BAB II LANDASAN TEORI A. Dividend Payout Ratio (DPR) Dividen merupakan pembagian sisa laba bersih perusahaan yang didistribusikan kepada pemegang saham, atas persetujuan RUPS (Rapat Umum Pemegang Saham). Dividen yang dibagikan dapat berupa dividen tunai (cash dividend) yang artinya setiap pemegang saham diberikan dividen berupa uang tunai dalam jumlah tertentu untuk setiap lembar saham atau dapat dibagikan stock dividend kepada pemegang saham yang nantinya akan menambah jumlah saham yang dimilikinya. Dividen Payout Ratio adalah perbandingan antara dividend per share dengan earning per share. Perbandingan antara dividen dan keuntungan merupakan rasio pembayaran yang akan dibayarkan kepada pemegang saham sebagai cash dividen. Semakin tinggi tingkat dividen yang akan dibayarkan berarti semakin sedikit laba yang dapat ditahan (retained earning). Rasio pembayaran dividen (Dividend Payout Ratio) menentukan jumlah laba yang dibagi dalam bentuk dividen kas dan laba yang ditahan sebagai sumber pendanaan. Rasio ini menunjukkan persentase laba perusahaan yang akan dibayarkan kepada para pemegang saham yang berupa dividen kas. 7
8 Apabila laba perusahaan yang ditahan untuk keperluan operasional perusahaan dalam jumlah besar, berarti laba yang akan dibayarkan sebagai dividen menjadi lebih kecil. Sebaliknya jika perusahaan lebih memilih untuk membagikan laba sebagai dividen, maka hal tersebut akan mengurangi porsi laba ditahan dan mengurangi sumber pendanaan intern. Namun, dengan lebih memilih membagikan laba sebagai dividen tentu saja akan meningkatkan kesejahteraan para pemegang saham, sehingga para pemegang saham akan terus menanamkan sahamnya untuk perusahaan tersebut. Dividen Payout Ratio dapat dirumuskan sebagai berikut: DPR= DPS EPS Dimana: DPS : Dividend Per Share EPS : Earning Per Share Kebijakan dividen merupakan bagian yang menyatu dengan keputusan pendanaan perusahaan. Rasio pembayaran dividen menentukan jumlah laba yang ditahan sebagai sumber pendanaan. Semakin besar laba ditahan semakin sedikit jumlah laba yang dialokasikan untuk pembayaran dividen. Alokasi penentuan laba sebagai ditahan dan pembayaran dividen merupakan aspek utama dalam kebijakan dividen (Fira, 2009).
9 Kebijakan dividen menyangkut masalah penggunaan laba yang menjadi hak para pemegang saham dan laba tersebut bisa dibagi sebagai dividen atau laba yang ditahan untuk diinvestasikan kembali. Dengan demikian dimungkinkan membagi laba sebagai dividen dan pada saat yang sama menerbitkan saham baru. Kebijakan dividen bersangkutan dengan penentuan pembagian pendapatan (earning) antara penggunaan pendapatan untuk dibayarkan kepada para pemegang saham sebagai dividen atau untuk digunakan didalam perusahaan, yang berarti laba tersebut harus ditahan didalam perusahaan (Riyanto, 2001 dalam Fira, 2009). Laba ditahan (retained eaning) merupakan salah satu dari sumber dana yang paling penting untuk membiayai pertumbuhan perusahaan. Sedangkan dividen merupakan aliran kas yang dibayarkan kepada para pemegang saham atau equity investor. Setiap perusahaan selalu menginginkan adanya pertumbuhan bagi perusahaan tersebut disatu pihak dan juga dapat membayarkan dividen kepada para pemegang saham di lain pihak, tetapi kedua tujuan tersebut selalu bertentangan. Sebab kalau makin tinggi tingkat dividen yang dibayarkan, berarti semakin tinggi laba yang ditahan dan sebagai akibatnya ialah menghambat tingkat pertumbuhan (rate of growth) dalam pendapatan dan harga sahamnya. Kalau perusahaan ingin menahan sebagian besar dari pendapatan yang tersedia untuk pembayaran dividen adalah semakin kecil. Persentase dari pendapatan yang akan dibayarkan kepada para pemegang
10 saham sebagai cash dividen disebut dividen payout ratio. Dengan demikian dapatlah dikatakan bahwa makin tingginya dividen payout ratio yang ditetapkan oleh perusahaan berarti makin kecil dana yang tersedia untuk ditanamkan kembali didalam perusahaan yang ini berarti menghambat pertumbuhan perusahaan (Riyanto, 2001 dalam Fira, 2009). Kebijakan terhadap pembayaran dividen merupakan keputusan yang sangat penting dalam suatu perusahaan. Kebijakan ini melibatkan dua pihak yang mempunyai kepentingan yang berbeda, yaitu pihak pertama para pemegang saham dan pihak kedua perusahaan itu sendiri. Dividen diartikan sebagai pembayaran kepada para pemegang saham oleh pihak perusahaan atas keuntungan yang diperolehnya. Kebijakan dividen adalah kebijakan yang berhubungan dengan pembayaran dividen oleh pihak perusahaan, berupa penentuan besarnya pembayaran dividen dan besarnya laba ditahan untuk kepentingan pihak perusahaan (Prihantoro, 2003 dalam Fira, 2009). Hal yang penting dan biasanya menjadi pusat perhatian investor maupun para analis keuangan (financial analyst) dalam menganalisis data historis adalah posisi keuntungan kompetitif perusahaan, profit margin dan pertumbuhan laba perusahaan, likuiditas aktiva perusahaan terutama berhubungan dengan kemampuan keuangan perusahaan didalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya, tingkat leverage (pengunaan dana pinjaman)
11 terhadap shareholders equity, dan komposisi dan pertumbuhan operasional penjualan perusahaan. 1. Jenis-Jenis Dividen Menurut (Baridwan, 2003 dalam Rosid, 2011) dividen yang dibagikan kepada para pemegang saham bisa berupa: 1. Cash Dividen Yang dimaksud Cash Dividen adalah dividen dalam bentuk kas. Dividen jenis ini paling umum dibagikan oleh perusahaan kepada para pemegang saham. Besar kecilnya dividen yang dibagikan tergantung dari pembatasan-pembatasan oleh undang-undang, kontrak-kontrak dari jumlah uang tunai yang dimilki dan tersedia dalam perusahaan. 2. Property Dividen (Aktiva dividen selain kas) Property dividen biasa disebut sebagai dividen barang yaitu, dividen yang dibagikan dalam bentuk aktiva selain kas. Aktiva yang dibagikan biasa berbentuk surat-surat berharga perusahaan lain yang dimiliki oleh perusahaan tersebut, barang dagangan atau aktiva lain. 3. Dividen Utang (Scrip Dividend) Dividen utang timbul apabila laba tidak dibagikan itu saldonya mencukupi untuk pembagian dividen, tetapi saldo kas yang ada tidak mencukupi. Sehingga pimpinan perusahaan akan mengeluarkan scrip devidens yaitu janji tertulis untuk membayar jumlah tertentu di waktu
12 yang akan datang. Scrip dividend ini mungkin berbunga, mungkin juga tidak. 4. Dividen Likuidasi (Dividen Liquidating) Yang dimaksud dengan dividen likuidasi adalah dividen yang sebagian merupakan pengembalian modal. Dividen ini tercatat dengan mendebit rekening pengembalian modal yang dalam neraca di laporkan sebagai pengurangan modal saham. 5. Stock Dividen Dividen saham adalah pembagian tambahan saham, tanpa dipungut pembayaran kepada para pemegang saham, sebanding dengan saham yang dimilikinya. Dividen saham biasa dibagikan sebagai berikut: a. Dividen saham bisa berupa saham yang jenisnya sama, misalnya dividen saham biasa untuk pemegang saham biasa atau dividen saham prioritas untuk pemegang saham prioritas, disebut dividen saham biasa. b. Dividen saham berupa saham yang jenisnya berbeda, misalnya dividen saham prioritas untuk pemegang saham biasa atau dividen saham biasa untuk pemegang saham prioritas disebut dividen saham spesial (khusus).
13 2. Teori Dividen Banyak perdebatan yang terkait dengan dividen. Pendapat mereka berbeda-beda satu sama lain, bahkan saling bertentangan. Berikut ini adalah berbagai teori yang muncul seiring dengan penelitian terhadap deviden(frankfurter, 2003 dalam Rosid, 2011): a. Dividen relevance theory (Gordon s Model) Menurut Gordon, kebijakan dividen adalah relevan terhadap nilai perusahaan. Dalam hal ini, investor akan lebih menyukai pembayaran dividen yang akan diterima saat ini dari pada capital gains yang akan diterima pada masa mendatang. Menurut teori ini, investor akan merasa lebih aman untuk mendapatkan dividen sekarang dari pada capital gains di masa mendatang yang penuh dengan risiko dan ketidak pastian. Pendapat ini banyak mendapat kritikan dari Modigliani dan Miller (1961). Modigliani dan Miller (1961) berpendapat dan telah dibuktikan secara matematis bahwa investor merasa sama saja apakah menerima dividen saat ini ata menerima capital gains di masa yang akan datang. Dengan kata lain, tingkat keuntungan yang diisyaratkan tidak dipengaruhi oleh dividend payout ratio. b. Dividend irrelevance theory Adalah suatu teori yang menyatakan bahwa kebijakan dividen tidak mempunyai pengaruh terhadap nilai perusahaan. Teori ini merupakan
14 pendapat Modigliani dan Miller (M-M) yang menyatakan bahwa nilai suatu perusahaan tidak ditentukan oleh besar kecilnya dividend payout ratio (DPR) tetapi ditentukan oleh laba bersih sebelum pajak (EBIT) dan risiko bisnis. Dengan demikian kebijakan dividen sebenarnya tidak relevan untuk dipersoalkan. c. Tax preference theory Menurut teori ini, individu akan memilih apakah akan menerima distribusi pendapatan perusahaan sebagai dividen atau capital gains. Apabila kewajiban pajak atas distribusi keuntungan modal dari capital gains lebih rendah dari pada pajak terhadap dividen, maka investor akan lebih memilih capital gains. Selain adanya ketiga teori tersebut, terdapat beberapa teori lain yang terkait dengan dividen, yaitu: a. Signaling Theory Teori ini pertama kali diusulkan oleh Bhattacharya (1979). Perusahaan yang baik akan mendapat sinyal keuntungan yang diharapkan melalui penyaluran dividen, biaya pajak yang dipulihkan, dan harga saham yang meningkat. Dengan sinyal pembayaran dividen tersebut, investor beranggapan bahwa perusahaan dalam keadaan yang baik. Di dalam teori ini M-M berpendapat bahwa suatu kenaikan dividen yang diatas kenaikan normal biasanya merupakan suatu sinyal kepada para investor
15 bahwa manajemen perusahaan meramalkan suatu penghasilan yang baik di masa yang akan datang. Sebaliknya, suatu penurunan atau kenaikan dividen yang dibawah kenaikan normal diyakini investor sebagai suatu sinyal bahwa perusahaan menghadapi masa sulit di masa mendatang. Namun demikian sulit dikatakan apakah kenaikan atau penurunan harga setelah adanya kenaikan atau penurunan dividen semata-mata disebabkan oleh efek sinyal atau mungkin disebakan oleh efek sinyal dan preferensi terhadap dividen. b. Clientele effect Yang menyatakan bahwa kelompok pemegang saham yang berbeda akan memiliki preferensi yang berbeda terhadap kebijakan dividen perusahaan. Kelompok investor yang membutuhkan penghasilan saat ini lebih menyukai suatu dividend payout ratio yang tinggi. Sebaliknya, kelompok investor yang tidak begitu membutuhkan uang saat ini lebih senang jika perusahaan menahan sebagian besar laba bersih perusahaan. 3. Langkah-langkah Pembayaran Dividen Langkah-langkah pembayaran dividen adalah pengumuman atas dividen yang akan dibayarkan kepada pemegang saham yang disebut juga dengan tanggal pengumuman dividen. Adapun rincian tanggal-tanggal yang
16 perlu diperhatikan dalam pembayaran dividen adalah sebagai berikut: (Ang, 1997 dalam Puspita, 2009) a. Tanggal pengumuman (declaration date) Tanggal pengumuman merupakan tanggal yang mana secara resmi diumumkan oleh emiten tentang bentuk dan besarnya serta jadwal pembayaran dividen yang dilakukan. Pengumuman ini biasanya untuk pembagian dividen regular. Isi pengumuman tersebut menyampaikan hal-hal yang dianggap penting yakni tanggal pencatatan, tanggal pembayaran, besarnya dividen kas perlembar. b. Tanggal pencatatan (date of record) Pada tanggal ini perusahaan melakukan pencatatan nama-nama pemegang saham. Para pemilik saham yang terdaftar pada daftar pemegang saham tersebut diberikan hak, sedangkan pemegang saham yang tidak terdaftar pada tanggal pencatatan tidak diberikan hak untuk memperoleh dividen. c. Tanggal cum-dividend Tanggal ini merupakan tanggal hari terakhir perdagangan saham yang masih melekat hak untuk mendapatkan dividen baik dividen tunai maupun dividen saham. d. Tanggal ex-dividend Tanggal perdagangan saham tersebut sudah tidak melekat lagi hak untuk memperoleh dividen. Jadi jika investor membeli saham pada
17 tanggal ini atau sesudahnya, maka investor tersebut tidak dapat mendaftarkan namanya untuk mendapatkan dividen. e. Tanggal pembayaran (payment date) Tanggal ini merupakan saat pembayaran dividen oleh perusahaan kepada para pemegang saham yang telah mempunyai hak atas dividen. Jadi pada tanggal tersebut para investor sudah dapat mengambil dividen sesuai dengan bentuk dividen yang telah diumumkan oleh emiten (dividen tunai,dividen saham). 4. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Dividen Difah (2011) ada beberapa faktor yang menentukan keputusan perusahaan untuk membayar dividen. Faktor-faktor tersebut diantaranya adalah: a. Kebutuhan untuk melunasi hutang Apabila perusahaan mengambil hutang untuk membiayai ekspansi atau untuk mengganti jasa pembiayaan yang lain, perusahaan tersebut mengalami dua pilihan. Perusahaan dapat membayar hutang itu pada saat jatuh tempo dan menggantikannya dengan jenis surat berharga lain, atau perusahaan dapat memutuskan untuk melunasi hutang tersebut. Jika keputusannnya adalah dengan cara melunasi hutang, maka hal ini biasanya memerlukan penyimpanan laba. b. Tingkat ekspansi aktiva Semakin cepat suatu perusahaan berkembang, semakin besar kebutuhan perusahaan itu untuk membiayai ekspansi aktivanya. Apabila kebutuhan
18 dana dimasa mendatang lebih besar, perusahaan akan cenderung menahan labanya dari pada membayarkannya dalam bentuk deviden. c. Tingkat Laba Tingkat hasil pengembalian atas aktiva yang diharapkan akan menentukan pilihan relatif untuk membayar laba tersebut dalam bentuk dividen kepada pemegang saham. Sehingga dengan adanya tingkat laba yang semakin besar akan berpengaruh terhadap besarnya dividen yang akan dibayarkan. d. Stabilitas laba Suatu perusahaan yang mempunyai laba stabil seringkali dapat memperkirakan berapa besar laba dimasa yang akan datang. Perusahaan seperti ini cenderung membayarkan laba dengan persentase yang lebih besar daripada perusahaan yang labanya berfluktuasi. Perusahaan yang tidak stabil, tidak yakin apakah laba yang diharapkan pada tahun-yahun yang akan datang dapat tercapai, sehingga perusahaan cenderung untuk menahan sebagian besar dari labanya. e. Peluang ke pasar modal Suatu perusahaan yang besar dan telah berjalan baik, dan mempunyai catatan profitabilitas dan stabilitas laba, akan mempunyai peluang besar untuk masuk ke pasar modal dan bentuk pembiayaan-pembiayaan eksternal lainnya. Tetapi, perusahaan kecil yang baru atau bersifat cobacoba akan lebih banyak mengadung resiko bagi penanam modal
19 potensial. Kemampuan perusahaan untuk menaikkan modalnya atau dana pinjaman dari pasar modal akan terbatas sehingga perusahaan seperti ini harus menahan lebih banyak laba untuk membiayai operasinya. Jadi, perusahaan yang sudah mapan cenderung untuk memberi tingkat pembayaran yang lebih tinggi daripada perusahaan kecil atau baru. B. Profitabilitas Fira (2009) menyatakan bahwa return on asset adalah tingkat keuntungan bersih yang berhasil diperoleh perusahaan dalam menjalankan operasionalnya. Return On Asset diukur dari laba bersih setelah pajak (earning after tax) terhadap total assetnya yang mencerminkan kemampuan perusahaan dalam penggunaan investasi yang digunakan untuk operasi perusahaan dalam rangka menghasilkan probabilitas perusahaan. ROA salah satu ukuran profitabilitas juga merupakan ukuran efektivitas perusahaan dalam menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan aktiva tetap yang digunakan untuk operasi. Semakin besar ROA menunjukkan kinerja perusahaan yang semakin baik karena tingkat pengembalian investasi (return) yang semakin besar. ROA merupakan salah satu rasio profitabilitas. Difah (2011) menyatakan bahwa profitabilitas merupakan faktor terpenting yang dipertimbangkan oleh manajemen dalam kebijakan dividen, demikian pula investasi yang diukur dari aktiva (bersih) operasi. Aktiva (bersih) operasi
20 merupakan aktiva opersional setelah dikurangi dengan penyusutan (deprisiasi) aktiva tetap yang diperhitungkan. Menurut Hanafi, 2004 dalam Fira 2009 perusahaan yang mempunyai aliran kas atau profitabilitas yang baik bisa membayar dividen atau meningkatkan dividen. Hal yang sebaliknya akan terjadi jika aliran kas tidak baik. Alasan lain pembayaran dividen adalah untuk menghindari akusisi oleh perusahaan lain. Perusahaan yang mempunyai kas yang berlebihan seringkali menjadi target dalam akusisi. Untuk menghindari akusisi, perusahaan tersebut bisa membayarkan dividend dan sekaligus juga membuat senang pemegang saham. Profitabilitas merupakan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba pada masa mendatang dan merupakan indikator dari keberhasilan operasi perusahaan. Perusahaan yang mempunyai profitabilitas yang tinggi akan menarik minat investor untuk menanamkan modalnya dengan harapan akan mendapatkan keuntungan yang tinggi pula. Oleh karena dividen diambil dari keuntungan bersih yang diperoleh perusahaan, maka keuntungan tersebut akan mempengaruhi besarnya dividen payout ratio. Perusahaan yang memperoleh keuntungan cenderung akan membayar porsi keuntungan yang lebih besar sebagai dividen. Semakin besar keuntungan yang diperoleh, maka akan semakin besar pula kemampuan perusahaan untuk membayar dividen (Damayanti dan Achyani,2006). Teori relevan dividen menyatakan bahwa kebijakan dividen
21 berpengaruh terhadap nilai perusahaan, hal ini berarti kebijakan dividen akan mempengaruhi harga saham. Apabila harga saham naik, maka banyak investor yang tertarik untuk menanamkan modalnya pada perusahaan tersebut (investornya meningkat), dengan meningkatnya investor maka laba perusahaan juga akan meningkat. Semakin besar laba maka perusahaan cenderung akan membayarkan dividen yang tinggi kepada pemegang saham. ROA mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan laba dengan menggunakan total asset (kekayaan yang dipunyai perusahaan setelah disesuaikan dengan biaya-biaya untuk mendanai asset tersebut). Dividen diambil dari keuntungan bersih yang diperoleh perusahaan. Jadi, keuntungan tersebut akan mempengaruhi besarnya dividen payout ratio. Perusahaan yang memperoleh keuntungan besar cenderung akan membayar porsi keuntungan yang lebih besar sebagai dividen. Semakin besar keuntungan yang diperoleh, maka akan semakin besar pula kemampuan perusahaan untuk membayar dividen. Secara matematis ROA dapat dirumuskan sebagai berikut: ROA= Earning after tax (EAT) Total Asset C. Likuiditas Likuiditas perusahaan akan sangat berpengaruh terhadap besar kecilnya dividen yang dibayarkan, sehingga semakin kuat posisi likuiditas perusahaan terhadap proyek kebutuhan dana di waktu mendatang, makin tinggi
22 dividen tunai yang dibayarkan. Hail ini berarti semakin kuat posisi likuiditas perusahaan, maka kemampuannya untuk membayar dividen akan semakin besar pula. Ada pula suatu perusahaan yang keadaan likuiditasnya sangat baik tetapi membayar dividen yang rendah karena laba yang diperoleh perusahaan diinvestasikan dalam bentuk mesin dan peralatan, persediaan dan barangbarang lainnya, bukan disimpan dalam bentuk uang tunai. Ada beberapa rasio yang termasuk dalam rasio likuiditas antara lain current ratio, quick ratio, loan to deposit ratio dan cash ratio. Dalam penelitian ini, likuiditas diproksikan dalam cash ratio. Cash ratio merupakan salah satu ukuran dari rasio likuiditas (liquidity ratio) yang merupakan kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban jangka pendeknya (current liabilitiy) melalui sejumlah kas dan setara kas yang dimiliki perusahaan. Dalam teori relevan dividen, kebijakan dividen akan berpengaruh terhadap harga saham. Apabila saham naik, maka investor akan meningkat dan laba akan naik. Kenaikan laba ini akan menyebabkan peningkatan uang kas yang dimiliki perusahaan sehingga cash ratio akan meningkat. Semakin besar cash ratio maka perusahaan akan membayarkan dividen yang lebih besar pula. Dalam Free cash flow Theory, aliran kas bebas menggambarkan tingkat flesibilitas keuangan perusahaan. Jensen (1986) mendefinisikan aliran kas bebas (free cash flow) sebagai kas yang tersisa seluruh proyek yang menghasilkan net present value positif dilakukan. Perusahaan dengan aliran kas bebas berlebih akan memiliki kinerja yang lebih baik dibandingkan perusahaan
23 lainnya karena mereka dapat memperoleh keuntungan atas berbagai kesempatan yang mungkin tidak dapat diperoleh perusahaan lain. Perusahaan dengan aliran kas bebas tinggi bisa diduga lebih survive dalam situasi yang buruk. Sedangkan aliran kas bebas negative berarti sumber dana internal tidak mencukupi untuk memenuhi investasi perusahaan sehingga memerlukan tambahan dana eksternal baik dalam bentuk hutang maupun penerbitan saham baru. Free cash flow ini sering menjadi pemicu timbulnya perbedaan kepentingan antara pemegang saham dengan manajer (Maslyzon, 2009) Posisi kas suatu perusahaan merupakan faktor penting yang harus dipertimbangkan, sebelum membuat keputusan menentukan besarnya dividen yang akan dibayarkan kepada para pemegang saham. Pembayaran dividen merupakan arus kas keluar. Semakin kuat posisi kas perusahaan, berarti semakin besar kemampuan untuk membayar dividen. Posisi kas dihitung berdasarkan perbandingan antara saldo kas akhir tahun dengan laba bersih setelah pajak. D. Solvabilitas Debt to equty ratio (DER) mencerminkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi seluruh kewajibannya, yang ditunjukkan oleh berapa bagian modal sendiri yang digunakan untuk membayar hutang. Myers dan Majluf (1984) menghubungkan profitabilitas dengan kebijakan debt lewat sebuah hipotesis pecking order yang dimodifikasi, ditunjukkan bahwa perusahaanperusahaan yang profitable akan menurunkan permintaan akan debt, karena
24 akan tersedia lebih banyak dana-dana internal untuk mendanai investasi. Kebijakan debt dapat dipengaruhi oleh karakteristik-karakteristik perusahaan yang akan mempengaruhi kurva permintaan dari debt yang ditawarkan kepada perusahaan atau permintaan perusahaan akan debt. Perusahaan-perusahaan yang profitable memiliki banyak earnings yang tersedia untuk retensi atau investasi dan karenanya, akan cenderung membangun equitas mereka relatif terhadap debt. Oleh karena itu semakin rendah DER akan semakin tinggi kemampuan perusahaan untuk membayar seluruh kewajibannya. Semakin besar proporsi hutang yang digunakan untuk struktur modal suatu perusahaan, maka akan semakin besar pula kewajibannya. Peningkatan hutang pada gilirannya akan mempengaruhi besar kecilnya laba bersih yang tersedia bagi para pemegang saham termasuk dividend yang akan diterima, karena kewajiban tersebut lebih diprioritaskan daripada pembagian dividen. Jika beban hutang semakin tinggi, maka kemampuan perusahaan untuk membagi dividend akan semakin rendah, sehingga DER mempunyai pengaruh negatif dengan dividen payout ratio. Debt to equity ratio dihitung dengan total hutang dibagi dengan total ekuitas. Rasio ini menunjukkan besarnya hutang yang digunakan untuk membiayai aktiva yang digunakan oleh perusahaan dalam rangka menjalankan aktivitas operasionalnya. Semakin besar rasio hutang menunjukkan semakin besar tingkat ketergantungan perusahaan terhadap pihak eksternal (kreditur) dan semakin besar pula beban biaya hutang (biaya bunga) yang harus dibayar oleh
25 perusahaan. Semakin meningkatnya rasio hutang (dimana beban hutang juga semakin besar) maka hal tersebut berdampak pada profitabilitas yang diperoleh perusahaan, karena sebagian digunakan untuk membayar bunga pinjaman. Dengan biaya bunga yang semakin besar, maka profitabilitas (earnings after tax) semakin berkurang (karena sebagian digunakan untuk membayar bunga), maka hak para pemegang saham (dividend) juga semakin berkurang (menurun). Debt to equity ratio (DER) mencerminkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi seluruh kewajibannya, yang ditunjukkan oleh berapa bagian modal sendiri yang digunakan untuk membayar hutang. Perusahaan-perusahaan yang profitable memiliki lebih banyak earnings yang tersedia untuk retensi atau investasi dan karenanya, akan cenderung membangun equitas mereka relatif debt. Jika beban hutang semakin tinggi, maka kemampuan perusahaan untuk membagi dividend akan semakin rendah, sehingga DER mempunyai pengaruh negatif dengan dividend payout ratio ( Puspita, 2009). E. Pengaruh Return On Asset (ROA) terhadap Dividend Payout Ratio (DPR) Signaling theory menyatakan bahwa pembayaran dividen merupakan sinyal bagi investor luar mengenai prospek perusahaan masa datang. Modigliani dan Miller dalam Maslyzon (2009) berpendapat bahwa suatu kenaikan dividen di atas normal merupakan suatu sinyal kepada investor bahwa manajemen perusahaan mempunyai ekspetasi yang baik di masa datang.
26 Sebaliknya, suatu penurunan dividen dianggap sebagai suatu sinyal kesulitan perusahaan masa datang. Dengan demikian profitabilitas yang tinggi mutlak diperlukan untuk perusahaan apabila hendak membayar dividen. Difah dalam penelitiannya pengertian ROA (Return On Asset) adalah merupakan tingkat pengembalian investasi atas investasi perusahaan pada aktiva tetap yang digunakan untuk operasi. Semakin besar ROA menunjukkan kinerja perusahaan yang semakin baik, karena tingkat pengembalian investasi (return) semakin besar. Dengan demikian meningkatnya ROA juga akan meningkatkan pendapatan dividen (terutama cash dividend). Penelitian Puspita (2009). Adanya pengaruh positif variabel ROA terhadap DPR menjelaskan bahwa tingkat profitabilitas perusahaan akan berdampak pada peningkatan pembagian dividen yang dilakukan perusahaan. Perusahaan yang memiliki laba besar cenderung menentukan kebijakan dividen kepada pemegang saham yang lebih besar. Dari uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa ROA berpengaruh positif terhadap Dividend Payout Ratio. F. Pengaruh Cash Ratio (CR) terhadap Dividend Payout Ratio (DPR) Posisi kas suatu perusahaan merupakan faktor penting yang harus dipertimbangkan sebelum membuat keputusan menentukan besarnya dividen yang akan dibayarkan kepada para pemegang saham. Pembayaran dividen merupakan arus kas keluar. Semakin kuat posisi kas perusahaan, berarti semakin besar kemampuannya untuk membayar dividen. Posisi kas dihitung
27 berdasarkan perbandingan antara saldo kas akhir tahun dengan laba bersih setelah pajak (Prihantoro, 2003). Cash ratio merupakan salah satu ukuran dari likuiditas (liquidity ratio) yang merupakan kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban jangka pendeknya (current liability) melalui sejumlah kas (dan setara kas, seperti giro atau simpanan lain di bank yang dapat ditarik setiap saat) yang dimiliki perusahaan. Semakin tinggi cash ratio menunjukkan kemampuan kas perusahaan untuk memenuhi (membayar) kewajiban jangka pendeknya. G. Pengaruh Debt to Equity Ratio (DER) terhadap Dividend Payout Ratio (DPR) Debt to equity ratio mencerminkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi seluruh kewajibannya, yang ditunjukkan oleh berapa bagian modal sendiri yang digunakan untuk membayar hutang. Oleh karena itu, semakin rendah DER akan semakin tinggi perusahaan untuk membayar seluruh kewajibannya. Semakin besar proporsi hutang yang digunakan untuk struktur modal suatu perusahaan, maka akan semakin besar pula jumlah kewajibannya. Peningkatan hutang pada gilirannya akan mempengaruhi besar kecilnya laba bersih yang tersedia bagi para pemegang saham termasuk dividen yang akan diterima, karena kewajiban tersebut lebih diprioritaskan daripada pembagian dividend. Jika beban hutang semakin tinggi, maka kemampuan perusahaan untuk membagi dividen akan semakin rendah, sehingga DER
28 mempunyai hubungan negatif dengan dividend payout ratio. H. Penelitian terdahulu Berikut ini adalah penelitian-penelitian terdahulu yang digunakan sebagai perbandingan dalam penelitian ini: 1. Natalia Angelina (2011) dalam penelitiannya melakukan penelitian pengaruh return on investment, debt to equity ratio dan cash position terhadap dividend payout ratio pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Penelitian ini menyimpulkan bahwa secara simultan ROI, Cash Position dan Debt to Equty Ratio berpengaruh secara signifikan terhadap dividen payout ratio dan secara parsial menunjukkan bahwa hanya variabel Reeturn on investment (ROI) saja yang berpengaruh secara signifikan terhadap dividen payout ratio. 2. Penelitian yang di lakukan oleh Puspita (2009) pengaruh variabel cash ratio, firm size, retun on asset, dan debt to equity ratio terhadap dividen payout ratio dengan sampel perusahaan manufaktur periode 2005-2007. Menunjukkan bahwa cash ratio, firm size, return on asset berpengaruh signifikan positif terhadap dividen payout ratio sedangkan debt to equity ratio tidak berpengaruh signifikan terhadap dividen payout ratio. 3. Penelitian yang dilakukan oleh Damayanti dan Achyani (2006) terhadap seluruh perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI periode 2002-2003 untuk menguji pengaruh antara variabel independen investasi perusahaan, likuiditas, ukuran perusahaan dan variabel dependen dividen payout ratio.
29 Hasil penelitian menunjukkan bahwa semua variabel tersebut tidak berpengaruh signifikan terhadap dividen payot ratio. 4. Fira (2011) melakukan penelitian yang bertujuan untuk menganalisis faktorfaktor yang mempengaruhi kebijakan dividen payout ratio pada perusahaan Automotive periode 2004-2006 menggunakan variabel cash ratio, growth dan firm size. Hasilnya cash ratio, firm size berpengaruh signifikan positif terhadap DPR sedangkan variabel growth berpengaruh signifikan negatif terhadap DPR. Penelitian ini berbeda dengan penelitian-penelitian diatas karena semua peneliti diatas melakukan penelitian terhadap perusahaan swasta sementra dalam penelitian ini di tujukan kepada BUMN. Hal-hal lain yang membedakan penelitian ini dengan penelitian sebelumya adalah periode penelian yang dilakukan dari tahun 2010-2011, variabel-variabel bebas yang digunakan adalah variabel profitabilitas, likuiditas dan solvabilitas I. Kerangka Model Konseptual Berdasarkan teori dan penelitin sebelumnya maka ada beberapa variabel yang dipilih sebagai variabel-variabel independen yang mempengaruhi variabel dependen Dividend Payout Ratio (DPR) antara lain Return On Asset (ROA), Cash Ratio (CR), dan Debt to Equity Ratio (DER). Atas dasar tersebut maka untuk mendukung penelitian ini, dikembangkan suatu kerangka pemikiran teoritis yang dapat dilihat dalam gambar berikut ini:
30 GAMBAR 2.1 KERANGKA MODEL KONSEPTUAL Return On Asset (ROA) (X 1 ) Cash Ratio (CR) (X 2 ) Dividen Payout Ratio (DPR) (Y) Debt to Equity Ratio (DER) (X 3 )