BAB I PENDAHULUAN. keputusan dapat diambil sesuai kebutuhan yang diharapkan. keputusan, yaitu keputusan untuk tidak melakukan apa-apa.

dokumen-dokumen yang mirip
Meningkatkan Kemampuan Mengambil Keputusan Melalui Pelaksanaan Layanan Konten Six Thinking Hats (Enam Topi Berpikir) Pada

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang Masalah. Membaca sangat diperlukan dalam kehidupan sehari-hari karena membaca

BAB I PENDAHULUAN. peserta didik/konseli untuk mencapai kemandirian dalam kehidupannya. Pada Pasal

BAB 1 PENDAHULUAN. sehingga terciptalah masyarakat membaca (reading society). Masyarakat yang

PERMAINAN PERAN. Ada enam topi dengan warna yang berbeda-beda. Setiap warna mewakili satu jenis kegiatan berpikir.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah, kegiatan belajar merupakan

SITUASI SULIT SAAT MEMFASILITASI

KONTRIBUSI DALAM RAPAT DAN RAPAT YANG EFEKTIF

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang Masalah. Pendidikan di Sekolah Menengah Pertama (SMP) bertujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. berperilaku asertif, disadari atau tidak remaja akan kehilangan hak-hak pribadi

BAB I PENDAHULUAN. artinya ia akan tergantung pada orang tua dan orang-orang yang berada di

BAB I PENDAHULUAN. Negara yang baik, yang diharapkan diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari, baik

BAB I PENDAHULUAN. itu berlangsung seumur hidup dimulai dari keluarga kemudian di teruskan dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Berakhirnya suatu pendidikan formal, diharapkan seseorang dapat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa transisi dari masa anak-anak menuju masa

BAB I PENDAHULUAN. rentangan usia remaja. Pada jenjang ini, remaja berada pada masa untuk

BAB I PENDAHULUAN. 1. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang. Pendidikan merupakan kebutuhan sepanjang hayat pada setiap manuasia,

A. Identitas : Nissa (Nama Samaran)

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang. Belajar dalam arti luas merupakan perubahan yang dilakukan banyak orang. Ada

BAB I PENDAHULUAN. UU No. 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional bahwa

KETERAMPILAN KONSELING : KLARIFIKASI, MEMBUKA DIRI, MEMBERIKAN DORONGAN, MEMBERIKAN DUKUNGAN, PEMECAHAN MASALAH DAN MENUTUP PERCAKAPAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang Masalah. Pengembangan diri adalah kegiatan yang bertujuan memberikan

1. PENDAHULUAN. kegiatan belajar mengajar di dalam kelas adalah sebuah proses dimana

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. tumbuh menjadi dewasa. Menurut Hurlock (2002:108) bahwa remaja. mencakup perubahan biologis, kognitif, dan sosial-emosional.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Setiap peserta didik yang menempuh pendidikan di jenjang SMA sudah

PEMBUATAN KEPUTUSAN KARIR REMAJA DITINJAU DARI TIPE KEPRIBADIAN KODE WARNA DAN KREATIVITAS

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Minat belajar yang tergambarkan dari motivasi belajar siswa merupakan

BAB I PENDAHULUAN. menyelidiki sebuah proyek dari sudut pandang yang tidak biasa.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting sebagai kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. perhatian siswa menjadi lebih tertarik dalam belajar. penyampaian mudah di terima dan di mengerti siswa (Slameto,2010).

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Banyak orang yang memandang matematika sebagai bidang studi yang

BAB I PENDAHULUAN. kelak dapat mengangkat harkat martabat bangsanya. kepribadian dan keterampilan memberikan hasil yang bervariasi.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kegiatan belajar mengajar merupakan proses kegiatan yang panjang dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi ini, kita sedang memasuki suatu abad baru yang banyak

BELAJAR EFEKTIF SISWA SMA TUGAS OLEH : MUHAMMAD DAUD LATUCONSINA NIM :

BAB I PENDAHULUAN. pembeda. Berguna untuk mengatur, mengurus dan memakmurkan bumi. sebagai pribadi yang lebih dewasa dan lebih baik lagi.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Organisasi merupakan sebuah wadah berkumpulnya orang-orang yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tergantung pada orangtua dan orang-orang disekitarnya hingga waktu tertentu.

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. ternyata membawa pengaruh dan perubahan perubahan yang begitu besar

BAB I PENDAHULUAN. Pada hakikatnya setiap manusia memiliki potensi di dalam dirinya. Potensi

BAB 1 PENDAHULUAN. daya manusia merupakan prasyarat mutlak untuk mencapai tujuan pembangunan. Salah satu

BAB I PENDAHULUAN. keberadaan orang lain. Setiap manusia akan saling ketergantungan dalam. individu maupun kelompok dalam lingkungannya masing-masing.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan memegang peranan yang sangat penting bagi seluruh aspek

BAB I PENDAHULUAN. remaja, yakni masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju dewasa. Menurut

BAB I PENDAHULUAN. sebagai contoh kasus tawuran (metro.sindonews.com, 25/11/2016) yang terjadi. dengan pedang panjang dan juga melempar batu.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pengalaman remaja dalam berhubungan dengan orang lain. Dasar dari konsep diri

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa merupakan sebuah sarana yang digunakan manusia untuk

2015 PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS EKSPLANASI KOMPLEKS

BAB I PENDAHULUAN. tingkat tinggi, sedang, maupun rendah. Masalah (problem) didefinisikan sebagai

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sri Murni, 2014 Program bimbingan untuk meningkatkan motivasi belajar siswa

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kemampuan seseorang mengungkapkan pendapat sangat berkaitan dengan

BAB I PENDAHULUAN. moyang, teman teman, milik, uang dan lain lain. Kalau semuanya bagus, ia

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Efektivitas pembelajaran di sekolah merupakan indikator penting yang

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan hubungan yang harmonis dengan orang-orang yang ada disekitarnya.

BAB I PENDAHULUAN. Kemampuan menulis merupakan kemampuan yang sangat penting untuk

I. PENDAHULUAN. belajar mengajar di sekolah. Oleh karena itu kompetensi guru dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. diantaranya para siswa harus melalui psikotes.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kegiatan pembelajaran pada lembaga pendidikan formal merupakan

BAB I PENDAHULUAN. pembaharuan di bidang pendidikan telah dilakukan sebagai upaya untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. tinggi (dalam Prayitno & B. Manullang, 2011:47). Universitas Negeri Medan

I. PENDAHULUAN. lain. Menurut Supratiknya (1995:9) berkomunikasi merupakan suatu

keberhasilan siswa dalam proses belajar mengajar.

BAB I PENDAHULUAN. lebih sistematis, rasional, dan kritis terhadap permasalahan yang dihadapi.

PO LIT EKNIK IND RAM AYU (PO LIND RA)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. mental yang terjadi antara masa kanak-kanak dan dewasa. Transisi ini melibatkan

BAB I PENDAHULUAN. Remaja adalah waktu manusia berumur belasan tahun. Pada masa remaja

BAB I PENDAHULUAN. semakin menyadari pentingnya mendapatkan pendidikan setinggi mungkin. Salah

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Model Pembelajaran Problem Based Instruction (PBI)

BAB IV ANALISIS DATA. A. Analisis Proses Komunikasi Koseling Islam dengan Analisis Ego State. Remaja pada Teks di Beranda Media Sosial Facebook

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Manusia adalah makhluk sosial. Salah satu indikasi bahwa manusia

BAB I PENDAHULUAN. adalah pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan pembangunan. untuk menyederhanakan hal-hal yang kompleks dan membantu dalam

BAB I PENDAHULUAN. geometri, dan analisis (Hamzah Uno, 2007: 129). mulai dari pendidikan dasar, pendidikan menengah, sampai pendidikan tinggi.

BAB V PEMBAHASAN. Dalam bab pembahasan ini, penulis membahas hasil penelitian yang

BAB I PENDAHULUAN. dalam mempercepat penguasaan ilmu teknologi. 1. matematika merupakan sarana berpikir untuk menumbuhkembangkan cara

BAB I PENDAHULUAN. yang tak kunjung mampu dipecahkan sehingga mengganggu aktivitas.

BAB I PENDAHULUAN. lancar dan berhasil tanpa mengalami kesulitan, namun di sisi lain tidak sedikit

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Matematika memegang peranan penting dalam semua aspek kehidupan,

Sigit Sanyata

BAB I PENDAHULUAN. itu kebutuhan fisik maupun psikologis. Untuk kebutuhan fisik seperti makan,

BLUE PRINT SKALA KEMATANGAN VOKASIONAL. Kematangan vokasional merupakan kesiapan dan kemampuan individu dalam

MYERSS BRIGGS TYPE INDICATOR

Sigit Sanyata

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Dengan adanya perubahan kurikulum 2006 menjadi kurikulum 2013 siswa di

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pada prinsipnya sebagai makhluk sosial, antara individu yang satu dengan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan

BAB I PENDAHULUAN. dipahami orang lain, seseorang perlu memiliki kosakata ( vocabulary ) dan

BAB I PENDAHULUAN. kepada orang lain dengan menggunakan lambang-lambang yang bermakna

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sebagai makhluk sosial, manusia tidak akan dapat bertahan hidup sendiri.

BAB I PENDAHULUAN. Keterlibatan Belajar Siswa, (Surakarta : Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2011), 2

BAB 1 PENDAHULUAN. terjadi dalam dirinya seorang remaja sehingga sering menimbulkan suatu hal yang

I. PENDAHULUAN. Peserta didik Sekolah Menengah Pertama (SMP ) berada dalam masa

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1. Latar belakang masalah Pengambilan keputusan sangat diperlukan dalam beberapa bidang dan dalam kehidupan sehari-hari. Keputusan-keputusan tersebut biasanya didasarkan pada alternatif-alternatif yang menjadi pertimbangan. Berdasarkan alternatif-alternatif pertimbangan dapat dibuat perangkingan, sehingga keputusan dapat diambil sesuai kebutuhan yang diharapkan. Pada hakekatnya tugas untuk mengambil keputusan ini selalu diikuti dengan tugas untuk mengambil keputusan selanjutnya, yang tidak pernah berhenti selama manusia hidup dan memiliki daya untuk mewujudkannya, bahkan diam tidak melakukan apapun juga sudah termasuk mengambil keputusan, yaitu keputusan untuk tidak melakukan apa-apa. Siagian (dalam Hasan, 2002:10) mengemukakan pengambilan keputusan adalah suatu pendekatan yang sistematis terhadap hakikat alternatif yang dihadapi dan mengambil tindakan yang menurut perhitungan tindakan yang paling tepat. Berbeda dengan Siagian, Baron (1986:69) mengatakan bahwa mengambil keputusan adalah suatu proses terjadinya identifikasi masalah, menetapkan tujuan pemecahan, pembuatan keputusan awal, pengembangan dan penilaian alternatif-alternatif, serta pemilihan salah satu alternatif yang kemudian dilaksanakan dan ditindak lanjuti.

Mengambil keputusan merupakan salah satu tanggung jawab manusia yang juga akan mengarahkannya untuk lebih mendekatkan pada penemuan makna dalam hidupnya. Siswa dapat dikatakan mampu mengambil keputusan secara tepat apabila disaat ia mengambil keputusan ia telah dapat memahami terlebih dahulu perasaannya saat itu dan memahami dampak positif dan dampak negatif apabila ia menentukan pilihannya tersebut, serta juga memikirkan dasar-dasar pengambilan keputusan lainnya seperti yang diungkapkan oleh Terry (dalam Hasan, 2002;12) yaitu dasar-dasar dalam pengambilan keputusan yakni (1) Intuisi atau perasaan yang memiliki sifat subjektif, sehingga mudah terpengaruh, (2) Pengalaman, karena pengalaman seseorang dapat memperkirakan keadaan sesuatu, dan dapat memperhitungkan untung ruginya, (3) Fakta yang ada, (4) Rasional, pengambilan keputusan berdasarkan rasional bersifat objektif, logis. Kemampuan siswa dalam mengambil keputusan yang tepat berbedabeda. Perbedaaan tersebut dipengaruhi oleh berbagai faktor, antara lain faktor yang datang dari dalam diri dan dari luar diri. Noorderhaven (1995:46) mengemukakan faktor dari dalam diri siswa yang dapat mempengaruhi pengambilan keputusan antara lain adalah kematangan emosi, kepribadian, intuisi, umur. Berbeda dengan Noorderhaven, Arroba (1998 dalam kuntadi, 2004: 14) mengemukakan bahwa ada beberapa faktor di luar diri seseorang yang mempengaruhi ketidakmampuan seseorang siswa dalam mengambil keputusan yaitu kurangnya informasi prihal masalah yang ia hadapi, personality atau kepribadian siswa itu sendiri, dan budaya. Dari definisi para

ahli diatas maka penulis menyimpulkan bahwa Faktor-faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan yakni faktor internal atau yang berasal dari dalam diri yaitu: perasaan, kematangan emosional, kepribadian dan lain sebagainya, sedangkan faktor eksternal atau yang berasal dari luaar diri yaitu, faktor lingkungan yang mempengaruhi mod atau keadaan emosional, pengaruh dari teman sebaya, faktor budaya yang mereka anut. Berdasarkan wawancara dengan 13 orang siswa SMA Negeri 11 Meda peneliti melaksanakan Observasi awal pada bulan Januari tahun 2014 diperoleh bahwa dari 13 orang siswa yang peneliti wawancarai hanya 3 orang siswa yang sudah dapat dikatakan mampu mengambil keputusan dengan tepat, Yaitu dengan cara mempertimbangkan dulu hal-hal yang mungkin terjadi setelah keputusan diambil. Sedangkan 10 siswa yang lainya kebanyakan mengambil keputusan karena pengaruh dari teman sebaya, ada yang karena memikirkan keuntungan sesaat saja, ada yang mengambil keputusan pada saat emosi atau pada saat keadaan perasaan tidak menentu, ada yang selalu merasa ragu-ragu saat mengambil keputusan, ada yang mengambil keputusan tanpa mendiskusikannya terlebih dahulu pada orang yang lebih berpengalaman dan lain-lain sebagainya. Dan untuk mengatasi masalah mereka ini, kebanyakan siswa hanya tetap menggunakan cara mereka tersebut tanpa ada niat untuk merubahnya, tetapi sebagian ada yang mencoba merubah caranya mengambil keputusan dengan bertanya terlebih dahulu kepada orang tuanya, dan ada yang merubah caranya mengambil keputusan mereka dengan berbagai macam cara.

Sedangkan hasil yang didapat peneliti dari wawancara dengan konselor SMA Negeri 11 Medan yang juga dilakukan pada saat peneliti melaksanakan Observasi awal sebelum penelitian pada bulan Januari tahun 2014 terkait prihal masalah ini, apabila ada siswa yang melakukan konseli tentang kebingungan yang mereka alami mengenai pengambilan keputusan apa yang tepat yang harus mereka ambil, maka konselor hanya menceritakan informasi-informasi terkait dengan masalah yang diceritakan oleh siswa, tanpa membuat siswa tersebut dapat langsung membuat keputusan, akan tetapi harus membuat siswa tersebut mempertimbangkan lagi informasi yang didapat dari konselor tersebut, dengan kata lain konselor tidak melatih dan membuat siswa dapat mandiri dalam mengambil dan membuat keputusannya sendiri. Dari wawancara dengan konselor sekolah juga didapatkan hasil bahwa ketidakmampuan mengambil keputusan juga terjadi pada siswa kelas XI di SMA Negeri 11 ini. Hal ini sangat tampak pada saat pemilihan jurusan IPA/IPS. Disini banyak siswa yang mengambil keputusan pemilihan jurusannya hanya karena mengikuti teman, ada juga karena perintah orang tua dan lain-lain. Konselor juga mendapati ketidakmampuan siswanya mengambil keputusan juga terjadi dalam kehidupan sehari-hari mereka, contohnya siswa yang sering tidak hadir kegiatan ekstrakulikuler sekolah karena pada saat yang bersamaan ada seorang temannya yang mengajak dia pergi jalan-jalan. Dari masalah tersebut sudah tampak bahwa disini siswa tersebut tidak dapat mengambil keputusan dengan tepat dan lebih memikirkan keuntungan sesaat dari keputusan yang mereka ambil

Untuk mengatasi masalah ini pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah sangat dibutuhkan. Bimbingan dan konseling terdiri dari Sembilan jenis layanan, salahsatu diantaranya adalah layanan penguasaan konten. Layanan penguasaan konten adalah suatu layanan bantuan kepada individu (siswa) baik sendiri maupun kelompok untuk menguasai kemampuan atau kompetensi tertentu melalui kegiatan belajar Prayitno (dalam Tohirin,2007:158). Layanan yang cocok diberikan konselor kepada siswa untuk mengatasi masalah mengenai pengambilan keputusan ini adalah pemberian layanan konten teknik Six thinking hats (enam topi berpikir). Karena apabila Six thinking hats (enam topi berpikir) ini tidak diterapkan maka cara siswa dalam mengambil keputusan tidak akan berubah dan akan jalan ditempat seperti itu-itu saja, mereka akan tetap dan selalu mengambil keputusan sesuai apa yang terlintas dipikirannya saat itu. Oleh karena itulah sangat perlu diterapkannya teknik Six thinking hats (enam topi berpikir) ini Keunggulan Six thinking hats (enam topi berpikir) ini adalah memudahkan siswa dalam mengambil keputusan yang tepat dan menghindari adanya penyesalan kelak, karena apabila siswa mengambil keputusan melalui kaedah enam topi berfikir (de Bono, 2007), setiap pemikiran dianologikan kepada topi yang mempunyai warna-warna tertentu, yaitu: (1) Topi putih melambangkan pemikiran neutral dan objektif yang mementingkan fakta dan perkara objektif semata-mata. (2) Topi merah melambangkan pemikiran emosional dan berlandaskan perasaan dan intuisi. (3) Topi hitam melambangkan pemikiran negatif yang menekankan keburukan, kelemahan

dan kecacatan. (4) Topi kuning melambangkan pemikiran positif yang menggunakan kebaikan, keistimewaan dan manfaat. (5) Topi hijau melambangkan pemikiran kreatif dan dengan itu mampu memunculkan ideide baru yang baik atau mengembangkan ide yang sedia ada. (6) Topi biru melambangkan pemikiran kawalan dan dengan itu mengawal perjalanan sesuatu perkara termasuk topi-topi lain Keunggulan lainnya yaitu Enam topi berfikir akan membantu seseorang untuk : (1) Menjadi lebih fokus dan disiplin dalam cara berfikir, justru menghasilkan ide yang lebih berstruktur dan sistematik. (2) Berfikir dengan lebih kritikal. (3) Memahami keperluan untuk memisahkan proses pemikiran kepada mod-mod yang berbeda dan belajar untuk berfikir dalam satu mod pada satu masa. (4) Mempelajari garis panduan (topi putih) yang akan membantu dalam mengenal pasti kelemahan dan risiko (topi hitam) sesuatu ide atau cadangan baru. (5) Memahami peranan emosi dan intuisi dalam pembuatan keputusan. (6) Mempelajari penggunaan maklumat yang ada secara berkesan. Teknik Six thinking hats (enam topi berpikir) memungkinkan siswa mengeksplorasi seluruh kemampuan otak untuk mempertimbangkan segala hal terkait dengan pengambilan keputusan yang akan dilakukan olehnya. Metode ini membantu siswa untuk menghilangkan rasa ragu, takut, cemas dalam mengambil keputusan, karena melibatkan keseluruhan topi yang memiliki arti dan kegunaan yang tepat untuk proses pengambilan keputusan. Dengan menggunakan metode Six thinking hats (enam topi berpikir) didapat fakta bahwa siswa lebih mudah memahami keuntungan dan dampak

dari keputusan yang ia ambil. Selain itu, dengan menggunakan Six thinking hats (enam topi berpikir) juga membuat siswa menjadi lebih fokus dan disiplin dalam cara berfikir, Berfikir dengan lebih kritikal, Memahami peranan emosi dan intuisi dalam pembuatan keputusan dan lain sebagainya. Hal itu diperoleh dari hasil wawancara peneliti dengan beberapa teman peneliti yaitu mahasiswa jurusan Bimbingan dan konseling di Universitas Negeri Medan yang telah menerapkan metode Six thinking hats (enam topi berpikir) baik itu dalam proses perkuliahan maupun di dalam kehidupan sehari-hari. Mereka mengaku bahwa sebelum mengenal Six thinking hats (enam topi berpikir) mereka sangat susah untuk mengambil suatu keputusan dan melakukan suatu tindakan terkait dengan masalah yang mereka hadapi. Tetapi setelah mengenal dan menerapkan Six thinking hats (enam topi berpikir) masalah yang mereka alami sudah teratasi. Dari masalah yang terjadi di SMA Negeri 11 Medan inilah sehingga SMA Negeri 11 dipilih sebagai tempat penelitian dan penting untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam mengambil keputusan dengan menggunakan teknik enam topi berpikir. Sehingga direncanakan untuk melakukan penelitian yang berjudul "Meningkatkan Kemampuan Mengambil Keputusan Melalui Pemberian Layanan Konten Six Thinking Hats (Enam Topi Berpikir) Pada Siswa kelas XI SMA Negeri 11 Medan T.A. 2013/2014

2. Identifikasi Masalah Berdasarkan uraian latar belakang masalah, maka penulis mengidentifikasi masalah penelitian ini adalah : 1) Siswa Kurang tepat dalam mengambil keputusan 2) Siswa Ragu dalam mengambil keputusan 3) Siswa mengambil keputusan tanpa memikirkan untung ruginya 4) Siswa mengambil keputusan tanpa mendiskusikannya terlebih dahulu kepada yang lebih mengetahui 5) Siswa mengambil keputusan yang tidak sesuai dengan keinginan dirinya sendiri 6) Siswa yang suka mengikuti temannya dalam mengambil keputusan 7) Siswa yang sering mengambil keputusan pada saat emosi dan pada saat perasaan tidak menentu 8) Siswa yang mengambil keputusan hanya karena terbayang keuntungan yang sifatnya hanya sesaat. 3. Batasan Masalah Setelah permasalahan diidentifikasi, maka perlu adanya pembatasan masalah yang diteliti. Dengan perhitungan keterbatasan yang dimiliki oleh peneliti, baik dari segi waktu, pikiran dan biaya maka penelitian hanya dibatasi tentang : Meningkatkan kemampuan siswa kelas XI SMA Negeri 11 Medan Tahun ajaran 2013/2014 dalam mengambil keputusan melalui pemberian layanan konten six thinking hats (enam topi berpikir)

4. Rumusan masalah Rumusan masalah dirumuskan sebagai berikut : apakah kemampuan mengambil keputusan pada siswa kelas XI SMA Negeri 11 Medan T.A 2013/2014 dapat ditingkatkan dengan penerapan penggunaan Enam topi berpikir yang dilaksanakan melalui layanan penguasaan konten. 5. Tujuan penelitian Penelitian ini adalah untuk meningkatkan kemampuan mengambil keputusan siswa kelas XI SMA Negeri 11 Medan T.A 2013/2014 melalui penerapan penggunaan Enam topi berpikir yang akan dilaksanakan melalui layanan penguasaan konten. 6. Manfaat penelitian Adapun manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah: 6.1. Manfaat Praktis a. Menambah wawasan peneliti dalam pengembangan ilmu yang berkaiatan dengan layanan bimbingan dan konseling. b. dapat menjadi bahan masukan, sumber informasi atau referensi bagi Jurusan PPB/BK dan mahasiswa UNIMED c. Bahan masukan bagi sekolah, guru pembimbing maupun guru bidang studi dalam pelaksanaan program Layanan Penguasaan Konten (pembelajaran) di sekolah agar dapat dilaksanakan tepat sasaran dan tepat guna. d. Bahan masukan bagi para guru, tentang pentingnya layanan penguasaan konten enam topi berpikir untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam mengambil keputusan yang tepat

e. Bagi siswa, sebagai masukan dalam membantu meningkatkan kemampuan siswa dalam mengambil keputusan melalui penerapan penggunaan enam topi berpikir yang dilaksanakan melalui layanan penguasaan konten ini. 6.2. Manfaat Konseptual Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan, sumber informasi atau referensi untuk mengembangkan dan memperkaya ilmu pengetahuan terkait pelaksanaan bimbingan dan konseling di sekolah khususnya dalam pelaksanaan layanan penguasaan konten six thinking hats (enam topi berpikir)