BAB I PENDAHULUAN. tempat tinggal yang turun temurun untuk melanjutkan kelangsungan generasi. sangat erat antara manusia dengan tanah.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam arti hukum, tanah memiliki peranan yang sangat penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. terakhirnya. Selain mempunyai arti penting bagi manusia, tanah juga mempunyai kedudukan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Permasalahan mengenai pertanahan tidak pernah surut. Seiring dengan

BAB I PENDAHULUAN. (pendukung mata pencaharian) di berbagai bidang seperti pertanian, perkeb unan,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. Tanah merupakan salah satu faktor penting yang sangat erat

BAB I PENDAHULUAN. dengan adanya pembangunan dapat diketahui suatu daerah mengalami kemajuan

BAB I PENDAHULUAN. negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. Tanah merupakan salah satu modal pokok bagi bangsa Indonesia dan suatu

1.PENDAHULUAN. masih memerlukan tanah ( K. Wantjik Saleh, 1977:50). sumber penghidupan maupun sebagai tempat berpijak

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 1997 TENTANG PENDAFTARAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 1997 TENTANG PENDAFTARAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 1997 TENTANG PENDAFTARAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. memerlukan tanah. Tanah mempunyai kedudukan dan fungsi yang amat penting

Lex Crimen Vol. VI/No. 5/Jul/2017

*35279 PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA (PP) NOMOR 24 TAHUN 1997 (24/1997) TENTANG PENDAFTARAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB III PELAKSANAAN KONVERSI TANAH ATAS HAK BARAT OLEH BADAN PERTANAHAN NASIONAL

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 1997 TENTANG PENDAFTARAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. Agraria berasal dari bahasa latin ager yang berarti tanah dan agrarius

Bab II HAK HAK ATAS TANAH. A. Dasar Hukum Hak-Hak Atas Tanah menurut UUPA. I. Pasal pasal UUPA yang menyebutkan adanya dan macamnya hak hak atas

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 1997 TENTANG PENDAFTARAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. sebagai salah satu sumber kesejahteraan rakyat dan tempat manusia melakukan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dan makmur sebagaimana yang telah dicita-citakan. Secara konstitusional bahwa bumi, air,

BAB I PENDAHULUAN. Pentingnya tanah bagi manusia, menyebabkan tanah mempunyai nilai tinggi, dimana

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. Manusia dalam kehidupannya tidak dapat dipisahkan dari tanah.

BAB I PENDAHULUAN. tanah terdapat hubungan yang erat. Hubungan tersebut dikarenakan. pada Pancasila dan Undang-Undang Dasar Berdasarkan prinsip

BAB I PENDAHULUAN. Tanah merupakan salah satu sumber daya alam yang penting untuk. kelangsungan hidup umat manusia, hubungan manusia dengan tanah

BAB I PENDAHULUAN. Tanah bagi masyarakat agraris selain sebagai faktor produksi yang sangat

PENDAFTARAN TANAH ADAT Oleh : Indah Mahniasari, SH. Abstraksi

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku. peruntukan, penggunaan dan pemeliharaan.

Lex et Societatis, Vol. V/No. 5/Jul/2017

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan berkembangnya jumlah penduduk, kebutuhan akan tanah terus

BAB 1 PENDAHULUAN. Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria

PENDAFTARAN TANAH ADAT. Indah Mahniasari. Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. dikelola, digunakan, dan dipelihara sebaik-baiknya sebagai sumber kehidupan dan

BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI PENDAFTARAN TANAH. A. Pengertian dan dasar hukum pendaftaran tanah

BAB I PENDAHULUAN. Negara dan dipergunakan sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat. Sebagai

PELAKSANAAN PENINGKATAN HAK GUNA BANGUNAN MENJADI HAK MILIK UNTUK RUMAH TINGGAL DI KANTOR PERTANAHAN KABUPATEN SUKOHARJO

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. Salah satu tujuan pembentukan UUPA adalah untuk memberikan

BAB I PENDAHULUAN. Bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya begitu pula

BAB I PENDAHULUAN. peruntukkan dan dipergunakan sebesar-besar kemakmuran rakyat, baik secara

rakyat yang makin beragam dan meningkat. 2 Kebutuhan tanah yang semakin

BAB I PENDAHULUAN. memenuhi kebutuhan negara dan rakyat yang makin beragam dan. atas tanah tersebut. Menurut A.P. Parlindungan 4

BAB I PENDAHULUAN. Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 menentukan bahwa :

PENYIMPANGAN DALAM PENERBITAN SERTIPIKAT HAK ATAS TANAH. Urip Santoso Fakultas Hukum Universitas Airlangga Surabaya

BAB I PENDAHULUAN. dikuasai atau dimiliki oleh orang perorangan, kelompok orang termasuk

BAB I PENDAHULUAN. fungsi yaitu sebagai social asset dan capital asset. Sebagai social asset

BAB II PROSES PELAKSANAAN PENINGKATAN STATUS TANAH DARI HAK GUNA BANGUNAN MENJADI HAK MILIK DI PERUMNAS MARTUBUNG MEDAN

BAB I PENDAHULUAN. ini dikarenakan bahwa Negara Indonesia merupakan negara agraris, sehingga

BAB I PENDAHULUAN. bangsa sepanjang masa dalam mencapai sebesar-besar kemakmuran rakyat yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. Tanah sangat penting bagi kehidupan manusia, dikarenakan tanah adalah

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HAK-HAK ATAS TANAH. perundang-undangan tersebut tidak disebutkan pengertian tanah.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kebutuhan tanah dewasa ini semakin meningkat sejalan dengan

BAB I PENDAHULUAN. kemakmuran, dan kehidupan. bumi, air, ruang angkasa dan kekayaan alam yang

BAB I PENDAHULUAN. tanam, berusaha dan tempat melaksanakan berbagai kegiatan pembangunan.

BAB I PENDAHULUAN. Tanah adalah sumber daya alam terpenting bagi bangsa Indonesia untuk

BAB I PENDAHULUAN. Esa kepada seluruh bangsa Indonesia. Hal ini sesuai dengan isi dalam Pasal 1

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan yaitu mewujudkan pembangunan adil dan makmur, berdasarkan. Pancasila dan Undang-undang Dasar Republik Indonesia 1945.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Di dalam Negara Republik Indonesia, yang susunan kehidupan rakyatnya,

BAB 1 PENDAHULUAN. Agraria Isi dan Pelaksanaannya Jilid I Hukum Tanah Nasional, (Jakarta : Djambatan, 2005), hal

BAB I PENDAHULUAN. Hak atas tanah dalam Hukum Tanah Nasional (HTN), memberikan ruang yang

BAB I PENDAHULUAN. Selaras dengan Pasal 33 ayat (3) Undang-Undang Dasar Republik Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tanah merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam suatu

Jurnal Cepalo Volume 1, Nomor 1, Desember 2017 LEGALISASI ASET PEMERINTAH DAERAH MELALUI PENDAFTARAN TANAH DI KABUPATEN PRINGSEWU. Oleh.

BAB 1 PENDAHULUAN. Tanah memiliki peranan yang sangat penting bagi kehidupan masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan negara bercorak

BAB I PENDAHULUAN. besar. Oleh karena itu untuk memperoleh manfaat yang sebesarbesarnya. bagi kemakmuran dan kesejahteraan, bangsa Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. penghidupan masyarakat, bukan hanya aspek hubungan sosial-ekonomis, tetapi

BAB I PENDAHULUAN. masih bercorak agraris. Seluruh bumi, air dan ruang angkasa, termasuk kekayaan

JURNAL PELAKSANAAN PEMBERIAN HAK MILIK DARI TANAH NEGARA DAN PERLINDUNGAN HUKUMNYA DI KABUPATEN KUTAI TIMUR PROVINSI KALIMANTAN TIMUR.

BAB I PENDAHULAN. penting untuk kepentingan pembangunan perekonomian di Indonesia, sebagai

BAB I PENDAHULUAN. pemiliknya kepada pihak lain. Sesuai dengan ketentuan Pasal 2 Peraturan

A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Achmad Rubaie, Hukum Pengadaan Tanah Untuk Kepentingan Umum, (Malang: Bayumedia Publishing, 2007), hal 1.

BAB I PENDAHULUAN. meninggal dunia. Kebutuhan akan tanah semakin hari semakin meningkat,

BAB I PENDAHULUAN. Tanah merupakan suatu bagian dari pemenuhan kebutuhan manusia

BAB I PENDAHULUAN. Bumi, air, ruang angkasa, dan segala kekayaan alam yang terkandung di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. Dalam pembangunan peran tanah bagi pemenuhan berbagai keperluan

BAB I PENDAHULUAN. khususnya maupun kehidupan manusia itu sendiri. Kebutuhan akan tanah dewasa

BAB I PENDAHULUAN. manusia untuk dikelola, digunakan, dan dipelihara sebaik-baiknya sebagai sumber

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pendaftaran tanah menurut PP No. 24 Tahun 1997 Pasal 1 ayat 1. Pendaftaran tanah adalah

MENTERI NEGARA AGRARIA/KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL PERATURAN MENTERI NEGARA AGRARIA/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL NOMOR 1 TAHUN 1995 TENTANG

TINJAUAN PELAKSANAAN PENDAFTARAN TANAH SECARA SISTEMATIK DI KABUPATEN BANTUL. (Studi Kasus Desa Patalan Kecamatan Jetis dan

BAB I A. LATAR BELAKANG

BAB 2. Boedi Harsono (a), op. cit., hlm. 6-7 Ibid., hlm 10. Supriyadi, Hukum Agraria. Ed. 1. Cet. 3, ( Jakarta: Sinar Grafika, 2009), hlm. 64.

BAB I PENDAHULUAN. di dalam UUD 1945 Pasal 33 Ayat (3) telah ditentukan bahwa bumi, air,

BAB I PENDAHULUAN. Bumi, air, ruang angkasa dan segala kekayaan alam yang terkandung di dalamnya

HUKUM AGRARIA NASIONAL

BAB I PENDAHULUAN. Boedi Harsono, Hukum Agraria, Isi dan Pelaksanaannya, Djambatan, Jakarta, 2005, hlm. 560

Lex Privatum Vol. V/No. 9/Nov/2017

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. penting dan paling utama. Karena pada kehidupan manusia sama sekali tidak

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang tidak seimbang. Dari ketidakseimbangan antara jumlah luas tanah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. Tanah merupakan karunia Tuhan Yang Maha Esa yang menjadi salah

Bab I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tanah merupakan salah satu sumber daya alam yang penting untuk

Pertanyaan: Ringkasan Jawaban: Analisa. 1. Surat Tanah di Indonesia. Dapat kah dilakukan amandemen nama pemilik pada surat tanah?

BAB I PENDAHULUAN. diberlakukan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar

SERTIPIKAT HAK MILIK ATAS TANAH SEBAGAI ALAT PEMBUKTIAN YANG SEMPURNA

BAB I PENDAHULUAN. tanah mempunyai fungsi ganda, yaitu sebagai social asset dan sebagai

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia dengan sebagian besar kehidupan masyarakatnya masih bercorak agraris karena sesuai dengan iklim Indonesia yang beriklim tropis. Tentunya dengan hal yang demikian, tanah menjadi obyek yang sangat penting seiring dengan perkembangan kehidupan manusia saat ini. Memasuki era modern, tanah tidak lagi hanya sebatas menjadi sumber kehidupan, namun juga sebagai lahan tempat tinggal yang turun temurun untuk melanjutkan kelangsungan generasi kehidupan manusia. Hal ini menunjukkan bahwa adanya hubungan yang sangat erat antara manusia dengan tanah. Dalam arti hukum, tanah memiliki peranan yang sangat penting dalam kehidupan manusia karena dapat menentukan keberadaan, kelangsungan hubungan dan perbuatan hukum, baik dari segi individu maupun dampak bagi orang lain. Untuk mencegah masalah tanah tidak sampai menimbulkan sengketa bahkan konflik dalam masyarakat, diperlukan pengaturan, penguasaan, dan penggunaan tanah atau dengan kata lain disebut dengan hukum tanah. 1 Berdasarkan hal di atas, agar jaminan kepastian hukum di bidang pertanahan dapat diberikan maka diperlukan: 1 K. Wantijk Saleh, 1982, Hak Anda Atas Tanah, Ghalia Indonesia, Jakarta, hlm.7.

2 1. Tersedianya perangkat hukum tertulis yang lengkap dan jelas serta dilaksanakan secara konsisten; 2. Penyelenggaraan pendaftaran tanah yang efektif. 2 Dalam UUD 1945, pengaturan terhadap tanah diatur dalam Pasal 28H ayat (4) bahwa: setiap orang berhak mempunyai milik pribadi dan hak milik tersebut tidak boleh diambil alih secara sewenang-wenang oleh siapapun dan dalam Pasal 33 ayat (3) bahwa: bumi, air, dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan digunakan sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Ketentuan lebih lanjut diatur dalam Undang-Undang No. 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria (UUPA). Dalam Pasal 2 ayat (2) huruf b UUPA, diatur mengenai hak menguasai dari Negara yang diberikan wewenang untuk: menentukan dan mengatur hubungan-hubungan hukum antara orang-orang dengan bumi, air dan ruang angkasa. Kemudian dalam Pasal 4 ayat (1) UUPA, lebih tegas diatur bahwa: atas dasar hak menguasai dari Negara sebagai yang dimaksud dalam pasal 2 ditentukan adanya macam-macam hak atas permukaan bumi, yang disebut tanah, yang dapat diberikan kepada dan dipunyai oleh orang-orang, baik sendiri maupun bersama-sama dengan orang-orang lain serta badan-badan hukum. Selanjutnya berdasarkan Pasal 16 ayat (1) UUPA, hak-hak atas tanah yang dapat diberikan kepada dan dipunyai oleh orang-orang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) UUPA, adalah: 2 Boedi Harsono, 2008, Hukum Agraria Indonesia Sejarah: Pembentukan Undang-Undang Pokok Agraria, Isi dan Pelaksanaannya, Djambatan, Jakarta, hlm.69.

3 1. Hak milik; 2. Hak guna-usaha; 3. Hak guna-bangunan, 4. Hak pakai; 5. Hak sewa; 6. Hak membuka tanah; 7. Hak memungut hasil-hutan; 8. Hak-hak yang tidak termasuk dalam hak-hak trsebut di atas yang akan ditetapkan dengan undang-undang serta hak-hak yang sifatnya sementara ialah hak gadai, hak usaha-bagi hasil, hak menumpang dan hak sewa tanah pertanian diatur untuk membatasi sifat-sifatnya yang bertentangan dengan Undang-Undang ini dan hak-hak tersebut diusahakan hapusnya di dalam waktu yang singkat. Terhadap hak-hak atas tanah tersebut, diperlukan adanya jaminan kepastian hukum yang kemudian diadakannya peraturan mengenai pendaftaran tanah yang dalam UUPA diatur dalam Pasal 19, 23, 32, dan 38. Kemudian mengenai pendaftaran tanah tersebut telah diatur melalui PP No. 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah (menggantikan Peraturan Pemerintah (PP) No. 10 tahun 1961) dan dilaksanakan dengan Peraturan Menteri Negara Agraria/ Kepala Badan Pertanahan Nasional (PMNA/Ka. BPN) No. 3 Tahun 1997 tentang Ketentuan Pelaksanaan Ketentuan Pelaksanaan PP No. 24 tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah. Dewasa ini pada proses pendaftaran tanah untuk pertama kali tidak selalu berjalan dengan lancar, yang diantaranya disebabkan adanya keberatan dari pihak lain yang merasa berhak. Orang yang keberatan tersebut secara hukum banyak yang memohonkan pencatatan dalam buku tanah atau lebih dikenal dengan istilah pemblokiran tanah atau pencatatan blokir. 3 Mereka 3 Berdasarkan hasil wawancara pra-penelitian yang dilakukan Penulis dengan Pegawai Sub Seksi Pendaftaran Hak Kantor Pertanahan Kota Yogyakarta pada tanggal 6 Januari 2015.

4 mendasarkan pada Pasal 30 PP No. 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah, yang mengatur sebagai berikut: Pasal 30 ayat (1) huruf c : yang data fisik dan atau data yuridisnya disengketakan tetapi tidak diajukan gugatan ke Pengadilan dilakukan pembukuannya dalam buku tanah dengan catatan mengenai adanya sengketa tersebut dan kepada pihak yang keberatan diberitahukan oleh Kepala Panitia Ajudikasi untuk pendaftaran tanah secara sistematik atau Kepala Kantor Pertanahan untuk pendaftaran tanah secara sporadik untuk mengajukan gugatan ke Pengadilan mengenai data yang disengketakan dalam waktu 60 (enam puluh) hari dalam pendaftaran tanah secara sistematik dan 90 (sembilan puluh) hari dalam pendaftaran tanah secara sporadik dihitung sejak disampaikannya pemberitahuan tersebut. Pasal 30 ayat (1) huruf d: yang data fisik dan atau data yuridisnya disengketakan dan diajukan gugatan ke Pengadilan tetapi tidak ada perintah dari Pengadilan untuk status quo dan tidak ada putusan penyitaan dari Pengadilan, dilakukan pembukuannya dalam buku tanah dengan catatan mengenai adanya sengketa tersebut serta hal-hal yang disengketakan. Pasal 30 ayat (1) huruf e: yang data fisik atau data yuridisnya disengketakan dan diajukan ke Pengadilan serta ada perintah untuk status quo atau putusan penyitaan dari Pengadilan, dibukukan dalam buku tanah dengan mengosongkan nama pemegang haknya dan hal-hal lain yang disengketakan serta mencatat di dalamnya adanya sita atau perintah status quo tersebut. Selain itu, pemblokiran tanah juga banyak dilakukan terhadap proses pendaftaran peralihan atau pembebanan hak atas tanah. Sebagai dasar dari tindakan tersebut adalah Pasal 126 PMNA/Ka. BPN No. 3 Tahun 1997 tentang Ketentuan Pelaksanaan PP No. 24 tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah, yang mengatur sebagai berikut: Pasal 126 ayat (1) : pihak yang berkepentingan dapat minta dicatat dalam buku tanah bahwa hak atas tanah atau Hak Milik Atas Satuan Rumah Susun akan

5 dijadikan obyek gugatan di Pengadilan dengan menyampaikan salinan surat gugatan yang bersangkutan. Pasal 126 ayat (2) : catatan tersebut hapus dengan sendirinya dalam waktu 30 hari terhitung dari tanggal pencatatan atau apabila pihak yang minta pencatatan telah mencabut permintaannya sebelum waktu tersebut berakhir. Selain adanya permohonan pemblokiran tanah terhadap pendaftaran tanah pertama kali maupun terhadap peralihan atau pembebanan hak atas tanah, terdapat pula permohonan blokir terhadap tanah yang masih berupa verponding di Kantor Pertanahan Kota Yogyakarta. Hal tersebut menjadi menarik, sebab verponding adalah tanah bekas zaman penjajahan Belanda di Kota Yogyakarta, yang sudah berbentuk sertipikat, namun sertipikat tersebut dibuat oleh pemerintahan Belanda dan diterbitkan sebelum lahirnya UUPA. Tindakan pemblokiran tanah oleh Kantor Pertanahan Kota Yogyakarta pada pelaksanaannya sering terjadi permasalahan, antara lain 4, (1) banyak pemohon blokir atau kuasanya yang tidak memahami tanah apa saja yang dapat diblokir; (2) pengajuan permohonan pemblokiran tanah tidak dilampiri salinan gugatan sebagaimana dalam batas waktu yang ditentukan. Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas, maka Penulis tertarik untuk membuat penulisan hukum dengan judul : PELAKSANAAN BLOKIR TERHADAP SENGKETA PERTANAHAN PADA PENDAFTARAN TANAH DI KANTOR PERTANAHAN KOTA YOGYAKARTA. 4 Berdasarkan hasil wawancara pra-penelitian yang dilakukan Penulis dengan Pegawai Sub Seksi Pendaftaran Hak Kantor Pertanahan Kota Yogyakarta pada tanggal 6 Januari 2015.

6 B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, dapat Penulis rumuskan permasalahan sebagai berikut: 1. Bagaimana pelaksanaan pemblokiran tanah oleh Kantor Pertanahan Kota Yogyakarta berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 24 Tahun 1997 dan Peraturan Menteri Negara Agraria/ Kepala Badan Pertanahan Nasional No. 3 Tahun 1997? 2. Kendala-kendala apa saja yang dihadapi oleh Kantor Pertanahan Kota Yogyakarta dalam pelaksanaan pemblokiran tanah dan bagaimana upaya mengatasinya? C. Tujuan Penelitian Penelitian yang dilakukan oleh Penulis mempunyai tujuan-tujuan sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui dan mengkaji pelaksanaan pemblokiran tanah oleh Kantor Pertanahan Kota Yogyakarta berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 24 Tahun 1997 dan Peraturan Menteri Negara Agraria/ Kepala Badan Pertanahan Nasional No. 3 Tahun 1997. 2. Untuk mengetahui dan mengkaji kendala-kendala apa saja yang dihadapi oleh Kantor Pertanahan Kota Yogyakarta dalam pelaksanaan pemblokiran tanah dan bagaimana upaya mengatasinya.

7 D. Keaslian Penelitian Untuk melihat keaslian penelitian, Penulis telah melakukan penelusuran pada berbagai referensi dan hasil penelitian serta dalam media baik cetak maupun elektronik. Berdasarkan penelusuran, Penulis menemukan beberapa penulisan hukum yang memiliki kemiripan dengan penelitian Penulis yaitu sebagai berikut: 1. Tesis oleh Andi Mardani, S.H. Universitas Diponegoro, pada tahun 2008 dengan judul: Pelaksanaan Pencatatan Dalam Buku Tanah Menurut Ketentuan Pasal 126 Ayat (1) dan (2) Perarutan Menteri Agraria / Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 3 Tahun 1997 (Studi Pada Kantor Pertanahan Kota Pontianak). Pada Tesis tersebut mengambil rumusan masalah sebagai berikut: a. Bagaimana akibat hukumnya terhadap peralihan hak atas tanah dalam hal pencatatan dalam buku tanah pada Kantor Pertanahan Kota Pontianak tidak memenuhi ketentuan Pasal 126 ayat (1) dan (2) Peraturan Menteri Negara Agraria/Kepala Badan Pertanaha Nasional Nomor 3 Tahun 1997? b. Mengapa Kantor Pertanahan Kota Pontianak melaksanakan pencatatan dalam buku tanah tidak memenuhi ketentuan Pasal 126 ayat (1) dan (2) Peraturan Menteri Negara Agraria/Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 3 Tahun 1997?

8 2. Tesis oleh Masnita Dewi Universitas Sumatera Utara, pada tahun 2010 dengan judul: Tinjauan Yuridis Terhadap Pemblokiran Sertipikat di Kantor Pertanahan Deli Serdang Pada Tersis tersebut mengambil rumusan masalah sebagai berikut: a. Apakah faktor-faktor penyebab pemblokiran sertipikat hak atas tanah di Kantor Pertanahan Deli Serdang? b. Bagaimana akibat hukum terhadap pemilik sertipikat atas pemblokiran sertipikat hak atas tanah di Kantor Pertanahan Deli Serdang? c. Apakah hambatan yang ditemui Kantor Pertanahan dalam pemblokiran sertipikat atas tanah di Kantor Pertanahan Deli Serdang? Berdasarkan penelusuran Penulis, kedua tesis di atas berbeda dengan penulisan hukum yang hendak diteliti oleh Penulis. Perbedaan penelitian Penulis dengan kedua penelitian di atas adalah dari lokasi penelitiannya. Penelitian dalam tesis di atas bertempat di Kota Pontianak dan penelitian dalam tesis kedua di atas bertempat di Kabupaten Deli Serdang, sedangkan dalam penelitian yang hendak dilakukan oleh Penulis bertempat di Kota Yogyakarta. Perbedaan kedua adalah mengenai objek penelitian. Dalam penelitian pertama, yang menjadi objek penelitiannya adalah akibat hukum terhadap peralihan hak atas tanah dalam hal pencatatan dalam buku tanah, serta pelaksanaan pencatatan dalam buku tanah yang tidak memenuhi ketentuan dalam Pasal 126 PMNA/Ka. BPN No. 3 Tahun 1997. Sementara dalam penelitian kedua, yang menjadi objek adalah faktor penyebab

9 pemblokiran tanah, akibat hukum dilakukannya pemblokiran, dan hambatan kantor pertanahan dalam melakukan pemblokiran tanah. Sedangkan dalam penulisan Hukum yang ditulis oleh Penulis disini mengangkat permasalahan mengenai, (1) pelaksanaan pemblokiran tanah oleh Kantor Pertanahan Kota Yogyakarta berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 24 Tahun 1997 dan Peraturan Menteri Negara Agraria/ Kepala Badan Pertanahan Nasional No. 3 Tahun 1997; (2) kendala-kendala apa saja yang dihadapi oleh Kantor Pertanahan Kota Yogyakarta dalam pelaksanaan pemblokiran tanah dan bagaimana upaya mengatasinya. Sehingga dalam penelitian Penulis ini, akan diteliti lebih jauh terhadap tanah apa saja yang dapat diblokir dan bagaimana pelaksanaannya. Hal ini disebabkan adanya perbedaan tanah di Kota Yogyakarta dengan daerah lain, yakni masih adanya tanah berupa verponding, yaitu tanah bekas zaman penjajahan Belanda di Kota Yogyakarta, yang sudah berbentuk sertipikat, namun sertipikat tersebut dibuat oleh pemerintahan Belanda dan diterbitkan sebelum lahirnya UUPA. Dengan demikian penulisan hukum yang disusun oleh Penulis merupakan penulisan hukum yang asli. Penelitian ini justru dapat melengkapi penelitian yang mengangkat topik yang serupa. E. Kegunaan Penelitian berikut: Kegunaan penelitian dalam penulisan hukum ini adalah sebagai

10 1. Kegunaan Teoritis Penelitian ini secara teoritis diharapkan dapat menambah khasanah ilmu pengetahuan hukum di bidang agraria, terutama yang berkaitan dengan permasalahan pelaksanaan pemblokiran tanah, serta untuk memahami langkah-langkah, prosedur, dan syarat-syarat yang harus dilengkapi dalam mengajukan permohonan pencatatan atau pencabutan blokir. 2. Kegunaan Praktis Penelitian ini diharapkan dapat menjadi gambaran, masukan, dan saran, bagi masyarakat umum, pihak-pihak yang mengalami sengketa pertanahan, maupun instansi Badan Pertanahan Nasional, yang berkaitan dengan pelaksanaan pemblokiran tanah. Selain itu penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi sumbangan pemikiran bagi pembuatan atau penulisan ilmiah berikutnya.