BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah membawa manusia menuju peradaban yang lebih baik. Salah satu diantaranya adalah perkembangan teknologi nuklir. Selain membawa dampak yang positif dalam berbagai bidang bagi peningkatan kesejahteraan dan kemakmuran manusia, teknologi nuklir juga memiliki potensi bahaya radioaktif bagi pekerja, masyarakat dan lingkungan [1]. Radioaktif [2] adalah beragam proses di mana sebuah inti atom yang tidak stabil memancarkan partikel radiasi untuk menjadi inti atom yang stabil. Bahaya radioaktif tidak dapat dirasakan secara langsung oleh panca indra manusia, sehingga manusia memerlukan monitor radiasi untuk mendeteksinya. Secara garis besar manfaat zat radioaktif adalah sebagai radionuklida perunut/ radio tracer dan sumber radiasi. Radionuklida perunut [3] adalah spesi kimia yang mengandung radionuklida dan aktivitasnya dimonitor untuk mengikuti proses yang berlangsung pada suatu objek yang diamati. Sedangkan penggunaan radioisotop sebagai sumber radiasi [4] didasarkan pada kenyataan bahwa radiasi yang dihasilkan zat radioaktif dapat mempengaruhi materi maupun mahluk. Pemanfaatan zat radioaktif saat ini telah meliputi berbagai macam bidang seperti bidang kedokteran (radiologi), pertanian (mutasi genetik pengembangan bibit unggul), industri (pengujian kualitas las) dan lain sebagainya. Hal ini mengakibatkan permintaan akan zat radioaktif semakin bertambah sehingga produksi zat tersebut juga semakin meningkat. Zat radioaktif didefinisikan sebagai zat yang mengandung inti atom tidak stabil, atau setiap zat yang memancarkan radiasi pengion dengan aktivitas jenis lebih besar dari 70kBq/kg [5]. Untuk membawa zat radioaktif dari tempat produksi ke lokasi pemanfaatannya diperlukan pengangkutan zat radioaktif, mengingat bahaya radioaktif bagi manusia. Pengangkutan zat radioaktif [6] didefinisikan adalah pemindahan zat radioaktif dari satu tempat ke tempat lain melalui jaringan lalu- 1
lintas umun dengan sarana angkutan darat, air dan udara. Pada penelitian ini hanya akan dibahas untuk pengangkutan melalui darat. Pengangkutan zat radioaktif melibatkan pengirim, pengangkut dan penerima. Pengirim [7] adalah orang atau badan yang menyiapkan pengiriman untuk pengangkutan zat radioaktif dan dinyatakan dalam dokumen pengangkutan. Pengangkut adalah orang atau badan yang melakukan pengangkutan zat radioaktif dan penerima adalah orang atau badan yang menerima zat radioaktif dari pengirim dan dinyatakan dalam dokumen pengangkutan. Aspek keselamatan dan keamanan zat radioaktif dari pengirim sampai dengan penerima merupakan hal yang harus dijamin supaya tidak membahayakan manusia. Pada umumnya pemantauan pengangkutan zat radioaktif dilakukan dengan percakapan melalui komunikasi telepon untuk mengetahui lokasi dan laju paparan zat radioaktif. Masalah keamanan [8] merupakan salah satu aspek terpenting dari sebuah sistem informasi. Dari aspek keamanannya, komunikasi percakapan melalui telepon mudah diinterpretasikan oleh orang lain, disamping itu kemungkinan terjadinya human-error cukup tinggi, sehingga timbul ide untuk mengembangkan suatu sistem pemantau pengangkutan zat radioaktif yang lebih aman. Layanan SMS (Short Message Service) dikenal mudah dalam hal penggunaan sehingga layanan SMS dapat digunakan sebagai pengganti percakapan melalui komunikasi telepon untuk memantau laju paparan radiasi dan posisi zat radioaktif dalam pengangkutan zat radioaktif. Sistem pemantau pengakutan zat radioaktif yang akan dikembangkan menggunakan fasilitas SMS yang tersandi untuk berkomunikasi. Melalui pesan yang tersandi maka informasi posisi dan laju paparan radiasi zat radioaktif tidak mudah diinterpretasikan oleh pihak yang tidak berhak. 1.2 Perumusan masalah Berdasarkan latar belakang masalah tersebut dapat dibuat suatu rumusan masalah, yaitu: Bagaimana cara membangun sistem pemantau pengangkutan zat radioaktif dan mengembangkan algoritme enkripsi Hybrid Vigenere Vernam 2
(HV2) sistem SMS tersandi untuk pengiriman informasi menggunakan mikrokontroler yang terintegrasi dengan modem GSM. 1.3 Batasan masalah 1. Penelitian ini menggunakan modul monitor radiasi untuk memonitor laju paparan radiasi pada pengangkutan zat radioaktif. 2. Penelitian ini menggunakan modul monitor posisi untuk mengetahui tanggal, jam dan posisi kendaraan pengangkut zat radioaktif. 3. Penelitian ini menggunakan modem Wavecom untuk mengirimkan informasi laju paparan radiasi, posisi kendaraan pengangkut zat radioaktif, tanggal dan jam melalui SMS. 4. Informasi yang dikirimkan melalui SMS disandikan menggunakan HV2. 5. Pemrograman mikrokontroler menggunakan bahasa BASIC. 6. Penelitian ini menggabungkan modul monitor radiasi, modul monitor posisi dan modul enkripsi pengiriman informasi SMS menjadi sub sistem yang terpasang pada kendaraan pengangkut zat radioaktif In Vehicle Module (IVM). 7. Modul pada ruang kendali atau Control Room Module (CRM) merupakan modul dekripsi dari informasi SMS yang dikirimkan oleh sub sistem pada kendaraan pengangkut. 8. Penelitian ini tidak membahas modul penampil peta digital. 1.4 Keaslian penelitian Penelitian dalam bidang sistem monitor radiasi sudah cukup banyak dilakukan, baik dalam bidang rancang bangun maupun pengembangan sistem monitor radiasi. Nugroho [9] telah melakukan rancang bangun sistem pencacah radiasi menggunakan mikrokontroler jenis AT89C52. Informasi yang ditampilkan dalam sistem pencacah radiasi tersebut masih dalam satuan count per second 3
(cps). Adi Abimanyu [10] melakukan rancang bangun pencacah pada sistem GPS Survey Meter menggunakan mikrokontroler AT89S8253 dimana data disimpan dalam EEPROM internal dan informasi laju paparan radiasi sudah dalam satuan millirongent/ jam. Jumari [11] juga melakukan pembuatan sistem pemantau radiasi menggunakan mikrokontroler AT89S52, memiliki kemampuan berkomunikasi dengan komputer secara serial melalui port standar RS-232. Prajitno [12] pada tahun 2009 telah melakukan Rancang Bangun Global Positioning Sistem Digital Surveymater Radiasi Beta-Gamma. Pada penelitiannya, data hasil pengukuran disimpan di dalam EEPROM dan untuk menampilkan ke dalam peta digital data dikirimkan secara serial melalui kabel USB. Pada tahun 2010 Smith T [13] mempublikasikan patent yang berjudul Realtime Radioactive Training dalam publikasi tersebut dijelaskan cara memonitor laju paparan radiasi dan posisi kendaraan pengangkut material radioaktif. Komunikasi tidak menggunakan SMS tetapi berbasis GPRS. Adi Abimanyu pada tahun 2010 [14] juga melakukan rancang bangun sistem pencacah digital untuk sistem pencacah radiasi portable yang menggunakan dua buah mikrokontroler AT89S52 dengan komunikasi RS-232 master slave. Pada tahun 2012 Ahmad Rifai [15] melakukan rancang bangun sistem monitor radiasi lingkungan PLTN. Sistem yang dirancang juga menggunakan mikrokontroler AT89S8253, selain itu sistem ini juga menggabungkan informasi laju paparan radiasi dengan parameter cuaca (suhu dan kecepatan angin) yang dikirimkan ke ruang kendali menggunakan modem GSM. Untuk mengirimkan informasi yang aman melalui SMS maka isi SMS perlu disandikan, karena data yang dikirimkan melalui SMS berupa teks sederhana sehingga sangat mudah untuk diketahui isinya oleh orang yang tidak berhak. Enkripsi SMS telah banyak dilakukan Ardiyanto pada tahun 2011 [16] mengaplikasikan algoritme Caesar cipher pada SMS berbasis JME. Sebelumnya pada tahun 2010 Nugroho [17] juga telah melakukan modifikasi SMS menggunakan Metode Vigenere cipher. Modifikasi-modifikasi SMS banyak diaplikasikan pada penggunaan mobile phone (handphone) menggunakan 4
pemrograman JAVA. Pada penelitian ini, pengiriman informasi menggunakan SMS karena jangkauan jaringan SMS lebih luas dibandingkan jaringan GPRS serta agar informasi cukup berada sekali di jaringan provider (SMS Center). Pengiriman informasi menggunakan SMS memiliki kelemahan dalam hal keamanan sehingga informasi tersebut harus dienkripsi terlebih dahulu. Proses enkripsi informasi lokasi dan laju paparan radiasi dilakukan menggunakan mikrokontroler dengan algoritme Hybrid Vigenere Vernam (HV2) yang dikembangkan dari algoritme Vigenere dan Vernam. Sehingga diharapkan proses enkripsi dan dekripsi SMS memiliki waktu komputasi mendekati algoritme Vigenere tetapi dengan tingkat keamanan mendekati algoritme Vernam. Sedangkan proses pengiriman SMS menggunakan modem GSM. Setelah melalui proses enkripsi, diharapkan informasi yang dikirimkan melalui SMS pada sistem pemantau pengangkutan zat radioaktif menjadi tidak mudah diinterpretasikan oleh pihak yang tidak bertanggungjawab. 1.5 Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk merancang bangun sistem pemantau pengangkutan zat radioaktif dan mengembangkan algoritme enkripsi Hybrid Vigenere Vernam (HV2) sistem SMS tersandi untuk mengirimkan informasi laju paparan radiasi dan posisi agar tidak mudah diinterpretasikan oleh pihak yang tidak bertanggungjawab. 1.6 Manfaat Penelitian 1. Bagi Peneliti a. Memberikan kesempatan bagi penulis untuk mengaplikasikan ilmu yang telah dipelajari selama di bangku perkuliahan. b. Menambah wawasan dan pemahaman mengenai aplikasi mikrokontroler sebagai sistem pemantau pengangkutan zat radioaktif. 5
c. Menambah pengetahuan dan pengalaman penulis tentang teknologi komunikasi SMS dan teknik kriptografi menggunakan mikrokontroler. 2. Bagi Instansi BATAN a. Bermanfaat menggantikan sistem pemantau pengangkutan zat radioaktif melalui percakapan telepon. b. Memudahkan pengirim dan penerima zat radioaktif dalam memantau proses pengangkutan zat radioaktif. c. Bermanfaat sebagai logbook pengangkutan zat radioaktif. 3. Bagi Pembaca a. Memberikan tambahan wawasan dan pengetahuan mengenai aplikasi teknologi mikrokontroler. b. Menjadi sumber acuan atau referensi bagi penelitian selanjutnya. 6