PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN 1 PERTEMUAN 4

dokumen-dokumen yang mirip
TINJAUAN PUSTAKA. A. Politik Identitas. Sebagai suatu konsep yang sangat mendasar, apa yang dinamakan identitas

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Rumusan Masalah

BAB II KAJIAN TEORI. dari kultur menurut Elizabeth Taylor dan L.H. Morgan (Ainul Yaqin, 2005:

BAB 1 PENDAHULUAN. Komunikasi manusia banyak dipengaruhi oleh budaya yang diyakini yaitu

I. PENDAHULUAN. Banyak istilah yang diberikan untuk menunjukan bahwa bangsa Indonesia

Pemahaman Analisis Gender. Oleh: Dr. Alimin

PERLINDUNGAN HAK-HAK MINORITAS DAN DEMOKRASI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah dan Analisis Masalah Novi Citra Oktaviana, 2013

KONFLIK HORIZONTAL DAN FAKTOR PEMERSATU

I. PENDAHULUAN. kelompok-kelompok perorangan dengan jumlah kecil yang tidak dominan dalam

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan gambaran umum lokasi penelitian, deskripsi dan pembahasan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memiliki peran penting dalam upaya peningkatan sumber daya

Dinno Mulyono, M.Pd. MM. STKIP Siliwangi 2017

BAB 10 PENGHAPUSAN DISKRIMINASI DALAM BERBAGAI BENTUK

BAB I PENDAHULUAN. dijelaskan secara jelas pada uraian berikutnya.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki keanekaragaman suku bangsa. Sampai saat ini tercatat terdapat

PENEGAKAN HAK ASASI MANUSIA DI INDONESIA

BAB V KESIMPULAN. Bab ini berisi kesimpulan akhir dari penulisan skripsi ini. Kesimpulan ini

BAB I PENDAHULUAN. kepada setiap warganegara untuk memperoleh pendidikan. Karena itu

BAB I PENDAHULUAN. satu negara multikultural terbesar di dunia. Menurut (Mudzhar 2010:34)

Sosiologi Pendidikan Sosiologi Politik Sosiologi Hukum Sosiologi Agama Sosiologi Komunikasi

Discrimination and Equality of Employment

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah suatu aset bangsa, karena pendidikan mencirikan pembangunan karakter bangsa.

I. PENDAHULUAN. pulau-pulau dan lebih kebudayaan, upaya menguraikan kondisi hubungan

BAB I PENDAHULUAN. sadar ini menunjukkan sifat pendidikan itu yang memanusiakan manusia.

2017, No e. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a sampai dengan huruf d, perlu menetapkan Peraturan Komisi Nasional

Sosiologi Komunikasi. Ruang Lingkup & Konseptualisasi Sosiologi Komunikasi serta Struktur dan Proses Sosial

BAB V PENUTUP. Simpulan dan Saran. Keduanya merupakan bagian penutup dari tesis ini.

BAB 9 PENGHAPUSAN DISKRIMINASI DALAM BERBAGAI BENTUK

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI NEGARA PEMBERDAYAAN PEREMPUAN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. tentunya sangat berkaitan dengan hidup dan kehidupan manusia serta kemanusiaan. Ia

BAB I PENDAHULUAN. masih dapat kita jumpai hingga saat ini. Perbedaan antara laki- laki dan

* Terdapat dua teori besar dalam ilmu social yang. 1. Teori struktural fungsionalisme, dan 2. Teori struktural konflik

BAB V PENUTUP Kesimpulan

BAB I PENDAHULUAN. yang lebih dikenal dengan multikultural yang terdiri dari keragaman ataupun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. motivasi pokok penanaman pendidikan karakter negara ini. Pendidikan karakter perlu

BAB I PENDAHULUAN. Keragaman masyarakat di Indonesia merupakan fenomena unik yang

Konsep Dasar Gender PERTEMUAN 4 Ira Marti Ayu Kesmas/ Fikes

LEMBAGA NASIONAL UNTUK MEMAJUKAN DAN MELINDUNGI HAK ASASI MANUSIA. Lembar Fakta No. 19. Kampanye Dunia untuk Hak Asasi Manusia

GLOBALISASI HAK ASASI MANUSIA DARI BAWAH: TANTANGAN HAM DI KOTA PADA ABAD KE-21

PANCASILA DAN AGAMA STMIK AMIKOM YOGYAKARTA. Nama : Oni Yuwantoro N I M : Kelompok : A Jurusan : D3 MI Dosen : Drs. Kalis Purwanto, MM

BAB 10 PENGHAPUSAN DISKRIMINASI

Definisi tersebut dapat di perluas di tingkat nasional dan atau regional.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang kaya akan berbagai macam etnis,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 56 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PENGAWASAN TERHADAP UPAYA PENGHAPUSAN DISKRIMINASI RAS DAN ETNIS.

TUGAS AKHIR KULIAH PENDIDIKAN PANCASILA DISKRIMINASI

I. PENDAHULUAN. Pancasila, Undang-Undang Dasar 1945, Negara Kesatuan Repubik Indonesia,

GENDER DALAM PERKEMBANGAN MASYARAKAT. Agustina Tri W, M.Pd

BAB I PENDAHULUAN. Delors, 1996: 22), bahwa terdapat empat pilar pendidikan yaitu learning to know,

Kebijakan Jender. The Partnership of Governance Reform (Kemitraan) 1.0

KOLABORASI ANTAR STAKEHOLDER DALAM MENANGANI TINDAK KEKERASAN ANAK BERBASIS GENDER DI KOTA SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat merupakan suatu perwujudan kehidupan bersama manusia sebagai makhluk

BAHAN AJAR KEWARGANEGARAAN

MAKALAH KEBIJAKAN KOMISI YUDISIAL UNTUK PENGADILAN YANG DAPAT DIAKSES

KOMISI B. KEANGGOTAAN: 6 Laki-laki ; 12 Perempuan = 18orang. ( Tgl 24 September 2013 ) Kode Etik Konsil LSM Indonesia

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Salah satu unsur yang penting dalam kehidupan manusia adalah

BAB 2. LANDASAN TEORI dan KERANGKA PEMIKIRAN

BAB 4 HASIL DAN ANALISA PENELITIAN

BAB II TELAAH PUSTAKA. Culture shock mengacu pada reaksi psikologis. yang dialami individu karena berada ditengah

DEKLARASI PERSERIKATAN BANGSA BANGSA TENTANG HAK HAK MASYARAKAT ADAT

Hak Beribadah di Indonesia Oleh: Yeni Handayani * Naskah diterima: 4 Agustus 2015; disetujui: 6 Agustus 2015

Kecakapan Antar Personal. Mia Fitriawati, S. Kom, M.Kom

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Karo dikenal sebagai masyarakat yang menganut stelsel

Inisiasi 2 LANDASAN MORAL, SOSIO-KULTURAL, RELIGI HAK AZASI MANUSIA

LAMPIRAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 75 TAHUN 2015 TANGGAL 22 JUNI 2015 RENCANA AKSI NASIONAL HAK ASASI MANUSIA TAHUN BAB I

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PERLINDUNGAN HAK ANAK

BAB I PENDAHULUAN. Pada masyarakat yang menganut sistem patriarkhi seringkali menempatkan lakilaki

LANDASAN SOSIOLOGIS. Ruang lingkup yang dipelajari oleh sosiologi pendidikan meliputi empat bidang :

PELUANG DAN KENDALA MEMASUKKAN RUU KKG DALAM PROLEGNAS Oleh : Dra. Hj. Soemientarsi Muntoro M.Si

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan bangsa, oleh karena itu setiap individu yang terlibat dalam

BAB I PENDAHULUAN. berbagai cara yang sekiranya bisa menarik masyarakat untuk memilih. calonnya, calon pasangan kepala daerah untuk Wilayah Kabupaten

KODE ETIK KONSIL LSM INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tersebut sebenarnya dapat menjadi modal yang kuat apabila diolah dengan

MAKALAH. CEDAW: Konvensi Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi terhadap Perempuan. Oleh: Antarini Pratiwi Arna, S.H., LL.M

BAB I PENDAHULUAN. Republik Indonesia (NKRI) tidaklah kecil. Perjuangan perempuan Indonesia dalam

PERSPEKTIF SOSIOLOGI-MAKRO (MACROSOCIOLOGICAL) TENTANG PENYIMPANGAN SOSIAL

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Berkaitan dengan pendidikan, pemerintah merintis KTSP (Kurikulum

BUPATI BANGKA SELATAN PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

ETIKA BISNIS DAN HUKUM BISNIS

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. lain dalam kelompok (Bungin, 2006:43). Komunikasi yang terjalin dalam sebuah

BAB II FINLANDIA DAN MASALAH KETIDAKADILAN GENDER. A. Hak Pilih Perempuan (Women Suffrage) sebagai Awal Mula Perwujudan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Masalah

PERTEMUAN KE-6 PRINSIP-PRINSIP ETIKA BISNIS

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan uraian diatas dapat diambil kesimpulan bahwa:

2015 PERANAN ALICE PAUL DALAM MEMPEROLEH HAK SUARA BAGI WANITA DI AMERIKA SERIKAT

BAB II KAJIAN TEORI. dan Eksploitasi Wanita dalam Novel The Lost Arabian Women karya Qanta A.

INDEKS KINERJA PENEGAKAN HAM 2011

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 56 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PENGAWASAN TERHADAP UPAYA PENGHAPUSAN DISKRIMINASI RAS DAN ETNIS

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II SOLIDARITAS SOSIAL DALAM PERSPEKTIF EMILE DURKHEIM. dengan pihak-pihak terkait. Peneliti memilih teori Solidaritas Emile Durkhei, teori ini

RENCANA AKSI NASIONAL HAK ASASI MANUSIA INDONESIA TAHUN

PERATURAN MENTERI NEGARA PEMBERDAYAAN PEREMPUAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PERLINDUNGAN PEREMPUAN

BAB 1 PENDAHULUAN. informasi telah menciptakan dunia yang tanpa batas. Sebuah artikel dalam Institut

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. baru belum terbentuk. Hal ini karena sendi-sendi kehidupan selama ini dianggap

BAB I PENDAHULUAN. adanya diskriminasi termasuk anak-anak yang mempunyai kelainan atau anak

Transkripsi:

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN 1 PERTEMUAN 4

KARAKTERISTIK KULTUR 1. Kultur adalah sesuatu yang general dan spesifik sekaligus. General dalam arti setiap negara memiliki kultur Spesifik berati setiap kultur pada kelompok masyarakat bervariasi satu sama lain

Lajutan... 2. Kultur adalah sesuatu yang dipelajari a. Pembelajaran individu secara situasional b. Pembelajaran situasi secara sosial c. Pembelajaran kultural

Lanjutan.... 3. Kutur adalah simbol (verbal & non verbal) 4. Kultur dapat membentuk dan melengkapi sesuatu yang alami.

Lanjutan... 5. Kultur adalah sesatu yang dilakukan secara bersama-sama yang menjadi atribut bagi individu sebagai anggota dari kelompok masyarakat.

Lanjutan... 6. Kultur adalah sebuah model, artinya sesuatu yang disatukan dan sistem-sistem yang tersusun dengan jelas. 7. Kultur adalah sesuatu yang bersifat adaptif

WILAYAH KULTUR a. Kultur nasional adalah kultur yang berbentuk anekamacam pengalaman, sifat, dan nilai yang dipakai oleh semua warga negara yang berada dalam suatu negara.

Lanjutan... b. Kultur internasional: batas-batas wilayah nasional sebuah negara melalui proses penyebaran (diffusion), yaitu proses pengabungan antara dua kultur atau lebih melalui beberapa cara seperti perkawianan, migrasi, media masa, bahkan film.

Lanjutan... c. Sub-sub kultural: adalah perbedaan karakteristik kultural dalam suatu kelompok masyarakat.

PROSES PEMBELAJARAN KULTUR Inkulturasi: proses mempelajari kultur secara turun temurun dari generasi ke generasi sehingga orang tersebut dapat memahami nilai-nilai yang berlaku dalam kelompoknya. Sosialisasi : proses mempelajari kultur secara sosial dalam kehidupan sehari-hari yang menyebabkan seseorang dapat memahami norma kultur yang berlaku didalam kelompoknya.

ETNOSENTRIME VS RELATIVITAS KULTUR Etnosentrimse: suatu pandangan yang menganggap bahwa tingkah laku, adat istiadapt dan pendapat mereka paling benar. Paling bermoral paling beradab, sedangkan adat istiadat, tingkah laku dan pendapat orang lain dinilai tidak manusiawi, aneh, dan bahkan menganggap liar atau bahkan primitif

Lanjutan... Relatifitas kultural: suatu pandangan yang menganggap bahwa tingkah laku dan adat istiadat yang ada pada kultur orang lain tidak dapat diukur dan dinilai menggunakan standar yang ada pada kultur lainnya.

PREJUDIS Prae : sebelum, judicium : penilaian terakhir Sebuah penilaian akhir tanpa dilandasi dengan bukti-bukti terlebih dahulu. Sosiologis: sebuah opini, sikap, kepercayaan, dan perasaan yang negatif dan tidak fair terhadap seseorang atau kelompok masyarkat yang lain (etnis, kewarganegaraan,agama, ras, jenis kelamin, partai politik, keluarga, organisasi tertentu, kelas sosial) Cenderung mengeneralisasi dalam melihat dan menilai seseorang atau kelompok lainya tanpa mempedulikan kenyataan bahwa setiap individu memiliki ciri-ciri dan karakter yang berbeda-beda.

STEREOTIP Memberikan penilaian terhadap sifat-sifat sebagai ciri-ciri khusus yang tipikal dan identikal, yang ada pada seseorang atau golongan masyarakat tertentu.

PENYEBAB PREJUDIS & STEREOTIP adanya kompetisi ekonomi dan politik Membuat serangan terhadap lawan dalam bentuk yang tidak nyata sehingga penyerang tidak diketahui atau menyerang kelompok lain dengan cara memfitnah Kebutuhan personal Penyesuaian terhadap norma-norma yang ada disekitarnya.

DISKRIMINASI Pelakuan yang tidak adil terhadap orang atau kelompok lain. Diskriminasi individual: bersikap tidak adil kepada orang lain haknya karena alasan pribadi belaka Diskriminasi intitusional : diperlakukan tidak adil terhadap seseorang atau sekelompok orang yang berasal dari golongan tertentu, terutama dari kelompok minoritas, didalam istitusi-institusi atau organiasasi-organiasai kepemerintahan maupun swasta

MULTIKULTURALISME Sebuah paham yang menekankan pada kesederajatan dan kesetaraan budayabudaya lokal dengan tanpa mengabaikan hak-hak dan eksistensi kebudayaan yang ada.

MACAM MULTIKULTURALISME Mutikulturalisme isolasionis : kelompok kultural menjalankan hidup secara otonom dan terlibat dala aksi yang hanya minimal satu sama lain Multikulturalime akomodatif: masyarakat prural yang memiliki kultur dominan, yang membuat penyesuaian dan akomodasi-akomodasi bagi kebutuhan kultural kaum minoritas Multikulturalisme otonomis: kelompok masyarakat prural dimana kelompok-kelompok kultural utama berusaha mewujudkan kesetaraan (equality) dengan budaya dominan dan mengangungkan kehidupan otonom dalam kerangka politik yang secara kolektif dapat diterima

Lanjutan... Multikulturalisme kritikal (interaktif), yakni masyarakat prural dimana kelompok-kelompok tidak terlalu peduli dengan kehidupan kultural otonom lebih menuntut penciptaan kultur kolektif yang mencerminkan dan menegaskan perspektif-prespektif distingtif mereka. Multikulturalisme kosmopolitan paham yang berusaha menghapuskan batas-batas kultural sama sekali untuk menciptakan sebuah masyarakat dimana setiap idividu tidak lagi terikat kepada kebudayaan tertentu.

Kasus 1 pada saat pembelajaran PKn, ada seorang murid (sebut saja Bunga) mengacungkan tangan dan kemudian memulai untuk menungkapkan pendapatnya, tiba-tiba temanteman Bunga tertawa ketika mendengarkan Bahasa Indonesia Bunga yang lekat dengan logat, dialek, aksen Batak. Pak guru yang ikut didepan kelas pun ikut tertawa. Bunga menjadi bingung ketika tahu teman-teman mentertawakannya. Akibat dari situasi ini Bunga tidak dapat berkonsentrasi.

Kasus 2 Seorang Guru SD meminta murid memberikan penjelasan tentang dampak jika melanggar norma terhadap kehidupan rumah. Disekolah tersebut siswanya sangat hetrogen dilihat dari etnis, asal daerah, latar belakang sosial ekonomi, latar belakang budaya dan latar belakang agamanya. Setelah mendengarkan penjelasan dari semua siswanya. Guru tersebut marah-marah karena tidak ada satupun pendapat siswa yang benar menurutnya.

Kasus 3 Beberapa mahasiswa perempuan di sebuah perguruan tinggi X mengeluhkan setelah berhadapan dengan dosen Laki-Laki (sebut saja A) untuk keperluan pembimbingan. Seorang mahasiswa perempuan (sebut saja bunga), sebagaimana teman-temannya yang lain, mengisahkan pengalaman buruknya ketika menghadap pak dosen A. ketika berada didalam ruangan pak Dosen A, dia mendapatkan perlakuan yang tidak sepantasnya seperti mendengarkan ungkapaan-ungakan pak Dosen A yang tidak senonoh (porno dan ngeseks) yang ditujukan kepadanya. Bahkan disuatu ketika, hampir saja dia mendapatkan perlakuan fisik yang tidak sepantasnya dari pak dosen tersebut.