (3) pengembangan agribisnis; (4) peningkatan keterpaduan pengelolaan daerah aliran sungai (DAS) di tingkat sub-das untuk mengurangi risiko banjir, risiko dampak kemarau, dan risiko kebakaran lahan yang tidak terkendali. Hal tersebut di atas diharapkan akan memberikan dampak positif dalam bentuk: (1) perencanaan pedesaan yang lebih baik, misalnya untuk Musyawarah Rencana Pembangunan (Musrenbang), dan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa (RPJMDes); (2) program pembangunan desa lebih terpadu dengan Program Nasional Halaman 2 dari 8

Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) serta menjamin peran perempuan desa dengan melibatkan kegiatan pemberdayaan perempuan dalam kerangka program; (3) peraturan desa untuk pengelolaan surnber daya alam akan lebih efektif; (4) meningkatnya keberdayaan masyarakat desa dalam permohonan dan perijinan kehutanan sosial, misalnya hutan desa, hutan kemasyarakatan, hutan adat, dan hutan tanaman rakyat; dan (5) meningkatnya kesempatan berpartisipasi dalam program imbal jasa lingkungan (IJL) antar desa. IJL mencakup kompensasi untuk jasa lingkungan misalnya pencegahan banjir dan erosi tanah, serta perlindungan sumber daya air, dan penyerapan karbon. Sebagai contoh, investasi dalam energi terbarukan adalah pemberian insentif untuk masyarakat daerah atau wilayah hulu yang bersedia melindungi daerah aliran sungai hulu untuk sumber daya air bagi pembanglut listrik tenaga air mini atau mikro di daerah atau wilayah hilir. Pasal2 TUJUAN Nota Kesepahaman ini ditujukan sebagai dasar dalam pelaksanaan kerjasama antara Pihak Kesatu dengan Pihak Kedua dan Pihak Ketiga dalam rangka pasiapan pelaksanaan Proyek Green Prosperity. Pasal3 RUANG LINGKI.JP PROYEK GREEN PROSPERITY (1) Proyek Green Prosperity meliputi kegiatan Green Prosperity Financing Facility (GP Facility) yang ditujukan untuk memberikan pendanaan bagi proyek-proyek di sektor energi terbarukan dan pengelolaan surnberdaya alam secara terpadu, di antaranya adalah : a. pembanglut listrik tenaga air (mikrohidro, minihidro) (on-grid dan off-grid, pembangkit baru ataupun peningkatan kapasitas pembangkit lama); b. pengolahan sampah organik menjadi energi (biowaste) termasuk pemanfaatan gas metan dari pabrik kelapa sawit (PKS); c. pembangkit listrik tenaga sel surya (on-grid dan ofl-grid), pembangkit listrik hibrid yang terintegrasi ; d. program intensifikasi pertanian skala kecil secara berkelanjutan yang sesuai dengan pedoman GP Facility; e. program pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS); f. kehutanan masyarakat, di dalam lahan hutan lindung dan produktif; g. kegiatan agro-forestry, dan lainnya. (2) Penyediaan pendanaan GP Facility meliputi: a. pembiayaan komersial bagi sektor swasta untuk investasi dalam bidang energi terbarukan dan dalam bidang pengelolaan sumberdaya alam; b. hibah untuk mendukung proyek energi terbarukan skala kecil dan proyek lainnya yang berbasis komunitas, untuk meningkatkan pengelolaan sumberdaya alam yang berkelanjutan dan memperbaiki kegiatan pemanfaatan lahan. Halaman 3 dari 8

(3) Penyediaan dana GP Facility akan difokuskan untuk pendanaan di tingkat kabupaten, terutama di kabupaten-kabupaten berdekatan dalam DAS yang sama, yang diprioritaskan melalui penilaian kesiapan (readiness assessment). (4) Kegiatan Proyek Green Prosperity didukung oleh prinsip dan instrumen hukum yang terdaftar pada Lampiran 2. Pasal4 PERSYARATAN LOKASI KEGIATAN PROYEK GREEN PROSPERITY (1) Proyek Green.Prosperity akan dilaksanakan di kabupaten yang memenuhi persyaratan sebagai berikut : a. memiliki Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) provinsi atau kabupaten yang sudah memperoleh persetujuan substantif dari Kementerian Pekerjaan Umum; b. menyetujui pembuatan informasi yang dapat diakses oleh publik tentang lokasi perrnukiman desa; c. menyetujui pembuatan informasi yang dapat diakses oleh publik tentang perijinan pemanfaatan sumberdaya alam, yang memuat informasi ijin yang sudah disetujui dan ijin yang sedang dalam proses; d. menyetujui pembuatan dan pemberlakuan proses perijinan yang transparan dan mudah diakses oleh publik. (2) Jika kabupaten lokasi kegiatan Green Prosperity tidak berhasil memenuhi persyaratan yang disebutkan pada ayat (I), Pihak Pertama dapat mengurangi atau membatalkan pemberian dana GP Facility bagi proyek yang ada di kabupaten tersebut. Pasal5 DUKUNGAN PIHAK PERTAMA DALAM PROYEK GREEN PROSPERITY Pihak Pertama akan mendukung Proyek Green Prosperity dalam hal: a. fasilitasi Perencanaan Penggunaan Lahan Partisipatif (Participatory Land Use Planning atau disingkat PLUP), ditujukan untuk memastikan agar fasilitas pendanaan Green Prosperity (GP Facility) berdasarkan pada data akurat mengenai tata ruang dan penggunaan lahan, serta sejalan dengan peraturan dan dokurnen perencanaan pembangunan yang berlaku. Kegiatan PLUP juga akan membantu memperkuat kapasitas masyarakat lokal dan lembaga terkait di tingkat kabupaten untuk mengelola lahan dan sumberdaya alam; b. fasilitasi Bantuan Teknis dan Pengawasan (oversight), ditujukan untuk memberikan bantuan teknis kepada pemangku kepentingan (stakeholder) terkait, dalam rangka identifikasi proyek-proyek potensial yang dapat didanai oleh GP Facility atau sumber pendanaan lain, dan mempersiapkan rencana kerja pembangunan rendah karbon; c. fasilitasi kegiatan Green Knowledge, ditujukan untuk membangun kapasitas lokal, provinsi, dan nasional dalam rangka memperkuat strategi pembangunan rendah karbon secara nasional dalam konteks Green Prosperity. Halaman 4 dari 8

DUKUNGAN PIHAK KEDUA DAN KETIGA DALAM PROYEK GREEN PROSPERITY Pihak Kedua dan PihakKetiga akan memberikan dukungan pelaksanaan Proyek Green Prosperity, dalam hal: a. fasilitasi pelaksanaan koordinasi dengan dinaslinstansi daerah untuk mensinkronkan program APBD dengan Proyek Green Prosperity dalam rangka pembangunan infrastruktur jalan, jembatan, jaringan listrik, saluran irigasi, dan lainnya yang mendukung Proyek Green Prosperity; b. fasilitasi pelaksanaan koordinasi bagi dinaslinstansi daerah kepada KementerianlLembaga (WL) untuk memperoleh pendanaan dari tingkat pusat (APBN) dalam rangka pembiayaan pembangunan infrastruktur jalan, jembatan, jaringan listrik, saluran irigasi, dan perihal lainnya yang mendukung Proyek Green Prosperity; c. fasilitasi proses perijinan dart penyempurnaan perangkat hukum (legal infrastructure) yang dibutuhkan untuk pelaksanaan Proyek Green Prosperity sesuai dengan ketentuan yang berlaku; d. fasilitasi pelaksanaan koordinasi antar Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) dan pihak lain di daerah, seperti: PT PLN, lembaga vertikal relevan di daerah, lembaga donor, dan lembaga relevan lainnya, untuk sinergi kegiatan dan mengh~ndari duplikasi kegiatan dengan Proyek Green Prosperity; e. fasilitasi kegiatan penetapan batas wilayah administratif yang mencakup antara lain (i) lokasi pemukiman besar dan kecil di desa-desa, (ii) pengembangan pedoman yang tepat untuk penetapan batas desa secara partisipatif dengan menggunakan proses yang berlaku dan praktek-praktek terbaik (international best practices) dengan memberikan peran nyata bagi kaurn perempuan dan kelompok-kelompok rentan, dan (iii) pemetaan dan demarkasi batas desa dalam kecamatan di wilayah potensi proyek dengan mempertimbangkan arahan dari pemerintah daerah dengan dukungan dana dan bantuan teknis dari Proyek Green Prosperity; f. fasilitasi proses identifikasi kegiatan Proyek Green Prosperity dan proses implementasinya setelah berkonsultasi dengan para pemangku kepentingan (stakeholder consultation), khususnya dengan calon penerima manfaat proyek, termasuk perempuan dan kelompok-kelompok yang terpinggirkan, serta dengan pihak sponsor; g. menyediakan fasilitas pembebasan pajak daerah sesuai dengan Perjanjian Hibah Compact dan Program Implementation Agreement dan diatur sesuai dengan ketentuan yang berlaku atau yang akan disesuaikan untuk memungkinkan fasilitas pembebasan pajak daerah; h. bersama Pihak Pertama menyiapkan dan melaksanakan strategi paska-proyek sesuai dengan kebijakan Compact, kebijakan nasional dan kebijakan daerah sesuai dengan ketentuan yang berlaku; i. menyediakan ruang kantor dan memberikan perijinan yang diperlukan untuk kegiatan Bantuan Teknis Proyek Green Prosperity sebagaimana dimandatkan dalam Perjanjian Halaman 5 dari 8

Hibah Compact, termasuk kegiatan konsultan persiapan Proyek Green Prosperity sebagaimana dijelaskan dalam Lampiran 3; j. membentuk Tim Koordinasi Proyek Green Prosperity di provinsi dan kabupaten dengan melibatkan instansildinas terkait. Pasal7 KOMUNIKASI DAN KORESPONDENSI Komunikasi dan korespondensi dalam rangka pelaksanaan kesepahaman ini akan dilakukan oleh Pihak Pertama, Pihak Kedua, dan Pihak Ketiga melalui: a. MCA-Indonesia b. Pemerintah Provinsi Sulawesi Barat Jabatan : Ketua MWA MCA-I Jabatan : Kepala Bappeda Alamat : J1. Subang No. 10, Alamat : Kompleks Kantor Gubernur, Menteng, Jakarta J1. Abd. Malik Pattana Pusat, 10310 Endeng, Rangas-Mamuju Email : lukita@bappenas.go.id Email : akbar uba@,yahoo.co.id, ba~pedasulbar@nmail.com Telp. : 021-3909850 Telp. : 0426-2325257 Fax. : 021-3926425 Fax : 0426-2325258 c. Pemerintah Kabupaten Mamasa Jabatan Alamat Email : Kepala Bappeda : Perurnahan Pemda Desa Osango, Kec. Mamasa : nurmawati harianda@,yahoo.co.id Telp. : 0428 2841020 Fax. : 0428 2841020 Pasal8 JANGKA WAKTU, PERUBAHAN, DAN PENGAKHJRAN (1) Jangka waktu Nota Kesepahaman ini adalah dua tahun sejak ditandatangani oleh Para Pihak, dan secara otomatis dapat diperpanjang sampai dengan berakhirnya proyek atau berakhimya Program Compact dan akan dievaluasi setiap satu tahun; (2) Perubahan dan atau perpanjangan Nota Kesepahaman dapat dilakukan oleh Para Pihak; (3) Salah satu pihak dapat mengakhiri Nota Kesepahaman ini dengan memberikan pemberitahuan tertulis kepada kedua pihak lainnya.

Pasal9 MUSYAWARAH MUFAKAT (1) Para Pihak sepakat bahwa setiap perbedaan penafsiran yang timbul dalam pelaksanaan Nota Kesepahaman ini akan diselesaikan secara musyawarah untuk mencapai mufakat; (2) Setiap perbedaan penafsiran yang timbul wajib diberitahukan secara tertulis oleh salah satu pihak kepada pihak lainnya untuk kemudian dicarikan penyelesaian yang baik oleh Para Pihak; Pasall0 KETENTUAN LAIN-LAIN Nota Kesepahaman ini tidak berakibat timbuhya suatu badan hukurn, tidak menggantikan atau mengganggu perjanjian lain yang sedang berlangsung, tidak mendukung entitas tertentu, tidak berakibat adanya kewajiban pendanaan, tidak mengkat secara hukurn, dan tidak menciptakan suatu hak perseorangan bagi Pihak Pertama, Pihak Kedua, atau Pihak Ketiga. Pasall1 KETENTUAN PENUTUP Para Pihak akan berusaha sebaik-baiknya untuk menindaklanjuti Nota Kesepahaman ini dengan suatu Nota Kesepahaman Teknis yang akan ditandatangani oleh Pihak Pertama dan Pihak Ketiga. PLHAK KEDUA DR. IR LUKITA D. TUWO, M LAN BADAWI, MH

LAMPIRAN: 1. Jadwal 1 dari Lampiran 1 (Proyek Green Prosperity) dari naskah Perjanjian Hibah Compact. 2. Dafiar peraturan perundang-undangan yang mendukung kegiatan Proyek Green Prosperity. 3. Ruang Lingkup Pekerjaan (Scope of Work) konsultan persiapan pelaksanaan Proyek Green Prosperity. Halaman 8 dari 8